6.1 Target Dakar Target Dakar untuk pendidikan Keaksaraan dan Berkelanjutan adalah Tercapainya peningkatan sebesar 50 persen pada tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
4.1 Target Dasar Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2033 menyebutkan pada Pasal 17 ayat (1 dan 2) bahwa : (1) Pendidikan Dasar merupakan

Rasional Alvarez (1990) dalam bukunya Engendering Democracy in Brazil :Women s Movement in Transition Politics, mendefinisikan sebuah gerakan

8.1 Target Dakar Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing merupakan salah satu dari tiga masalah besar pendidikan yang dihadapi bangsa ini atau

Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan merupakan salah satu cara yang strategis, karena dengan pendidikan anak-anak bangsa ini

Rasional Di tengah tuntutan masyarakat yang sedang kuat menuntut anak-anak bangsa ini memiliki kualitas, baik untuk kepentingan dirinya maupun untuk

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN. Rekapitulasi Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sekapur Sirih. Batam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Batam. Endang Retno Srisubiyandani, S.Si

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPPA - SKPD 2.2

GARA-GARA GAK SEKOLAH JADI PUZZING DECH...

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Tabel 3.28 Pencapaian Misi IV dan Indikator. tercapai. tidak tercapai

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk

INDIKATOR BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Persyaratan Pendataan. Persayaratan Pendaftaran

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

Kata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan


Kesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Strategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

STRATEGI PEMERINTAH KOTA BATAM DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI DAERAH HINTERLAND

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PENDIDIKAN KESETARAAN FITTA UMMAYA SANTI, S. PD., M. PD

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA RKPD TAHUN LALU

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

YAYASAN AMANAH MARDHOTILLAH PKBM SINDANG BARANG JERO BOGOR Jl. Sindang Barang Pilar (Blk Al-Hasbi) Rt. 01/07

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

! "## Pelayanan Administrasi Perkantoran Dinas Pendidikan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN SISWA BARU (PSB) TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 KOTA BATAM


1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

Didi Supriadie Kepala Dinas Pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

RENCANA AKSI DAERAH PENDIDIKAN UNTUK SEMUA PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu bangsa semakin banyak orang yang terdidik, namun

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

PEMBELAJARAN KEAKSARAAN

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo

Transkripsi:

6.1 Target Dakar Target Dakar untuk pendidikan Keaksaraan dan Berkelanjutan adalah Tercapainya peningkatan sebesar 50 persen pada tingkat keniraksaraan orang dewasa terutama perempuan pada tahun 2015 dan akses yang sama terhadap pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa. Mengingat bahwa tingkat keniraksaraan penduduk Indonesia cukup tinggi dan temuan data di Kota Batam kalaupun tersamarkan dalam sajian datanya, angka buta aksara (termasuk yang absolut) dan yang rentan kembali menjadi buta aksara karena putus sekolah SD/MI angkanya di luar yang diperkirakan. Jika menganalisis data yang dapat diperoleh (baca: pengulangan deskripsi dari bagian sebelumnya), terdapat hal yang sangat rentan untuk menjadi pertanyaan masyarakat; apakah di Kota Batam memang telah bebas buta aksara atau hanya dalam jumlah yang sangat kecil seperti yang tersaji pada tabel 2.2 kolom ke 4?, atau memang terjadi kekeliruan penafsiran sehingga terkesan bahwa Kota Batam (baca: sebagai contoh pada tahun 2005) tidak ada yang buta aksara; pada hal pada kolom 3-nya tersaji data 71.294 orang penduduk yang tidak/belum pernah sekolah, apakah ini tidak buta aksara?. Ironis memang, sajian data yang diperoleh dari profil pendidikan Kota Batam, nampaknya memerlukan pencermatan lebih lanjut sehingga tidak menyesatkan bagi para pelaku pendidikan di Kota Batam manakala akan menyusun rencana kerja pembangunan pendidikan. Tahun 2006 data buta aksara di Kota Batam sebesar 721 orang, namun penduduk yang 96

