BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investor merupakan salah satu pelaku investasi yang memiliki kaitan erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam mengambil suatu keputusan investasi, investor akan mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya melalui publikasi laporan keuangan perusahaan. Laporan ini berisi berbagai informasi yang diperlukan oleh investor, sehingga melalui laporan keuangan tersebut, investor dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut memiliki kelangsungan hidup jangka panjang atau tidak Sari dan Yaqin (2015). Penilaian terhadap kelangsungan hidup perusahaan dilakukan oleh pihak independen yaitu auditor. Penggunaan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor sangat berguna bagi investor dalam mengambil keputusan investasinya karena dapat dicegahnya penerbitan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan SAK. Untuk menilai kemampuan entitas mempertahankan kelangsungan hidupnya diperlukan berbagai informasi yang dapat membantu auditor dalam mengeluarkan opini Sari dan Yaqin, (2015). Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern). Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan 1
2 agar bertahan hidup. Salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada masyarakat, khususnya para pemegang saham adalah berupa laporan keuangan. Laporan keuangan memberikan gambaran mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan perubahan posisi keuangan Sari (2015). Dampak dari memburuknya kondisi ekonomi tersebut mengakibatkan makin meningkatnya opini Qualified Going Concern dan Disclaimer untuk penugasan tahun 1998 Noverio (2011). Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkakan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001) dalam Kartika (2012). Pengeluaran opini audit going concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena ketika seorang investor akan melakukan investasi ia perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut Hany et.al., (2003) dalam Kartika (2012). Auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahan-kan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SA seksi 341, 2001) dalam Kartika (2012). Standar Audit (SA) Seksi 341 paragraf 11 menyatakan bahwa jika terdapat kondisi dan peristiwa yang menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas maka auditor
3 harus menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelas lain) dalam laporan audit. Pada SA Seksi 341 paragraf 6, digambarkan sejumlah kondisi dan peristiwa di mana opini audit going concern ini rentan diterima oleh perusahaan. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kerugian operasi yang terjadi berulang kali, permasalahan likuiditas, rasio keuangan yang buruk, kegagalan untuk melunasi utang, pemogokan kerja, serta masalah eksternal seperti pengaduan gugatan pengadilan Irwansyah et al., (2015). Menurut Mckeown et. al. (1991) dalam Kartika (2012) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern. Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going concern Ramadhany (2004) dalam Kartika (2012). Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit). Perusahaan yang baik (sehat) mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar dibandingkan dengan jika profitabilitasnya rendah Petronela (2004) dalam Kartika (2012). Demikian pula apabila perusahaan memiliki solvabilitas Semakin tinggi maka menunjukkan perusahaan beresiko, hal ini menyebabkan kreditur meminta imbalan
4 semakin tinggi.rasio solvabilitas yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio solvabilitas ini, maka semakin pula menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern. Setyarno et. al. (2006) dalam Kartika (2012) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Penelitian tersebut memberikan bukti empiris bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Maka semakin kecil besar perusahaan akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Selain dari opini audit tahun sebelumnya dan ukuran pertimbangan lain yaitu mengenai reputasi KAP menurut penelitian Amilin dan Indrawan (2008) dalam Wulandari (2014) menyatakan bahwa auditor berperan sebagai pihak yang independen dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Sedangkan laporan keuangan adalah alat yang digunakan oleh auditor untuk mendeteksi seberapa besar tingkat going concern perusahaan. Hal ini tidak lepas dari reputasi Kantor Akuntan Publik yang memeriksa perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. Secara umum, bila reputasi
5 KAP baik, seperti perusahaan big four, tingkat independensi dari auditor mereka akan lebih terpercaya. Namun apabila reputasi KAP kurang baik dimata publik, kepercayaan terhadap hasil opini audit dengan paragraf going concern pun bisa saja diragukan. Rudyawan dan Badera (2009) dalam Wulandari (2014) menyatakan reputasi sebuah kantor akuntan publik dipertaruhkan ketika opini yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Auditor harus memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahan yang ada dalam perusahaan mengenai kelangsungan hidupnya. Terkait fenomena tentang kebangkrutan perusahaan yang terjadi dan dari sejumlah riset yang dilakukan oleh para peneliti yang meneliti tentang masalah penerimaan opini going concern bahwa begitu pentingnya opini yang dikeluarkan auditor mengenai keberlangsungan hidup suatu perusahaan karena ini menyangkut hubungan dengan pihak yang berkepentingan dalam perusahaan, dimana berdasarkan riset yang ada banyak faktor yang mempengaruhi opini going concern dari faktor keuangan maupun faktor non keuangan, untuk faktor keuangan dalam penelitian ini dengan mengacu penelitian terdahulu saya menggunakan variabel kondisi keuangan dengan memproksikan rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio likuiditas. Sedangkan faktor non keuangan dengan mengacu peneltian terdahulu dalam penelitian ini saya menggunakan variabel opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, dan reputasi KAP. Sehingga saya tertarik untuk meneliti faktor keuangan dan non apa
6 saja yang berpengaruh dalam penerimaan opini going concern dengan mengambil judul penelitian tentang Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Pertambangan di BEI Tahun 2010-2014 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Pertambangan di BEI pada tahun 2010-2014? 2. Apakah faktor keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap penerimaan opini Going Concern? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis bagaimana penerimaan opini Going Concern pada perusahaan Pertambangan 2010-2014. 2. Untuk menguji apakah ada pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan terhadapa Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Pertambangan di BEI pada tahun 2010-2014. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai pengembangan dan pengetahuan dalam bidang akuntansi, terutama yang berkaitan dengan opini going concern.
7 2. Bagi peneliti dan pembaca selanjutnya diharapkan sebagai bahan refrensi penelitian yang akan dilakukan peneliti selanjutnya dan dapat memberikan gambaran tentang pemberian opini audit going concern. 3. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana serta referensi bagi penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan. 4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan bagi investor dan kreditor untuk mengambil keputusan investasi dan pemberian pinjaman kepada perusahaan.