KATA PENGANTAR. Reduction Strategy Papers) pada tahun yang memuat prinsip

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. iii KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

BAB VII P E N U T U P

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB VI SISTEM MONITORING DAN EVALUASI

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Indonesia: Strategi. Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals).

BAB V MEKANISME PELAKSANAAN RENCANA AKSI

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAPERMAS KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia,

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR SINGKATAN... ix

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

Isu Strategis Kota Surakarta

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

Berdasarkan isu strategis tersebut, rekomendasi untuk Perbaikan Layanan Kesehatan, antara lain:

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

Kata Sambutan. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) ini dapat diselesaikan. Penyusunan dokumen SNPK ini merupakan proses yang sangat panjang dan melibatkan berbagai pihak. Penyusunan SNPK dimulai tahun 2001 dengan pembentukan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK), penyusunan Dokumen Sementara Strategi Penanggulangan Kemiskinan(Interim Poverty Reduction Strategy Papers) pada tahun 2002-2003 yang memuat prinsip dan langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan SNPK, pembentukan Tim Koordinasi Penyiapan Penyusunan Perumusan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan (TKP3KPK) di bawah koordinasi Kantor Menko Kesra, sampai pada proses finalisasi yang dilakukan oleh Satuan Kerja Finalisasi SNPK di bawah koordinasi Kantor Meneg PPN/Bappenas sebagai Pokja Perencanaan Makro Penanggulangan Kemiskinan. Rangkaian proses tersebut dilakukan dengan mengutamakan prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Proses penyusunan dokumen SNPK dilakukan dengan melibatkan berbagai pelaku pembangunan baik dari kalangan pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi. Dokumen ini mengakui kemiskinan sebagai masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok i

orang, laki-laki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Masyarakat miskin diakui mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu, strategi dan kebijakan yang dirumuskan dalam dokumen SNPK didasarkan atas pendekatan berbasis hak. Penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui berbagai upaya untuk menjamin penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin, perwujudan keadilan dan kesetaraan gender, serta percepatan pembangunan perdesaan, perkotaan, kawasan pesisir, dan kawasan tertinggal. Berbagai strategi dan kebijakan tersebut dituangkan dalam rencana aksi penanggulangan kemiskinan tahun 2005 2009 yang memuat langkah-langkah pencapaian tujuan dan sasaran, dan indikator kinerja. Strategi dan kebijakan tersebut juga telah diintegrasikan dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004 2009. Penyusunan ini merupakan langkah awal untuk secara bersama-sama memecahkan masalah kemiskinan. Komitmen yang kuat dan langkah nyata dari seluruh pelaku pembangunan sangat diperlukan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dokumen Strategi Nasional Penanggulangan ini dapat dijadikan acuan dalam perumusan kebijakan dan program yang dapat menjamin penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin. Dengan demikian, penanggulangan kemiskinan menjadi arusutama dari seluruh kebijakan negara. Jakarta, Januari 2005 Meneg PPN/Kepala Bappenas Sri Mulyani Indrawati ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN halaman i iii x xi xiv xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Maksud dan Tujuan 6 1.3 Proses Penyusunan 6 1.3.1 Analisis Kemiskinan Partisipatif (AKP) 7 1.3.2 Kajian Akademik 8 1.3.3 Konsultasi Publik 8 1.4 Kedudukan dan Ruang Lingkup 10 1.4.1 Kedudukan 10 1.4.2 Ruang Lingkup 11 1.5 Sistematika 12 BAB II DIAGNOSIS KEMISKINAN 13 iii

2.1 Defisini Kemiskinan 13 2.2 Gambaran Umum 14 2.3 Permasalahan Kemiskinan 19 2.3.1 Kegagalan Pemenuhan Hak Dasar 20 2.3.1.1 Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan 20 2.3.1.2 Terbatasnya Akses dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan 22 2.3.1.3 Terbatasnya Akses dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan 28 2.3.1.4 Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha 37 2.3.1.5 Terbatasnya Akses Layanan Perumahan 44 2.3.1.6 Terbatasnya Akses terhadap Air Bersih dan Aman serta Sanitasi 48 2.3.1.7 Lemahnya Kepastian Kepemilikan dan Penguasaan Tanah 50 2.3.1.8 Memburuknya Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 53 2.3.1.9 Lemahnya Jaminan Rasa Aman 57 2.3.1.10 Lemahnya Partisipasi 62 2.3.2 Lemahnya Penanganan Masalah Kependudukan 65 2.3.3 Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan 66 iv

