BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. A. Pengertian Participatory Action Research (PAR) Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN RISET AKSI PARTISIPATIF. Dompyong ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB III METODE PENELITIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. riset aksi sering dikenal dengan Participatory Action Research (PAR).

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma pengetahuan tradisional kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut

BAB VIII REFLEKSI HASIL PENELITIAN DAN PENGORGANISASIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. menemukan inovasi baru yang lebih baik. Fasilitasi yang dilakukan, berupa

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kemiskinan dan keterbelakangan. 1. Pendapatan mayoritas penduduk pedesaan yang rendah.

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena pemuda bukanlah

PAR. Dr. Tantan Hermansah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB 6 DINAMIKA PENGORGANISIRAN MASYARAKAT. dalam bentuk deskriptif. Deskriptif ini akan penulis sesuaikan dengan prinsipprinsip

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Bab III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. metode dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research). Pada dasarnya, PAR merupakan

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Kabupaten lamongan ini secara umum memakai pendekatan PAR.

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

KAJI TINDAK: BENTUK APLIKASI PEMBERDAYAKAN MASYARAKAT OLEH PERGURUAN TINGGI 1 Ravik Karsidi 2

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL DALAM KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN KAWASAN RAWA JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pada

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development.

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. menggunakan pendekatan Participation Action Research (PAR). Penelitian PAR

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

BAB VI REFLEKSI TEORITIK. keterkaitan antara sumber daya manusia, keuangan dan hubungan atau sistem

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KPM) DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

Kerangka Acuan. 7-8 April dan 5-6 Mei 2010

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN TEORITIK...

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

Acuan Kegiatan Mengenal Problem Struktural dan Metode Partisipatoris Masyarakat Sipil Melalui Program Live- In

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A. Pendekatan Penelitian dan Pemberdayaan Dalam penelitian skripsi menggunakan pendeketan PAR. Dimana definisi PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR ini tidak memiliki sebutan tunggal. Dalam berbagai literatur, PAR bisa disebut dengan berbagai sebutan diantaranya adalah : Action Research, Action Inquiry, Learning By Doing Dsb. Menurut beberapa tokoh ahli dalam PAR, pendekatan PAR yang dikemukakan oleh Yoland Wadword adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam mencapai kesimpulan mengenai apa kasus yang sedang terjadi dan apa implikasi perubahannya yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berada pada kondisi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal. Pendekatan PAR ini dirasa memang sangat mendukung untuk mendukung proses pemberdayaan yang ada pada petani. Terutama di Desa Polan. Dimana desa ini harus mampu bangkit dari masalah yang sedang melanda. Dengan dukungan partisipatif petani untuk menuju kemandirian akan terbuka dengan peluang besar. Perubahan bukan berasal dari pihak lain akan tetapi, berasal kemauan yang keras dari petani itu sendiri. 48

Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholder) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung dalam rangka menciptakan perubahan dan perbaikan kearah yang lebih baik. Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografi, dan konteks lain-lain yang terkait. Dasar dari PAR sendiri adalah kebutuhan untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan. PAR memiliki tiga kata yang saling berhubungan satu sama lain. Ketiga kata tersebut adalah partisipatif, riset, dan aksi. Betapapun juga, riset memiliki mempunyai akibat-akibat yang ditimbulkannya. Segala sesuatu timbul akibat dari riset. Sesuatu yang baru diakibatkan riset bisa jadi berbeda dengan situasi sebelumnya. PAR dirancang memang untuk mengkonsep suatu perubahan dan melakukan perubahan terhadapnya. 9 B. Prinsip-prinsip Kerja Penelitian dan Pemberdayaan 1. Suatu pembalikan pemahaman, belajar dari masyarakat desa, secara langsung, pada daerah pinggiran, berhadapan secara langsung, mendapatkan pengetahuan fisik, teknis, dan sosial secara lokal 2. Belajar secara tepat dan progresif, melalui eksploitasi yang terencana, pemakaian metode yang fleksibel, improvisasi, tidak bersifat program yang instant akan tetapi menyesuaikan dengan proses belajar 9 Agus Afandi,dkk, Modul Participatory Action Research (PAR) untuk Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing), (Surabaya : Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) IAIN Sunan Ampel, 2013), hal. 42 49

