BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN DEFISIT NEUROLOGIS TERHADAP PROGNOSIS PASIEN POST TERAPI MENINGITIS AKUT DI RSU HAJI SUKOLILO SURABAYA PERIODE 1 JANUARI SEPTEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

A. Latar Belakang Masalah. diketahui,tanpa adanya kelainan neurologic lain. Pada sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi sistem saraf pusat merupakan penyakit. yang menjadi perhatian dunia dan penyebab yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. helper Cluster of Differentiation 4 (CD4) positif dan makrofag),

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh sebab vaskular (WHO, 2004). Insiden stroke di Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. dermatitis atopik. White Dermographism pertama kali dideskripsikan oleh Marey

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan sehingga mampu meningkatkan rata-rata usia harapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. dipantau selama 3,5 tahun mempunyai kompliksai yang paling sering adalah

ABSTRAK KELAINAN SISTEM SARAF PUSAT PADA PASIEN HIV/AIDS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

KUESIONER PENELITIAN

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

SINDROMA GUILLAINBARRE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 PENURUNAN KESADARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. menentukan karakter atau cirikas dari orang satu dan orang lainya. Isi hati

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisit neurologis adalah kelainan fungsional area tubuh karena penurunan fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot. Tanda tanda defisit neurologis merupakan proses terjadinya suatu penyakit seperti tumor otak, infark, meningitis maupun ensefalitis. Manifestasi klinik dari defisit neurologi ditentukan dari letak anatominya seperti pada lobus frontalis dengan manifestasi klinik hemiparesis, monoparesis, kejang fokal tipe grandmall bahkan aphasia Broca sedangkan pada batang otak didapatkan manifestasi klinik berupa tanda tanda hilangnya fungsi motorik dan sensori dari traktus dan nucleus saraf kranialis yang terkena (Bradley, 2008). Penelitian yang dilakukan di rumah sakit Massachusetts Belanda pada bulan Oktober 1998 sampai April 2002 dari 63 pasien meningitis terdapat 62 pasien (98 %) mengalami prognosis yang buruk karena memiliki satu atau lebih faktor resiko yaitu gejala fokal neurologis, kesadaran menurun dan kejang (De Beek, 2004). Sedangkan penelitian di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan Januari 1997 Desember 2005 menunjukkan hubungan peningkatan angka mortalitas dengan kejadian penurunan kesadaran dan gejala fokal neurologis lainnya, dari 273 pasien 41% nya memiliki prognosis yang buruk akibat adanya defisit neurologis saat masuk rumah sakit (Hendrik dan Jofizal, 2006). Hasil studi klinik di Jawa Timur pada tahun 2006 memperlihatkan insidens dari defisit neurologis meningitis lebih dari 50% kasus pada orang 1

2 dewasa dan lebih dari 30% pada anak-anak. Dari beberapa kasus meningitis di Jawa Timur terdapat beberapa defisit neurologis seperti gangguan nervus kranialis II, IV, VI sebanyak 50% dan cerebral palsy sebanyak 20% yang pada umumnya disebabkan karena terlambatnya penanganan yang dapat memperburuk prognosis. Terjadinya defisit neurologis pada pasien meningitis biasanya timbul akibat proses inflamasi dari pembuluh darah cerebral berupa kejang, paresis nervus kranialis, lesi cerebral fokal, dan hydrasefalus (Iskandar Japardi, 2009). Meningitis di negara berkembang seperti Indonesia masih menjadi masalah yang serius. Pada tahun 2005 dari 1000 kelahiran, terdapat 36 kasus meningitis setiap tahunnya. Di Jawa Timur, meningitis merupakan penyakit penyebab kematian bayi dan anak tertinggi ke lima sesudah diare. Dari 2000 responden anak dan balita, 1300 responden (65%) terdapat Streptococcus pneumonia di tenggorokannya selain itu dari 4,6 juta kelahiran hidup hanya 0,6% yang mendapat vaksin meningitis di Indonesia dan semua itu merupakan faktor resiko terjangkitnya meningitis pada anak (Hardiono, 2010). Pada usia dewasa resiko terjadinya meningitis juga disebabkan oleh penyebaran hematogen namun meningitis pada usia dewasa lebih sering pada orang yang mengalami kekebalan tubuh yang menurun seperti pada pasien usia lanjut atau pada pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) (Wahyuningsih, 2010). Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa defisit neurologis fokal berupa kejang memiliki prognosis yang lebih buruk seperti juga pada pasien yang memiliki faktor predisposisi berupa umur terlalu muda atau terlalu tua, takikardi, Glas Glow Coma Scale (GCS) yang rendah pada saat masuk rumah sakit dan

3 infeksi Streptococcus pneumonia memiliki prognosis yang buruk atau tingkat mortalitas yang lebih tinggi.(zoons. Dkk,2008). Seiring masih tingginya angka mortalitas penyakit meningitis di Jawa Timur akibat terjadinya defisit neurologis dan RSU Haji Sukolilo Kota Surabaya salah satu rumah sakit jejaring Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang sehingga diharapkan dapat sebagai wacana mengenai defisit neurologis terhadap prognosis pasien meningitis di sana maka dilakukanlah penelitian mengenai hubungan defisit neurologis terhadap prognosis pasien post terapi meningitis akut di RSU Haji Sukolilo Kota Surabaya. 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan antara defisit neurologis terhadap prognosis pasien post terapi meningitis akut di RSU Haji Sukolilo Kota Surabaya pada periode 1 Januari 2007 30 September 2011? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya hubungan defisit neurologis dan prognosis pasien post terapi meningitis akut di RSU Haji Sukolilo Kota Surabaya. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui hubungan antara penurunan status kesadaran terhadap prognosis pasien post terapi meningitis akut di RSU Haji Sukolilo Kota Surabaya pada periode 1 Januari 2007 30 September 2011.

4 Untuk mengetahui hubungan antara kejang terhadap prognosis pasien post terapi meningitis akut di RSU Haji Sukolilo Kota Surabaya pada periode 1 Januari 2007 30 September 2011 Untuk mengetahui hubungan antara paresis nervus kranialis terhadap prognosis pasien post terapi meningitis akut di RSU Haji Sukolilo Kota Surabaya pada periode 1 Januari 2007 30 September 2011. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Akademis Meningkatkan pengetahuan tentang defisit neurologis pada pasien meningitis. Menambah pemahaman tentang hubungan defisit neurologis terhadap prognosis pasien meningitis. Sebagai dasar pertimbangan lebih lanjut pengendalian defisit neurologis penderita meningitis untuk mencegah terjadinya prognosis yang buruk. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan defisit neurologis terhadap prognosis pasien meningitis. 1.4.2 Manfaat Klinik Sebagai dasar untuk melakukan penanganan yang cepat dan tepat untuk memperbaiki prognosis pasien meningitis yang datang dengan defisit neurologis. Sebagai dasar untuk melakukan edukasi ke keluarga pasien tentang hubungan defisit neurologis terhadap prognosis pasien meningitis.

5 1.4.3 Manfaat Masyarakat Sebagai dasar pengetahuan untuk mengenal gejala meningitis di lingkungan sekitar agar tidak sampai terjadi defisit neurologis yang berdampak pada prognosis yang buruk. Sebagai dasar pengetahuan untuk pencegahan penyakit meningitis di lingkungan sekitar agar tidak sampai terjadi defisit neurologis yang berdampak pada prognosis yang buruk.