tidak/belum pernah sekolah trendnya ditemukan menjadi menurun yaitu menjadi sebesar 52.140 orang penduduk; artinya dalam kurun waktu satu tahun data ini missing (hilang) sebesar 19.154 orang. Pertanyaannya adalah apakah 19.154 orang penduduk itu bersekolah atau mengikuti program pendidikan kesetaraan atau keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal atau bagaimana, namun itulah data yang ditemukan. Tahun 2007 trendnya menjadi naik, jumlah penduduk buta aksara seperti tersaji pada kolom 4 tabel 2.2 jumlah menjadi 757, artinya naik sejumlah 36 orang. Namun yang sangat mengejutkan adalah kenaikan data penduduk yang tidak/belum pernah sekolah angkanya menjadi naik secara spektakuler yaitu menjadi sebesar 96.940 orang penduduk, artinya trendnya naik tajam baik dari tahun 2005 maupun tahun 2006. Selain itu ditemukan data (Data Keadaan Penduduk Kota Batam Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006), terdapat angka yang cukup besar yaitu 7.725 orang anak usia 7-12 tahun (usia SD) yang tidak menamatkan SD/MI-nya; manakala mereka drop out pada kelas rendah, artinya sangat dimungkinkan mereka buta aksara kembali. Pluktuasi, konsistensi, dan tingkat akurasi data yang disajikan sangat dihawatirkan akan menjadi kendala dalam pengambilan kebijakan untuk kepentingan pennyusunan dan pengembangan rencana strategis dan operasional SKPD (Dinas Pendidikan Kota Batam) maupun pengambilan kebijakan pada tingkat Pemerintah Daerah Kota Batam. Tahun Tabel 6.1 (dicopy dari Tabel 2.2) Keadaan Umum Pendidikan Kota Batam Jumlah Penduduk Tidak/Belum Pernah Sekolah Buta Huruf 2005 596,515 71,294 721 2006 702,239 52,140 721 2007 720,844 96,940 757 97

Sumber Profil Pendidikan Batam. 2005, 2006 dan 2007 Sejalan dengan itu, target keaksaraan fungsional di Indonesia adalah tercapainya peningkatan sebesar 50 persen pada tingkat keaksaraan orang dewasa yaitu kelompok usia 15 tahun keatas terutama perempuan pada tahun 2015 dan akses yang sama terhadap pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa maka target tersebut untuk Indonesia disesuaikari menjadi sebagai berikut Minimal 50 persen buta aksara dapat dikurangi dan buta aksara usia 15-24 tahun terlayani tuntas pada tahun 2015, serta peningkatan 50 persen aksarawan baru terutama perempuan mempunyai akses yang sama terhadap pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan. Buta aksara merupakan salah satu momok dan sekalaigus menjadikan posisi negara ini sebagai negara dengan tingkat Pembangunan Indeks Manusia yang selalu dalam posisi rendah dibandingkan dengan negara Vietnam yang baru merdeka sekalipun. Masih besarnya angka buta aksara yang terdapat pada masyarakat suatu darah adalah gambaran betapa pendidikan di daerah itu tingkat partisipasi pendidikan masyarakatnya masih rendah. Implikasi dan konsekuensi yang harus ditanggung karena banyaknya jumlah penduduk yang buta aksara dan anak-anak yang rentan buta aksara kembali karena putus sekolah (terutama pada kelas rendah) adalah rendahnya tingkat komparasi dan daya saing pada berbagai jenis pekerjaan pada berbagai sektor dan akan memberikan sumbangan meningkatnya angka pengangguran. Kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan keterasingan sosial juga salah satunya disebabkan oleh buta aksara. Untuk itu, upaya pemberantasan buta aksara harus segera dilakukan dengan terencana dan sistematis serta dapat dituntaskan agar tidak berakibat buruk bagi perkembangan pembangunan SDM di Kota Batam. Keaksaraan merupakan salah satu upaya penguatan kembali terhadap komitmen pentingnya dunia pendidikan sebagai salah satu faktor kunci dalam membangun kesejahteraan 98