3. Menyeimbangkan, khususnya bagi wisata pengembangan desa, rileks dan tidak tergesa-gesa, mendengarkan dan bukan menggurui, penggalian topik dan tidak memaksakan dan mencari masyarakat yang lebih miskin, serta memahami prioritas dan pokok perhatian mereka. 10 4. Memulai dengan kelompok sosial yang kecil untuk berkolaborasi dan secara lebih luas dengan kekuatan-kekuatan kritis lain. Dalam melakukan proses PAR peneliti harus memperhatikan dan melibatkan kelompok kecil di masyarakat sebagai relasi yang ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan perubahan 5. Melakukan upaya penyadaran terhadap komunitas. Salah satu tujuan dari pendampingan terhadap komunitas adalah membentuk satu kesadaran untuk berubah. Komunitas sadar akan situasi dirinya dimana berada dan dalam kondisi yang bagaimana. Jika komunitas tersebut sudah sadar maka untuk melangkah ke arah yang lebih baik akan lebih mudah. Komunitas harus terlibat aktif dalam setiap perencanaan yang akan dilakukan. Karena komunitas tersebut adalah bagian dari perubahan. C. Langkah kerja Penelitian dan Pemberdayaan 1. Pemetaan Awal Pemetaan awal yang dilakukan dalam penelitian ini untuk memahami kondisi dan karakteristik wilayah penelitian. Pemetaan awal ini adalah pintu 10 Robert Chambers, PRA Memahami Desa Secara Partisipatif, ( Yogyakarta : KANISIUS, 1996), hal. 34 50

dimana peneliti akan memasuki desa penelitian. Untuk memudahkan secara ciri khas yang ada di wailayah tersebut. Peneliti akan paham kondisi yang ada di Desa. Baik secara relasi antar masyarakat, keberagaman budaya yang ada, dan juga identifikasi tokoh penggerak (key people) dalam suatu komunitas. Pemetaan awal yang dilakukan untuk masuk kedalam Desa Polan melalui pemerintah desa. Melalui pemerintah desa ini akan didapatkan informasi tentang petani yang aktif dan mumpuni dalam menggerakkan kegiatan yang akan dilakukan. Salah satunya adalah ketua kelompok tani dan petani yang berprestasi di Desa Polan. 2. Membangun hubungan Kemanusiaan Peneliti akan melakukan inkulturasi dengan masyarakat desa. Langkah inkulturasi ini bertujuan untuk membangun hubungan yang harmonis antara peneliti dengan masyarakat. Inkulturasi akan membantu peneliti untuk diterima di masyarakat ataupun sebaliknya. Jika proses inkulturasi sudah terbentuk maka untuk membangun kepercayaan antara peneliti dengan masyarakat akan semakin mudah terbentuk. Salah satu hal yang perlu dilakukan peneliti adalah dengan mengikuti segala macam kegiatan yang ada pada masyarakat. Seperti mengikuti budaya tahlilan, pertemuan antar dukuh, dan kegiatan rutin lainnya yang biasa dilakukan 51

masyarakat. langkah ini apabila dilakukan dengan rutin bersama dengan masyarakat maka peneliti akan sangat mudah menyatu dengan masyarakat. 3. Penentuan Agenda Riset untuk perubahan Sosial Riset yang dilakukan oleh fasilitator memang tidak sendirian. Ada 4 orang yang menjadi fasilitator. Akan tetapi, untuk membentuk suatu kesadaran yang nyata dengan masyarakat fasilitator membentuk petani yang akan dijadikan petani ahli. Petani ahli akan siap meneliti dengan fasilitator tentang apa saja yang berhubungan lahan pertanian. Sudah ada dua petani yang dianggap mampu menjadi petani yang ahli. Baik ahli dalam bidang kelembagaan sekaligus dalam bidang teknik pertanian. Mereka adalah Iswadi dan Mariyo. Masing-masing aktif dalam kelompok tani Marsudi Makmur. Apabila tim yang ada di kelompok tani sudah terbentuk, maka yang perlu dilakukan adalah merencanakan riset dengan teknik PRA. Teknik ini akan membantu petani untuk memahami potensi, masalah, dan solusi yang perlu ditempuh untuk menuju perubahan secara partisipatif. Selain itu, kelompok tani jika sudah memahami permasalahan secara otomatis kelompok akan menjadi solid. 52