Gender 2.3.4 Kesenjangan Antardaerah 68 2.4 Isu Strategis 71 BAB III KAJI ULANG KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 73 3.1 Pengelolaan Ekonomi Makro 74 3.1.1 Kebijakan Moneter 74 3.1.2 Kebijakan Fiskal 75 3.2 Pemenuhan Hak Dasar 77 3.2.1 Penyediaan dan Perluasan Akses Pangan 77 3.2.2 Perluasan Akses Layanan Kesehatan 79 3.2.3 Perluasan Akses Layanan Pendidikan 83 3.2.4 Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha 87 3.2.5 Perluasan Akses Layanan Perumahan 93 3.2.6 Penyediaan Air Bersih dan Aman, serta Sanitasi 94 3.2.7 Perluasan Akses Tanah 95 3.2.8 Perluasan Akses Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 97 3.2.9 Peningkatan Rasa Aman 100 3.2.10 Perluasan Akses Partisipasi 102 3.3 Pengendalian dan Persebaran Penduduk 105 3.4 Peningkatan Keadilan dan Kesetaraan Gender 106 3.5 Pengembangan Wilayah 108 3.5.1 Pembangunan Perdesaan 108 3.5.2 Pembangunan Perkotaan 110 3.5.3 Pengembangan Kawasan Pesisir 112 v

3.5.4 Pembangunan Daerah Tertinggal 113 3.6 Otonomi Daerah dan Globalisasi 114 3.6.1 Otonomi Daerah 114 3.6.2 Globalisasi 116 BAB IV STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN KEMISKINAN 119 4.1 Landasan Konstitusional 119 4.2 Visi dan Misi 123 4.3 Tujuan 124 4.4 Sasaran 124 4.5 Prinsip-prinsip 125 4.5.1 Nilai-nilai yang berkenaan dengan Tujuan 125 4.5.2 Nilai-nilai yang berkenaan dengan Proses 125 4.6 Strategi Utama 126 4.7 Rencana Aksi 128 4.7.1 Kebijakan Ekonomi Makro 128 4.7. 1.1 Penciptaan Stabilitas Ekonomi Makro 128 4.7.1.2 Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi 130 4.7.1.3 Perluasan Kesempatan Kerja 133 4.7.1.4 Pengurangan Kesenjangan 134 4.7.2 Rencana Aksi Pemenuhan Hak Dasar 135 4.7.2.1 Pemenuhan Hak atas Pangan 136 4.7.2.2 Pemenuhan Hak atas Layanan Kesehatan 138 4.7.2.3 Pemenuhan Hak atas Layanan 145 vi

Pendidikan 4.7.2.4 Pemenuhan Hak atas Pekerjaaan dan Berusaha 154 4.7.2.5 Pemenuhan Hak atas Perumahan 158 4.7.2.6 Pemenuhan Hak atas Air Bersih dan Aman, serta Sanitasi yang Baik 161 4.7.2.7 Pemenuhan Hak atas Tanah 164 4.7.2.8 Pemenuhan Hak atas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 165 4.7.2.9 Pemenuhan Hak atas Rasa Aman 168 4.7.2.10 Pemenuhan Hak untuk Berpartisipasi 171 4.7.3 Rencana Aksi Perwujudan Keadilan dan Kesetaraan Gender 172 4.7.4 Rencana Aksi Pengembangan Wilayah Mendukung Pemenuhan Hak- Hak Dasar 176 4.7.4.1 Percepatan Pembangunan Perdesaan 176 4.7.4.2 Pembangunan Perkotaan 179 4.7.4.3 Pengembangan Kawasan Pesisir 181 4.7.4.4 Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal 183 BAB V MEKANISME PELAKSANAAN RENCANA AKSI 187 5.1 Penegakan Prinsip tanpa Diskriminasi 187 vii

5.2 Pentahapan Pelaksanaan Kewajiban Negara 187 5.2.1 Kewajiban Negara 188 5.2.2 Kewajiban Minimum 188 5.2.3 Kerjasama untuk Pelaksanaan Kewajiban 188 5.3 Prasyarat Pelaksanaan Rencana Aksi 189 5.4 Pelembagaan Rencana Aksi 189 5.5 Jaringan Kerja Pelaksana Rencana Aksi 190 5.5.1 Pemerintah Pusat 191 5.5.2 Pemerintah Provinsi 193 5.5.3 Pemerintah Kabupaten dan Kota 195 5.5.4 Pelaku Usaha Swasta dan Perbankan 197 5.5.5 Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi 199 5.5.6 Organisasi Masyarakat dan Organisasi Keagamaan 200 5.5.7 Negara Donor, Lembaga Internasional, dan Perusahaan Multinasional 201 5.6 Antisipasi terhadap Hambatan Pelaksanaan Rencana Aksi 202 5.6.1 Hambatan Sumberdaya Manusia 203 5.6.2 Hambatan Perubahan Kebijakan 203 5.6.3 Hambatan Politik 203 5.7 Penganggaran Rencana Aksi 204 5.7.1 Prinsip Penganggaran 204 5.7.2 Reorientasi Pengelolaan Anggaran Negara 205 5.7.3 Pengarusutamaan 206 5.8 Pengendalian dan Pengawasan (Safeguarding) 207 viii

