31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup secara ekonomi saja akan tetapi didefinisikan juga sebagai suatu ketidakmampuan dalam berpartisipasi baik secara sosial, budaya, dan politik, termasuk juga kemiskinan yang terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan. Penyebab kemiskinan Kelurahan Situ Gede dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal penyebab kemiskinan meliputi lunturnya nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan (nilai-nilai baik: kejujuran, saling percaya, kepedulian, rasa tanggung jawab dan kegotongroyongan) 6 dan sikap pasrah menerima keadaan. Sementara itu, faktor eksternal penyebab kemiskinan yaitu minimnya pendidikan serta keterampilan yang dimiliki, terbatasnya peluang kesempatan kerja dan berusaha, tanggungan keluarga yang banyak dan akibat PHK. Kondisi riil tentang kemiskinan di Kelurahan Situ Gede diperoleh melalui review Kepala Keluarga (KK) miskin. Dari hasil review tersebut diperoleh kriteria miskin yang baru. Hasil sensus kemudian dilakukan prioritas keluarga miskin berdasarkan versi kriteria kemiskinan berdasarkan musyawarah warga. Adapun kriteria kemiskinan Kelurahan Situ Gede berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) Refleksi Kemiskinan dan Pemetaan Swadaya diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan kecil dan tidak tetap: < Rp. 400.000/ bulan 2. Sulitnya untuk mendapatkan kesempatan kerja: kerja buruh serabutan 3. Rendahnya tingkat pendidikan: SMP, SD, Tidak Sekolah 4. Keterampilan kurang: pengangguran. 6 Review kemiskinan didapatkan dari PJM Pronangkis yang disusun berdasarkan review kemiskinan Kelurahan Situ Gede. Hasil dari Review kemiskinan tersebut kontradiksi terhadap hasil penelitian yang menunjukkan modal sosial tinggi.
32 5. Rumah terbuat dari bilik, kalaupun telah permanen umumnya belum diplester dan bila telah diplester kondisinya telah rapuh serta perlu perbaikan 6. Tempat atau hunian cukup padat 7. Beberapa rumah milik keluarga miskin dibangun di tanah ilegal, sewa, atau menumpang 8. Sarana dan prasarana lingkungan yang kurang memadai: jalan setapak becek, kotor, MCK kurang sehat, air bersih kurang sehat, dan sampah kurang terjaga. 4.2 Kondisi Lingkungan Sarana dan prasarana di Kelurahan Situ Gede dapat dikatakan masih sangat minim dan kurang layak pakai. Terlebih sarana dan prasarana yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti misalnya MCK, pembangunan atau perbaikan posyandu dan drainase, poliklinik dan sebagainya termasuk kebutuhan akan tempat tinggal (rumah). Sebagian besar rumah warga termasuk kategori rumah tidak layak huni. Hal ini berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pengurus KSM, Pak MR yang menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan Situ Gede memerlukan sarana permukiman yang layak. Adapun keterangan mengenai kondisi rumah tinggal dan kepemilikannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Profil Kondisi Rumah Tinggal Berdasarkan Kajian Lingkungan No. Kondisi Rumah Tinggal Jumlah (jiwa) 1. Permanen 1.257 2. Semi permanen 756 3. Tidak layak 1.351 Sumber: Data sekunder penelitian, 2010
33 Tabel 4. Kepemilikkan Rumah Berdasarkan Kajian Lingkungan No. Kepemilikkan Rumah Jumlah (jiwa) 1. Numpang 1.237 2. Ngontrak 776 3. Milik pribadi 1.400 Sumber: Data sekunder penelitian, 2010 PJM Pronangkis Kelurahan Situ Gede menyebutkan setidaknya ada sekitar 211 rencana usulan kegiatan untuk merenovasi rumah tidak layak huni. Oleh sebab itu, ketika Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) masuk kelurahan, hal tersebut disambut baik oleh warga masyarakat. Terlebih dalam program pemberdayaan tersebut, ada kegiatan lingkungan yang salah satunya adalah kegiatan renovasi Rumah Tidak layak Huni (RTLH). Program renovasi RTLH merupakan salah satu program yang dibutuhkan oleh masyarakat Kelurahan Situ Gede. Tercatat sudah 15 rumah yang direnovasi di kelurahan ini sejak awal pelaksanaan PNPM-MP di tahun 2008. Melalui upaya pemberdayaan tersebut, diharapkan warga masyarakat dapat terus berpartisipasi dalam pembangunan di wilayahnya. Partisipasi aktif dari warga masyarakat dapat dilakukan dengan ikut tergabung ke dalam komunitas atau kelompok Swadaya Mayarakat (KSM), Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), maupun relawan serta warga masyarakat yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap wilayahnya. 4.3 Sejarah Kelompok Swadaya Masyarakat Rubah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Rubah dibentuk saat inisiasi PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede. Dibentuk oleh Badan Keswadayaan Masyarakat yang berbasis komunitas. KSM Rubah terbentuk melalui adanya kelompok-kelompok yang sebelumnya memang sudah ada di masyarakat. Kelompok terbentuk melalui perkumpulan informal yang didasari adanya hubungan pertemanan atau pertetanggaan. KSM Rubah dalam PNPM-MP khusus menangani program pembangunan sarana dan prasarana, termasuk renovasi RTLH. Dibentuk pada tahun 2008 dan sampai saat ini sudah ada 4 KSM Rubah. Kelompok saat ini mengalami
