BAB 5 HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ulkus yang terdapat di mukosa mulut merupakan lesi oral yang umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 1 PENDAHULUAN. Mukosa mulut memiliki salah satu fungsi sebagai pelindung atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan fungsi digesti, absorbsi dan defekasi. Tubuh mempunyai serangkaian

BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan hasil kombinasi dari skor tingkat peradangan yang digunakan Eda 24 dan Schlossberg 25 dari skor 0 sampai 4. hasilnya dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 5.1. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging, 12.5%, dan 25% selama 3 hari. Skor radang Kontrol (NaCl 0.9%) Kelompok Aloe vera 12.5% 25% 0 0 0 0 0 1 0 5 0 5 2 0 0 5 0 3 0 0 0 0 4 5 0 0 0 5 5 5 5 Grafik 5.1. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging, 12.5%, dan 25% selama 3 hari. 4 3 skor radang 2 1 preparat 1 preparat 2 preparat 3 preparat 4 preparat 5 0 NaCl 0,9% 12.5% 25% kelompok

26 Pengamatan selama 3 hari, pada kelompok kontrol menunjukkan 5 preparat dengan skor 4, pada kelompok perlakuan dan 25% menunjukkan 5 preparat dengan skor 1, artinya, ada penurunan tingkat radang. Sedangkan pada kelompok perlakuan 12.5% menunjukkan 5 preparat dengan skor 2 yang juga berarti ada penurunan tingkat radang. Secara statistik uji Mann-Whitney diantara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna pada p<0,05. Uji yang sama diantara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Aloe vera 12.5% menunjukkan perbedaan bermakna bermakna pada p<0,05. Perbedaan bermakna juga tampak pada perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 25% pada p<0,05. Perbedaan penurunan tingkat radang yang bermakna antara 3 kelompok perlakuan 6,25%, 12,5% dan 25% ditunjukkan secara statistik melalui uji Kruskal Wallis (p<0,05). Perbedaan penurunan tingkat radang yang bermakna secara statistik ditunjukkan dengan uji Mann Whitney (p<0,05) diantara kelompok perlakuan 6,25% dan 12,5% dan juga pada kelompok perlakuan Aloe vera12,5% dan 25%. Namun tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan 25% (p>0,05). Tabel 5.2. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging, 12.5%, dan 25% selama 5 hari. Skor radang Kontrol (NaCl 0,9%) Kelompok Aloe vera 12.5% 25% 0 0 0 0 0 1 0 5 5 5 2 0 0 0 0 3 0 0 0 0 4 5 0 0 0 5 5 5 5

27 Grafik 5.2. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging, 12.5%, dan 25% selama 5 hari. 4 3 skor radang 2 1 preparat 1 preparat 2 preparat 3 preparat 4 preparat 5 0 NaCl 0,9% 12.5% 25% kelompok Pengamatan selama 5 hari, pada kelompok kontrol menunjukkan 5 preparat dengan skor 4, pada kelompok perlakuan 12.5% dan 25% menunjukkan 5 preparat dengan skor 1, artinya, ada penurunan tingkat radang. Secara statistik uji Mann-Whitney diantara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna pada p<0,05. Uji yang sama diantara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Aloe vera 12.5% menunjukkan hasil bermakna pada p<0,05. Hasil bermakna juga tampak pada perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Aloe vera 25% pada p<0,05. Perbedaan tidak bermakna dalam penurunan tingkat radang antara 3 kelompok perlakuan, 12.5% dan 25% ditunjukkan secara statistik melalui uji Kruskal Wallis (p>0,05).

