IV METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODELOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Korelasi yaitu menganalisis faktor

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian survei (Survey Research Method), yaitu suatu penelitian. (sampel) (Notoatmodjo,2010, pp.25-26).

BAB III METODE PENELITIAN. Kemudian melakukan analisis komparasi (comparative study) dengan cara

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2009), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. (variabel dependen) dilakukan pada saat yang sama yaitu tiap subyek hanya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Croos Sectional yaitu suatu penelitian

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. 1. Variabel independen yang diteliti meliputi :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi kasus di kawasan usaha agroindustri terpadu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

III. METODE PENELITIAN. Dalam hal ini yang menjadi subyek penelitian adalah karyawan PT United

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. seluler As pada mahasiswa Universitas Muria Kudus yang dijadikan penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental. Pengumpulan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dan penelitian kualitatif (Sugiyono, 2003: 13-14).

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Konsumen, khususnya konsumen yang membeli dan menggunakan handphone

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

ABSTRAK. professional mempunyai hasil Chi-kuadrat hitung = dan Chi-kuadrat tabel = jadi H

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 5 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah konsumen yang pernah

BAB III METODOLOGI. Metode penelitian merupakan suatu proses berpikir yang terdiri dari tahap-tahap

Transkripsi:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dengan responden pelaku usaha mikro kecil pada unit bisnis Tahu Serasi Bandungan Kelompok Wanita Tani Damai, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa unit bisnis Tahu Serasi Bandungan Kelompok Wanita tani Damai merupakan sentra oleh-oleh khas daerah yang mengalami perkembangan sejak awal terbentuk tahun 2003 hingga sekarang tahun 2011 sehingga dapat membantu peningkatan pendapatan daerah khususnya Kecamatan Bandungan. Penelitian lapang dilakukan selama satu bulan ( April Mei ) untuk pengumpulan dan analisis data. 4.2. Metode Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah para pelaku usaha Tahu Serasi Bandungan anggota Kelompok Wanita Damai Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan. Data populasi diperoleh dari administrasi Kelompok Wanita Damai, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan. Pemilihan responden dilakukan menggunakan metode sensus. Responden yang dipilih adalah semua anggota Kelompok Wanita Tani Damai yang aktif sebagai pelaku usaha Tahu Serasi Bandungan (21 responden). 4.3. Desain Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena dapat memberikan gambaran mengenai modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha, serta membantu dalam melihat hubungannya dengan keberhasilan usaha. Selain itu, prosedur dan teknik penelitian menggunakan metode kasus. Metode ini merupakan suatu pendekatan penelitian yang bersifat kasus sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara rinci tentang modernitas sikap 42

kewirausahaan serta hubungannya dengan tingkat keberhasilan usaha kecil Tahu Serasi Bandungan. Cara kerja metode ini memungkinkan peneliti memiliki kebebasan melakukan penelitian eksplorasi yang sangat mendalam sehingga akan diketahui sebab dan akibat dari proses yang ada hingga dapat diketahui pula bagaimana cara mengatasi fenomena yang ada (Soekartawi, 2002). Metode ini mampu memberikan gambaran rinci sehingga dapat digunakan untuk dijadikan bahan peneitian lanjutan. 4.4. Data dan Instrumentasi Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan perangkat kecamatan dan desa terkait, ketua Kelompok Wanita Tani dan pelaku usaha di lokasi masing-masing dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku yang relevan dengan topik yang diteliti, data relevan dari Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Pertanian bagian Pengembangan Kabupaten Semarang. Pengambilan data sekunder diperoleh juga dari literatur-literatur, baik yang didapat di perpustakaan maupun dari tempat lain berupa hasil penelitian terdahulu mengenai kajian kewirausahaan, modernitas sikap, serta keberhasilan usaha mikro kecil, baik dari media cetak (tabloid dan majalah), maupun media elektronik (internet). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, penyimpan data elektronik, dan alat pencatat. Untuk memastikan bahwa kuesioner yang digunakan dapat dipercaya dan valid, maka dilakukan uji realibilitas dan uji validitas. Menurut Umar (2005), uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan, realibilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur sesuatu yang sama dan menghasilkan pengukuran relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan andal. Dikatakan reliable atau dapat dipercaya apabila mantap atau stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability). 43