sosial secara luas. Bagaimanapun pemberantasan buta aksara menjadi sangat penting dan strategis dalam upaya meningkatkan kualitas SDM Kota Batam. Terkait dengan istilah keaksaraan fungsional, terbebasnya buta aksara adalah melek aksara, yang kemudian ditafsirkan sebagai orang mampu baca, tulis, hitung, memiliki kecakapan hidup, melek aksara Latin maupun Arab atau kemampuan berbahasa lain yang dapat digunakan di lingkungan masyarakatnya secara luas. Kesepakatan Dakar menyatakan bahwa sasaran (target audience) tahun 2015 adalah penduduk dewasa usia 15 tahun ke atas, mengingat usia 7-15 tahun merupakan sasaran wajib belajar pendidikan dasar baik melalui jalur pendidikan formal SD dan MI atau bentuk lain yang sederajat serta SMP dan MTs atau bentuk lain yang sederajat dan/atau melalui jalur pendidikan nonformal dan informal sebagai pendidikan berkelanjutan (continuing education) yakni pendidikan lanjutan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang telah menamatkan pendidikan dasar. Data tentang penduduk buta aksara di Kota Batam nampaknya harus dilakukan penghitungan ulang secara hati-hati sehingga akan dapat dtemukan data yang lebih akurat serta dapat memudahkan tindakan dan perlukan melalui program pemberatasan yang strategis, sistematis dan solutif. 6.1.1 Perkembangan dan penurunan Angka Buta huruf 1. Perkembangan dan penurunan Angka Buta huruf Usia 15-24 Tahun. Jika menganalisis Tabel 6.1 (copy dari Tabel 2.2) sajian data buta aksara penduduk di Kota Batam tahun 2005-2007, tidak tersajikan secara jelas sehingga tidak dapat menggabarkan jumlah yang akurat, tiadak menggambarkan kelompok usia maupun jenis kelamin. Gambaran data 2005-2007 menunjukan pluktuasi yang kurang logik. Angka buta aksara sebesar 721 pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 tidakterdapat perubahan yaitu masih seesar 721, sedangkan 99

pada tahun 2007 naik menjadi sebesar 757. Gambaran data berikutnya (2005-2007) adalah menyajikan data tentang besaran angka penduduk di Kota Batam yang belum/tidak pernah sekolah terjadi pluktuasi angka yang tidak masuk akal. Tahun 2005 ditemukan data sebesar 71.295 orang penduduk yang belum/tidak pernah sekolah, pada tahun 2006 turun secara luar biasa menjadi 52.140 orang penduduk yang belum/tidak pernah sekolah, dan pada tahun 2007 ditemukan data yang menunjukan angka penduduk yang belum/tidak pernah sekolah naik menjadi sebesar 96.940. Berikut nya diperoleh gambaran data (dalam Profil Pendidikan 2006) tentang jumlah buta aksara di Kota Batam sebesar 4.240 orang penduduk (lihat : Tabel 6.2). Ini permasalahan yang harus segera diatasi, karena kalau tidak akan menjadi menyesatkan dalam pengambilan kebijakan makro pemerintah daerah Kota Batam juga dalam pengembangan kebijakan strategis operasional SKPD Dinas Pendidikan dan instansi lain yang relevan. Berbagai program pengentasan buta aksara telah diprogramkan oleh Pemerintah (Pusat) melalui Permendiknas Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Plekasanaan Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA). Gerakan ini bertujuan untuk mempercepat perluasan akses anak 7-12 tahun di SD/MI/pendidikan yang setara dalam rangka mendukung penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun pada akhir 2008, mempercepat perluasan akses anak 13-15 tahun di SMP/MTs/pendidikan yang setara dalam rangka mendukung penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun pada akhir 2008, dan mempercepat peningkatan angka melek aksara penduduk usia 15 ke atas melalui pengurangan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (data BPS 2004, sebanyak 15.414,311 orang atau 10,21%) menjadi 5% pada akhhir 2009. Namun demikian Kota Batam jika merujuk kepada Konvensi Dakar dan kepakatannya untuk menurunkan angka buta aksara terutama perempuan masih memiliki waktu sampai tahun 2015 melalui perencanaan dan tahapan penuntasan yang jelas. 100

