Nama : Aninda Candri L. NIM : Nama Kelompok : D Nama Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo

dokumen-dokumen yang mirip
PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1. kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

Praktik dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender di Indonesia

I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

BAB I PENDAHULUAN. tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

KONFLIK POSO MELANGGAR HAM

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup.

Bentuk Kekerasan Seksual

LEMBAR FAKTA Peluncuran Laman Pengaduan Kekerasan Seksual

Pendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Perkawinan Anak dan Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia (World Health. KTP di Indonesia berjumlah kasus dan meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI. A.Kajian Hukum Mengenai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual dewasa ini bukan

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

I. PENDAHULUAN. lain hal. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, pengertian pernikahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN

Pertanyaan awal : mengapa pembangunan merupakan isu gender?

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

"Perlindungan Saksi Dalam Perspektif Perempuan: Beberapa Catatan Kritis Terhadap RUU Perlindungan Saksi usul inistiatif DPR"

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

VICTIMISASI KRIMINAL TERHADAP PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

KEBIJAKAN SANKSI PIDANA TERHADAP ORANG TUA YANG TIDAK MELAKSANAKAN PENETAPAN UANG NAFKAH ANAK OLEH PENGADILAN PASCA PERCERAIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Terhadap Dunia Pendidikan

KEKERASAN SEKSUAL: KENALI&TANGANI

Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

Menanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

BUPATI DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

EKSPLOITASI, PELECEHAN SEKSUAL DAN KEKERASAN TERHADAP KAUM PEREMPUAN DI PANDANG DARI SILA KE DUA TUGAS AKHIR Disusun oleh : Nama : Aninda Candri L. NIM : 11.11.4905 Nama Kelompok : D Nama Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Page 1

EKSPLOITASI, PELECEHAN SEKSUAL DAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI PANDANG DARI SILA KE DUA Aninda Candri Laksafa Jurusan Teknik Informatika STIMIK AMIKOM YOGYKARTA ABSTRAKS Tindak kekerasan terhadap perempuan seringkali dianggap suatu isu yang terbelakang atau bahkan dapat dikatakan tidak menarik. Padahal jika dilihat dari kenyataan yang selama ini terjadi, tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan ancaman terus menerus bagi perempuan di manapun di dunia. Hal ini merupakan akibat dari adanya pandangan di sebagian besar masyarakat yang menganggap kedudukan perempuan di sebagian dunia yang tidak dianggap sejajar dengan laki-laki. Terlebih lagi, rasa takut kaum perempuan terhadap kejahatan (fear of crime) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang dirasakan kaum pria. Kekerasan terhadap perempuan (KTP) : Segala bentuk kekerasan berbasis jender yang berakibat atau mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan ; termasuk ancaman dari tindakan tsb, pemaksaan atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi dilingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi. Hukum yang berlaku di Indonesia, belum bisa mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan. Karena penanganannya yang kurang maksimal. Sejauh ini kepedulian Komnas Perlindungan Perempuanlah yang bisa sedikit membantu. Page 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG "Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab hakikatnya sila ini lebih mengacu pada hak asasi manusia (HAM). HAM itu sendiri di peroleh seseorang sejak saat dia lahir. Hak untuk disayangi, di hormati, belejar, makan, mencari penghasilan, hak untuk hidup,dll. Masalahnya hak-hak itu sendiri sekarang ini sudah sering terabaikan. Terutama hak perempuan. Perempuan itu adalah makhluk yang di penuhi dengan keindahan. Perempuan itu cantik, dia pelengkap hidup seorang pria. Perempuan seharusnya di jaga, di hormati, di manjakan, di lindungi, di sayang bukan di lecehkan ataupun di perlakukan seperti binatang. Perempuan bukan mesin pencetak uang ataupun alat pelampiasan nafscehan seksual. Dia tidak untuk di eksploitasi. Di Indonesia, kasus pelecehan seksual, eksploitasi ataupun kekerasan terhadap perempuan. Memiliki ranking tertinggi di seluruh Negara. Agaknya kaum perempuan di Indonesia masih di anggap sebagai makhluk yang lemah dan bodoh. Sungguh kenyataa yang membuat miris hati. B. RUMUSAN MASALAH 1. Ada berapa banyak kasus pelecehan seksual, eksploitasi dan kekerasan terhadap perempuan? 2. Apakah hukum Indonesia telah memberikan perlindungan secara maksimal terhadap tindak kekerasan perempuan Page 3

