BAB III PROSES FISIOTERAPI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan

LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL. Program Studi Fisioterapi

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. De Quervain Syndrome Dextra, meliputi: (1) pengkajian data, (2) pelaksanaan

PROTOKOL STUDI KASUS. : RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. : Tn. Biran Kusdomo. : Delanggu RT 03, RW 11,klaten


BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. anamnesis. Anamnesis dilakukan dengan cara tanya jawab, dilakukan untuk

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. tata urutan tindakan fisioterapi (assasment) yang meliputi, anamnesis,

BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI. dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

LAPORAN STATUS KLINIK

: Pensiunan PNS angkatan laut. : Waru surabaya

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

LAPORAN STATUS KLINIK Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi D III Fisioterapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

BAB III PROSES FISIOTERAPI

Nama Mahasiswa : Fitriyanti NIM : J Tempat Praktek : RS. AL. Dr. Ramelan Surabaya Pembimbing : Deddy Herman. P. SST.

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB III PROSES FISIOTERAPI. riwayat penyakit, baik berupa anamnesis maupun pemeriksan. Sistematika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusun menggunakan VDS, goniometer, dan interview. untukmenentukanhasil data yaitu sebagai berikut :

LEMBAR ASSESMENT. a) Dorsal fleksi wrist : Nyeri + / -, terbatas + / - b) Palmar fleksi wrist : Nyeri + / -, terbatas + / -

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)

CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

Nurul Faidah, Andung Maheswara Rakasiwi (Prodi DIII Fisioterapi FIK-Universitas Pekalongan)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SALATIGA. Naskah Publikasi

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR OS RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI PUSKESMAS KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

LAPORAN STATUS KLINIK

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION FRAKTUR RADIUS ULNA 1/3 DISTAL SINISTRA DI RST SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI STIFFNESS ELBOW POST REPOSISI DISLOKASI ELBOW SINISTRA DI RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

CASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian Nur Hamizah Nasaruddin PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.

KUESIONER PENELITIAN Kepada Yth. Bapa/ Ibu/Saudara/i Data Pribadi Nama : L /P Umur : Pekerjaan : Hobi : Alamat : No. Telepon :

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

LAMPIRAN 1 JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN LETAK LESI INSULA DENGAN FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK INSTANSI PELAKSANA : RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

PENATALAKSANAAN MOTOR RELEARNING PROGRAME PADA PASIEN PASCA STROKE NON HAEMORRAGE SINISTRA STADIUM RECOVERY RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

WRIST/HAND DISABILITY INDEX. seberapa jauh nyeri pada sendi pergelangan tangan/tangan pasien mempengaruhi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER SINISTRA DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

LAPORAN KASUS POLIKLINIK Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Oleh : Pandu Respati. : Ngelembu Rt 007/ Rw 001 Jawa Tengah. No MasalahAktif Tanggal No

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DROP HAND DEXTRA e.c LESI SARAF RADIALIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

NECK PAIN DISABILITY INDEX OUESTIONNAIRE (PRE TREATMENT)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN BRACHIAL PLEXUS INJURY SINISTRA DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

ROM (Range Of Motion)

PANDUAN KESELAMATAN KERJA DAN PRAKTIKUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

PELAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRISMUS TEMPOROMANDIBULA JOINT SINISTRA DI RSUD SALATIGA

LAMPIRAN II. Kuisioner Prevalensi Low Back Pain

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSU AISYIYAH PONOROGO KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF


BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

8cxcviii SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN. cxcviii

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

Laboratorium Komputasi Dasar Ilmu Komputer PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KOMPUTASI DASAR JURUSAN ILMU KOMPUTER

LAPORAN KASUS: PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN e.c SPONDYLOSIS LUMBALIS DENGAN SWD DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT SYNDROME DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). tujuh tulang (vertebra) dengan bantalan lunak (cakram) antara masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST PINNING FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Informed Consent. Persetujuan Menjadi Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri.

