BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH. Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian La Tike, 2013

BAB II LANDASAN TEORETIS

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

1.1 Mob Papua dalam Penelitian Sastra Lisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 1) Pada analisis struktur ditemukan hal-hal antara lain: a) Analisis struktur terdiri atas bentuk dan formula bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tradisi lisan pun menjadi suatu kekhasan yang menunjukkan dari mana budaya itu berasal. Tradisi lisan yang berkembang di Indonesia merupakan salah satu dari kekayaan budaya tersebut. Tradisi lisan di Indonesia sangat beragam. Pada masa lalu tradisi kelisanan lebih menonjol dibandingkan tradisi keberaksaraan di masyarakat. Masyarakat merekam dan melestarikan budayanya secara lisan. Tradisi lisan yang berkembang di masyarakat mengandung kearifan lokal yang tertuang dalam cerita, nyanyian rakyat, permainan rakyat dan kegiatan yang bersifat lisan lainnya. Nyanyian rakyat merupakan salah satu tradisi lisan yang sangat dekat dengan masyarakat penuturnya. Nyanyian rakyat masuk ke dalam genre folklor, yaitu nyanyian rakyat (folksongs). Folklor sendiri secara keseluruhan didefinisikan sebagai sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai

2 dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device) (Dananjaja, 2002: 2). Di dalam nyanyian rakyat tersimpan nilai-nilai kearifan lokal lokal yang diajarkan melalui media ini. Bila kita melihat teksnya sendiri, teks dari nyanyian rakyat ini termasuk ke dalam kelompok puisi rakyat. Akan tetapi, karena penyajiannya dilagukan, maka nyanyian rakyat menjadi salah satu bentuk folklor yang berdiri sendiri. Pewarisan budaya melalui media ini bukanlah hal baru karena melalui nyanyian, nilai-nilai kearifan lokal lebih cepat tersampaikan dan diserap oleh masyarakat penuturnya. Jan Harold Brunvand (dalam Danandjaja, 2002:141) mengartikan nyanyian rakyat sebagai salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian. Danandjaja (2002:141) mengemukakan bahwa dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan dwitunggal yang tak terpisahkan. Karena baik teks maupun lagu (musik) memiliki peran yang seimbang dan bila salah satu unsur dihilangkan maka akan menyebabkan kepincangan. Salah satu jenis dari nyanyian rakyat yang berkembang di masyarakat adalah nyanyian kelonan (lullaby). Nyanyian kelonan masuk ke dalam golongan nyanyian rakyat yang memiliki fungsi di dalamnya. Nyanyian rakyat yang berfungsi adalah nyanyian rakyat yang kata-kata dan lagunya memegang peranan penting. Disebut berfungsi karena baik lirik maupun lagunya cocok dengan irama aktivitas khusus dalam kehidupan manusia (Danandjaja, 2002:146). Nyanyian

3 kelonan sendiri adalah nyanyian yang mempunyai lagu dan irama yang halus tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang, sehingga dapat membangkitkan rasa santai, sejahtera dan akhirnya rasa kantuk bagi anak yang mendengarnya (Danandjaja, 2002:146). Masyarakat Sunda memiliki beberapa lagu yang dipakai untuk menidurkan anak. Lagu Ayun Ambing, lagu Nelenglengkung, dan lagu Dengkleung Dengdek adalah salah satu lagu-lagu kelonan yang dimiliki masyarakat Sunda. Seperti halnya lagu kelonan dari daerah lain, seperti lagu Nina Bobo untuk masyarakat Jakarta, lagu Lelo Ledhung untuk masyarakat Jawa dan lagu Kaбanti untuk masyarakat Buton, lagu Ayun Ambing, lagu Nelenglengkung, dan lagu Dengkleung Dengdek juga memiliki fungsi seperti lagu kelonan lainnya. Lagu-lagu ini dipakai oleh masyarakat Sunda sebagai lagu pengantar tidur atau lagu untuk mengeloni anak. Nada-nada yang dapat menentramkan yang terdapat dalam lagu ini membuat anak tentram dan mengantuk. Selain itu, bila kita cermati dalam teksnya, lagu kelonan ini berisi nasehat-nasehat yang berusaha disampaikan penutur sebelumnya (biasanya dituturkan oleh ibu atau pengasuh) kepada si anak. Lagu Ayun Ambing, lagu Nelenglengkung, dan lagu Dengkleung Dengdek di masyarakat Sunda sendiri memiliki beberapa varian. Danandjaja (2002:141-142) mengemukakan bahwa dalam kenyataan, teks nyanyian rakyat selalu dinyanyikan oleh informan dan jarang sekali yang hanya disajakkan (recite) saja. Namun teks yang sama tidak selalu dinyanyikan dengan lagu/irama

