MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DI SMPN 2 SEBUKU KELAS VIII KABUPATEN NUNUKAN KALTIM ARTIKEL

dokumen-dokumen yang mirip
Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 MALANG ARTIKEL OLEH JUMADI

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERAIF TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII-G SMP NEGERI 9 MALANG ARTIKEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL)

Oleh:Herlina Binti Marthin Pembimbing: (1) Ipung Yuwono dan (2) Rini Nurhakiki Program Studi Pendidikan MatematikaFMIPA Universitas Negeri Malang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. A. Kajian Teori... 8

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

BAB III METODE PENELITIAN. pada situasi kelas, atau disebut dengan Classroom Action Research (CAR).

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB III METODE PENELITIAN

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI NGRONGGOT NGANJUK

Widiya Pakartining Kawedar *), Dr. Abdul Qohar, M.T **), Universitas Negeri Malang. Kata Kunci: model pembelajaran Reciprocal Teaching, hasil belajar.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN. Akhmad Bisri Arifin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungterang,

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 181 Pekanbaru tahun ajaran. 2013/2014 yang terdiri dari 46 orang siswa.

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ARITMATIKA SOSIAL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (classroom

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research), karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Gunungsari Kabupaten Serang-Banten

BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-H SMP NEGERI 7 MALANG

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA SEKOLAH DASAR

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

III. METODE PENELITIAN. ganjil tahun pelajaran 2012/2013, yaitu sekitar bulan Juli sampai dengan bulan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

PROSIDING ISBN :

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri secara kolaboratif dan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. classroom action research Wardhani, dkk.( 2007: 1.3). Dalam setiap siklus

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahap-tahap

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan classroom action research atau sering disebut

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Budaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digambarkan sebagai berikut : Perencanaan I

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan

Arun Haryanto, Siti Nuryanti, dan Minarni R.J. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan subyek/obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak

Transkripsi:

MENNGKATKAN HASL BELAJAR BANGUN RUANG MELALU PENGGUNAAN ALAT PERAGA D SMPN 2 SEBUKU KELAS V KABUPATEN NUNUKAN KALTM ARTKEL Oleh: Rostiani 608345475 UNVERSTAS NEGER MALANG FAKULTAS MATEMATKA DAN LMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATKA PROGRAM STUD PENDDKAN MATEMATKA 203

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBMBNG ARTKEL Artikel oleh Rostiani yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat peraga Di SMP 2 Sebuku Kelas V Kabupaten Nunukan ini telah diperiksa dan disetujui oleh: Malang, 203 Pembimbing, Drs. Abadyo, M.Si NP 9520424 9742 00 Malang, 203 Pembimbing, Drs. Sudirman, M.Si NP 9650322 9900 00

MENNGKATKAN HASL BELAJAR BANGUN RUANG MELALU PENGGUNAAN ALAT PERAGA D SMPN 2 SEBUKU KELAS V KABUPATEN NUNUKAN KALTM Rostiani Universitas Negeri Malang Pembimbing () Drs.Abadyo, M.Si pembimbing (2) Drs. Sudirman, M.Si ABSTRAK. Penelitian ini menggunakan metode STAD dengan 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (do), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan alat peraga. Data hasil analisis yang diperoleh menggambarkan apakah proses pembelajaran dengan bantuan alat peraga yang telah dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. nstrumen pengumpulan data terdiri dari lembar observasi untuk aktivitas guru dan lembar observasi untuk siswa, tes serta dokumentasi untuk siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis keberhasilan instrumen. Hasil analisis adalah sebagai berikut. Analisis observasi guru pertama menghasilkan rata-rata prosentase taraf keberhasilan 85% dan 86,25% untuk analisis observasi guru kedua yang menunjukkan bahwa dari adanya peningkatan dalam proses belajar oleh guru. Analisis observasi siswa menghasilkan rata-rata prosentase taraf keberhasilan 83,75% yang menunjukkan bahwa dari adanya peningkatan dalam proses belajar bagi siswa. Analisis hasil belajar siswa menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari rata-rata 68,4% menjadi 78,5% dari pertemuan pertama dan 73,68% menjadi 85,37% dari pertemuan kedua pada seluruh siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat dan seluruh siswa telah tuntas belajar. Kata kunci: alat peraga,stad Kubus dan Balok Menyadari pentingnya pelajaran matematika untuk siswa, maka pendekatan, strategi, metode, pembelajaran matematika harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Kesesuaian, pendekatan, strategi, metode pembelajaran matematika ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sedemikian hingga dapat mencapai atau bahkan melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yang ditetapkan. Peningkatan mutu pendidikan matematika ditandai dengan peningkatan hasil belajar matematika. Mutu hasil belajar matematika ditentukan oleh mutu proses belajar matematika di kelas atau di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan hanya dapat dicapai melalui peningkatan mutu proses pembelajaran matematika yang bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika. Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaannya adalah para siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi kubus dan balok. Kesulitan yang di alami misalnya mengenai unsur-unsur kubus. Para siswa kesulitan menentukan diagonal bidang, diagonal ruang, atau bidang diagonal.

Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan pendekatan kualitatif yang terdiri dari dua siklus. Masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi (Kemmis dan Mc. Taggart, 998). Kehadiran peneliti di lapangan adalah wajib sifatnya. Pada penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong 2007: 9). Peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 2007: 9). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sebuku yang beralamatkan di jalan Pembangunan, Kec. Sebuku, Kab Nunukan. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V semester genap tahun ajaran 202/203. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa () hasil observasi selama proses pembelajaran yang berpedoman pada lembar observasi, (2) hasil tes yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus, (3) dokumentasi berupa foto-foto aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah RPP dan Lembar kerja siswa. Data hasil observasi yang dilakukan akan dianalisis dengan memberikan skor untuk penentuan kategori. Deskriptor yang muncul Persentase keberhasilan = X 00% Deskriptor maksimal Kemudian hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masing-masing tahapan pembelajaran yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan skor klasifikasi pada tabel berikut ini. Tabel Penentuan Skor Klasifikasi Observasi Persentase Keberhasilan Tindakan Taraf Keberhasilan 85%-00% Sangat Baik 70%-85% Baik 65%-70% Cukup 50%-65% Kurang 0%-50% Sangat Kurang Data hasil belajar di analisis dengan teknik analisis hasil evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individual maupun secara klasikal dengan cara menganalisis data hasil tes formatif menggunakan kriteria ketuntasan belajar. Persentase hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut kemudian dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan. Seorang siswa disebut tuntas belajar jika telah mencapai skor 75, dan ketuntasan klasikal apabila 75% kelas mencapai skor 75. Menghitung hasil belajar siswa dengan cara membandingkan jumlah skor yang diperoleh siswa dengan jumlah skor maksimum kemudian dikalikan 00%. Berikut rumus perhitungan persentase hasil belajar. Persentase hasil belajar = Skor yang dicapai X 00% Skor maksimum

Hasil Hasil penelitian utama yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi dan data hasil tes. Pada siklus diperoleh hasil observasi, yaitu yang pertama hasil observasi aktifitas guru seperti yang tersaji pada tabel berikut Tabel Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus Rata-rata Skor siklus Persentase No Observer Pertm. Pertm. Pertm. Pertm. Observer 45 52 80,35% 92,85% 86,6% 2 Observer 2 49 50 87,5% 89,28 % 88,39% Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer rata-rata keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus sebesar 86,6%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat. Menurut observer 2, rata-rata keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus sebesar 88,39%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat. Secara klasikal, berdasarkan rata-rata penilaian observer dan observer 2 pada siklus, keberhasilan tindakan sebesar 87,49%. Hasil observasi terhadap penerapan STAD oleh guru matematika selama proses pembelajaran pada siklus yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan ini dikemas dalam lembar observasi pembelajaran STAD terhadap guru. Dalam sikus ini, lembar observasi secara ringkas dipaparkan dalam tabel berikut Tabel 4.3 : Tabel Taraf Keberhasilan Pembelajaran STAD oleh Guru pada Siklus No Skor siklus pertama Presentasi nilai rata-rata kategori 2 observer 33 33 35 36 82,5% 82,5% 87,5% 90% sangat Hasil observasi terhadap penerapan STAD terhadap siswa selama proses pembelajaran pada siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yang dikemas dalam lembar observasi pembelajaran STAD terhadap siswa. Dalam sikus ini, lembar observasi secara ringkas dipaparkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4 : Tabel Taraf Keberhasilan Pembelajaran STAD terhadap Siswa pada Siklus No Observer Skor siklus pertama Presentasi nilai rata-rata Kategori 32 35 80% 87,5% 2 32 35 80% 87,5% Prestasi belajar siswa pada siklus diukur menggunakan kuis yang diberikan pada akhir pembelajaran. Adapun data prestasi belajar siswa pada siklus adalah sebagai berikut. Pada kuis sebanyak 32 siswa atau sebesar 78,05 % siswa yang mendapat nilai kuis 75. Pada pertemuan 2 sebanyak 35 siswa atau sebesar 85,37 % siswa yang mendapat nilai kuis 75. Adapun rinciannya nilai kuis terlampir (Tabel 4.3). Pada pertemuan pertama nilai aktivitas siswa sebanyak 37 siswa atau sebesar 90,24 % siswa yang mendapat nilai aktivitas siswa 75. Pada pertemuan 2 sebanyak 38 siswa atau sebesar 92,68 % siswa yang mendapat nilai aktivitas siswa 75. Adapun rinciannya nilai kuis terlampir (Tabel 4.4). Perbandingan analisis penerapan pembelajaran STAD oleh guru pada siklus dan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Tabel Perbandingan Taraf Keberhasilan Penerapan Pembelajaran STAD oleh Guru pada Siklus dan Siklus Prosentase Taraf Taraf Keberhasilan Keberhasilan Observer Siklus 82,5% Siklus Siklus Siklus 62,5% 82,5% kurang 75% 87,5% Cukup 67,5% 82,5% Kurang 90% Sangat Menurut tabel di atas terlihat bahwa prosentase taraf keberhasilan penerapan pembelajaran STAD oleh guru pada siklus ke siklus terjadi peningkatan. Pembahasan Berdasarkan penelitian ini,diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, prestasi belajar siswa kelas V SMPN 2 Sebuku mengalami peningkatan. Pada penelitian ini prestasi belajar siswa diperoleh dari skor LKS pada siklus pertama, skor kuis pada siklus kedua dan nilai aktivitas siswa pada siklus pertama dan kedua. Seperti yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya untuk siklus pertama diperoleh prosentase banyak siswa yang