2. Perkembangan Penurunan Angka Buta Huruf Usia 15 Tahun ke Atas Jumlah angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas seperti halnya data 15-24 tahun tidak tersajikan secara rinci, karena angka pada tabel 6.1 (Copy tabel 2.2) disajikan sangat umum, sehingga sulit dianalisis. Pemetaan mutlak harus dilakukan dalam upaya memperoleh gambaran data dan penyusunan rencana penuntasannya. Selain itu upaya menurunkan angka buta aksara dapat dilakukan dengan berbagai program dan pola serta mengikutsetakan masyarakat. Kelompok masyarakat yang dapat diajak serta melakukan ini adalah SKB, Mitra PNF/PLS, dan kelompok atau lembaga sosial masyarakat peduli pendidikan. Manakala mitra PNF belum ada artinya harus dibentuk, sebab sangat tidak mungkin pemerintah daerah (Dinas Pendidikan) bekerja sendiran menurunkan terlebih menuntaskan buta aksara. Seperti harapan dan target konvensi Dakar pemberantasan buta aksara dan meningkatkan angka partisipasi terutama perempuan adalah menjadi target utamanya dan menjadi skala prioritas, sehingga isu marginalisasi atau ketimpangan jender dapat diminimalisir. Oleh karena itu penting kiranya untuk melakukan pendataan ulang secara lebih baik dengan cara lebih dapat dipertanggungjawabkan. 6.1.2 Kinerja Tahun 2007 1. Kinerja Kota Batam dalam Pemberantasan Buta Aksara Pemberantasan buta aksara merupakan salah satu prioritas program yang harus dilaksanakan, karena untuk mengukur keberhasilan pembangunan pada sektor pendidikan buta aksara merupakan sub sasaran yang paling penting dan sangat vital dalam pembangunan sumber daya manusia. Manakala masih besar angka penduduk yang buta aksara akan menjadi indikasi bahwa pembangunan pada sektor pendidikan tidak berhasil. Disadari bahwa bahwa kebodohan, kemiskinan merupakan musuh terbesar dalam setiap upaya pembangunan suatu 101

bangsa, paradigmanya dapat dirumuskan bahwa kebodohan dapat menjadi sumber kemiskinan, dan sebaliknya kemiskinan dapat menjadi sumber kebodohan. Oleh karenanya salah satu aspek penentuan tingkat pendidikan suatu bangsa salah satunya diukur dari tingkat keaksaraan penduduk. Selain itu, tingkat keaksaraan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan nilai indek pembangunan manusia (Human Depelovment Index), kalaupun Kota Batam jika dilihat dari data yang diperoleh merupakan daerah yang Indek Pembangunan Manusianya tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau. Namun demikian jika analisis ini harus menggambarkan kinerja, maka kinerja tahun 2006 menjadi kinerja terbaik dalam rangka menurunkan angka buta aksara (lihar : Tabel 6.1 copy Tabel 2.2) karena dapat menurunkan angka sebesar 19.155 orang penduduk yaitu dari 71. 295 orang penduduk yang belum/tidak pernah sekolah pada tahun 2005 menjadi 52.140 orang penduduk, namun pada kolom berikutnya (Tabel 6.1 copy Tabel 2.2) tahun 2005 sebesar 0 (Nol) orang penduduk menjadi sebesar 721 pada tahun 2006; dan pada tahun 2007 trend-nya menjadi naik lebih besar lagi menjadi 96.940 orang penduduk yang belum/tidak pernah sekolah dan pada kolom berikutnya tersaji angka sebesar 757 orang penduduk buta aksara. Angka-angka ini akan sulit dipercaya daan tentunya sulit dianalisis, tetapi itu fakta yang ada. 2. Kesempatan Memperoleh Pendidikan melalui Jalur Pendidikan Nonformal Pada bagian sebelumnya kegiatan analisis ini mendapat kesulitan memperoleh data tentang jumlah angka Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang terlayani atau yang dapat mengakses layanan pendidikan termasuk jumlah sekolah dan gurunya, kemudian kegiatan analisis ini juga mendapat kesulitan memperoleh data tentang jumlah penduduk buta akasara yang terinci dan akurat. 102

