KAJIAN ON-LINE PUBLIC ACCESS CATALOGUE (OPAC) DALAM PELAYANAN PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN CD-ROM TEEAL OLEH PENELITI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KAJIAN OTOMASI PERPUSTAKAAN BALAI PENELITIAN TANAMAN OBAT DAN AROMATIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa

TINJAUAN TENTANG PENGGUNAAN OPAC DI PERPUSTAKAAN POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

KERAGAAN PENGETAHUAN PENGELOLA PERPUSTAKAAN LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN DALAM APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI

PELAYANAN SIRKULASI DI PERPUSTAKAAN IPB. Oleh: Ir. Rita Komalasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti kumpulan buku-buku (Daryanto, 1986: 1). Dalam bahasa inggris perpustakaan disebut library, istilah ini berasal

PROGRAM OTOMASI PERPUSTAKAAN: PENGALAMAN UPT PERPUSTAKAAN IPB 1

AKSES INFORMASI DAN PERSEPSI PESERTA DIKLAT TERHADAP JASA PERPUSTAKAAN

Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan

JASA PENELUSURAN INFORMASI

PEMANFAATAN SARANA BIBLIOGRAFIS OLEH PUSTAKAWAN

AUTOMASI PERPUSTAKAAN

PELAYANAN PERPUSTAKAAN BERBASIS KOMPUTER DENGAN SISTEM JARINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah

MAKALAH KEILMUAN STUDI PERPUSTAKAAN OPAC (ONLINE PUBLIC ACCES CATALOG) Disusun Oleh : LILIES RESTHININGSIH D

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

TEKNOLGI INFORMASI BAGIAN DARI PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN. Oleh: Drs. Habib, M.M. 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN UK/UPT LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN. Utilization of Library within Ministry of Agriculture

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

ANALISIS KEPUASAN PELAJAR DAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN SIRKULASI PADA PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN

PEMANFAATAN INFORMASI DI BALAI PENELITIAN DAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN: Studi Kasus di Empat Propinsi

PENGELOLAAN INFORMASI ELEKTRONIS DI PERPUSTAKAAN UK/UPT LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MENGENAL LEBIH JAUH SIPISIS VERSI WINDOWS

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di

TINJAUAN TERHADAP KEBERADAAN BAHAN PUSTAKA DI RAK DAN DI DALAM DATABASE DIGILIB PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

OTOMASI PERPUSTAKAAN: Alasan Otomasi dan Kontribusi Bagi Perpustakaan Oleh : Sri Wahyuni Pustakawan STMIK AKAKOM Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara

Oleh Nia Hastari Doddy Rusmono Dini Suhardini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Visi Misi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN SIRKULASI DI BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH

Sistem Penelusuran Di PT Indosiar Visual Mandiri

BAB II ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG (OPAC)

KAJIAN DAYA GUNA PANGKALAN DATA ELEKTRONIS. Etty Andriaty, Hendrawaty, dan Akhmad Syaikhu HS

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani

LAYANAN JASA PENGGUNA PERPUSTAKAAN BALAI PENELITIAN PERTANIAN LAHAN RAWA

KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN IPB 1

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. maka UPT Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta menerapkan. bahan pustaka perpustakaan. Untuk menunjang sistem automasi

PERANCANGAN APLIKASI OPAC (ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG) UNTUK KATALOG TUGAS AKHIR PADA PERPUSTAKAAN INDONESIA MANDIRI

Pengantar Teknologi Informasi 1

KARAKTERISTIK INDIVIDUAL DAN PERSEPSI PENELITI TERHADAP SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMANFAATAN KOLEKSI

Promosi Jasa Pelayanan Referensi Di Perpustakaan

AKSESIBILITAS INFORMASI, INTENSITAS KOMUNIKASI, DAN EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DIGITAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERPUSTAKAAN JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNM UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PENGUNJUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah

1.1 Latar Belakang Masalah

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 55 PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN MAILING LIST LAYANAN PERPUSTAKAAN BERBASIS WEB

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR. sebuah perpustakaan di lingkungan pendidikan tinggi (akademi, universitas,

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN PENGADILAN TINGGI PADANG

PEMBINAAN PERPUSTAKAAN KHUSUS INSTITUSI PERTANIAN: Observasi terhadap Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

2015 HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN WEBPAC DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)

Teknologi Informasi Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan harus memiliki strategi yang tepat sebagai penyedia informasi agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini

BAB II KAJIAN TEORITIS. koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perpustakaan adalah sebuah ruangan yang berisi beberapa susunan sistematis

ANALISIS KEPUASAN PEMUSTAKA PERPUSTAKAN KEBUN RAYA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Komputer merupakan salah satu sarana yang wajib dimiliki oleh semua

PEMANFAATAN ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG (OPAC) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

lokakarys Fungsional Non Psneii yang balk dan berkesinambungan. Juga diharapkan dapat menghindari terjadinya duplikasi penelitian maupun untuk meningk