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA. KASUS DROP HAND SINISTRA e.c LESI NERVUS RADIALIS. di RSUP Dr.SARDJITO YOGYAKARTA

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

Transkripsi:

BAB III PROSES FISIOTERAPI A. Pengkajian Fisioterapi Pengkajian fisioterapi merupakan upaya atau tindakan yang dilakukan untuk memperoleh data-data tentang pasien untuk mengetahui permasalahan yang terjadi. Sehingga dapat menentukan tindakan yang tepat untuk pemilihan terapi. Selain itu juga untuk menegakkan diagnosa yang telah ada sebelum melakukan terapi untuk meminimalisir terjadinya kesalahan kerja. Maka diperlukan pengkajian data sistematis yang meliputi: 1. Anamnesis Umum Anamnesis adalah proses pencarian data informasi yang dilakukan secara dua arah melalui proses tanya jawab. Anamnesis ada dua macam yaitu auto dan hetero anamnesis. Auto anamnesis yaitu pencarian informasi langsung kepada pihak yang bersangkutan (pasien). Sedangkan hetero anamnesia adalah pencarian informasi melalui pihak lain, seperti kerabat terdekat yang mengetahui permasalahan yang terjadi pada pasien. Hetero anamnesis digunakan pada pasien yang kehilangan kesadaran dan gangguan kogitif. Informasi yang diperoleh berupa identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, dan pekerjaan termasuk anamnesis umum. Data-data umum pasien yang diperoleh (a) nama: Ny. DA, (b) umur: 44 tahaun, (c) agama: islam, (d) pekerjaan: 24

25 wiraswasta, (e) alamat: Perum Onggon Bayan No. 229, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. 2. Anamnesis Khusus a. Keluhan utama Nyeri pergelangan tangan kanan, kalau terlalu lama digunakan untuk beraktivitas kesemutan jari-jari tangan I sampai jari IV. b. Riwayat Penyakit Sekarang Sebulan yang lalu pasien merasakan sakit pada pergelangan tangan dan kesemutan pada jari-jari tangan kanan terutama jari I sampai jari IV. Rasa sakit dan kesemutan meningkat saat mengendarai sepeda motor, cuaca dingin dan aktivitas lain yang menggunakan pergelangan tangan dalam waktu lama. Keluhan berkurang saat beristirahat dan dikompres dengan air hangat. Akhirnya memeriksakan ke dokter saraf kemudian dirujuk rehabilitasi medik dan mendapatkan penanganan fisioterapi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 12 Januari 2015. c. Riwayat penyakit dahulu CRS (Cervical Root Syndrome) d. Riwayat penyakit penyerta Kolesterol (+) e. Riwayat penyakit keluarga Pasien merupakan ibu rumah tangga yang mengurus semua pekerjaan rumah tangga sendiri dan memiliki usaha butik muslim.

26 f. Anamnesis sistem Anamnesis sistem berhubungan dengan sistem yang menjalankan fungsi tubuh meliputi (1) kepala dan leher: kadang merasa nyeri pada leher dan pusing, (2) kardiovaskuler: tidak ada keluhan nyeri dada, (3) respirasi: tidak ada keluhan sesak napas, (4) gastrointestinal: tidak ada keluhan BAB, (5) urogenital: tidak ada keluhan BAK, (6) muskuloskeletal: terasa kaku jari-jari tangan saat pagi dan udara dingin serta nyeri, (7) nervorum: kesemutan jari-jari tangan. 3. Pemeriksaaan a. Tanda-tanda vital Pemeriksaan tannda vital terdiri dari: (1) tekanan darah: 120/80 mmhg, (2) denyut nadi: 80x/menit, (3) pernapasan: 21x/menit, (4) temperatur: 36,4 0 C, (5) tinggi badan: 153 cm, (6) berat badan: 47kg. b. Inspeksi Inspeksi merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara pengamatan. Inspeksi ada dua macam yaitu inspeksi statis dan dinamis. Inspeksi statis adalah informasi adalah pengamatan yang dilakukan ketika pasien dalam keadaan diam. Sedangkan inspeksi dinamis adalah pengamatan yang dilakukan ketika pasien melakukan pergerakan. Informasi yang diperoleh dari inspeksi statis adalah tidak ada bengkak, atropi dan deformitas pada tangan kanan. Sedangkan