Bagian ini sepertinya menjadi pengulangan bahwa data tentang layanan pendidikan melalui jalur pendidikan nonformalpun tidak berbeda, karena data tidak terungkap. Pendidikan Nonformal yang dibina oleh Dinas Pendidikan Bidang pendidikan nonformal meliputi Program Pendidikan/Kursus, Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM), Keaksaraan Fungsional (KF), Kelompok Belajar Usaha (KBU. Jumlah lembaga kursus periode tahun 2007 di kota Batam sebanyak 74 unit dengan instruktur 284 orang, lokasi kegiatan pendidikan dan keterampilan tersebar disetiap kecamatan yang didominasi oleh kecamatan Batam Kota dan yang tidak ada pada kecamatan Bulang dan Galang. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat berjumlah 36 lembaga. Temuan data ini memang sulit untuk dilakukan analisis karena sangat umum. 6.2 Kesenjangan Dengan Target Dakkar Target tuntas Wajib Belajar Sembilan Tahun bagi penduduk usia pendidikan dasar yaitu usia 7-12 dan usia 13-15 tahun pada tahun 2009 seperti yang dicanang dalam gerakan PWB/PBA pada Permendiknas Nomor 35 Tahun 2006; dan pemberantasan buta aksara 15 tahun ke atas terutama penduduk perempuan diharapkan dapat dikurangi hingga 50%, nampaknya tidak mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhi. Pertama, angka penduduk miskin Kota Batam menurut data Keaadaan Demografi Tahun 2007, menunjukan angka sebesar 24.700 orang. Angka kemiskinan di perkotaan berjumlah 3.371 orang, dan penduduk miskin perdesaan sebesar 21.329 orang penduduk. Kedua, faktor geografis dan kesulitan daya jangkau ke tempat layanan pendidikan bagi beberapa kelurahan pada kecamatan tertentu menjadi kendala bagi kemudahan aksesibilitas masyarakat serta besaran angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/ setara, gambarannya dapat dilihat pada tabel 6.2 dan 6.3 di bawah ini : 103

Tabel 6.2 Hubungan Antara Angka Melanjutkan (AM) Dengan keadaan sekolah dan Daerah Kota Batam 2007 Tk. Kesulitan ke Tk. Kesulitan ke Sektor Angka Melanjutkan Rasio Kecamatan SMP/ MTs SM/MA Unggulan SMP/MTs SM/MA SD/SMP SMP/SM M S SS M S SS I II II Belakang Padang 83 115 2 2 100 29 0 50 50 0 1 6 10 Batu Ampar 127 356 2 1 100 0 0 100 0 0 3 6 10 Sekupang 110 113 2 3 100 0 0 100 0 0 4 3 2 Nongsa 99 63 3 4 100 0 0 100 0 0 9 1 3 Bulang 94 19 2 3 83 17 0 50 50 0 1 9 10 Lubuk Baja 58 144 2 1 100 0 0 100 0 0 6 8 9 Sei Beduk 98 67 5 2 100 0 0 100 0 0 3 6 10 Galang 82 73 4 2 86 14 0 67 33 0 1 9 10 Bengkong 75 231 3 1 111 0 0 100 0 0 9 5 10 Batam Kota 193 205 2 1 100 0 0 100 0 0 8 3 8 Sagulung 79 138 5 2 100 0 0 100 0 0 3 5 10 Batu Aji 130 235 3 1 100 0 0 100 0 0 5 3 9 Rata-rata 102 146 3 2 98 5 0 89 11 0 4 5 8 Sumber: Profil Pendidikan Kota Batam 2007 104