34 perkembangan dalam sisi kelembagaannya. Perkembangan KSM Rubah I-IV, masing-masing merupakan perkembangan kelompok secara administratif. Hal ini dikarenakan pembentukkan kelompok langsung oleh BKM sebagai perpanjangan tangan dari Faskel. Disamping itu, adanya pembentukkan kepengurusan KSM Rubah yang baru, saat masa kerja dari KSM Rubah lama telah berakhir. Meskipun pelaksanaan program renovasi telah usai, KSM Rubah tetap memiliki tanggung jawab untuk menjamin daya tahan bangunan mencapai umur pakai selama lima tahun kedepan. Dengan demikian, KSM Rubah kepengurusan lama sampai saat ini masih ada dan bertanggung jawab terhadap operasi dan pemeliharaan rumah yang telah direnovasi tersebut. Secara keseluruhan, KSM Rubah dapat dilihat dari perkembangannya secara sosiologis. Hal tersebut dapat dilihat dari sejauhmana KSM Rubah berperan dalam upaya pemberdayaan dan penanggulangan kemiskinan. KSM Rubah diawal inisiasi PNPM-MP hingga saat ini mengalami perkembangan kelompok. Perkembangan kelompok ini dapat dilihat pada aspek sosiologisnya, dimana KSM Rubah terbentuk oleh adanya perkumpulan informal sebagian masyarakat. Selain itu, sebelumnya juga telah ada program P2KP, dimana kelompok yang terbentuk merupakan hasil dari perkumpulan informal tadi. Pengembangan kelompok, dengan demikian menjadi sasaran utama dalam kegiatan pembangunan berbasis komunitas. 4.3.1 KSM Rubah I KSM Rubah I terbentuk pada tahun 2008 diawal inisiasi PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede dan sampai saat ini masih berkelanjutan. KSM ini memiliki 14 orang anggota yang kesemuanya merupakan laki-laki. Usia anggota kelompok memiliki rentang usia antara 26-46 tahun. Mayoritas anggota berpendidikan SMA atau sederajat, yaitu sebanyak 6 orang. Sebanyak 7 orang dari 14 orang anggota KSM ini berprofesi sebagai buruh bangunan dan yang lainnya sebagai wiraswasta (6 orang) serta 1 orang berprofesi di bidang jasa. Proses pembentukan KSM dilakukan setelah adanya sosialisasi dari pihak kelurahan. Di awal inisiasi program ini, fasilitator kelurahan melakukan sosialisasi kepada pihak kelurahan. Kemudian pihak kelurahan menyampaikan informasi mengenai program tersebut kepada masyarakat melalui RW atau RT
35 setempat di seluruh wilayah Kelurahan Situ Gede. Seperti yang diungkapkan oleh Pak SA sebagai berikut:.di awal program ini masuk ke kelurahan, faskel sosialisasi ke masyarakat melalui aparatur kelurahan kemudian disampaikan kepada RW dan RT di seluruh wilayah kelurahan Situ Gede. Masyarakat kemudian dikumpulkan sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan program. Perkumpulan ini bertujuan untuk merembukkan kesiapan masyarakat dalam menerima atau menolak program. Menerima ataupun menolak program dilakukan melalui musyawarah dengan memperhatikan segala konsekuensinya. Perkumpulan ini dihadiri oleh hampir seluruh masyarakat. KSM dibentuk setelah masyarakat memusyawarahkan Perencanaan Jangka Menengah (PJM). Kepengurusan BKM ditentukan oleh BKM beserta UP dengan memperhatikan orang-orang yang dapat dipercaya dalam mengelola kelembagaan tersebut dengan baik. Kepengurusan KSM ini diharapkan mampu untuk melaksanakan berbagai kegiatan atau program penanggulangan kemiskinan. Pembagian nama dalam kelompok didasarkan pada data yang diperoleh BKM melalui UP. Masyarakat yang mendaftar dalam komunitas KSM Rubah I umumnya adalah laki-laki dan berprofesi sebagai buruh bangunan sehingga sesuai untuk jenis kegiatan fisik seperti pembangunan jalan, drainase, dan RTLH. 4.3.2 KSM Rubah II KSM Rubah II terbentuk pasca pencairan dana tahapan pertama tahun 2008. Setelah kepengurusan KSM Rubah I berakhir, kemudian dibentuklah KSM Rubah II. KSM Rubah I masih bertanggung jawab terhadap pemakaian dan pemeliharaan rumah hingga mencapai umur pakai lima tahun. Sementara itu, KSM Rubah II berkewajiban menyelesaikan program RTLH dengan alokasi dana pencairan tahap kedua tahun 2008. Keanggotaan dalam KSM Rubah II berjumlah 14 orang dan kesemuanya adalah laki-laki. Anggota kelompok memiliki rentang usia antara 33-55 tahun. Mayoritas anggota berpendidikan SD, yaitu sebanyak 8 orang. Namun demikian ada pula anggota KSM yang berpendidikan SMA atau sederajat sebanyak 3 orang. Jenis pekerjaan anggota KSM ini lebih bervariasi. Anggota yang bekerja sebagai buruh bangunan sebanyak 5 orang dan bekerja di bidang jasa ada 4 orang.