28 Tabel 5.3. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut kelompok kontrol, aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging, 12.5%, dan 25% pada proses penyembuhan setelah 7 hari Skor radang Kontrol (NaCl 0,9%) Kelompok Aloe vera 12.5% Aloe vera 25% 0 0 0 0 0 1 0 5 5 5 2 0 0 0 0 3 3 0 0 0 4 2 0 0 0 5 5 5 5 Tabel 5.3. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut kelompok kontrol, aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging, 12.5%, dan 25% pada proses penyembuhan setelah 7 hari 4 3 skor radang 2 1 preparat 1 preparat 2 preparat 3 preparat 4 preparat 5 0 NaCl 0,9% 12.5% 25% kelompok Pengamatan selama 7 hari, pada kelompok kontrol menunjukkan 3 preparat dengan skor 3 dan 2 preparat dengan skor 4. Pada kelompok perlakuan, 12.5% dan 25% menunjukkan 5 preparat dengan skor 1, artinya, ada penurunan tingkat radang. Secara statistik uji Mann-Whitney diantara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan hasil bermakna pada p<0,05. Uji yang sama diantara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 12.5% menunjukkan hasil bermakna pada p<0,05. Perbedaan bermakna juga tampak pada perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Aloe vera 25% pada p<0,05.

29 Perbedaan tidak bermakna dalam penurunan tingkat radang antara 3 kelompok perlakuan, 12.5% dan 25% ditunjukkan secara statistik melalui uji Kruskal Wallis (p>0,05).

30 BAB 6 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan selama 3, 5 dan 7 hari, tampak bahwa aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging lebih baik dalam menurunkan tingkat radang ulserasi mukosa mulut dibandingkan dengan NaCl 0,9%. Hal ini diduga karena ekstrak campuran kulit dan daging mengandung zat-zat antiinflamasi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa berfungsi sebagai anti inflamasi karena mengandung asam amino yaitu fenilalanin dan triptofan yang dapat mencegah infiltrasi PMN 31. Bila fenilalanin berikatan dengan hidrokortison akan menekan terjadinya edema lokal 3. Triptofan dihidroksilasi menjadi 5-hidroksitriptofan dan akan membentuk 5-hidroksitriotamin (serotonin) yaitu suatu vasokonstriktor kuat yang merangsang kontraksi otot polos 3. Peneliti lain menyatakan bahwa mengandung polisakarida terutama Glukomannan yang kaya akan gula manosa-6-fosfat, yang meningkatkan aktifitas makrofag dan merangsang proliferasi fibroblast 32. Polisakarida lain adalah Acemanan yaitu anti inflamasi kuat yang menetralisir enzim-enzim yang merusak dinding mukosa 33. Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa enzim Bradikinase yang terkandung dalam dapat mengurangi pembentukan bradikinin 19,20,21,22,23 dan Asam Salisilat yang menghambat sintesis prostaglandin dari siklus Asam Arakidonat 31. Keduanya dapat mengurangi vasodilatasi dan menurunkan permeablitas vaskular dari histamin, serotonin dan mediator inflamasi lainnya 31. mengandung hormone (Giberellin) yang memiliki efek anti inflamasi dan membantu proses penyembuhan luka 34. Giberellin bekerja dengan memodulasi makrofag untuk memproduksi growth factor lainnya sehingga dapat menstimulasi fibroblast 34. Sedangkan sterol yang terkandung dalam yaitu asam lemak-hcl kolesterol, kampesterol, dan β-sitosterol, memberikan kontribusi yang besar terhadap efek anti inflamasi yaitu dengan mengurangi sekresi sitokin & TNF-α. Selain itu sterol juga memiliki efek yang mirip aspirin

31 yaitu menghambat enzim cyclooxygenase yang berfungsi mengkatalis sintesis prostaglandin. Selain itu, juga mengandungvitamin C dan E yang merupakan antioksidan yang menangkap radikal bebas oksigen sehingga menghalangi proses inflamasi 31. Vitamin C memfasilitasi penyerapan mineral Zinc yang nantinya mereka akan berkolaborasi menstimulasi glukosamin untuk membentuk kolagen yang penting pada proses penyembuhan 34,35. 6.1 Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging, 12.5%, dan 25% selama 3 hari. Pengamatan pada tabel 5.1 antara kelompok perlakuan dan 25% menunjukkan kemampuan yang sama dalam menurunkan tingkat radang. Hal ini ditunjukkan oleh 5 preparat pada setiap kelompok menunjukkan skor 1. Hal ini diduga disebabkan karena obat mempunyai batas terapeutik yaitu apabila diberikan dalam waktu dan konsentrasi yang melampaui batas terapeutik tersebut efek terapi yang dihasilkannya sudah tidak sebanding dan tidak menunjukkan peningkatan lagi 36,38. Faktor-faktor yang menentukan batas terapeutik obat adalah (1) faktor obat, yaitu sifat kimia atau fisik bahan baku obat, bentuk sediaan, formulasi, dan dosis, (2) faktor tubuh pasien, yaitu genetik, keadaan patofisiologi organ, jenis kelamin, umur, dan berat badan, (3) faktor sebab penyakit, (4) faktor lingkungan 41. Pengamatan antara kelompok perlakuan dan 12.5% ternyata tidak terjadi penurunan skor radang. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang terjadi selama penelitian berlangsung seperti, kurang kooperatifnya binatang percobaan. Karena hal ini maka terjadi perdarahan di daerah aplikasi. Dengan terjadinya perdarahan, diduga bahwa jaringan granulasi yang sudah terbentuk ini rusak kembali, sehingga penyembuhan menjadi tertunda. Peneliti terdahulu menyatakan bahwa, pada setiap kerusakan jaringan, besar maupun kecil, akan diawali oleh pembentukan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah yang mengisi rongga yang ditinggalkan jaringan yang rusak, jaringan ini disebut jaringan granulasi.