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

MENENTUKAN SKALA PRIORITAS SISTEM INFORMASI LAYANAN OPAC STUDI KASUS DI BADAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENELUSURAN INFORMASI PERTANIAN MELALUI CDROM CAB ABSTRACTS, AGRIS, AGRICOLA, TROPAG & RURAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yusuf (2009:31), sumber-sumber informasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Informasi berperan penting dalam memperbaiki kualitas suatu Instansi.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERILAKU PEMUSTAKA DALAM TEMU KEMBALI KOLEKSI DENGAN MENGGUNAKAN OPAC BERBASIS SliMS (Studi Kasus di Perpustakaan STAIN Ponorogo)

KOMPETENSI SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN PERTANIAN

Perpustakaan Universitas Bina Nusantara (Ubinus)

menyediakan layanan untuk mengakses koleksi tersebut. Dalam hal ini koleksi digital ini disebut sebagai sumber primer (primary resource).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN SMK-PP NEGERI KUPANG DALAM PERSPEKTIF LIBQUAL +TM

PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tugas tak bisa dipisahkan dari dunia perkuliahan dan dunia mahasiswa. sumber tersebut adalah perpustakaan.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017

LAPORAN TAHUNAN SUB SEKSI JARINGAN DAN INFORMASI TEKNOLOGI PERPUSTAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan adalah adanya proses temu kembali informasi, yang secara spesifik

Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi

TEMU KEMBALI BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STKIP PGRI SUMBAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

PROFIL SIPUS. (Sistem Informasi Perpustakaan) Oleh: Rasiman

PENGGUNAAN DATABASE DAN KOLEKSI UNTUK MENDUKUNG PERPUSTAKAAN DIGITAL. Oleh Wahyu Supriyanto

BAB 1 PENDAHULUAN. koleksi bahan pustaka secara sistematis dan digunakan oleh pemakai sebagai

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

Transkripsi:

KAJIAN ON-LINE PUBLIC ACCESS CATALOGUE (OPAC) DALAM PELAYANAN PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN Eka Kusmayadi dan Etty Andriaty Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 ABSTRAK Pengkajian bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pendapat pengguna terhadap katalog elektronis yaitu On-line Public Access Catalogue (OPAC) di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) demi perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Pengkajian dilakukan dengan metode survei dengan menggunakan kuesioner terhadap 30 pengguna sebagai respoden. Peubah yang dikaji adalah kinerja pangkalan data, ergonomi, peran pustakawan, faktor pendukung, dan kepuasan pengguna. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan, jumlah pengguna OPAC dari kalangan peneliti lebih rendah dibandingkan mahasiswa. OPAC sangat membantu pengguna mempercepat dan mempermudah menemukan literatur yang diperlukan. Subjek tanaman pangan menempati peringkat permintaan tertinggi. Pengguna merasa nyaman menggunakan fasilitas OPAC di PUSTAKA dan tampilan aplikasi di monitor cukup menarik dan jelas. Selain itu, pengguna menyatakan puas menggunakan OPAC di PUSTAKA. ABSTRACT Study on On-line Public Access Catalogue (OPAC) for Agricultural Library and Technology Dissemination Services This study aimed to find out the users' opinion on On-line Public Access Catalogue (OPAC) which available in the Indonesian Center for Agricultural Library and Technology Dissemination (ICALTD). Thirty users were selected to be respondents. Data were collected by using questionaire and analyzed by using descriptive statistical method. Parameters observed were database performance, ergonomics, librarian role, supporting factors, and users' satisfaction. The result of this study revealed that researchers used OPAC were less than students. OPAC was very useful for users to retrieve needed information. Food crops was the most needed subject. Users were comfortable to use OPAC facilities, and the monitor was attractive and clearly enough. Users had a feeling satisfaction when used OPAC. Keywords: Information retrieval, bibliography, information access, information services, agricultural information PENDAHULUAN Layanan merupakan salah satu subsistem perpustakaan yang berhubungan langsung dengan pengguna (user), baik yang langsung maupun tidak langsung datang ke perpustakaan. Layanan merupakan ujung tombak dan sekaligus gambaran kualitas suatu perpustakaan. Kinerja suatu perpustakaan tercermin dari tingkat dan kualitas layanan yang diberikan. Layanan yang disediakan suatu perpustakaan bergantung pada jenis perpustakaan, yang pada umumnya dikelompokkan menjadi perpustakaan khusus, umum, sekolah, perguruan tinggi, dan perpustakaan nasional. Pengelompokan pada perpustakaan khusus lebih disebabkan oleh kekhususan organisasi, tingkat atau kelompok pengguna yang dilayani, dan mayoritas subjek disiplin ilmu koleksinya. Pada perpustakaan khusus, layanan lebih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna di lembaga induknya, menyimpan dan menemukan kembali informasi serta menyebarkannya secara cepat dan tepat kepada para staf, dan membantu pimpinan memperoleh bahan untuk pengambilan keputusan. Empat unsur layanan yang harus ada dalam suatu perpustakaan, baik konvensional maupun modern yaitu: (1) fasilitas, (2) koleksi, (3) pustakawan, dan (4) pengguna. Pada perpustakaan konvensional, fasilitas meliputi sarana dan prasarana seperti ruangan, rak koleksi tercetak, perlengkapan sirkulasi, katalog, lemari penitipan barang, dan peraturan (tata tertib). Pada perpustakaan yang telah berkembang, sarananya telah dilengkapi dengan komputer untuk pelayanan pengguna serta pengelolaan dan penyimpanan data, yang kemudian dilengkapi dengan jaringan, baik untuk kebutuhan pengguna lokal (local area network, LAN) maupun pengguna yang lebih luas di luar lokasi perpustakaan (wide area network, WAN atau internet). Salah satu perpustakaan Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 2, 2006 51

