Endang Susilowati SMP N 3 Semarang. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Bab III Metode Penelitian

JEMBER TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

Edudikara, Vol 1 (2); 34-41,

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

PENGGUNAAN MULTI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 01 MUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BAGI SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 CILONGOK SEMESTER II TAHUN 2016/2017

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah.

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PROSIDING ISBN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

Mufarizuddin,M.Pd. 1 ABSTRAK. Keyword : Hasil belajar Matematika, Strategi Mathematical Investigation

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

BAB III METODE PENELITIAN

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

BUDIMAN SIHOMBING Guru SMP Negeri 15 Medan

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.3 (2016) : ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Yusra Guru Matematika SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

LKS Berbasis KonstruktivismeDapat Meningkatkan Aktivitas danhasil Belajar Siswa Kelas IX SMP N 3 Tanjungpinang

Universitas Muhammadiyah Purwokerto. J l Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto Telp. (0281)

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jagabaya I Kecamatan

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN JARINGAN KOMPUTER

BAB III METODE PENELITIAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Sugianto Universitas Wiralodra Indramayu ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS EKONOMI.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Hasil Belajar, Pembelajaran Tematik, Metode Make A Mact

Oleh: AGUS SUSILA NIP Guru SMP Negeri 1 Jalancagak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.1, April 2014, hlm

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

Erlisa Pertiwi, Syahril Bardin, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 11 MATARAM

Kata Kunci: model STAD, pembelajaran, IPA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Penerapan Metode Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Labuan

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Penerapan Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Inpres 1 Slametharjo Kabupaten Banggai

Transkripsi:

PENERAPAN METODE JIGSAW DENGAN APLIKASI PADA MATERI PENGARUH KEPADATAN POPULASI MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN KELAS VIIB SMPN 3 SEMARANG Endang Susilowati SMP N 3 Semarang Abstrak Gerakan peningkatan mutu pendidikan, menuntut pendidik untuk mampu memenuhi tuntutan yang semakin meningkat, baik kualitas maupun beragam cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran belum bermakna, kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan tugas di kelompok masih rendah, juga tanggungjawab yang masih kurang. Oleh sebab itu pendidikan saat ini menuntut menggunakan metode pembelajaran yang menarik, menyenangkan, siswa termotivasi aktif, tertantang dan rileks. Maka pembelajaran yang disampaikan menjadi bermakna. Hakikat IPA terwujud, kerjasama dan tanggungjawab dalam kelompok meningkat, kualitas pembelajaran meningkat, hasil belajar tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : mengetahui peningkatan hasil belajar, kreatifitas, dan keaktifan siswa melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian dimulai dengan pembuatan perangkat pembelajaran, meliputi :silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar pertanyaan untuk tugas pribadi maupun kelompok, tugas pribadi dan kelompok, kemudian persentase, tugas untuk pribadi dan kelompok dipresentasikan berupa power point, evaluasi hasil belajar siklus I dan siklus II. Pelaksanaan pembelajaran, siswa menilai keaktifan dan kreativitas teman, ada rekaman video. Hasil penelitian (1) guru bersama teman sejawat berhasil membuat perangkat pembelajaran kemudian diteruskan untuk pengambilan data penelitian. (2) Pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.Untuk keaktifan siklus I dari penilai antar teman rata-ratanya 80, 10%, siklus II dari penilaian antar teman rata-ratanya 80, 60%. Keaktifan siklus I dari observasi guru rata-ratanya 81, 57%, siklus II dari observasi guru rata-ratanya 81, 60%. Kreatifitas siklus I dari penilaian antar teman rata-ratanya 81, 25%, siklus II dari penilaian antar teman rata-ratanya 85, 25%. Kreatifitas siklus I dari observasi guru rata-ratanya 79, 75%, siklus II dari observasi guru rata-ratanya 86, 75%. Keaktifan siswa siklus I dan siklus II memiliki ketercapaianya baik karena berada pada 70%-85%. Kreativitas siswa memiliki ketercapaianya baik sekali karena berada pada 86%-100%. Hasil belajar siswa siklus I dari hasil rata-rata UK 1 dan LK 1 sebesar 83, 36 ketercapaiannya baik karena berada pada 70% - 85% dan siklus II dari hasil rata-rata UK 2 dan LK 2 sebesar 84, 46 % ketercapaiannya siklus II baik karena berada pada 70%-85%. Pembelajaran berpusat pada siswa dan terbangun suatu komunitas belajar yang kondusif sebagai upaya membangun kompetensi, sehingga permasalahan yang dihadapi dapat diminimalkan. Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, keaktifan, kreatifitas, hasil belajar siswa. PENDAHULUAN Peningkatan kualitas pendidikan harus terus diupayakan agar sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa terwujud. Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional mencanangkan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan pada tanggal 2 Mei 2002. Berbagai indikator mutu pendidikan cukup menggembirakan namun sebagian besar lain masih memprihatinkan (Anonim, 2001). Kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah guru. Guru sebagai elemen penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru secara langsung dapat menciptakan kondisi dan situasi yang 42

memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Peningkatan mutu pendidikan dapat pula dilihat dari pelajaran yang berlangsung pada sekolah tersebut baik proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal ketuntasan belajar klasikal siswa kelas VII-D Semarang tahun pelajaran 2012/2013 pada materi Pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan belum memenuhi standar ketuntasan yaitu 56, 25% dari 32 siswa, kurang kreatifitas 60% dan kurang aktif 48%. Adapun standar ketuntasan mata pelajaran IPA 70. Kreatifitas masih rendah terutama pada saat membuat makalah. Kekurangaktifan siswa tersebut khususnya dalam hal diskusi, presentasi, melakukan demonstrasi, mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan, mengumpulkan tugas masih harus selalu diingatkan, interaksi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan bahan ajar masih kurang. Pembelajaran belum bermakna. Kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan tugas di kelompok masih rendah, tanggung jawab masih kurang. Pembelajaran menuntut penggunaan metode yang menarik, menyenangkan, termotivasi, aktif, tertantang dan rileks. Pembelajaran yang disampaikan menjadi bermakna, hakikat IPA terwujud, kerjasama dan tanggung jawab dalam kelompok meningkat, kualitas pembelajaran meningkat dan hasil belajar tinggi. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut anggota kelompok lainnya (Arends, 1997:34). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal. Jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar sehingga ia akan menjadi ahli dibidangnya. Keahlian yang dimiliki tersebut kemudian dibelajarkan kepada rekannya di kelompok lain. Rekannya di kelompok lain juga mempelajari materi ajar yang lain dan menjadi ahli di bidangnya. Interaksi yang terjadi adalah pola pembelajaran saling berbagi (share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi karna memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain. Setiap siswa akan merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain. Pola distribusi siswa dalam kelompok jigsaw adalah diawali dengan pembentukan kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan ke kelompok ahli untuk mempelajari bidang tertentu sampai menjadi ahli. Siswa di kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok asal untuk berbagi tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui presentasi sederhana. Di kelompok asal siswa yang sudah ahli akan bertemu dengan siswa lain yang ahli di bidang lain untuk saling berbagi menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Dengan pola distribusi kelompok tersebut akan terjadi ketergantungan positif dengan teman kelompoknya. Rasa tanggung jawab antar anggota kelompok untuk memenangkan kuis pada akhir kegiatan menjadi tantangan bersama. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan termotivasi untuk membuat rekan dalam kelompok asal memahami bagian materi untuk dapat menjawab permasalahan yang diberikan guru. Model pembelajaran tersebut membuat setiap komponen pembelajaran berelaborasi secara interaktif. Tantangan yang motivatif menyebabkan interaksi antara media, sumber belajar dan siswa meningkat. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat ditingkatkan melalui peran guru sebagai fasilitator (Sudjana, 1996). Peran guru dalam hal ini sebagai pendamping ataupun 43