Rencana Aksi BAB VI SISTEM MONITORING DAN EVALUASI 209 6.1 Prinsip-Prinsip 209 6.2 Mekanisme dan Prosedur 210 6.2.1 Pengumpulan Data 210 6.2.2 Pelaporan 211 6.2.3 Diseminasi 212 6.2.4 Pemanfaatan dan Tindak Lanjut 213 6.3 Organisasi dan Kelembagaan 213 6.3.1 Kelembagaan Monev di Tingkat Pusat 215 6.3.1.1 Forum Konsultasi Monev 215 6.3.1.2 Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi 215 6.3.1.3 Monev Internal Lembaga Pemerintah dan Monev Independen Lembaga Non Pemerintah 216 6.3.2 Kelembagaan Monev di Tingkat Daerah 217 6.3.3 Kelembagaan Monev di Tingkat Lokal/Komunitas 217 6.4 Integrasi ke dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran 218 6.5 Penguatan Kapasitas Lembaga Penyedia Data 218 BAB VII PENUTUP 231 DAFTAR PUSTAKA 233 ix

DAFTAR TABEL halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 6.1 Angka Kematian Bayi Menurut Kelompok Pengeluaran, 1998, 2001 dan 2003 23 Angka Partisipasi Sekolah, Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni menurut Kelompok Usia dan Pengeluaran Keluarga, 2003 32 Angka Melek Aksara Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Kelompok Umur, Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2003 35 Rata-rata Upah/Gaji/Pendapatan Pekerja sebulan Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2001 dan 2002 (dalam Rupiah) 43 Persentase Pemilikan Sertifikat Tanah menurut Perempuan dan Laki-laki 52 Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), 1998 dan 2002 67 Matrik Indikator Kinerja Monitoring dan Evaluasi SNPK 221 x

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 halaman Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Indonesia 1976 2003 15 Gambar 2.2 Persentase Penduduk Miskin, IPM, dan IKM 2002 16 Gambar 2.3 Persentase Balita Menurut Status Gizi 21 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Jumlah Desa Yang Sulit Mengakses rumah sakit dan Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 25 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kerja Kesehatan menurut Kelompok Pengeluaran 26 Angka Partisipasi Sekolah Umur 13 15 Tahun Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 29 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Perkotaan dan Perdesaan, 2003 29 Persentase Penduduk berumur 7 18 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah menurut Alasan Tidak Melanjutkan Sekolah, 2003 30 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Daerah dan Tingkat Pendidikan, 2003 32 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2003 33 Angka Buta Huruf Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 34 xi

Gambar 2.11a Angka Buta Aksara menurut Usia dan Pengeluaran Tahun 2003 34 Gambar 2.12 Persentase Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan 36 Gambar 2.13 Angka Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 38 Gambar 2.14 Diagram Distribusi Persentase Penduduk Miskin Menurut Lapangan Pekerjaan Kepala Rumah Tangga Tahun 2003 40 Gambar 2.15 Jumlah Kepala Keluarga yang Bertempat Tinggal di Bantaran Kali dan Rumah Kumuh Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 45 Gambar 2.16 Jumlah Kepala Keluarga yang Bertempat Tinggal di Kawasan Lindung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 46 Gambar 2.17 Persentase Rumah Tangga Dengan Lantai Terluas rumah dari Tanah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 47 Gambar 2.18 Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 48 Gambar 2.19 Persentase Desa Yang Mengalami Bencana Gempa Bumi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 54 Gambar 2.20 Persentase Desa Yang Mengalami Tanah Longsor dan Banjir Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 54 Gambar 2.21 Persentase Desa Yang Mengalami Konflik dalam 1 Tahun Terakhir Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 59 Gambar 2.22 Persentase Desa Yang Memiliki Organisasi Petani Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 63 Gambar 2.23 Keterlibatan Rumah Tangga dalam Pengambilan Keputusan menurut Tingkat Pendapatan 63 Gambar 2.24 Diagram Sebar Persentase Penduduk Miskin dan Indek Kemiskinan Manusia (IKM) Tahun 2003 68 xii