semacam ini adalah Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA). Untuk membantu pengguna menemukan koleksi informasi yang dibutuhkan, PUSTAKA menyediakan berbagai sarana temu kembali informasi seperti katalog kartu, katalog tercetak berupa buku, indeks, bibliografi khusus, OPAC, dan beberapa aplikasi CD-ROM. OPAC dibangun pada tahun 2004 dalam rangka pengembangan automasi perpustakaan dan dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain: a. Penelusuran data tentang koleksi PUSTAKA masih dilakukan secara manual, sehingga pengguna memerlukan waktu yang lama untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. b. Pangkalan data yang ada hanya memuat informasi bibliografis, dan sebagian belum mencantumkan data nomor panggil. c. Jumlah komputer yang tersedia untuk penelusuran koleksi PUSTAKA terbatas serta masih bergabung dengan penelusuran CD-ROM. d. Pemantauan pengunjung perpustakaan secara manual tidak dapat dilakukan secara serentak. e. Pembuatan statistik pemanfaatan perpustakaan dan laporan bulanan sering terlambat. OPAC dilengkapi dengan tiga unit komputer terminal yang masing-masing berfungsi sebagai sarana penelusuran, terminal pencatat data pengunjung, dan sebagai server. Pangkalan data yang tersedia terdiri atas data koleksi buku, teknologi pertanian tepat guna, daftar judul majalah, daftar koleksi CD-ROM, dan hasil-hasil penelitian pertanian Indonesia. Pangkalan data yang digunakan berbasis software CDS/ISIS dengan menggunakan struktur data yang sudah ada sebelumnya disertai penambahan ruas (fields) baru. Untuk memudahkan dan menjaga keamanan data maka dibuat suatu program aplikasi dengan menggunakan Visual Basic. Program ini memungkinkan pengguna mengakses pangkalan data dari dalam dan luar PUSTAKA. Program aplikasi yang telah dibangun tidak saja menampilkan informasi bibliografis, tetapi juga abstrak dan informasi secara lengkap (full text). Dalam proses pembangunan OPAC, sebelum program aplikasi diterapkan, telah dilakukan uji coba oleh pengembang program untuk melihat kemungkinan adanya berbagai kesalahan. Namun hal tersebut belum cukup, karena uji coba tidak saja perlu dilakukan oleh pengembang program, tetapi juga oleh pengguna. Pengkajian ini bertujuan untuk mengungkapkan pendapat pengguna terhadap keberadaan sarana temu kembali informasi berupa katalog elektronis (OPAC) di PUSTAKA. Hasil kajian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam perbaikan dan penyempurnaan sistem OPAC di masa yang akan datang. Pengertian On-line Public Access Catalogue Dalam suatu perpustakaan, katalog merupakan salah satu alat untuk menemukan kembali koleksi pustaka. Menurut Sulistyo-Basuki (1991), katalog perpustakaan adalah daftar buku atau koleksi pustaka dalam suatu perpustakaan atau dalam suatu koleksi. Oleh karena itu, keberadaan katalog sangat penting untuk memudahkan penelusuran informasi. Katalog merupakan keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen, demikian pula katalog elektronis dari sistem perpustakaan yang terautomasi. Subsistem seperti OPAC dan sirkulasi saling berinteraksi dalam menyediakan layanan automasi. Sistem katalog yang dirancang dengan baik merupakan kunci keberhasilan penerapan automasi perpustakaan (Arif 2003). Katalog on-line atau OPAC merupakan sistem katalog perpustakaan yang menggunakan komputer. Pangkalan datanya biasanya dirancang dan dibuat sendiri oleh perpustakaan dengan menggunakan perangkat lunak komersial atau buatan sendiri. Katalog ini memberikan informasi bibliografis dan letak koleksinya. Katalog biasanya dirancang untuk mempermudah pengguna sehingga tidak perlu bertanya dalam menggunakannya (user friendly) (Saleh dan Mustafa 1992). Sebelum teknologi informasi masuk dalam dunia perpustakaan, katalog yang dikenal hanya dalam bentuk kartu atau lembaran kertas. Sekarang katalog tidak saja dibuat dalam bentuk kartu, tetapi juga dalam bentuk digital. Katalog dalam bentuk digital biasanya disimpan dalam hard disk komputer atau media penyimpanan lainnya, seperti disket, CD-ROM, dan DVD. OPAC bekerja berdasarkan konsep jaringan, baik berupa LAN maupun WAN. LAN digunakan untuk keperluan hubungan kerja dalam satu ruangan atau bangunan, sedangkan WAN untuk keperluan kerja dalam lingkup yang lebih luas, yaitu antarwilayah misalnya menggunakan internet. Keberadaan katalog kartu atau tercetak pada perpustakaan yang telah menerapkan automasi masih tetap 52 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 2, 2006