pembimbing bagi siswa dalam belajar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memilih dan menentukan strategi mengajar yang mampu membawa pada situasi yang aktif sehingga siswa dapat mengembangkan segala belajarnya. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengkondisikan siswa untuk beraktifitas secara kooperatif dalam dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Aktifitas tersebut meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah, memberikan umpan balik dan mengajar rekan sebaya. Seluruh aktifitas tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar dimana siswa secara aktif melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna. Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2006 diberikan beberapa kriteria suatu pembelajaran itu akan menyenangkan jika mampu membangkitkan aktivitas, berpusat pada siswa, memanfaatkan multimedia, membangkitkan kerjasama. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dideskripsikan sebagai strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang disebut kelompok asal. Kemudian siswa juga menyusun kelompok ahli yang terdiri dari perwakilan kelompok asal untuk belajar dan/atau memecahkan masalah yang spesifik. Setelah kelompok ahli selesai melaksanakan tugas maka anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menerangkan hasil pekerjaan mereka di kelompok ahli tadi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang menyatakan bahwa Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar, kreatifitas, dan keaktifan siswa dapat ditingkatkan melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar, kreatifitas, dan keaktifan siswa melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi Pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru secara bertahap yang dibagi dalam beberapa siklus (Wartono, 2004). Penelitian ini akan dilakukan pada kelas VII- B SMP Negeri 3 Semarang, dengan jumlah siswa 32 semester 2. Rancangan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan model kooperatif tipe Jigsaw pada materi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan dari 2 (dua) siklus. Siklus I terdiri dari dua tatap muka, sedangkan siklus II terdiri dari dua (2) tatap muka, masing-masing tatap muka adalah dua jam pelajaran (2 JP). Setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting). Setiap akhir siklus dilaksanakan refleksi untuk menyusun perencanaan dan pelaksanaan tindakan untuk siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Persiapan Penelitian Pada tahap ini dilakukan pengamatan awal dan pemantauan keadaan, serta mempersiapkan semua instrumen penelitian. b. Pelaksanaan Penelitian 1) Materi 2) Rencana Tindakan Rencana tindakan dalam penelitian ini meliputi : a) Perencanaan b) Pelaksanaan tindakan c) Observasi d) Analisis dan Refleksi c. Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan video pembelajaran, penilaian antar teman. d. Refleksi Hasil yang diperoleh dalam tahap dianalisis dalam tahap refleksi. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. 44

Prosedur penelitian dapat diperinci melalui bagan menurut Kemmis sebagai berikut: Siklus I Persiapan Awal Refleksi - Membahas kendala-kendala yang terjadi selama siklus I dengan siswa, mereka memberi masukan dan akan diperbaiki pada siklus II - Observasi awal - Menyusun minggu efektif, prota, promes, silabus, RPP - Memperhatikan materi mengenai waktu pelaksanaan, alokasi waktu.. - Menyesuaikan keadaan anak-anak kelas 7B SMPN 3 SMG. - Mempersiapkan alat, bahan untuk PTK. - Menyusun kolaborasi dengan kelas 7B Perencanaan - Menyusun lembar kerja tiap pertemuan per siklus I. - Menyusun lembar penilaian keaktifan, kreatifitas antar siswa. - Menyusun lembar penilaian keaktifan, kreativitas observasi guru. - Menyusun soal siklus 1. - Mempersiapkan no kelompok asal, ahli. Pelaksanaan Observasi dan Evaluasi - Merekam KBM dengan video (observasi guru mengenai penilaian keaktifan dan kreatifitas, didukung dokumen portofolio siswa. - Penilaian antar teman, mengenai keaktifan, kreativitas, portopolio, tugas, siswa saat KBM - Tes siklus I - Analisis hasil Kognitif dan keaktifan, kreativitas. Refleksi Observe Plan Action - Pelaksanaan sesuai RPP pertemuan 1 dan 2, memberi apersepsi dan motivasi pada siswa - Penyajian materi dengan lembar tugas siklus 1. - Anggota kel berbeda dengan tugas yang sama (kel ahli) diskusi - Anggota Kel ahli kembali ke asal untuk berbagi pengetahuan - Presentasi hasil diskusi oleh kel ahli - Membuat rangkuman Penguatan materi - Penghargaan kelompok - Menarik kesimpulan Siklus II Gambar 1. Bagan prosedur penelitian tindakan kelas Siklus I Perencanaan Refleksi Indikator tercapai dari analisis siklus II dan diharapkan hasil belajar, kreatifitas dan keaktifan siswa meningkat serta tercapainya pembelajaran dengan baik - Menyusun lembar kerja tiap pertemuan per siklus II. - Melengkapi /menambah aspek lembar penilaian keaktifan yang telah diusulkan siswa yang semula 7 menjadi 10, kreatifitas antar siswa. - Menambah/menyusun lembar penilaian keaktifan yang semula 7 menjadi 10, kreativitas observasi guru. - Menyusun soal siklus II.. Observasi dan Evaluasi - Merekam kegiatan siswa dan guru selama KBM dengan video(observasi guru penilaian keaktifan dan kreativitas siswa dan didukung portofolio siswa). - Penilaian keaktifan siswa, kreatifitas, tugas portofolio makalah (penilaian antar teman) - Tes siklus II - Analisis hasil tes dan keaktivan, kreativitas, makalah. Refleksi Observe Plan Action Gambar 2. Bagan prosedur penelitian tindakan kelas Siklus II Pelaksanaan - Pelaksanaan sesuai RPP pertemuan 3 dan 4, memberi apersepsi dan motivasi pada siswa - Penyajian materi dengan lembar tugas siklus 2 - Anggota kel berbeda dengan tugas yang sama (kel ahli) diskusi - Anggota Kel ahli kembali ke asal untuk berbagi pengetahuan - Presentasi hasil diskusi oleh kel ahli - Membuat rangkuman Penguatan materi - Penghargaan kelompok - Menarik kesimpulan 45