27 inspeksi dinamis meliputi pasien masih biasa memgang dan mengambil barang tanpa ada keterbatasan, masih bisa menulis. c. Palpasi Palpasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara menekan. Pemeriksaan palpasi meliputi spasme, oedema, nyeri, tonus dan suhu lokal. Pada pasien CTS dextra informasi yang diperoleh adalah nyeri tekan pada pergelangan tangan kanan, tidak ada spasme, tidak ada pitting oedema dan suhu lokal normal. d. Gerakan dasar Gerak dasar merupakan pemeriksaan dasar yang dilakukan untuk menunjang penegakkan diagnosa. Pemeriksaan gerak dasar meliputi gerak aktif yang gerakannya dilakukan sendiri oleh pasien, gerak pasif digerakkan oleh terapis dan gerak isometrik melawan tahanan. Pada gerak aktif informasi yang diperoleh adalah nyeri dan LGS, gerak pasif diperoleh informasi nyeri, LGS dan endfeel serta yang terakhir adalah gerak isometrik melawan tahanan untuk mengetahui provokasi nyeri. Berikut adalah hasil pemeriksaan gerak dasar: 1) Gerak aktif Tabel 3.1 Informasi gerak aktif wrist dextra Wrist dextra ROM Nyeri Dorsi fleksi Tidak full Ada nyeri Palmar fleksi Tidak full Ada nyeri Ulna deviasi full Tidak nyeri Radial deviasi full Tidak nyeri

28 2) Gerak pasif Tabel 3.2 Informasi gerak pasif wrist dextra Wrist dextra ROM Nyeri Endfeel Dorsi fleksi Tidak full Ada nyeri Empty Palmar fleksi Tidak full Ada nyeri Empty Ulna deviasi full Tidak nyeri Elastic Radial deviasi full Tidak nyeri Hard 3) Gerak isometrik melawan tahanan Pasien mampu melawan gerak isometrik melawan tahanan. e. Kognitif, intra personal dan interpersonal Pemeriksaan kognitif yaitu pemeriksaan yang berhubungan dengan daya pikir. Secara kognitif pasien dapat menceritakan keluhan yang dialami dengan baik dan jelas. Intra personal yang dimiliki pasien baik, pasien memiliki semangat untuk sembuh. Sedangkan interpersonal yaitu dapat bersikap kooperatif dan berkomunikasi dengan baik. f. Kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas Kemampuan fungsional dalam aktivitas sehari-hari mengalami ketebatasan seperti belum mampu menggunakan pergelangan tangan kanan secara maksimal untuk menulis, memasak dalam waktu lama, belum bisa mengendarai sepeda motor dengan jarak jauh. Lingkungan aktivitas pasien belum mendukung kesembuhan pasien.

29 g. Pemeriksaan spesifik 1) Pemeriksaan nyeri menggunakan VDS Verbal descriptive scale (VDS) merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui intensitas atau skala nyeri dalam bentuk verbal untuk mengungkapkan nyerinya. Instruksi yang diberikan dengan menanyakan langsung kepada pasien seberapa besar nyeri yang dirasakan dari tidak nyeri sama sekali sampai nyeri yang tak tertahankan (Flaherty, 2012). Hasil pemeriksaan nyeri yaitu nyeri diam tidak ada nyeri, nyeri tekan tidak begitu berat dan nyeri gerak cukup berat. Berikut adalah kriteria nyeri dengan VDS. Tabel 3.3 Skala nyeri dengan VDS No 1 2 3 4 5 6 7 Kriteria Tidak nyeri Nyeri sangat ringan Nyeri ringan Nyeri tidak begitu berat Nyeri cukup berat Nyeri berat, dan Nyeri hampir tak tertahankan 2) Pemeriksaan MMT Tabel 3.4 Pemeriksaan MMT wrist Dextra Sinistra Fleksor wrist 4-5 Ekstensor wrist 4-5 Ulna deviator 5 5 Radial deviator 5 5