diperlukan, terutama jika jumlah pengunjung banyak tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan komputer penelusuran yang memadai. Selain itu, katalog kartu dapat digunakan dalam kondisi darurat, misalnya listrik mati atau jaringan rusak. Keuntungan lain dari OPAC dalam bentuk WAN adalah pengguna dapat mengetahui ketersediaan materi informasi yang dicari tanpa harus datang langsung ke perpustakaan, sedangkan permintaan bahan pustakanya dapat dilakukan melalui sarana komunikasi lain. Dengan demikian, pengguna dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga untuk memperoleh koleksi pustaka yang diperlukan. Dengan adanya OPAC yang terkomunikasi melalui internet, jangkauan pengguna perpustakaan menjadi lebih luas, tidak saja untuk para staf dalam lingkungan sendiri atau pengguna yang datang ke perpustakaan, tetapi juga untuk pengguna atau instansi lain dalam lingkup yang lebih luas. Hal tersebut menjadikan nilai guna informasi jauh lebih tinggi. Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan OPAC adalah: (1) pengguna dapat mengakses secara langsung ke dalam pangkalan data yang dimiliki perpustakaan, (2) mengurangi beban biaya dan waktu yang diperlukan dan yang harus dikeluarkan oleh pengguna dalam mencari informasi, (3) mengurangi beban pekerjaan dalam pengelolaan pangkalan data sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja, (4) mempercepat pencarian informasi, dan (5) dapat melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam jangkauan yang luas. Menurut Christie (1986), penggunaan jaringan dalam OPAC dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu penelusuran katalog menjadi lebih cepat sehingga waktu untuk penemuan kembali bahan pustaka yang dicari lebih efisien, serta pengguna dapat langsung mengakses koleksi data, melakukan download data bibliografis, abstrak, artikel lengkap, dan informasi lain yang tersedia. Kinerja Pangkalan Data Pembuatan OPAC perlu memperhatikan beberapa hal agar tujuan utamanya dapat tercapai, antara lain perencanaan dan perancangan pangkalan data yang tepat. Apabila hal ini kurang diperhatikan maka proses pencarian informasi yang diinginkan dapat menjadi lebih lama atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Menurut Corthouts (l996), OPAC merupakan bagian penting dari perangkat lunak perpustakaan yang ditawarkan kepada pengguna dan berfungsi sebagai interface terhadap basisdata. Perancangan sistem yang benar akan meningkatkan kinerja pangkalan data. Beberapa kriteria yang biasa digunakan untuk menguji kinerja suatu basisdata adalah waktu tanggap terhadap query yang diajukan dan jumlah rata-rata transaksi per satuan waktu. Menurut Kristanto (1994), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan suatu basisdata adalah keberlebihan dan inkonsistensi (ketidaktaatasasan) data, pengaksesan data, standardisasi, pengguna yang beragam (multiuser), keamanan, integrasi, dan ketidaktergantungan data. Beberapa kriteria evaluasi terhadap kinerja basisdata antara lain adalah ruang lingkup (Chowdurry 1999), ukuran file, keterkinian, teknik pengindeksan, struktur cantuman, biaya (Harter 1998), serta aksesibilitas atau kemudahan (Armstrong 1995). Ruang lingkup yang dimaksud adalah jenis-jenis subjek yang dikandung dalam suatu pangkalan data. Sistem OPAC Dalam sistem OPAC terdapat kegiatan pemasukan data dan validasi atau pengecekan data yang dimasukkan ke dalam basisdata. Apabila ada kesalahan atau keraguan, data dapat dilacak berdasarkan nama pengolah, pemasuk data, dan tanggal pemasukan yang tercantum pada formulir. Dengan menggunakan formulir, pemasukan data menjadi lebih cepat dan fisik bahan pustakanya dapat segera diproses sebagaimana mestinya sehingga dapat segera dipamerkan dan digunakan di unit sirkulasi. Sistem OPAC yang dikembangkan di PUSTAKA adalah sistem layanan informasi melalui LAN dan WAN, namun karena masih ada keterbatasan, sistem yang dibangun baru pada tahapan LAN. Layanan melalui WAN dilakukan dengan memanfaatkan media internet, sehingga pengguna dapat langsung mengakses informasi dari server pangkalan data. Layanan melalui LAN lebih ditujukan untuk pengguna yang langsung datang ke perpustakaan. Ergonomi Ergonomi meliputi kenyamanan, keamanan, kemudahan penggunaan, dan hal lain yang mempengaruhi kondisi Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 2, 2006 53