Skala Ketercapaian VOLUME 03 NOMOR 02 OKTOBER 2015 HASIL PENELITIAN Hasil penilaian keaktifan dan kreativitas siswa diperoleh data saat pembelajaran siklus I dan siklus II. Data diperoleh dari hasil penilaian antar teman maupun hasil observasi guru. Tingkat keaktifan siklus I meliputi 7 aspek yang dinilai yaitu mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian, mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu, mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami, membuat catatan, aktif dalam diskusi kelompok, member tanggapan, menyerahkan tugas tepat waktu. Tingkat keaktifan siklus II meliputi 10 aspek yang dinilai karena diusulkan oleh siswa saat refleksi siklus I yaitu mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian, mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu, mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami, membuat catatan, aktif dalam diskusi kelompok, member tanggapan, menyerahkan tugas tepat waktu, kerjasama dalam kelompok, mengemukakan pendapat, menerima pendapat. Kreatifitas siswa pada siklus I dan siklus II sama masing-masing terdiri dari 4 aspek yang dinilai yaitu mengerjakan tugas sesuai petunjuk guru, memberi warna sesuai tema sehingga baik dan jelas, menulis dengan rapi dan jelas, menampilkan tugas dengan rapi dan jelas. Adapun ketercapaian keaktifan maupun kreatifitas siswa sebagai berikut: 86% - 100% = Baik sekali; 70% - 85%= Baik; 55% - 69%=Cukup: Dibawah 55% = Kurang. Hasil analisis data keaktifan siswa dari penilaian antar teman meningkat dari siklus I = 80, 10% dengan kategori baik, siklus II = 80, 60% dengan kategori baik, sedang hasil observasi guru siklus I = 81, 57% dengan kategori baik, siklus II = 81, 60% dengan kategori baik Kreatifitas siswa dari penilaian antar siswa meningkat siklus I = 81, 25% dengan kategori baik, siklus II = 85, 25% dengan kategori baik. Penilaian kreativitas siswa hasil observasi guru siklus I = 79, 75% dengan kategori baik, siklus II = 86, 75% dengan kategori baik sekali.keaktifan dan kreatifitas peserta didik pada tiap siklus disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Keaktifan dan Kreatifitas Peserta Didik Penilaian antar teman Observasi guru Keterangan No Keaktifan Kreatifitas Keaktifan Kreatifitas Siklus I II I II I II I II 1. Rata-rata 5, 66 8, 06 3, 25 3, 41 5, 71 8, 16 3, 19 3, 47 2. Terendah 4 7 3 3 4 7 3 3 3. Tertinggi 7 10 4 4 7 10 4 4 80, 80, 81, 85, 81, 81, 79, 4. Nilai 86, 75% 1% 6% 25% 25% 57% 6% 75% 5. Ketercapaian Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik sekali Data keaktifan dan kreatifitas disajikan dalam grafik sebagai berikut : 100,0 90,0 80,0 86,75 85,25 80,1 80,6 81,25 81,57 81,6 79,75 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 Siklus I Siklus II 20,0 10,0 0,0 Keaktifan Penilaian Siswa Kreativitas Penilaian Siswa Keaktifan Observasi Guru Kreativitas Observasi Guru Gambar 3. Grafik keaktifan dan Kreativitas 46