Kecamatan Tabel 6.3 Data Keadaan Penduduk Kota Batam Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah Pendudu k Jumlah Penduduk Usia Sekolah 0-4 Thn 5-6 Thn 7-12 Thn 13-15 Thn Tahun 2006 16-18 Thn Belum Sekolah Tdk Tmt SD Tmt SD (Tdk lanjut) Tingkat Pendidikan Tdkk Tmt SMP/ MTs Tmtt SMP/M Ts (Tdk lanjut) Tdk Tmt SMA/ Sdraja t Tmt SMA/Se derajat (Tdk lanjut) Sarjana (D1,D2, D3,S1, S2,S3) Sekupang 98,783 2,825 3,435 10,076 2,776 5,196 5,038 1,087 405 474 573 178 30,405 6,421 494 Batu Aji 60,206 1,361 2,118 6,141 1,692 3,167 3,071 662 247 289 349 108 18,531 3,913 301 Sagulung 107,920 3,302 3,981 11,008 3,033 5,677 5,504 1,187 442 518 626 194 49,406 5,180 540 Sei Beduk 71,350 2,326 2,137 7,278 2,005 3,753 3,639 785 293 342 414 128 21,962 4,638 357 Batam Kota 76,994 3,280 5,002 7,853 2,164 4,050 3,927 847 316 370 447 139 27,548 5,775 385 Nongsa 42,822 1,824 2,389 4,368 1,203 2,252 2,184 471 176 206 248 77 13,181 3,212 300 Lubuk Baja 73,882 3,147 1,836 7,536 2,076 3,886 3,768 813 303 355 429 133 44,905 7,758 369 Batu Ampar 40,969 1,745 2,372 4,179 1,151 2,155 2,089 451 168 197 238 74 23,262 3,482 205 Bengkong 87,259 3,717 4,958 8,900 2,452 4,590 4,450 960 358 419 593 157 53,036 7,417 436 Galang 13,488 575 642 1,376 379 709 688 148 55 65 78 24 1,454 202 337 Bulang 8,766 110 893 982 980 461 477 96 36 42 77 16 1,383 131 219 Blk Padang 19,800 843 746 2,020 556 1,041 1,010 218 81 95 115 36 8,074 891 297 Jumlah 702,239 25,055 30,509 71,717 20,467 36,937 35,845 7,725 2,880 3,372 4,187 1,264 293,147 49,020 4,240 Sumber: Profil Pendidikan Kota Batam 2006 Buta Huruf 6.3 Masalah Berbagai masalah yang dihadapi dalam program keaksaraan dan berkelanjutan seperti : besarnya angka buta aksara (termasuk dengan jumlah penduduk yang belum/tidak pernah sekolah), perkembangan dan penurunan Angka Buta Aksara Usia 15-24 Tahun, perkembangan Penurunan Angka Buta Aksara Usia 15 Tahun ke Atas, Pemberantasan Buta Aksara, memperluas ruang dan peluang akses terhadap pendidikan Jalur Pendidikan Nonformal. Uraian di atas adalah gambaran secara umum atas dasar data yang diperoleh; apabila dikaji secara teknis, sebagai berikut : 105

1. Tingkat penyelesaian pendidikan dasar (terutama SLTP) masih terkendala oleh kemampuan daya jangkau ke tempat layanan, persepsi tentang daya beli, minat masyarakat terhadap pendidikan sehingga terkesan memarjinal diri dan bukan dimarjinalkan. 2. Pendirian dan pengembangan lembaga pendidikan nonformal yang dikelola oleh masyarakat memerlukan pembinaan dan peningkatan kapasitasny. 3. Tenaga pengajar (Tutor,pamong) bukan saja belum memenuhi standar ideal, namun lebih banyak mereka yang sukarela mengabdikan diri untuk membantu masyarakatnya, terlepas dari apa dan bagaimana kualifikasi dan kompetensinya, sehingga mungkin saja mempengaruhi kualitas proses maupun hasil pembelajarannya. 4. 3. Pemberantasan buta aksara akan selau mendapat kendala, karena keterbatasan tenaga dan biaya maupun sarana yang diperlukan untuk kepentingan itu. 5. Tutor terlatih tentang dalam bidang keaksaraan fungsional, metode pembelajaran orang dewasa (andragogy), bagaimana menggali minat dan kebutuhan warga belajar, bagaimana merencanakan program pembelajaran, tehnik memotivasi warga belajar, dan bagaimana mengevaluasi program masih perlu ditingkatkan agar pembinaan, pembimbingan warga belajar dapat dilakukan dengan baik. 6. Insentif bagi Tutor belum memadai, baik yang berupa material maupun imaterialmasih sangat minim dan perlu perhatian lebih bijak. 7. Buta huruf sangat rentan sekali terhadap kemiskinan. Faktor kemiskinan inilah yang mengakibatkan warga belajar sulit meluangkan waktunya 8. untuk mengikuti program belajar. 106