tubuh dan kepuasan pengguna. Faktor yang mempengaruhi ergonomi antara lain adalah (1) lingkungan, (2) perangkat keras, dan (3) user-system interface. Faktor lingkungan meliputi ketepatan pencahayaan, penataan dan suhu udara, sedang perangkat keras di antaranya furnitur, tempat duduk yang nyaman, dan ruang kerja yang dirancang baik. Faktor user-system interface berkaitan dengan perangkat lunak, pelatihan operator, dan keberadaan petunjuk operasional (Rusmana 2002). Peran Pustakawan Penelusuran memerlukan strategi yang tepat, berupa langkah-langkah yang harus dilakukan oleh penelusur dalam berbagai situasi penelusuran. Penelusuran dapat dilakukan sendiri secara langsung atau dengan cara mendelegasikannya kepada spesialis informasi atau pustakawan. Pendelegasian penelusuran biasanya dilakukan karena keterbatasan jarak dan waktu, dengan cara menghubungi penelusur melalui telepon, surat atau faksimile. Keberhasilan penelusuran bergantung pada komunikasi antara pengguna dan petugas penelusuran. Permintaan informasi melalui surat harus disampaikan secara jelas agar formulasi pertanyaan telusur yang dibuat oleh penelusur lebih akurat. Apabila pengguna datang langsung ke perpustakaan dan berkomunikasi dengan petugas penelusuran maka keakuratan pertanyaan telusur akan lebih tinggi. Menurut Sulistyo- Basuki (1991), formula penelusuran akan mempengaruhi perolehan informasi apabila tidak dapat meliputi semua aspek dari pertanyaan atau apabila dirumuskan terlalu spesifik atau terlalu luas. Kondisi tersebut akan lebih buruk lagi apabila penelusur memiliki pengetahuan yang rendah atau bukan spesialis subjek. Penelusur yang kurang memiliki dasar pengetahuan subjek menyebabkan penelusuran dilakukan dengan coba-coba. Sebaliknya, penelusur yang memiliki dasar pengetahuan atau seorang spesialis subjek dapat memilih subjek dengan tepat dan melakukan penelusuran secara sistematis. Roznovski (2001) menyatakan penelusur harus memiliki pengetahuan dan intelektual yang luas dan mendalam serta kreatif, sehingga mampu memiliki pola pikir yang sejajar dan dapat berkomunikasi secara efektif dengan pengguna. Sulistyo-Basuki (1991) sangat menganjurkan dalam mencari informasi pengguna datang langsung ke perpustakaan dan berkomunikasi dengan penelusur. Berdasarkan komunikasi tersebut, penelusur dapat memutuskan langkah-langkah yang strategis dalam proses penelusuran. Selain itu cara tersebut juga dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Penelusur biasanya menggunakan strategi tertentu untuk menangkap kebutuhan informasi pengguna, antara lain dengan menggunakan seperangkat istilah baku yang sesuai dengan istilah yang dipakai dokumen dalam pangkalan data (artificial language). Kesesuaian istilah ini menjadi kunci ditemukan atau tidaknya dokumen yang diperlukan pengguna. Akses atau kunci telusur berupa berbagai karakteristik informasi atau dokumen yang dapat digunakan untuk keperluan penelusuran dan pemilihan dokumen. Biasanya pengguna mengungkapkan kebutuhannya dalam bentuk pertanyaan yang berupa subjek, tahun, geografi, jenis dokumen, bahasa, dan sebagainya. Pelayanan yang dapat diberikan bergantung pada rincian dalam deskripsi bibliografis, isi, dan keluwesan sistem temu kembali. Pada umumnya penelusuran dengan menggunakan OPAC dilakukan sendiri oleh pengunjung perpustakaan. Namun karena kadang-kadang tidak memahami sistemnya, pengguna sering bertanya atau meminta bantuan petugas perpustakaan atau pustakawan. METODE Pengkajian terhadap pengguna OPAC di PUSTAKA dilakukan pada bulan September 2006 dengan menggunakan metode survei. Populasi pengkajian adalah seluruh pengguna OPAC yang tercatat pada bulan tersebut yaitu sebanyak 125 orang. Sampel ditentukan secara selektif sebanyak 30 orang. Penetapan responden didasarkan atas frekuensi penggunaan OPAC selama 1 tahun terakhir dengan kriteria minimum dua kali, setelah pengguna ditanya terlebih dahulu tentang frekuensi menggunakan OPAC di PUSTAKA. Responden diminta mengisi instrumen pengkajian yang terdiri atas lima peubah yaitu: (1) kinerja pangkalan data, (2) ergonomi, (3) peran pustakawan, (4) faktor pendukung, dan (5) kepuasan pengguna. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk meningkatkan kualitas layanan dan kinerja perpustakaan, perlu disediakan fasilitas yang memadai 54 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 2, 2006