BAB II PEMBAHASAN C. PENDEKATAN HISTORIS Perempuan juga mempunyai derajat yang sama dengan laki-laki, hanya karena perbedaan fisik yang membuat fungsinya berbeda. Karena perempuan mempunyai sifat lemah-lembut, perasaannya halus dan penyayang maka di beri tugas mulia oleh Allah swt untuk hamil, melahirkan, mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Sedangkan laki-laki umumnya mempunyai fisik lebih kuat, sehingga di beri tugas mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istrinya. Sementara dalam hal ibadah dan mu amalah maka laki-laki dan wanita mempunyai persamaan; sama-sama memperoleh pahala atas amal salehnya (Surat An-Nahl 97, Al-Ahzab 35). Sama-sama berhak masuk syurga, mempunyai kewajiban yang sama dalam hal ibadah seperti: shalat, puasa, zakat, haji dan da wah, serta sama haknya dalam bermu amalah (Surat An-Nisa, 124). Adil adalah adanya kesempatan untuk menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi [pada saya] dan itu diterima sebagai sebuah fakta dan kebenaran. (Perempuan korban penyiksaan seksual di Aceh pada masa konflik bersenjata, 2001) Mereka tidak tahu kecuali bahwa saya hanya dipukul. Saya tidak cerita kepada suami. Saya sangat takut dan merasa sangat malu. Saya tidak berani ambil risiko dan tidak berani membayangkan kalau suami saya tahu. Kemungkinan besar, dia tidak bsia menerima bahwa saya sudah ditiduri oleh orang lain, walaupun itu diperkosa... Page 4

Malu, kalau terjadi perceraian dan masyarakat nanti akan cari tahu [apa alasannya]. (Perempuan Aceh korban penyiksaan seksual pada masa konflik bersenjata, 2003). Adil baru ada apabila pelaku meminta maaf kepada saya dan kepada korban-korban lain atas apa yang mereka lakukan di masa lalu. Pelaku dihukum sesuai dengan kesalahan yang mereka lakukan... sesuai dengan hukum yang berlaku. [Ada] jaminan hal yang terjadi pada saya tidak terjadi lagi pada orang lain....(perempuan Aceh korban penyiksaan seksual di masa konflik bersenjata, 2001). Steriotype tradisional yang menunjukkan pelabelan negatif pada citra perempuan, misalnya anggapan bahwa perempuan lemah, tidak rasional, dan emosional. Subordinasi, yaitu perempuan dianggap sebagai manusia nomor dua sehingga tidak punya hak dalam posisi tawar dan pengambilan keputusan. Marjinalisasi atau penilaian kehadiran perempuan tidak penting sehingga tidak diberi akses pada pendidikan dan sumber ekonomi, dan ini merupakan penyebab kemiskinan pada perempuan. Perempuan berbeban ganda, yaitu ketika perempuan bekerja juga pada ranah publik. Hal itu terjadi karena pekerjaan domestik dianggap sebagai tugas perempuan. Maka ketika perempuan karena potensinya juga bekerja di sektor public sesampai di rumah ia masih berkewajiban menyelesaikan tugas domestik, sementara karena laki-laki (suami) dianggap bertugas publik, dia tidak terkena kewajiban domistik Page 5

D. PEMBAHASAN MASALAH Dari data yang saya dapat, ada 91.311 kasus kekerasan seksual. Jumlah peristiwa kekerasan seksual tersebut berdasarkan data Komnas Perempuan sudah mendekati sepertiga kasus kekerasan terhadap perempuan. Total kasus kekerasan terhadap perempuan dalam periode di atas adalah 295.836 kasus. Dari sisi lokasi kejadian, lebih dari dua pertiga kasus di atas terjadi dalam ranah personal atau domestik. Itu artinya, dalam banyak kejadian korban memiliki hubungan darah atau relasi intim dengan korban.kasus di ranah personal mencapai 76 persen dari total kasus kekerasan seksual terhadap perempuan, atau sebanyak 69.251 kasus. Ruang publik menduduki posisi kedua dalam jumlah kasus, dengan 20.503 kejadian atau sebesar 22 persen. Selain itu, ada pula kasus yang terjadi di ranah negara, yaitu kekerasan seksual yang dilakukan aparat negara dalam kapasitas tugas mereka. Contoh terkini adalah kasus pelecehan seksual oleh seorang pejabat BPN terhadap tiga,staf wanita yang menjadi bawahannya. (Harian Kompas,23-9-2011). Menurut Andrew L. Sapiro dalam bukunya berjudul Amerika NO.1 menyebutkan Kita no.1 dalam kasus pemerkosaan yaitu 114 per100 ribu penduduk. Departemen Kehakiman AS sampai akhir 1992 menyebutkan bahwa 20% pemerkosa adalah bapaknya sendiri, 26% orang dekatnya, 51% orang yang dikenalnya, 4% orang yang tidak dikenalnya. Ini fakta tahun 1992, bagaimana dengan sekarang? Senada dengan kondisi di Indonesia, Komnas Perempuan mencatat bahwa kekerasan terhadap perempuan meningkat terus dari tahun ke tahun. Catatan tahun 2004, misalnya, menyebut 5.934 kasus kekerasan menimpa perempuan. Angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2001 (3.169 kasus) dan tahun 2002 (5.163 kasus). Angka ini merupakan peristiwa yang berhasil dilaporkan atau di-monitoring. Dari keseluruhan 5.934 kasus kekerasan terhadap perempuan, 2.703 adalah kasus Page 6