Uji validitas dan realibilitas pada penelitian ini dilakukan terhadap 10 orang responden sebagai pengujian awal kuesioner. Jumlah pertanyaan awal dari masing-masing indikator tema sikap kewirausahaan adalah 48 pertanyaan. Setelah melalui tahap uji validitas dan realibilitas kuesioner, pertanyaan yang lolos uji untuk mengukur modernitas sikap kewirausahaan sejumlah 41 pertanyaan (Lampiran 9). Dimana pada masing-masing variabel tema sikap terdapat 5 sampai 6 pertanyaan acuan untuk menguji tingkat modernitasnya. Hasil akhir uji dari realibilitas menunjukkan Cronbach s Alpha lebih besar dari 0, 600. Untuk masing-masing variabel tema sikap dari tema sikap ke satu sampai ke delapan, nilai realibilitas secara berturut-turut sebesar 0,8675; 0,8476; 0,9032; 0,8920; 0,9043; 0,8630; 0,8922. Sedangkan, nilai validitas dari semua pertanyaan lebih dari 0, 500 (Lampiran 10). Hal ini berarti semua pertanyaan yang diujikan sudah reliabel dan valid untuk digunakan dalam penelitian. Setelah melalui tahap uji validitas dan realibilitas, kuesioner disebar kepada responden lainnya. 4.5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi wawancara, wawancara mendalam serta observasi lapang yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan bantuan kuesioner dan daftar pertanyaan wawancara untuk memperoleh data secara utuh yang dapat menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan. Wawancara lebih mendalam dilakukan dengan pihak Kelompok Wanita Tani Damai yang berhubungan dengan kegiatan unit usaha Tahu Serasi Bandungan dan seluruh pelaku usaha Tahu Serasi Bandungan. Selain itu kuesioner digunakan untuk mendapatkan data dari pelaku usaha terkait dengan modernitas sikap kewirausahaan yang dimiliki. Dalam setiap pengisian kuesioner peneliti melakukan pendampingan untuk mengantisipasi adanya kesulitan atau kesalahpahaman dalam mengartikan pertanyaan kuesioner. Pendampingan yang dilakukan dalam setiap pengisian kuesioner juga dimaksudkan untuk mencari informasi lain yang lebih mendalam yang belum tercakup dalam kuesioner. 44

4.6. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara dan observasi selama penelitian. Sedangkan data kuantitatif diperoleh berupa data perkembangan UMKM Kabupaten Semarang, data anggota pelaku usaha unit bisnis Tahu Serasi Bandungan, dan data penilaian modernitas sikap kewirusahaan yang dimiliki masing-masing pelaku usaha. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan modernitas sikap kewirausahaan yang ada pada diri pelaku unit usaha KWTD Tahu Serasi Bandungan. Sedangkan analisis kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis tingkat modernitas sikap serta hubungannya terhadap keberhasilan unit bisnis. Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah menggunakan software computer Microsoft Excel, dan SPSS 15.0 for Windows. 4.6.1. Analisis Deskriptif Dalam menggambarkan modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha digunakan analisis deskriptif yang didukung oleh hasil pengukuran melalui rumus skor modernitas. Dengan demikian dapat diketahui tingkat modernitas masing-masing tema sikap yang dimiliki oleh pelaku usaha. 4.6.2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4.6.2.1. Skor Modernitas Rata-Rata Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian, terlebih dahulu melewati proses coding, scoring, untuk selanjutnya dipindahkan ke dalam tabel frekuensi dan tabel tabulasi silang. Proses pengolahan data diuraikan sebagai berikut : a. Coding meliputi proses memberikan kode atau simbol pada setiap kategori jawaban responden baik dari karakteristik responden maupun tiap pernyataan sikap kewirausahaan. Proses coding dipakai untuk menyederhanakan jawaban responden dalam bentuk kode atau simbol tertentu. 45