sehingga informasi yang dibutuhkan pengguna dapat diperoleh secara akurat melalui akses off-line maupun online. OPAC sebagai salah satu fasilitas layanan penelusuran secara elektronis merupakan sarana temu kembali informasi secara cepat dan akurat dalam rangka meningkatkan kepuasan pengguna dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. OPAC seperti halnya katalog lain berisi data tentang koleksi yang dimiliki suatu perpustakaan, baik berupa buku/monograf, brosur, majalah maupun yang lainnya. Format informasi yang disajikan beragam, mulai dari informasi bibliografis sampai tampilan teks lengkap. Berdasarkan data yang diperoleh, komposisi responden terdiri atas peneliti 7%, mahasiswa 90%, dan lainnya 3%. Hasil tersebut identik dengan laporan statistik pengunjung perpustakaan setiap bulan, padahal peneliti merupakan pengguna target PUSTAKA. Rata-rata jumlah kunjungan peneliti dari tahun ke tahun hanya berkisar antara 6-10% (Kusmayadi 2005). Rendahnya frekuensi peneliti yang datang ke PUSTAKA bukan berarti minat peneliti rendah, karena banyak pula peneliti yang melakukan akses ke PUSTAKA dari kantor atau tempat tinggalnya. Kinerja Pangkalan Data pada OPAC Kriteria kinerja pangkalan data yang dikaji antara lain adalah kemudahan aplikasi, kecepatan akses, ruang lingkup subjek, titik akses yang sering digunakan, kesesuaian hasil penelusuran, dan kepuasan pengguna. Berdasarkan kemudahan menggunakan aplikasi penelusuran, hampir seluruh responden (93%) menyatakan penelusuran melalui OPAC mudah dilakukan. Hal tersebut dapat dipahami, karena petunjuk penggunaan OPAC dirancang agar mudah dipahami pengguna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat 80% responden yang menyatakan petunjuk penggunaan OPAC mudah dipahami. Selain kemudahan menggunakan aplikasi untuk menelusur informasi bibliografis, 53% responden juga menyatakan mudah mendapatkan informasi lengkapnya (link ke full text). Dalam proses penelusuran, kecepatan akses perlu diperhitungkan, karena proses pencarian informasi hanyalah tahap awal dari usaha pengguna dalam menemukan informasi yang dibutuhkan; makin cepat akses ke informasi makin puas pengguna dan makin cepat pula memperoleh fisik informasi yang dicari. Dari hasil kajian, 56,7% responden berpendapat akses OPAC terhadap perolehan informasi bibliografis cukup cepat, 40% cepat, dan 17% sangat cepat. Untuk meningkatkan relevansi hasil penelusuran, perlu diperhatikan beberapa strategi penelusuran untuk memperluas atau mempersempit hasil penelusuran, sehingga informasi yang diperoleh tepat dan akurat. Salah satu strategi penelusuran yang biasa digunakan yaitu operator Boolean dengan simbol AND, OR dan NOT. Sebanyak 87% responden menyatakan mudah menggunakan operator Boolean pada saat melakukan penelusuran. Penelusuran informasi dapat dilakukan melalui berbagai titik akses, antara lain melalui judul, pengarang, kata kunci, dan tahun terbit. Kata kunci merupakan titik akses yang paling diminati. Hal ini sejalan dengan hasil pengkajian bahwa 77% responden menyatakan kata kunci merupakan fasilitas penelusuran yang paling mudah. Kata kunci menjadi titik akses yang sangat membantu pengguna dalam menelusur informasi yang diperlukan pada pangkalan data elektronis. Dengan satu kata kunci, baik berupa kata tunggal maupun frase, semua dokumen yang mengandung kata kunci tersebut akan muncul, meskipun tidak semua dokumen tersebut sesuai dengan yang dicari pengguna. Pengguna datang ke perpustakaan dengan membawa masalah atau subjek yang ingin dicari. Subjek tersebut dikelompokkan berdasarkan subjek kelompok unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian. Tabel 1 memperlihatkan bahwa subjek tanaman pangan menempati peringkat permintaan tertinggi (23%), diikuti oleh tanaman perkebunan (17%), hortikultura (10%), dan teknologi pascapanen (10%). Data ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengadaan bahan pustaka. Tabel 1. Subjek yang diminati pengguna OPAC pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, September 2006. Subjek Jumlah Persen Tanaman pangan 7 23,3 Tanaman perkebunan 5 16,7 Hortikultura 3 10 Peternakan 2 6,7 Perikanan 2 6,7 Sosial ekonomi pertanian 2 6,7 Alat dan mesin pertanian Teknologi pascapanen 3 10 Lainnya 9 30 Total 30 Catatan: Satu orang responden boleh menjawab lebih dari 1. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 2, 2006 55