30 3) Pemeriksaan LGS Tabel 3.5 Pemeriksaan LGS wrist Gerak Dextra Sinistra Aktif S= 60 0-0 0-45 0 F= 20 0-0 0-30 0 S= 75 0-0 0-75 0 F=20 0-0 0-30 0 Pasif S= 65 0-0 0-55 0 F= 20 0-0 0-30 0 S= 75 0-0 0-75 0 F= 20 0-0 0-30 0 4) Antropometri Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan metode figure of eight yang melingkupi tangan. Patokan dimulai dari processus styloideus radii menyilang ke caput metacarpal V, melingkar menuju caput metacarpal I, dan berakhir pada processus styloideus ulna. Hasil pemeriksaan diperoleh 39,2 cm kanan dan kiri 39 cm sehingga tidak ada atropi pada tangan kanan. 5) Sensibilitas Test sensibilitas dilakukan dengan memberikan sentuhan pada area tangan yang dibandingkan dengan sisi sehat. Hasil pemeriksaan diperoleh rasa tebal-tebal pada telapak tangan dan jari I-IV. 6) Reflek patologis Tidak dilakukan 7) Test khusus sesuai kelainan/penyakit/gangguan Pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan adalah phalen test dan tinnel sign. Phalen Test dilakukan dengan posisi tangan pasien disatukan yaitu punggung tangan kanan dan kiri.

31 Pertahankan posisi tersebut dalam hitungan 60 detik. Hasil positif jika pasien merasakan kesemutan pada jari-jari tangannya dan negatif jika pasien tidak merasakan kesemutan. Saat melakukan test tersebut, pasien merasakan kesemutan pada jari-jari tangannya. Pemeriksaan spesifik lain yang digunakan adalah tinnel test. Posisi pasien duduk, sudut elbow 0 0-30 0 dan supinasi wrist. Lalu mengetukkan jari terapis ke pergelangan tangan pasein sebanyak 6 kali dari distal hingga proksimal pada ligament transverses wrist. Hasil positif jika pasien merasa seperti tersengat dan kesemutan yang terasa sampai jari-jari tangan, negatif jika pasien tidak merasakan apa-apa (Georgiew, 2007). Pada kedua test tersebut diperoleh hasil positif (+). Sedangkan untuk mengetahui kemampuan aktivitas fungsional pasien dapat dilakukan dengan menggunakan indeks. Indeks ini disesuaikan dengan kondisi keterbatasan yang dialami. Pada kasus CTS, indeks kemampuan aktivitas fungsional yang sesuai adalah wrist hand disability index (WHDI). Tabel 3.6 Kriteria hasil pemeriksaan 10 indikator Skor Derajat kecacatan / ketergantungan 1-20% Minimal disability 20-40 % Moderate 40-60% Severe disability >60% Severly disability in several area of life.

32 Tabel 3.7 Indikator penilaian aktivitas WHDI No Indikator Skor 1 Intensitas nyeri 3 2 Rasa tebal-tebal dan kesemutan 4 3 Perawatan diri 2 4 Kekuatan otot 2 5 Toleransi menulis dan mengetik 4 6 Bekerja 3 7 Menyetir kendaraan 3 8 Tidur 3 9 Pekerjaan rumah 3 10 Rekreasi atau olahraga 3 TOTAL 30 B. Problematik Fisioterapi Problematik fisioterapi merupakan permasalahan yang dijadikan penegakkan diagnosa fisioterapi. Diagnosa fisioterapi meliputi: 1. Impairment a. Nyeri tekan pada area carpal tunnel dan gerak dorsal dan palmar wrist kanan. b. Penurunan lingkup gerak sendi wrist kanan c. Penurunan kekuatan otot fleksor dan ekstensor wrist kanan 2. Functional Limitations Pasien mengalami keterbatasan untuk menulis dan memegang benda menggunakan tangan kanan dalam waktu yang lama. 3. Disability Tidak ada gangguan ataupun keterbatasan dalam menjalankan aktivitas lingkungan sosial, seperti arisan dan pengajian.

33 C. Tujuan Fisioterapi Tujuan yang akan dicapai berdasarkan problematik fisioterapi ada dua macam, yaitu tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek meliputi: 1. Mengurangi nyeri tekan area carpal tunnel dan gerak pada dorsal dan palmar wrist kanan. 2. Meningkatkan lingkup gerak sendi wrist kanan. 3. Meningkatan kekuatan otot fleksor dan ekstensor wrist. Sedangkan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai yaitu peningkatan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari. D. Pelaksanaan Fisioterapi 1. US a. Persiapan alat 1) Memastikan tidak ada kabel yang lecet, menyambungkan kabel dengan stop kontak dan pastikan alat siap untuk digunakan. 2) Menyiapkan washlap dan alkohol b. Persiapan pasien 1) Pasien tidur terlentang di atas bed dengan posisi tangan kanan supinasi dan diletakkan di samping badan. 2) Test sensibilitas pasien panas dan dingin. 3) Memastikan pasien bebas dari kontra indikasi.