b. Scoring meliputi proses penyederhanaan jawaban responden atas pernyataan modernitas yang dibuat konsisten dalam bentuk data ordinal pada masing-masing jawaban pertanyaan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, yaitu tentang bagaimana modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha KWTD Tahu Serasi Bandungan akan menggunakan rumus skor modernitas rata-rata (Prasojo 1987) sebagai berikut : 1. 1. Keterangan: X = skor modernitas rata-rata sikap kewirausahaan n = jumlah responden i = kategori responden p = jumlah pertanyaan 1 i = skor modernitas tiap kategori jawaban X i = jumlah responden dalam tiap kategori Dari rumus skor modernitas rata-rata sikap kewirausahaan tersebut, dibuat kategori modernitas sikap kewirausahaan, mencakup dua tingkat yakni modern dan tidak modern. Kategori modern memiliki skor modernitas yakni berkisar antara 3 sampai dengan 4, sedangkan untuk kategori sikap yang tidak modern skornya berkisar antara 1 sampai dengan 2,99. Rumus skor modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha unit bisnis tahu serasi di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Rumus skor modernitas sikap kewirausahaan dilihat dengan dua cara, yaitu: 1. Melihat modernitas sikap kewirausahaan anggota untuk semua tema kewirausahaan. 2. Melihat modernitas sikap kewirausahaan anggota untuk masing-masing tema sikap kewirausahaan 4.6.2.2. Analisis Korelasi Chi Square Penelitian selanjutnya yaitu tentang bagaimana hubungan modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha dengan keberhasilan usaha menggunakan analisis korelasi Chi Square. Analisis ini dikembangkan untuk menguji 46

apakah beberapa ukuran nominal berhubungan satu sama lain atau tidak. Dengan kata lain, apakah dua atau lebih distribusi populasi didistribusikan dalam bentuk sama dan sehubungan dengan kriteria yang diinginkan. Analisis ini dilakukan dengan alat bantu berupa software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 15.0 for Windows (Nazir 2005) Rumus korelasi Chi Square yang digunakan adalah sebagai berikut: 2 Keterangan: X 2 = chi square Oij = frekuensi yang termasuk pada tiap sel (i,j) Eij = frekuensi yang diharapkan dalam sel (i,j) k = jumlah baris n = jumlah kolom Rumus tersebut digunakan karena data yang ada untuk kedua variabel adalah dalam bentuk data kategorik dan nominal dan rumus tersebut sesuai digunakan untuk melihat korelasi dua variabel dengan bentuk data nominal. Dengan demikian diperoleh keputusan uji sebagai berikut : 1. Jika nilai ρhitung > ρtabel, maka terima Ho, artinya modernitas sikap kewirausahaan pelaku dengan keberhasilan unit usaha saling bebas (tidak ada hubungan). 2. Jika nilai ρhitung < ρtabel maka terima H 1, artinya modernitas sikap dengan keberhasilan unit usaha tidak saling bebas (ada hubungan). 4.7. Definisi Operasional Modernitas sikap kewirausahaan adalah pandangan individu untuk merespon secara konsisten terhadap ciri-ciri yang dimiliki seseorang wirausahawan dari pernyataan proyeksi dari masing-masing atribut sikap dengan empat alternatif jawaban. Adapun atribut modernitas sikap kewirausahaan tersebut meliputi sikap: 47