Tabel 2. Kesesuaian informasi yang diperoleh dengan kebutuhan pengguna OPAC pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, September 2006. Pendapat responden Jumlah Persen sesuai 2 6,7 Sesuai 11 36,7 Cukup sesuai 12 40 Kurang sesuai 4 13,3 Tidak sesuai 1 3,3 Jumlah 30 100 Menurut sejumlah responden (43%), informasi yang diperoleh dari penelusuran melalui OPAC cukup tepat, 43% tepat, dan 3% sangat tepat. Tingkat kesesuaian informasi yang dibutuhkan dengan yang diperoleh menunjukkan 40% responden menyatakan cukup sesuai, 37% sesuai, dan 7% sangat sesuai (Tabel 2). Berdasarkan keterpenuhan dan sifat informasi dari koleksi yang diperoleh, 40% pengguna menyatakan informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi, 27% cukup terpenuhi, dan 3% sangat terpenuhi. Berdasarkan sifat informasinya, 50% responden menganggap cukup mutakhir dan 23% mutakhir. Ergonomi Faktor-faktor yang dikaji dari segi ergonomi antara lain adalah kenyamanan, tata letak OPAC, dan tampilan aplikasi di layar monitor. Ergonomi merupakan salah satu faktor yang dapat menarik minat pengguna untuk memanfaatkan koleksi sebaik-baiknya dan sesering mungkin, sehingga sumber daya yang telah susah payah diadakan dapat berhasil guna dan bermanfaat untuk menunjang kegiatan penelitian dan keilmuan dalam bidang pertanian. Oleh karena itu, kenyamanan perpustakaan dan sarana pendukungnya perlu mendapat perhatian dari pengelola perpustakaan. Kenyamanan menggunakan komputer dan fasilitas ruangan merupakan faktor pendukung yang tidak kalah pentingnya, karena akan mempengaruhi minat pengguna dalam memanfaatkan fasilitas perpustakaan. Tabel 3 memperlihatkan 37% responden menyatakan cukup Tabel 3. Distribusi pengguna OPAC (%) pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian berdasarkan persepsinya pada beberapa indikator ergonomi, September 2006. Indikator Nyaman nyaman nyaman nyaman nyaman Kenyamanan menggunakan OPAC 7 33 37 13 0 Kondisi ruangan 33 20 33 3 0 Tepat tepat tepat tepat tepat Tata letak OPAC 0 43 43 10 0 Memadai memadai memadai memadai memadai Jumlah komputer 0 37 33 20 3 Fasilitas OPAC 10 37 37 13 0 Mudah mudah mudah mudah mudah Petunjuk penggunaan OPAC 3 80 10 0 0 Menarik menarik menarik menarik menarik Tampilan aplikasi di monitor 3 23 60 10 0 Jelas jelas jelas jelas jelas Tampilan huruf 3 47 40 3 0 56 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 2, 2006