34 c. Pelaksanaan terapi 1) Menentukan titik nyeri 2) Membersihkan area yang diterapi dengan alkohol dan washlap. 3) Menentukan dosis: a) Waktu terapi : 5 menit b) Intensitas : 1,0 W/cm 2 c) Frekuensi : 1 MHz 4) Memberikan gel US pada pergelangan tangan pasien (area carpal tunnel). 5) Meletakkan tranduser diatas gel pada pergelangan tangan pasien. 6) Tekan tombol start sambil tetap menggerakkan tranduser. 7) Gerakan tranduser ritmis dan dinamis. d. Setelah selesai terapi, membersihkan tranduser dengan washlap dan membersihkan pergelangan tangan pasien yang terkena gel. e. Matikan alat dengan menean tombol off dan mecabut kabel dari stop kontak. f. Merapikan alat dan mengembalikan pada tempatnya. 2. Paraffin a. Persiapan alat 1) Menyiapkan paraffin yang sudah cair dengan suhu 48 0 C. 2) Menyiapkan plastik dan handuk. 3) Menyiapkan bantal diatas paha untuk membuat rileks tangan selama diterapi.

35 b. Persiapan pasien 1) Pasien duduk diatas kursi dengan rileks. 2) Pastikan pasien bebas dari kontra indikasi. 3) Test sensibilitas c. Pelaksanaan terapi 1) Mencelupkan seluruh pergelangan tangan kanan sampai sepertiga distal radius ulna. 2) Mengangkat tangan dari wadah paraffin, lalu memasukkannya lagi. 3) Melakukan pencelupan hingga membuat 6 lapis paraffin pada pergelangan tangan. 4) Membungkus pergelangan tangan dengan plastik lalu dibungkus lagi dengan handuk. 5) Menentukan waktu terapi 15 menit. d. Setelah selesai terapi, melepas pembungkus (handuk dan plastik) dan melepas paraffin yang membungkus tangan pasien. e. Membersihkan tangan pasien. 3. Stretching Exercise a. Posisi pasien berdiri, gerakan pergelangan tangan dorsi fleksi dengan shoulder fleksi 90 0 dan elbow ekstensi. Tekan/ dorong dengan tangan kiri selama 8x hitungan dan diulang sebanyak 5x.

36 b. Posisi pasien masih sama seperti gerakan pertama tapi posisi pergelangan tangan mengepal dan gerakkan seperti gerakan sebelumnya begitu juga dosis pengulangan seperti gerakan pertama. c. Posisi pasien duduk dengan telapak tangan supinasi, pegangan terapis pada area telapak tangan yang segaris dengan radius dan ulna, lalu terapis memberikan tekanan dan melalukan gerakan seperti membuka. 4. Resisted exercise a. Posisi pasien tidur terlentang, posisi tangan pronasi. Terapis memberikan tahanan pada punggung pasien dan pasien diminta untuk melawan tahanan yang diberikan oleh terapis. Dilakukan gerakan hingga 8-12x. b. Posisi pasien tidur terlentang dan tangan pasien supinasi. Terapis memberikan tahanan pada telapak tangan pasien dan pasien diminta untuk melawan tahanan yang diberikan oleh terapis. Dilakukan gerakan hingga 8-12x. E. Evaluasi 1. Nyeri Tabel 3.8 Hasil evaluasi nyeri Jenis nyeri T1 T6 Nyeri diam Tidak ada Tidak ada Nyeri tekan Nyeri sedang Nyeri ringan Nyeri gerak Nyeri cukup berat Nyeri sedang

37 2. MMT Tabel 3.9 Hasil evaluasi kekuatan otot wrist Otot wrist T1 T6 Ekstensor 4-5- fleksor 4-5- 3. LGS Tabel 3.10 Hasil evaluasi pemeriksaan LGS Gerakan T1 T6 Aktif S= 60 0-0 0-45 0 S=70 0-0 0-60 0 Pasif S= 65 0-0 0-50 0 S=75 0-0 0-65 0 4. WHDI Tabel 3.11 Hasil evaluasi kemampuan aktivitas fungsional T1 T6 Nilai 30 21