KDRT. Tercakup dalam kategori ini adalah kekerasan terhadap istri sebanyak 2.025 kasus (75%), kekerasan terhadap anak perempuan 389 kasus (10% ), dan kekerasan terhadap keluarga lainnya 23 kasus (1%). Pelaku umumnya adalah orang yang mempunyai hubungan dekat dengan korban seperti suami, pacar, ayah, kakek, dan paman. KUHP sebagai salah satu sumber hukum pidana yang mempunyai kaitan langsung dengan tindak kekerasan terhadap perempuan, dapat dijadikan instrumen dalam penanggulangan secara yuridis. Namun, kelemahan yang dimiliki oleh KUHP peninggalan kolonial sudah seharusnya dibenahi dengan membuat KUHP nasional. Sebab seperti diketahui, masih banyak perilaku tindak kekerasan terhadap perempuan yang belum tercantum di dalam KUHP. Pemberlakuan prosedur yang baku dalam hal penanganan kasus-kasus yang berkenaan dengan tindak kekerasan terhadap perempuan oleh aparat penegak hukum itu diperlukan. Sebab, seringkali penanganan terhadap kasus tindak kekerasan terhadap perempuan itu berbeda-beda tergantung kemampuan individu yang dimiliki oleh personil penegak hukum. Prosedur itu harus berorientasi pada korban dan melakukan upaya awal untuk membantu korban dalam mengatasi trauma yang dialaminya akibat tindak kekerasan yang menimpanya. Peran Komnas Perlindungan Perempuan yang menyerukan pencegahan kekerasaan terhadap perempuan, mengadakan kampanye anti kekerasan, memberikan perlindungan dan rasa aman terhadap perempuan. Komnas Perempuan bekerja dengan berpedoman pada prinsip bahwa hak korban mencakup hak atas kebenaran, keadilan dan pemulihan. Ketiga hak ini saling kait-mengait, tidak bisa dipisah-pisahkan, dan merupakan satu kesinambungan yang menghubungkan pemulihan diri yang personal dengan pemulihan yang kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang lebih luas. Dari pengalaman mengupayakan penerapan prinsip ini dalam kehidupan nyata Page 7

perempuan korban, peran lembaga dan komunitas agama adalah kunci, baik dalam memberikan bantuan praktis jangka pendek bagi pemulihan korban maupun dalam upaya jangka panjang untuk membangun kesadaran baru di tengah masyarakat agar kekerasan yang dialami para korban tidak terulang lagi. Page 8

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu isu yang tidak bisa dianggap sebagai isu terbelakang. Karena disadari atau tidak, perilaku ini telah menjadi isu global. Berdasarkan pembahasan tentang tindak kekerasan terhadap perempuan maka dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa ; 1. Kasus kekerasan terhadap perempuan kebanyakan adalah kasus pelecehan seksual (50%), KDRT (15%), sisanya kasus eksploitasi perempuan (35%). 2. Hukum di Indonesia sebenarnya telah memberikan perlindungan terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan. Namun, masih banyak kelemahan yang mengikutinya. Mulai dari masih banyak perilaku tindak kekerasan terhadap perempuan yang belum tercantum di dalam Perundang-undangan, sampai dengan ketiadaan prosedur baku dalam penanganan korban tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan. Page 9

REFERENSI Shapiro. L. Andrew Amerika Nomor 1: Kondisi AS yang Kontradiktif dan Ironis. 1995. Jakarta: Pustaka Firdaus. Forum Anti Kekerasan terhadap Perempuan Kalimantan Timur, Tuntutan di Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan Sedunia. 25 November 1998. Iswanto dan Angkasa, 2000. Diktat Kuliah Viktimologi Khusus. Purwokerto Dra. HJ. Djohantini Noordjannah, MM., dkk : Memecah Kebisuan:Agama Mendengar Suara Perempuan Korban Kekerasan Demi Keadilan (Respon Muhammadiyah).2010. Jakarta: Open Society Institute. Page 10