4 yang sama. Sebaliknya, lagu/irama yang sama sering dipergunakan untuk menyanyikan beberapa teks nyanyian rakyat yang berbeda. Hal ini pun terjadi dalam pelantunan lagu Ayun Ambing di masyarakat Sunda. Hal ini disebabkan terkadang masyarakat tidak mengetahui lirik lengkapnya. Terkadang hanya setengah atau hanya sebagian kecil. Hal ini juga berhubungan dengan proses interpolasi, yaitu penampahan sisipan baru yang tidak terdapat pada teks induknya. Masyarakat penutur hanya menghafal formula dari lagu tersebut dan dapat mencipta ulang lirik dari lagu ini. Oleh karena itu, penciptaan ulang sebuah sastra lisan seringkali terjadi. Penciptaan ulang ini juga merupakan salah satu penyebab lagu-lagu ini memiliki banyak varian. Selain lagu yang dilantunkan secara lisan, terdapat beberapa lagu Ayun Ambing di dalam khazanah lagu pop Sunda. Lagu-lagu ini diadaptasi dari lagu Ayun Ambing yang berkembang secara lisan di masyarakat, baik musik ataupun lirik, walaupun hanya lirik awal. Adapula lagu-lagu yang memang berdiri sendiri (lirik dan musiknya berbeda dengan Ayun Ambing tradisional) tetapi memiliki judul Ayun Ambing. Lirik awal pada lagu ini mengacu pada lagu Nelengnengkung. Keanekaragaman ini menjadi sebuah fenomena yang mungkin tidak pernah dianggap pusing oleh masyarakat Sunda sendiri. Tidak sedikit masyarakat Sunda (khususnya generasi muda) tidak mengetahui kedua lagu kelonan ini ataupun menggunakannya sebagai lagu pengantar tidur putra-putrinya. Hal ini menumbuhkan ketertarikan untuk peneliti karena lagu-lagu kelonan ini bukan

5 sekedar lagu pengantar tidur, tetapi ada nasehat-nasehat yang dihadirkan bersamanya dan sebuah kearifan lokal yang telah diwariskan turun temurun. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa peneliti mengambil lagu kelonan masyarakat Sunda sebagai objek kajian. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba menggali nilai-nilai yang tersimpan dalam lagu-lagu kelonan yang hidup di tengah masyarakat Sunda. Salah satunya adalah penggambaran sosok seorang ibu yang tergambar (baik ekplisit maupun implisit) di dalam lagu kelonan ini. Dalam masyarakat Sunda (dalam penelitian ini disempitkan menjadi wilayah Kota Ciamis), kedudukan seorang ibu sangat diagungkan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan sampai pada analisis makna lagu kelonan ini. Dalam penelitian ini, lagu yang dianalisis adalah lagu Ayun Ambing, lagu Nelenglengkung, dan lagu Dengkleung Dengdek yang berasal dari wilayah kota Ciamis. Ketiga lagu ini dipakai sebagai lagu pengantar tidur. Tatar galuh merupakan pusat peradaban Sunda masa lalu. Pada masa itu tradisi lisan sangat kental berada di tengah masyarakat penuturnya. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti lagu-lagu kelonan yang berada di kota Ciamis yang pernah menjadi pusat Sunda. Daerah perkotaan diambil sebagai wilayah pengambilan data karena peneliti ingin mengetahui keberadaan tradisi lisan di tengah masyarakat yang telah mengalami modernisasi. Warisan kebudayaan masa lalu itu mungkin masih ada di tengah masyarakat penuturnya atau mengalami kepunahan di tengah-tengah lingkungan yang pernah melahirkannya. Selain untuk menjaga

6 kelestarian budaya daerah (Sunda), ada sebuah harapan semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih kepada kesusastraan Indonesia dan folklor. Penelitian terdahulu tentang lagu kelonan pernah dilakukan oleh Siti Dloyana Kusumah dengan judul penelitian Lagu-lagu Nina Bobo sebagai Sarana Pendidikan Budaya (1993). Penelitian ini menganalisis lagu-lagu pengantar tidur dari 14 daerah di Indonesia, yaitu Daerah Istimewa Aceh, Jambi, Sumatera Utara (Batak Karo), Sumatera Barat (Minangkabau), Sumatera Selatan, Betawi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Irian Jaya (sekarang Irian Barat). Penelitian ini menganalisis kandungan isi dari lagu-lagu pengantar tidur ini dan menghubungkannya dengan fungsi lagu nina bobo sebagai sarana pendidikan budaya. Penganalisisan lagu nina bobo dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengdeskripsian lagu, proses alih bahasa, mentranskripsikan lagu ke dalam notasi angka dan notasi balok serta menganalisis konteks penuturannya. Lagu pengantar tidur yang berasal dari Jawa Barat dalam penelitian ini adalah lagu Patlapat, Maskumambang, Mijil, Pucung, dan Piwuruk. Dari kelima lagu yang dianalisis, tiga lagu (maskumambang, mijil dan pucung) adalah pupuh dan satu rarakitan (Piwuruk). Penelitian lainnya yang mengkaji lagu kelonan sebagai objek kajiannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sudiman Udu. Penelitian ini mengambil objek lagu kelonan yang berasal dari masyarakat Buton, yaitu lagu