Skala Ketercapaian VOLUME 03 NOMOR 02 OKTOBER 2015 Hasil belajar peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja pada tiap siklus yang disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut: No Tabel 2. Hasil belajar peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja Uraian Pertemuan 1 Lembar Kerja Perte- Rata-rata muan 2 Pertemuan 1 Lembar Kerja Perte- Rata-rata muan 2 1. Rata-rata 84, 69 92, 19 88, 44 78, 13 88, 88 84, 46 2. Terendah 80 75 77, 5 75 75 75, 5 3. Tertinggi 100 100 100 90 100 93, 5 Berikut disajikan grafik dari tabel di atas. 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 78,59 92,19 88,44 88,88 84,69 84,46 Penilaian Lembar Kerja 1 Penilaian Lembar Kerja 2 Rata-rata Siklus I Siklus II Gambar 4. Hasil belajar peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja Adapun hasil akhir dari kegiatan pada setiap siklus I dan II baik dari penilaian lembar kerja maupun uji kompetensi dapat dilihat dari tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil Belajar No URAIAN SIKLUS I SIKLUS II UK 1 LK 1 UH 1 UK 2 LK 2 UH 2 1. Rata-rata 78, 59 88, 44 83, 36 84, 69 82, 83 84, 46 2. Terendah 65 77, 5 73, 75 60 76, 5 75, 5 3. Tertinggi 85 100 97, 5 100 92 93, 5 Grafik dari tabel di atas adalah sebagai berikut 47

Skala Ketercapaian VOLUME 03 NOMOR 02 OKTOBER 2015 100,0 90,0 80,0 88,44 84,69 82,83 83,36 84,46 78,59 70,0 60,0 50,0 40,0 Siklus I Siklus II 30,0 20,0 10,0 0,0 Uji Kompetensi Lembar Kerja Ulangan Harian Gambar 5. Hasil belajar siswa siklus I-II PEMBAHASAN Hasil penelitian ini meliputi hasil keaktifan siswa diperoleh dari data penilaian antar teman, hasil keaktifan siswa diperoleh dari data observasi guru. Hasil penilaian kreatifitas siswa juga diperoleh dari data penilaian antar teman, hasil kreatifitas dari data observasi guru. Hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian lembar kerja siklus I pada pertemuan I dan pertemuan II, demikian juga tugas pada saat siklus II pertemuan I dan pertemuan II semua tugas pada lampiran I. Pada akhir pertemuan II siklus I maupun akhir pertemuan II siklus II siswa mengerjakan uji kompetensi terdapat pada lampiran 6 materi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Berikut adalah hasil penelitian beserta pembahasannya. Tabel keaktifan siswa siklus I II dilihat dari data penilaian antar teman memperoleh ketercapaian baik. Keaktifan siswa siklus I II dilihat dari data observasi memperoleh ketercapaian baik Kreatifitas siswa siklus I-II dilihat dari data penilaian antar teman memperoleh ketercapaian baik. Kreativitas siswa siklus I memperoleh ketercapaian baik dilihat dari data observasi guru, sedang kreatifitas siswa siklus II memperoleh ketercapaian baik sekali karena berada pada kategori 86% 100%. Hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil penilaian lembar kerja pertemuan 1 siklus 1, lembar kerja pertemuan 2 siklus 1, lembar kerja pertemuan 1 siklus 2, lembar kerja pertemuan 2 siklus 2 dan tes ulangan uji kompetensi 1, tes uji kompetensi 2 yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Hasil akhir lembar kerja pertemuan 1 siklus 1 adalah 84, 69, nilai terendah 80, nilai tertinggi 100 hasil akhir lembar kerja pertemuan 2 siklus 1 adalah 92, 19, nilai terendah 75 nilai tertinggi 100 rata-rata lembar kerja siklus I adalah 88, 44, nilai terendah rata-rata 77, 5, nilai tertinggi rata-rata 100, hasil lembar kerja pertemuan 1 siklus 2 adalah 78, 13, nilai terendah 75, nilai tertinggi 90, hasil lembar kerja pertemuan 2 siklus 2 adalah 88, 88, nilai terendah 75, nilai tertinggi 100 rata-rata lembar kerja siklus II adalah 84, 46, nilai terendah 75, 5, nilai tertinggi 93, 5 hasil rata-rata lembar kerja siklus I dan II tidak mengalami peningkatan karena tingkat kesukaran lembar kerja siklus II lebih tinggi dan lebih komplek.adapun hasil akhir Uji kompetensi 1 adalah 78, 59, nilai terendah 65, nilai tertinggi 85, hasil akhir Uji kompetensi II 84, 69, nilai terendah 60, nilai tertinggi 100 sehingga rata-rata UK 1 dan LK 1 adalah 83, 36 nilai terendah rata-rata 73, 75, nilai tertinggi 97, 5 sedangkan rata-rata UK 2 dan LK 2 adalah 84, 46, nilai terendah 75, 5, nilai tertinggi 93, 5, ini berarti ada peningkatan hasil belajar antara siklus I dan siklus II. Ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai karena hasil akhir sudah mencapai nilai 75, sesuai dengan kriteria ketuntasan materi sekolah SMPN 3 Semarang. 48