nyaman dan 33% nyaman dalam menggunakan komputer OPAC di PUSTAKA. Sebanyak 33% responden menyatakan kondisi ruang pelayanan cukup nyaman, 20% nyaman, dan 33% sangat nyaman. Tata letak sarana pendukung pelayanan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan ruangan dan gedung, yang penting pengguna dapat dengan mudah melihat sarana yang dibutuhkan tanpa harus bertanya atau mencarinya. Sebanyak 43% responden menyatakan tata letak komputer sudah tepat dan 43% lainnya cukup tepat. Fasilitas/alat bantu yang disediakan untuk menelusur katalog elektronis harus lengkap dan mudah digunakan. Sebanyak 37% responden menyatakan fasilitas OPAC yang disediakan memadai dan 33% cukup memadai, namun 20% menyatakan kurang memadai. Tampilan layar dan huruf perlu diperhatikan oleh pengelola OPAC karena akan mempengaruhi kenyamanan penelusuran. Dari hasil pengkajian, 60% responden menyatakan tampilan layar komputer yang digunakan untuk OPAC cukup menarik dan 23% menarik. Untuk tampilan huruf pada OPAC, 47% responden menyatakan jelas dan 40% cukup jelas. Peran Pustakawan Pada saat melakukan penelusuran, pengguna perlu bekerja sama dengan pustakawan yang bertindak sebagai mediator. Keberhasilan penelusuran oleh pengguna sebagian ditentukan oleh ketekunan dan keterampilan pustakawan dalam membimbing pengguna untuk mencari dan memanfaatkan informasi dalam OPAC. Berkembangnya teknologi informasi memungkinkan pengguna mahir menggunakan komputer, sehingga peran pustakawan atau petugas perpustakaan mungkin tidak diperlukan lagi. Namun, 47% responden masih membutuhkan bantuan petugas/pustakawan. Sebanyak 50% responden berpendapat petugas perpustakaan sangat peduli dan 20% peduli dalam membantu pengguna menggunakan OPAC. Faktor Pendukung Standard Operational Procedure (SOP) disusun dan disediakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang prosedur penelusuran informasi di PUSTAKA. SOP memuat langkah-langkah kerja terperinci yang harus dilakukan pengguna dan pustakawan dalam mendapatkan koleksi yang dibutuhkan. Dari hasil pengkajian, 60% responden menyatakan SOP layanan OPAC di PUSTAKA jelas dan mudah diikuti. Hal ini akan mempermudah dan meringankan pekerjaan pustakawan terutama dalam membimbing pengguna menggunakan OPAC. Beberapa responden mengusulkan perlunya peningkatan kenyamanan dan ketersediaan fasilitas, antara lain AC perlu diperbaiki, jumlah PC diperbanyak, petugas layanan sirkulasi ditambah, duplikasi record data pada OPAC dihilangkan, koleksi antikuariat dibuatkan pangkalan data, dan buku boleh dibawa pulang (dipinjam) dengan jaminan. Kepuasan Pengguna Kepuasan bersifat subjektif, artinya kepuasan seseorang tidak akan sama dengan orang lain. Namun berdasarkan jumlah terbanyak, kepuasan dapat menjadi kriteria kinerja suatu jenis layanan. Berdasarkan faktor-faktor yang dinilai terhadap keberadaan OPAC seperti kemudahan, aksesibilitas, kesesuaian, tata letak ruangan, dan kenyamanan dalam menggunakan OPAC, umumnya pengguna merasa puas. Sebanyak 37% responden menyatakan cukup puas, 3% puas, dan 3% sangat puas dalam melakukan pencarian koleksi perpustakaan menggunakan OPAC. KESIMPULAN Jumlah pengguna OPAC di PUSTAKA dari kalangan peneliti lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa. OPAC sangat membantu pengguna menemukan koleksi yang diperlukan. Pangkalan data OPAC mudah digunakan dan mempercepat penelusuran. Subjek bidang tanaman pangan menempati peringkat permintaan tertinggi, diikuti oleh tanaman perkebunan, hortikultura, dan teknologi pascapanen. Pengguna OPAC merasa cukup nyaman dalam menggunakan komputer OPAC dan kondisi ruang pelayanan, didukung dengan tata letak komputer yang tepat. Tampilan aplikasi di monitor cukup menarik dan hurufnya jelas. Pengguna merasa puas melakukan pencarian informasi dengan menggunakan OPAC apalagi jika kualitas data yang ada ditingkatkan. Layanan informasi PUSTAKA sudah cukup memadai apalagi jika perangkat kerasnya ditingkatkan. Pustakawan atau petugas pelayanan yang ada sudah cukup memadai, namun untuk mengantisipasi perkembangan dan tuntutan pengguna, kapasitas dan kuantitasnya perlu dikembangkan. Pendidikan/pelatihan pengguna Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 2, 2006 57

(users education) baik untuk peneliti, ilmuwan maupun mahasiswa yang selama ini dilakukan dapat dilanjutkan. PUSTAKA tidak meminjamkan koleksi kepada pengguna. Namun sejalan dengan perkembangan dan tuntutan pengguna, kebijakan ini perlu diubah dengan meminjamkan koleksi kepada kalangan tertentu, seperti peneliti dan penyuluh untuk mempermudah pengendalian. DAFTAR PUSTAKA Arif, I. 2003. Konsep dan perencanaan dalam automasi perpustakaan. Makalah Seminar dan Workshop Sehari Membangun Jaringan Perpustakaan Digital dan Otomasi Perpustakaan menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Armstrong, C. 1995. Database quality criteria. Sl: Centre for Information Quality Management. http://bubl.ac.uk/ archieve/lis/org/ciqm/databa1.htm (diakses 24 September 2001). Chowdurry, G.G. 1999. Introduction to Modern Information Retrieval. London: Library Association Publishing. p. 272. Corthouts, J.P.R. 1996. SGML: A librarian perception. The Electronic Library 14(2): 101-110. Christie, L.E. 1986. Managing today and tomorrow with online information. United State of America: Dow Jones- Irwin. Harter, S.P. 1998. Online Information Retrieval: Concepts, principles, and techniques. Los Angeles: Academic Press Inc. p. 107. Kristanto, H. 1994. Konsep dan perancangan database. Yogyakarta: Andi Offset. Kusmayadi, E. 2005. Laporan akhir peningkatan akses layanan iptek pertanian TA 2005. Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Roznovski, M. 2001. Evaluating foreign and international legal database on the internet. Law Library Resources Exchange, LLC. http://www.llrx.com/features/evaluating. htm (diakses Oktober 2001). Rusmana, A. 2002. Analisis Sistem Informasi. Jakarta: Universitas Terbuka Saleh, A.R. dan B. Mustafa. 1992. Penggunaan komputer untuk pelayanan informasi perpustakaan. Dalam Bunga Rampai 40 Tahun Pendidikan Ilmu Perpustakaan di Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc. Sulistyo-Basuki, 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 58 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 2, 2006