7 kaбanti. Penelitian ini berjudul Peran Publik Perempuan Buton dalam kaбanti, Tinjauan Sosiofeminis (2008). Sudiman Udu menganalisis lagu kaбanti dengan sosiofeminis yang lebih menjelaskan peran perempuan dalam teks lagu tersebut. Peneliti mengemukakan kaбanti merepresentasikan citra diri dan citra sosial perempuan. Selain itu, kajian tentang citra perempuan dalam kaбanti dapat membongkar ideologi yang terdapat dalam teks-teks kaбanti. Potensi perempuan dalam teks-teks kaбanti yang sesuai dengan budaya masyarakat akan terungkap sehingga keterlibatan perempuan dalam pembangunan dapat dimaksimalkan. Penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan Sumiman Udu. Peneliti berupaya menganalisis teks lagu kelonan pada masyarakat Kota Ciamis berdasarkan analisis struktur, fungsi, proses penciptaan, dan konteks penuturannya. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Lagu Kelonan pada Masyarakat Kota Ciamis: Analisis Struktur, Proses Penciptaan, Konteks Penuturan, dan Fungsi. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimana struktur teks lagu-lagu kelonan pada masyarakat kota Ciamis? 2) Bagaimana proses penciptaan lagu-lagu kelonan pada masyarakat kota Ciamis?

8 3) Bagaimanakah konteks penuturan lagu-lagu kelonan pada masyarakat kota Ciamis? 4) Apa fungsi lagu-lagu kelonan pada masyarakat kota Ciamis? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai halhal berikut: 1) struktur teks lagu-lagu kelonan pada masyarakat kota Ciamis, 2) proses penciptaan lagu-lagu kelonan pada masyarakat kota Ciamis, 3) konteks penuturan lagu-lagu kelonan pada masyarakat kota Ciamis, 4) fungsi dari lagu-lagu kelonan pada masyarakat kota Ciamis, 1.4 Manfaat Penelitian Jika tujuan penelitian yang dikemukakan di atas dapat tercapai, diharapkan penelitian mengungkap nilai-nilai yang tersimpan dalam lagu-lagu kelonan pada masyarakat Sunda. Berikut adalah manfaat yang didapatkan melalui penelitian ini. a. Manfaat bagi Akademisi dan Lembaga Bahasa Untuk akademisi dan lembaga bahasa, penelitian ini dapat menambah pembendaharaan data dan kajian nyanyian rakyat. Pengumpulan data ini diharapkan dapat menjadi sebuah rujukan untuk penelitian mendatang yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

9 b. Manfaat bagi Masyarakat Umum Permasalahan yang dikemukakan di latar belakang adalah masyakat mulai meninggalkan kebiasaan mengeloni anak sambil mendendangkan lagu-lagu kelonan yang ada di tengah masyarakat Sunda. Sebagian masyarakat masih melakukan aktivitas ini, tetapi hanya mengetahui sebagian teks. Dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat mengetahui lebih jauh tentang kandungan nilai dalam lagu-lagu kelonan ini. 1.5 Definisi Operasional Untuk memperjelas menghindari kesalahan persepsi pada penelitian ini, maka variabel-variabel dalam penelitian ini dioperasionalkan sebagai berikut. 1) Lagu-lagu kelonan adalah lagu pengantar tidur (lullaby songs) yang dipakai untuk meninabobokan anak. Lagu kelonan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah lagu Ayun Ambing, lagu Nelengnengkung, dan lagu Dengkleung Dengdek yang berasal dari Kota Ciamis. 2) Analisis struktur adalah analisis unsur-unsur intrinsik teks lagu kelonan masyarakat Kota Ciamis yaitu lagu Ayun Ambing, lagu Nelengnengkung, dan lagu Dengkleung Dengdek. Analisis struktur ini meliputi formula sintaksis, formula bunyi, irama, majas, dan isotopi. 3) Proses penciptaan merupakan proses kreatif bagaimana lagu Ayun Ambing, lagu Nelengnengkung, dan lagu Dengkleung Dengdek diciptakan.

10 4) Konteks penuturan adalah situasi/kondisi, pihak yang terlibat, waktu, dan tempat saat lagu Ayun Ambing, lagu Nelengnengkung, dan lagu Dengkleung Dengdek dituturkan, meliputi penutur (pelaku), pendengar, waktu, dan setting. 5) Fungsi adalah kegunaan atau manfaat lagu Ayun Ambing, lagu Nelengnengkung, dan lagu Dengkleung Dengdek bagi masyarakat pendukungnya.