Berdasarkan rekap hasil peserta pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik kelas VII-B di SMPN 3 Semarang nilai rata-ratanya pada siklus I adalah 83, 36 dan ketuntasan klasikal mencapai 75% rata-rata pada siklus II adalah 84, 46 dan ketuntasan klasikal mencapai 100%. Hal ini dapat dikatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran siklus I di kelas tersebut kualitas hasil belajar tergolong baik, namun masih terdapat 6, 25% peserta didik belum mencapai nilai ketuntasan sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah, sedang pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus II di kelas tersebut kualitas hasil belajar tergolong baik dan setiap siswa telah mencapai nilai ketuntasan sesuai KKM. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai alternatif pembelajaran pada materi Pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan di kelas VII SMPN 3 Semarang semester genap tahun 2014/2015 terlihat ada peningkatan nilai, nilai rata-rata siklus I mencapai 83, 36 dan nilai rata-rata siklus II mencapai 84, 46 ketuntasan klasikal siklus I sebesar 93, 75%, ketuntasan klasikal siklus II sebesar 100%. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik tersebut dikarenakan guru telah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai alternatif pembelajaran dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mengaktifkan, meningkatkan kreatifitas. Di samping itu guru sudah melakukan modifikasi dalam kegiatan belajar mengajar sehingga diharapkan peserta didik menjadi lebih aktif selama KBM berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2002) menyatakan bahwa suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan karena otak tidak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan, perasaan senang biasanya akan muncul bila belajar diwujudkan menjadi kegiatan yang lebih menarik. Peserta didik akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman dan jauh dari perilaku yang menyakitkan perasaan peserta didik karena belajar melibatkan perasaan. Menurut Suwarna (2006) pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru, di mana Piaget dalam Suwarna (2006) menyatakan bahwa manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda, selain dengan apersepsi, guru juga memberi motivasi (dorongan) untuk membangkitkan minat siswa yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang minat/keinginan peserta didik untuk belajar. Selanjutnya dilakukan kegiatan inti yang diawali eksplorasi yaitu untuk mengetahui kesiapan peserta didik dalam KBM. Elaborasi meliputi Eksplorasi Guru menyampaikan kepadatan populasi manusia pada suatu daerah dari waktu ke waktu mengalami perubahan.guru menampilkan grafik pertambahan populasi. Elaborasi: Membagi peserta didik dalam kelompok (masing-masing kelompok terdiri atas 4 orang) sebagai kelompok asal. Membagikan materi dan tugas yang berbeda kepada kelompok asal (masing-masing kelompok asal mendapatkan tugas. Meminta peserta didik membaca bagian materi yang ditugaskan, kemudian menjawab bahan diskusi yang terdapat pada tugas. Meminta peserta didik untuk membentuk kelompok ahli. Meminta peserta didik untuk kembali ke kelompok asal. Menjadi fasilitator dan moderator diskusi kelas. Konfirmasi: Memberikan penguatan pada hasil diskusi (penguatan berupa konsep-konsep penting, contoh penguatan dapat dilihat pada materi essensial).guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah kegiatan penutup berupa penarikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru. Dalam kegiatan ini guru menjelaskan bagian materi yang penting untuk menyatukan kerangka berpikir peserta didik, peserta didik juga diberi kesempatan untuk menyatakan lagi materimateri yang belum dipahami lalu dilanjutkan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana efek/dampak penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap pemahaman siswa. Penggunaan model ini mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. 49