4. Pemetaan Partisipatif Bersama dengan petani peneliti melakukan pemetaan hamparan lahan pertanian. Pemetaan hamparan ini lebih difokuskan kepada penyebaran lahan yang terkena hama endemik dan penyakit yang selama ini terjadi. Sehingga permasalahan akan tampak. Kemudian harapan akan segera diketahui dan diselesaikan bersama-sama. 5. Merumuskan Masalah Perumusan masalah dilakukan dengan mufakat. Partisipasi petani dalam mengungkapkan segala permasalahan sangat membantu identifikasi masalah. Teknik PRA yang digunakan sangat membantu petani dan fasilitator. Dalam forum diskusi bersama petani dibagi menjadi tiga kelompok untuk menganalisis permasalahan yang terjadi. Ada kelompok pemetaan hamparan, kelompok analisis usaha tani, dan juga analisa kecenderungan. Dari ketiga teknik ini ada saling keterkaitan yang kuat. 53

6. Menyusun Strategi Pemberdayaan Penyusunan strategi pemberdayaan dilakukan secara musyawarah kelompok. Dalam hal ini kelompok yang berhasil dibentuk atas kesapakatan pemerintah desa dan pengurus Gapoktan Marsudi Makmur adalah kelompok tani Marsudi Makmur I dan Marsudi Makmur II. Kelompok tani Marsudi Makmur akan didampingi dalam menjalankan program selama satu musim di sekolah lapang petani terpadu. Dari penyusunan rencana program, monitoring, sampai evaluasi program yang dilakukan selama satu musim. Tujuan yang tidak bisa disepelekan adalah dimana petani tersebut adalah subyek yang akan merubah dirinya sendiri untuk lebih baik dari sebelumnya. 7. Memobilisasi Sumber Daya Potensi yang ada di Desa Polan memang sangat beragam bentuknya. Mulai dari sumber daya sosial berupa kerukunan antar masyarakat dan petani, sumber daya alam yang berupa air irigasi yang sangat memadai bahkan melebihi, dan sumber daya manusia yang berupa teknik serta ilmu pertanian yang sudah dikuasai oleh petani. Modal sumber daya tersebut merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh petani dan fasilitator. Jika modal sumber daya tersebut mampu 54

dimobilisasi dengan baik maka perubahan yang dahulu hanya suatu harapan kini bisa menjadi gerakan perubahan yang menjanjikan. 8. Pengorganisiran Masyarakat Fasilitator dalam hal ini bukan hanya sebagai pihak yang menfasilitasi sekolah lapang belaka. Akan tetapi, di pihak lain fasilitator harus mampu mengorganisir petani dengan rapi. Media pengorganisiran bisa melalui kelompok tani yang sudah terbentuk. Pengorganisiran secara kelompok ini akan sangat baik untuk dan mudah untuk dikelola daripada pengorganisiran yang mengandalkan individu atau bahkan fasilitator sendiri. Waktu akan terbuang percuma dan tidak efektif dalam kinerjanya. 9. Refleksi Mengukur keberhasilan suatu program bisa melalui bagaimana respon masyarakat sebagai subyek perubahan. Dalam evaluasi program yang dijalankan maka yang sangat diperlukan adalah mengukur sampai mana kemajuan. Bahkan apabila terdapat hambatan dan tantangan kedepan perlu dibahas dalam forum. Tujuannya adalah untuk mengetahui hal apa saja yan perlu diperbaiki dan faktor apa saja yang perlu dikembangluaskan. 55

Salah satu target dari sekolah lapang sendiri adalah menciptakan petani ahli dan mampu menciptakan petani yang bisa menerapkan sistem tanam SRI. Dari dua hal ini yang paling disentuh adalah tingkat kesadaran petani sendiri untuk menyelamatkan ekosistemnya. Sehingga pangan yang akan terancam mulai diperbaiki kembali. 10. Meluaskan dukungan Program yang sudah berjalan dengan petani selama satu musim dengan petani harus tetap dipertanahkan keberlanjutan. Jika program yang dijalankan tidak ada keberlanjutan yang dikhawatirkan adalah petani berstatus sebagai objek perubahan. Fasilitator sendiri menjadi kontraktor yang setiap waktu bisa meninggalkan program tanpa ada keberlanjutan. Maka usaha yang harus dilakukan adalah menyebarluaskan program yang sudah dilakukan. Cara yang dipilih adalah mengajak kerjasama sesama petani desa lain untuk bersama-sama belajar, menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah setempat, dan membangun kelompok tani yang lebih solid lagi. 56