36 Keanggotaan KSM Rubah II terdiri dari beberapa anggota KSM Rubah I di tambah dengan beberapa anggota baru. Keanggotaan KSM yang baru seperti halnya pada KSM Rubah I terbentuk dengan cara langsung mendaftar melalui UP pada struktur BKM. Adanya anggota lama dan anggota baru pada struktur kepengurusan KSM Rubah II merupakan langkah agar kepengurusan KSM mengalami keberlanjutan serta mengalami proses pembelajaran. Hal ini juga diupayakan agar partisipasi masyarakat semakin tumbuh dan berkembang. 4.2.3 KSM Rubah III KSM Rubah III dibentuk pada tahun 2009. KSM Rubah III dibentuk setelah kepengurusan KSM Rubah II berakhir. KSM Rubah III menggunakan alokasi dana pencairan tahap ketiga tahun 2008. Keanggotaan dalam KSM Rubah III berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 8 orang anggota laki-laki dan 2 orang anggota perempuan. Dapat dilihat bahwa dalam KSM Rubah III ini peran serta dari perempuan sudah mulai tumbuh. Anggota kelompok memiliki rentang usia antara 27-65 tahun. Sebanyak 4 orang anggota berpendidikan SMA atau sederajat, 3 orang berpendidikan SMP atau sederajat dan sisanya merupakan lulusan SD. Sebanyak 1 orang anggota KSM tergolong kepada usia tidak produktif (67 tahun) dan berjenis kelamin perempuan. Jenis pekerjaan anggota KSM ini lebih bervariasi. Anggota yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 4 orang, di bidang jasa ada 4 orang, dan buruh bangunan 2 orang. Keanggotaan KSM Rubah III terdiri dari beberapa anggota KSM Rubah I dan II di tambah dengan beberapa anggota baru. Adanya anggota lama dan anggota baru pada struktur kepengurusan KSM Rubah III merupakan langkah agar kepengurusan KSM mengalami keberlanjutan. Hal ini juga diupayakan agar partisipasi masyarakat semakin tumbuh dan berkembang, termasuk partisipasi dari perempuan. 4.2.4 KSM Rubah IV KSM Rubah IV dibentuk pada tahun 2009 pasca pelaksanaan program RTLH oleh KSM Rubah III. KSM Rubah IV menggunakan alokasi dana pencairan tahap pertama tahun 2009. Keanggotaan dalam KSM Rubah III
37 berjumlah 11 orang, yang kesemuanya adalah laki-laki. Anggota kelompok memiliki rentang usia antara 27-46 tahun. Rentang usia tersebut tergolong kepada usia produktif. Tingkat pendidikan anggota KSM Rubah IV dapat dikatakan lebih tinggi dibanding ketiga KSM lainnya. Hal ini terlihat dari adanya anggota KSM (2 orang) berpendidikan S1, (4 orang) berpendidikan SMA, (2 orang) SMP, dan (2 orang) SD. Keanggotaan KSM Rubah IV terdiri dari beberapa anggota lama KSM Rubah, ditambah dengan beberapa anggota baru. Adanya anggota lama dan anggota baru pada struktur kepengurusan KSM Rubah IV merupakan langkah agar kepengurusan KSM mengalami keberlanjutan. Hal ini juga diupayakan agar partisipasi masyarakat semakin tumbuh dan berkembang.