9. Menjaga ketahan anak untuk tetap di sekolah dan jangan menjadi putus sekolah terutama pada kelas rendah harus terus diupayan secara terprogram dan sistematis, karena mereka rentan menjadi buta aksara kembali. 6.4 Rekomendasi 1. Besaran angka buta aksara seperti dipaparkan datanya di atasakan menjadi kendala besar terhadap pembangunan sumber daya manusia Kota Batam, manakala langkah-lang solutif tidak segera dilakukan. Oleh karena itu Tim PUS Kota Batam akan menjadi alternatif untuk melakukan kolaborasi daan sinergitas dalam melakukan kajian operasional/teknis pemberantasan buta aksara. 2. Kesejaheraan tutor/pamong lebih di diperhatikan baik besaran maupun ketepatan waktunya, karena ini akan sangat berpengaruh kuantitas maupun kulitas layanan bagi waga belajar. 3. Pembedayaan peran pemerintahan tingkat kelurahan, PKK, sampai pada jajaran pemerintahan yang lebih rendah, tokoh masyarakat, karang taruna harus ditingkatkan peran sertanya. 4. Pengembangan Taman Bacaan Sarana dan prasarana modul dan alat peraga, kelompok belajar, pemebelajaran di Majelis Ta lim, harus dikembangkan secara bersama-sama. 5. Perlu segera disosialisasikan PPRI N0. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, dan PWB/PBA (Permendiknas 35 Tahun 2006) secara intensif kepada masyarakat secara menyeluruh dan sasaran yang tepat, baik melalaui lembaga pemerintahan, lembaga sosial masyarakat, perorangan, media cetak MAUPUN elektronik. 6. Perlu disusun strategi, perencanaan serta manajemen pembinaan yang baik dan membentuk Mitra PNF untuk bekerja bersama-sama dan menambah aksarawan baru. 107

7. Meningkatkan aksesibilitas terhadap pendidikan bagi perempuan yang sudah berkeluarga, pendidikan keaksaraan hendaknya tidak diberikan secara ekseklusif, namun dikembangkan secara inklusif dan disesuaikan dengan kegiatan keseharihan. Strategi ini akan cukup signifikan terbukti berdampak pada perempuan, karena waktu perempuan kelompok umur tersebut tersita untuk pekerjaan rumah tangga. Untuk ibu-ibu, terutama di pedesaan, pendidikan keaksaraan hendaknya. Misalnya, muatan pendidikan keaksaraan dintegrasikan dengan peran tugas ibu-ibu dalam mengurus anaknya, misalnya kegiatan BKB dan Posyandu. 8. Untuk memenuhi target Dakar maka bagi aksarawan baru terus dibina agar tidak menjadi buta huruf kembali. Bagi mereka yang mampu terutama perempuan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan dasar yang setara yaitu melalui Paket A dan B. Bagi mereka yang telah menamatkan program pendidikan dasar yang setara, terus didorong untuk melanjutkan ke pendidikan berkelanjutan. Pendidikan berkelanjutan dapat berbentuk program yaitu program pasca keaksaraan, program pendidikan mata pencaharian, program berorientasi masa depan, program peningkatan kecakapan hidup, program minat perorangan (hobby) dan program kesetaraan, dsb. 108