1) Sikap mental mengutamakan prioritas adalah sikap yang mengarahkan pada kemampuan dalam mengutamakan prioritas yang lebih penting dari segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk mencapai tujuan berusaha. Sikap yang dianggap modern ditentukan dari kemampuan individu untuk mengutamakan prioritas dalam memanfaatkan baik informasi, dana, maupun kredit. Sedangkan sikap yang tidak modern ditentukan dari kemampuannya untuk tidak bersedia mengutamakan prioritas dalam memanfaatkan baik informasi, dana, maupun kredit. 2) Sikap mental mengambil risiko adalah sikap terarah yang mengacu kepada kemampuan dalam menanggung risiko lebih modern dengan memperhitungkan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan usahanya. Seorang wirausaha modern akan cenderung menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangannya, dan menjauhi risiko yang tinggi, karena mereka ingin berhasil. Dengan kata lain sikap modern dimiliki oleh mereka yang menyukai risiko sedang, dan sikap tidak modern dimiliki mereka yang menyukai risiko tinggi dan rendah, bahkan tidak berani untuk menanggung risiko sama sekali. 3) Sikap mental inovatif adalah sikap terarah yang mengacu kepada kemampuan dalam menemukan ide-ide atau cara-cara baru yang lebih bermanfaat untuk meningkatkan keberhasilan baik produk maupun teknis pelaksanaan. Sikap modern dimiliki oleh mereka yang tertarik untuk mempelajari dan memperhitungkan hal-hal baru, memberikan gagasan dan alternatif untuk mendukung usahanya, sedangkan mereka yang memiliki sikap yang tidak modern yakni mereka yang tidak tertarik untuk mempelajari dan memperhitungkan hal-hal di bidang usaha yang baru dan menemukan gagasan baru. 4) Sikap mental yang mengunggulkan kerja keras adalah sikap terarah yang mengacu pada kemampuan menunjukkan untuk selalu terlibat dalam situasi kerja dan tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Seorang yang mempunyai pandangan kewirausahaan yang modern akan bersikap optimis (tidak pasrah terhadap nasib) terhadap hasil 48

pekerjaannya atau memiliki keyakinan bahwa setiap usaha suatu saat akan berkembang mencapai hasil yang memuaskan. Sedangkan, mereka yang tidak modern menyukai pekerjaan yang mudah (tanpa perlu kerja keras), tidak harus bekerja, serta tidak menyukai tantangan. 5) Sikap mental menghargai waktu. Pandangan mengenai kerja keras memiliki kaitan erat dengan masalah penggunaan waktu yang efisien dan mutu hasil yang dikehendaki. Seorang wirausaha modern akan memandang waktu sebagai salah satu modal kerja, sehingga setiap jam akan dipergunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat terutama dalam rangka memajukan usaha. Sedangkan, wirausaha yang tidak modern menganggap bahwa kegiatan yang bermanfaat seperti mengikuti pelatihan hanya akan membuang waktu, dan memaklumi orang jika tidak dapat menepati janji. 6) Sikap memiliki motivasi berprestasi adalah keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya. Motif ini muncul untuk melakukan sesuatu secara sukses dan menjauhi kegagalan. Seorang wirausaha yang modern berambisi untuk mencapai prestasi, dan berusaha untuk mencapai kinerja walaupun ia mengalami kegagalan. Sedangkan, mereka yang tidak modern menganggap bahwa kegagalan hanya menurunkan prestasi kerja, dan mereka tidak tertarik dengan ambisi untuk mencapai prestasi. 7) Sikap mental percaya diri adalah sikap yang mengacu pada kemampuan yang menunjukkan sikap percaya kepada kemampuan sendiri, tidak raguragu dalam bertindak dan selalu optimis dalam segala hal situasi. Seseorang dengan sikap tidak modern tidak memiliki rasa percaya diri, dan pesimis untuk melakukan sesuatu. Sedangkan, mereka yang memiliki sikap modern adalah mereka yang selalu optimis dan tidak ragu melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya. 8) Sikap mental tanggung jawab individual. Pemikulan tanggung jawab disini, lebih berarti individualisme, di mana si pribadi sendiri yang akan merasakan dan menerima hasil dari keberhasilannya maupun akibat dari 49

kegagalannya. Besar keinginannya untuk bertanggung jawab ada kaitannya dengan kebebasan individu dalam membuat keputusan sendiri terutama dalam hal perkembangan usaha. Seorang yang modern memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk menyelesaikan tugasnya, bertanggung jawab terhadap perbuatannya, serta berupaya memperbaiki hasil usahanya. Sedangkan, mereka yang tidak modern adalah bersikap masa bodoh terhadap pekerjaannya, dan tidak bertangung jawab terhadap kegagalan usahanya. Masing-masing tema sikap akan memiliki skor antara 1 sampai dengan 4. Skor tersebut diperoleh dari rumus modernitas rata-rata yang akan dibagi dalam dua kelompok kategori yaitu modern dan tidak modern, dimana skor sikap yang tidak modern antara 1 sampai dengan 2,99; dan skor modern antara 3 sampai dengan 4. 50