D. Subyek dan Stakholder Penelitian dan Pemberdayaan 1. Pemerintah Desa Pada dasarnya untuk membuka lokasi yang dijadikan kawasan pemberdayaan adalah pemerintahan ditingkat desa. Keputusan yang utama berada pada pemerintah desa. Jika pemerintah desa belum menyetujui,maka untuk membentuk kepercayaan masyarakat akan terhambat pula. Dukungan dari pemerintah desa sangatlah dibutuhkan. Hal ini,dikarenakan masyarakat sangat bergantung pada kebijakan dan keputusan yang berada pada tangan kekuasaan masyarakat. Untuk menindaklanjuti kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan petani keikutsertaan pemerintah desa sangat dinanti. Untuk kedepannya yang mengorganisir petani selain local leader, pemerintah desa sangat diharapkan peran dan motivasinya bagi petani lainnya. 2. Petani Pemberdayaan ini pada dasarnya dengan tujuan inti menyelamatkan ekosistem yang mengalami kerusakan oleh petani sendiri.petani akan menjadi sumber pemberdayaan terhadap komunitasnya sendiri. Dengan modal sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mereka miliki.para petani akan melakukan pengamatan secara bertahap dan bersama dengan sistem sekolah lapang petani yang di dampingi oleh fasilitator lapangan. Dalam hal ini,yang menjadi fasilitator adalah para fasilitator yang mempunyai jam terbang tinggi dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta. 57

3. Kelompok Tani Kelompok tani merupakan wadah dari aspirasi para petani. Melalui suatu kelompok petani akan mempunyai satu arena belajar bersama dengan temuan dari petani masing-masing. Setiap selesai pertemuan antara petani dengan fasilitator dengan materi yang baru maka laporan temuan masing-masing petani akan diungkapkan dalam forum kelompok tani tersebut. Selain itu,kelompok tani juga akan menjadi sarana sekolah bagi para petani. 4. LPTP Surakarta LPTP merupakan kepanjangan dari lembaga pengembangan teknologi pedesaan. Dalam kaitannya ini, LPTP menjadi sarana lembaga yang menfasilitasi para petani. Modal SDA dan SDM yang dimiliki oleh para petani akan menjadi kekuatan yang besar bagi fasilitator guna mengembangkan pertanian yang berada di Desa Polan. Penyediaan fasilitator lapangan guna mendampingi petani. 5. Masyarakat Desa Polan Masyarakat Desa Polan juga merupakan aspek penting dalam pemberdayaan. Dukungan masyarakat akan berlangsungnya proses kegiatan pemberdayaan ini sangatlah dibutuhkan. Kerjasama antara petani sebagai bagian dari masyarakat dan juga masyarakat sebagai kelompok terbesar. Jika kolaborasi semua pihak pihak yang terkait ini secara kolektif mampu berjalan, maka pemberdayaan terhadap petani akan berhasil secara partisipatif. 58

6. PT. Tirta Investama Klaten Pada proses menuju petani yang mandiri, dari awal sampai akhir dalam realisasi pemberdayaan kepada petani di Desa Polan dipantau langsung oleh PT. Tirta Investama. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang air minum. Produk yang dihasilkan dari perusahaan ini meliputi kemasan air minum kemasan botol 1 liter yang bermerk AQUA, minuman penambah daya tahan tubuh seperti mizone, dan produk air minum AQUA kemasan isi ulang. Pendampingan petani yang dilakukan fasilitator LPTP Surakarta mendapat aliran dana dari CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Tirta Investama. Sebelum kedatangan LPTP mitra kerja dari perusahaan ini adalah BSK (Lembaga Swadaya Konsultan). Evaluasi dari perusahaan BSK dianggap gagal memberdayakan petani, sehingga kontrak kerja diputus. Pola pelaksanaan CSR PT. Tirta Investama diwujudkan dengan bekerjasama dengan pihak lain atau mitra kerja. 11 CSR yang dijalankan oleh perusahaan air minum ini menjalin kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat yang bermarkas di Solo. Lembaga yang dipilih adalah LPTP Surakarta. Dalam kontrak kerja yang diajukan LPTP kepada PT. Tirta Investama akan menjalin kerjasama dengan proyek percobaan pada 6 bulan kedepan antara bulan nopember 2013 sampai dengan april 2014. Jika kerjasama tersebut dianggap berhasil dan dari desa dampingan bisa diangkat menjadi desa percontohan maka kontrak kerja akan dilanjutkan dengan durasi kontrak kerja yang lebih lama. 11 Syaifa Tania, CSR Indonesia Sinergi Pemerintah, Perusahaan, dan Publik, Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, 2012, hal. 3 59

E. Jadwal dan waktu pelaksanaan Penelitian dan Pemberdayaan Tabel I Perencanaan Operasional Kegiatan Sekolah Lapang Petani Terpadu Desa Polan 60