mendapat nilai kuis 75 belum mencapai 75%, yaitu pada pertemuan pertama 68,4 %. Pada pertemuan kedua meningkat menjadi 73,68 %. Pada siklus kedua diperoleh presentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis 75 telah mencapai 75%, yaitu pada pertemuan pertama 78,5% dan pertemuan kedua 85,73 %. Sedangkan untukpresentasi banyaknya siswa yang mendapat nilai aktivitas siswa 75 belum mencapai 75% pada siklus pertama pertemuan pertama, yaitu hanya 65,79%. Pada pertama pertemuan kedua dan siklus kedua diperoleh prosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis 75 telah mencapai 75%, yaitu pada pertemuan kedua siklus pertama 76,92% dan siklus kedua pertemuan pertama dan kedua masing-masing 90,24 % dan 92,68%. Dari hasil prestasi belajar yang diperoleh pada siklus dan dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan prestasi belajar menggunakan kooperatif tipe STAD. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Lie (2002:32) bahwa hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Kerjasama kelompok yang dapat menghasilkan hasil belajar yang pula. ni terjadi karena anggota tiap kelompok berusaha untuk memberikan yang ter bagi kelompoknya. Nur (2005:2) mengungkapkan bahwa anggota tim melakukan yang ter untuk timnya, dan setiap tim melakukan yang ter untuk membantu anggotanya. Tim tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan tim yang menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar. Dengan pembelajaran penggunaan alat peraga prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat seperti yang diungkapkan oleh (Saudah, 2009: 82) bahwa pembelajaran denganpenggunaan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Kesimpulan Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran yang telah dipaparkan pada paparan data dan juga pada pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan. Pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa adalah sebagai berikut: a) Siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang. Setiap kelompok mewakili heterogenitas kelas dalam hal jenis kelamin, etnis, dan kemampuan akademik. b) Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS, terlampir) pada setiap kelompok dan meminta mereka untuk mendiskusikan LKS bersama-sama anggota kelompok masing-masing. Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan. Cara guru membantu siswa yang mengalami kesulitan sebagai berikut:. Guru mendekati kelompok yang mengalami kesulitan memahami soal. 2. Guru meminta siswa untuk membaca ulang kalimat demi kalimat pada soal. 3. Guru meminta siswa untuk memahami hal yang diketahui pada soal. 4. Guru meminta siswa menulis atau merumuskan hal yang ditanyakan pada soal

5. Kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal. c) Setelah itu, guru menunjuk satu orang siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (LKS ) di depan kelas. d) Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk mengomentari hasil kerja kelompok yang presentasi yang menurut mereka berbeda dengan hasil kerja mereka pada LKS atau menanggapi hasil kerja (LKS ) kelompok yang presentasi jika jawabannya masih kurang lengkap. Siswa dipandu guru bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari. e) Setelah keseluruhan pembelajaran berakhir, guru selanjutnya mengadakan tes(kuis, terlampir) kepada masing-masing individu anggota kelompok. f) Hasil tes ini dikoreksi untuk menentukan poin kemajuan masing-masing individu dan selanjutnya menentukan status kelompok dalam memperoleh penghargaan. 2. Pembelajaran matematika melalui model STAD dengan penggunaan alat peraga menunjukkan hasil yang positif, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas V SMPN 2 Sebuku pada materi kubus dan balok. Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:. Model pembelajaran alat peraga dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif model pembelajaran matematika di kelas. 2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian, bisa mencoba menggunakan pembelajaran alat peraga dengan model STAD untuk materi yang lain.

DAFTAR RUJUKAN Kemmis, S., &Mc Taggart, R. 998. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nur, Mohamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. Saudah, Uud. 2009. Penerapan Model STAD untuk Membantu Meningkatkan Pemahaman Materi Bilangan Pecahan pada Siswa Kelas V di MTs Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.