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan ada peningkatan keaktifan siklus I dari penilai antar teman rata-ratanya 80, 10%, siklus II dari penilaian antar teman rata-ratanya 80, 60%. Keaktifan siklus I dari observasi guru rataratanya 81, 57%, siklus II dari observasi guru rata-ratanya 81, 60%. Kreatifitas siklus I dari penilaian antar teman rata-ratanya 81, 25%, siklus II dari penilaian antar teman rataratanya 85, 25%. Kreatifitas siklus I dari observasi guru rata-ratanya 79, 75%, siklus II dari observasi guru rata-ratanya 86, 75%. Keaktifan siswa siklus I dan siklus II memiliki ketercapaianya baik karena berada pada 70%- 85%. Kreativitas siswa memiliki ketercapaiannya baik sekali karena berada pada 86%-100%. Hasil belajar siswa siklus I dari hasil rata-rata UK 1 dan LK 1 sebesar 83, 36 ketercapaiannya baik karena berada pada 70% - 85% dan siklus II dari hasil rata-rata UK 2 dan LK 2 sebesar 84, 46 % ketercapaiannya siklus II baik karena berada pada 70%-85%. Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah: 1. Pembelajaran menggunakan kooperatif tipe Jigsaw hendaknya digunakan sebagai salah satu metode dalam KBM materi Pengaruh kepadatan penduduk terhadap lingkungan, agar diperoleh keaktifan, kreatifitas dan hasil belajar yang optimal. 2. Penggunaan model kooperatif tipe Jigsaw sebagai alternative pembelajaran perlu dicocokkan pada berbagai materi IPA. DAFTAR PUSTAKA. 2001. Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Biologi SMA/MA: Jakarta. Dimyati. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Elfis. 2010a. Alur Penilaian Tindakan Kelas. http://elfisuir.blogspot.com. Elfis. 2010d. Teknik Analisa Data.http://elfisuir.blogspot.com. Elfis. 2010c. Penilaian Hasil Belajar Siswa. http://elfisuir.blogspot.com Hamalik, O. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Karyadi, B. 1993. Pengembangan Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D.II dan Pendidikan kependudukan. Lie, A. 2002. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Santoso, K. 2002. Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran. Makalah Disajikan dalam Pelatihan Desain Pembelajaran di Semarang tanggal 8-21 September 2002. Saptono, S. 2003. Strategi Belajar mengajar Biologi Semarang. Universitas Negeri Semarang. Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo. Sudjana, N. 1996. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Read more: http://www.artikelbagus. com/2011/09/pengertianpembelajaran-kooperatif-tipejigsaw.html#ixzz3xdhzp4hp Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Grup: Jakarta Winaryati, E.(2015).Action Research dalam Pendidikan (Antara Teori dan Praktik). Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. www.jigsaw.org http://www.readwritethink.org/profess ional-development/ strategyguides/using-jigsaw-cooperativelearning-30599.html. http://id.scribd.com/doc/24529374/27/tabel-2-2-langkah-langkah-model- Cooperative-Tipe-Jigsaw. 50