Gambar 2.25 Gambar 2.26 Gambar 6.1 Diagram Sebar Persentase Penduduk Miskin dan PDRB Perkapita Tahun 2003 69 Diagram Sebar Persentase Penduduk Miskin dan Kapasitas Fiskal tahun 2003 70 Mekanisme dan Prosedur Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan Kemiskinan 214 xiii

DAFTAR SINGKATAN AKABA AKB AKI AKP APK APM Bappenas BDS BKPK BPS DfID DOTS HDI HIV HPI IKM ILO IMF IPG IPM IPRSP JBIC JICA JPS BK : Angka Kematian Balita : Angka Kematian Bayi : Angka Kematian Ibu : Analisis Kemiskinan Partisipatif : Angka Partisipasi Kasar : Angka Partisipasi Murni : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : Bussiness Development Services : Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan : Biro Pusat Statistik : Departemen for International Development : Direct-Observed Treatment Short-term : Human Development Index : Human Immunodefficiency Virus : Human Poverty Index : Indek Kemiskinan Masyarakat : International Labour Organization : International Monetary Fund : Indeks Pembangunan Gender : Indeks Pembangunan Manusia : Interim Poverty Reduction Strategy Papers : Japan Bank for International Cooperation : Japan International Coorporation Agency : Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan xiv

KIKIS KPK KPPP LH LILA MBS MDG NHDR ODA PJM PJP PKPS BBM PPA Propenas PRSP PIR PUS SDA SNPK SPM Susenas Takesra TKI TKP3KPK TKW UCI UKBM UMP UNDP UNICEF UNSFIR : Komite Independen Anti Kemiskinan Struktural : Komite Penanggulangan Kemiskinan : Komisi Penyelesaian Perselisihan Perburuhan : Lingkungan Hidup : Lingkar Lengan Atas : Manajemen Berbasis Sekolah : Millenium Development Goals : National Human Development Report : Official Development Assistance : Pembangunan Jangka Menengah : Pembangunan Jangka Panjang : Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak : Participatory Poverty Assessment : Program Pembangunan Nasional : Poverty Reduction Strategy Papers : Pola Inti Rakyat : Pasangan Usia Subur : Sumber Daya Alam : : Standar Pelayanan Minimum : Survei Sosial Ekonomi Nasional : Tabungan Kesejahteraan Keluarga : Tenaga Kerja Indonesia : Tim Koordinasi Penyiapan Penyusunan Perumusan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan : Tenaga Kerja Wanita : Universal Child Immunization : Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat : Upah Minimum Propinsi : United Nation Development Program : United Nations Children s Fund : United Nations Support For Indonesia Recovery xv

UUPA WDR WTO WWF : Undang-Undang Pokok Agraria : World Development Report : World Trade Organization : World Wildlife Foundation xvi

RINGKASAN Dokumen (SNPK) ini merupakan dokumen strategi dan rencana aksi untuk mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran penanggulangan kemiskinan. Dokumen SNPK tidak berdiri sendiri, tapi merupakan bagian dari dokumen Rencana Pembanguan Jangka Menengah (RPJM) 2004 2009 yang memuat kebijakan pembangunan dan rencana kerja pemerintah selama lima tahun. Dokumen SNPK ini mengakui kemiskinan sebagai masalah multidimensi. Masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi miskin. Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin, dan adanya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik. Oleh karena itu, strategi dan kebijakan yang dirumuskan dalam dokumen SNPK didasarkan atas pendekatan berbasis hak. (SNPK) merupakan arah bersama bagi pemerintah, swasta, masyarakat, dan berbagai pihak dalam mendorong gerakan nasional penanggulangan kemiskinan. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menegaskan komitmen dalam mengatasi kemiskinan, membangun konsensus bersama untuk melaksanakan xvii

penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan hak-hak dasar, menegaskan komitmen dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals) terutama tujuan penanggulangan kemiskinan, dan mendorong pengarusutamaan kebijakan negara dalam penanggulangan kemiskinan. Pendekatan hak-hak dasar relevan dengan perkembangan dan permasalahan yang terjadi di Indonesia. Proses demokratisasi yang berlangsung selama ini diharapkan mempertajam pemahaman dan proses politik akan pentingnya perwujudan hak-hak dasar rakyat. Pendekatan berbasis hak juga memberikan penegasan pentingnya pelaksanaan otonomi daerah sebagai bagian dari upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin. Dengan kewenangan dan sumberdaya yang lebih besar, pemerintah kabupaten dan kota berkewajiban untuk memberikan layanan dasar yang mudah, murah dan bermutu bagi masyarakat miskin, serta memberi ruang yang lebih luas bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Perbaikan tata pemerintahan akan membuka peluang lebih luas bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan memberdayakan masyarakat miskin, serta memberikan peran yang strategis bagi swasta dan berbagai pihak dalam mengatasi masalah kemiskinan. Dokumen ini menegaskan bahwa perbaikan tata pemerintahan dan perluasan partisipasi harus menjadi bagian integral dari setiap kebijakan yang dilaksanakan untuk memberdayakan masyarakat miskin, dan meningkatkan taraf dan mutu hidup masyarakat miskin. Dalam era globalisasi yang ditandai oleh persaingan, perubahan teknologi dan informasi yang begitu cepat, dan penerapan pasar bebas, peran negara dalam penyediaan barang dan jasa publik akan makin berkurang. Oleh sebab itu, pendekatan hak dasar mengatur peran minimum yang harus menjadi kewajiban negara dan tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Selain itu, upaya penanggulangan kemiskinan perlu memperhatikan adanya momentum kemitraan global dalam pencapaian tujuan pembangunan milenium. xviii

Penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan berbasis hak menegaskan kewajiban negara (pemerintah, DPR, DPRD, lembaga tinggi Negara, TNI dan lembaga penyelenggaran negara lainnya) untuk berupaya sekuat tenaga dan secara bertahap mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin. Pelaksanaan kewajiban negara untuk terlebih dahulu menghormati, melindungi, dan kemudian memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin akan membuat proses pemenuhan hak-hak dasar tersebut lebih progresif dan tidak terhambat oleh ketersediaan sumberdaya dan sumberdana. Dengan mengedepankan proses partisipasi dan pemahaman terhadap suara masyarakat miskin, strategi penanggulangan kemiskinan dituangkan dalam empat rencana aksi yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun (2005 2009), yaitu Rencana Aksi Pengelolaan Ekonomi Makro, Rencana Aksi Pemenuhan Hak Dasar, Rencana Aksi Perwujudan Keadilan dan Kesetaraan Gender, dan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Wilayah Mendukung Pemenuhan Hak Dasar. Rencana Aksi Pengelolaan Ekonomi Makro memuat kebijakan dan langkah kebijakan untuk menciptakan stabilitas ekonomi makro, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja dan mengurangi kesenjangan antarwilayah. Rencana Aksi Pemenuhan Hak Dasar memuat kebijakan dan langkah kebijakan untuk mewujudkan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas pangan, hak atas kesehatan, hak atas pendidikan, hak atas pekerjaan, hak atas air bersih, hak atas perumahan, hak atas tanah, hak atas sumberdaya alam dan lingkungan hidup, hak atas rasa aman dari tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Rencana Aksi Perwujudan Kesetaraan dan Keadilan Gender memuat kebijakan dan langkah kebijakan untuk menurunkan ketidakadilan gender dan menjamin penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar perempuan sama dengan laki-laki. xix

Rencana Aksi Percepatan Pengembangan Wilayah memuat kebijakan dan langkah kebijakan untuk revitalisasi pembangunan perdesaan, peningkatan pembangunan perkotaan, pengembangan kawasan pesisir dan percepatan pembangunan daerah tertinggal. Guna menjamin terselenggaranya rencana aksi penanggulangan kemiskinan, dokumen SNPK juga menguraikan mekanisme pelaksanaan rencana aksi yang memuat prasyarat, kelembagaan, jaringan kerja pelaksana, penganggaran, pengendalian dan pengawasan (safeguarding), dan antisipasi terhadap hambatan pelaksanaan rencana aksi, serta sistem pemantauan dan evaluasi. Selain itu, sebagai dokumen yang disusun dengan dukungan dan partisipasi aktif pihak swasta, masyarakat, dan lembaga-lembaga internasional, serta hasil konsultasi dengan masyarakat dan pemerintah daerah, dokumen SNPK juga diharapkan menjadi pedoman bersama bagi pelaku pembangunan lainnya. Oleh sebab itu, strategi dan rencana aksi penanggulangan kemiskinan tidak hanya menjadi rencana kerja dan program pemerintah, tetapi juga menjadi gerakan bersama semua pelaku pembangunan. Dengan demikian, tujuan dan sasaran SNPK akan dapat terwujud sesuai dengan batas waktu yang telah direncanakan. xx

xxi

. 22