BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dapat disimpulkan beberapa hal : 1. Ditinjau dari kedalaman lapisan tanah keras sebagai pendukung pondasi Pada hampir diseluruh wilayah Jakarta, dapat dijumpai lapisan tanah keras pada kedalaman 10,00 20,00 meter. Namun pada wilayah tertentu, kedalaman lapisan tanah keras berada di luar kisaran tersebut. Contohnya pada wilayah Kembangan-Jakarta Barat yang lapisan tanah kerasnya dijumpai pada kedalaman 5 meter sedangkan dijumpai pada wilayah Grogol- Jakarta Barat. Hal yang sama terjadi pada wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur seperti yang dapat dilihat pada gambar di atas. Sehingga kisaran kedalaman lapisan V - 1
tanah keras yang dapat dijumpai di wilayah Jakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini. No Wilayah L min L Dominan L max (m) (m) (m) 1 Jakarta Barat 5,0 10-20 27,0 2 Jakarta Selatan 4,5 10-27 31,0 3 Jakarta Timur 6,0 10-20 26,0 4 Jakarta Utara 12,0 12-20 27,0 5 Jakarta Pusat 10,0 10-20 35,0 2. Ditinjau dari nilai daya dukung ijin Kedalaman lapisan tanah keras ternyata tidak serta merta berbanding lurus dengan nilai daya dukung yang dihasilkan. Daerah dengan kedalaman tanah keras yang dangkal boleh jadi menghasilkan nilai daya dukung yang lebih besar dibandingkan dengan daerah yang lapisan tanah kerasnya lebih dalam. Karena selain panjang tiang, daya dukung juga dipengaruhi oleh jenis tanah dan konsistensi tanah di ujung dan selimut tiangnya sendiri. Tabel di bawah ini menunjukkan nilai daya dukung ijin tanah berdasarkan hasil perhitungan dari data yang telah berhasil dikumpulkan. No Wilayah Daya Dukung Ijin Tanah Minimum maksimum (ton) 1 Jakarta Barat 100,04 s.d 194,55 2 Jakarta Selatan 69,36 s.d 177,1 3 Jakarta Timur 59,16 s.d 188,5 4 Jakarta Utara 64,1 s.d 163,56 5 Jakarta Pusat 67,8 s.d 186,6 Selama ini kita mempercayai bahwa tanah pada wilayah selatan Jakarta selalu memiliki kemampuan memikul beban struktur yang lebih besar dibandingkan pada wilayah di utara. Namun hasil perhitungan menunjukkan bahwa ternyata ditemukan beberapa titik pada wilayah tanah di selatan Jakarta yang daya V - 2
dukungnya justru terbilang kecil (wilayah Cawang-Jakarta Timur sebesar 59,12 ton)dan di bagian utara Jakarta yang berdaya dukung besar (wilayah Kelapa Gading-Jakarta Utara sebesar 163,56 ton). 3. Ditinjau dari daya dukung ujungnya, daerah yang memiliki daya dukung ujung yang relatif besar (antara 100 ton-150 ton) berada pada daerah Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan sebagian kecil Jakarta Pusat. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan lapisan tanah keras pada wilayah tersebut berupa tanah pasir. Mengingat rumus tahanan ujung yang disarankan oleh Meyerhof untuk tanah pasir adalah sebesar 40N sedangkan untuk tanah lanau dan lempung hanya 20N. 4. Ditinjau dari daya dukung selimutnya, daerah yang memiliki daya dukung selimut yang relatif besar (50-100 ton) berada pada daerah Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan hanya sebagian kecil Jakarta Pusat. Sebagian besar daerah yang memiliki Qs antara 50 ton hingga 100 ton, tiang pancangnya dipenetrasikan pada kedalaman L>20 m, sehingga memiliki nilai daya dukung selimut kumulatif yang lebih besar. Namun bukan hanya kedalaman tiang yang menjadi satu-satunya faktor yang membuat nilai Qs besar, tetapi konsistensi dan jenis tanah pada selimut tiang juga mempengaruhi nilai Qs. 5. Ditinjau dari cara penyaluran bebannya, hampir seluruh titik pada wilayah Jakarta menunjukkan bahwa daya dukung ujung tiangnya lebih besar dibandingkan dengan daya dukung selimutnya, sehingga beban tiang disalurkan atau dipikul lebih banyak oleh tahanan ujung tiangnya. Dari poin 3 dan poin 4 dapat diambil kesimpulan bahwa pada beberapa titik ternyata ditemukan lokasi dengan daya dukung yang termasuk kategori besar (100-150 V - 3
ton) sekaligus memiliki daya dukung selimut ijin yang besar pula (50-100 ton). Namun penentuan jenis tiang tetap didasarkan pada perbandingan antara nilai daya dukung ujung ijin dan selimut ijin masing-masing tiang. Penyebaran jenis tiang dapat dilihat pada gambar dibawah ini 6. Bahwa lapisan tanah di daerah Jakarta berupa cemented atau uncemented clay, silt dan sand atau terkadang juga berupa gravel, seringkali dijumpai mempunyai kontak antar lapisan yang disebut sebagai interfingering atau menjari jemari. 7. Pada arah horizontal seringkali menunjukkan perbedaan jenis tanah dan meski pada tanah yang sama seringkali menunjukkan sifat fisik dan jenis material penyusun tanah yang berbeda. V - 4
8. Pada arah vertikal berdasarkan pengamatan dan hasil uji in-situ seringkali menunjukkan tingkat kekerasan dan sementasi yang berbeda dimana terkadang perbedaannya cukup menyolok. 9. Dikarenakan adanya sifat interfingering tanah tersebut, terkadang kita menemukan tanah yang memiliki daya dukung yang selisihnya relatif besar meskipun jarak horizontalnya hanya beberapa meter saja. 5.2 Saran Beberapa hal yang disarankan antara lain: 1. Perlu kehati-hatian menentukan letak tanah keras sebagai dudukan pondasi dalam perencanaan pada keadaan tanah dengan nilai konsistensi yang tinggi namun tipis (berupa lensa). 2. Lokasi yang memiliki tanah lunak terutama daerah utara Jakarta yang dekat dengan laut harus memperhitungkan penurunan. 3. Informasi yang diberikan dalam peta ini hanya merupakan informasi awal saja, hal-hal prinsip dalam uji stabilitas pondasi tetap harus diperhitungkan. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap analisa penurunan. 5. Untuk penelitian lebih lanjut, lebih diperbanyak lagi laporan hasil penyelidikan tanahnya agar hasil yang disajikan bisa lebih baik lagi. V - 5