32 Secara mikroskopik, jaringan granulasi terdiri dari pembuluh-pembuluh darah kecil yang baru dibentuk dengan latar belakang jaringan kendur (edema) dan mengandung fibroblas serta sel-sel radang 39. Adanya perbedaan tekanan yang diberikan saat aplikasi diduga juga mempengaruhi jumlah H 2 O 2 10% dan ekstrak campuran kulit dan daging yang berpenetrasi ke dalam jaringan mukosa mulut. Menurut peneliti terdahulu, salah satu fungsi epitel oral adalah membentuk barrier yang tidak permeabel. Tidak seperti epitel pada intestinum, epitel rongga mulut tidak memiliki kapasitas absorbsi. Permeabilitas di setiap regio berbeda-beda, tergantung ketebalan barrier epitel dan pola maturasi. Salah satu epitel yang paling tipis adalah epitel dasar mulut, dapat menjadi lebih permeabel daripada area lain, dan bisa digunakan sebagai lokasi administrasi obat-obatan tertentu. Mukosa oral memiliki kemampuan untuk membatasi penetrasi toksin dan antigen-antigen yang dihasilkan oleh mikroorganisme di rongga mulut kecuali di beberapa regio tertentu di dentogingival junction 4,5. Selain itu, penelitian terdahulu menyatakan terdapat faktor-faktor lokal dan sistemik yang mempengaruhi proses penyembuhan. Faktor lokal yang mempengaruhi proses penyembuhan antara lain adalah infeksi, sirkulasi lokal, benda asing dan imobilisasi 40. Sedangkan faktor sistemik yang mempengaruhi penyembuhan adalah usia, nutrisi, sistem imun, gangguan hematologi, dan penyakit vaskular 40. Pengamatan antara kelompok perlakuan 12.5% dan 25% menunjukkan penurunan skor radang. Hal ini diduga disebabkan karena dengan adanya peningkatan konsentrasi, lebih baik dalam menurunkan tingkat radang ulserasi mukosa mulut. 6.2 Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging, 12.5%, dan 25% selama 5 hari. Pengamatan antara kelompok perlakuan, 12.5% dan 25% menunjukkan skor radang yang sama. Hal ini diduga disebabkan karena obat memiliki batas terapeutik, yaitu apabila diberikan dalam waktu dan konsentrasi yang melampaui batas terapeutik tersebut, efek terapi yang

33 dihasilkan sudah tidak sebanding lagi dan tidak menunjukkan adanya peningkatan 36,38. Faktor-faktor yang menentukan batas terapeutik obat adalah (1) faktor obat, yaitu sifat kimia atau fisik bahan baku obat, bentuk sediaan, formulasi, dan dosis, (2) faktor tubuh pasien, yaitu genetik, keadaan patofisiologi organ, jenis kelamin, umur, dan berat badan, (3) faktor sebab penyakit, (4) faktor lingkungan 41. 6.3 Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging, 12.5%, dan 25% selama 7 hari. Pengamatan antara kelompok perlakuan, 12.5% dan 25% menunjukkan skor radang yang sama. Hal ini diduga disebabkan karena obat memiliki batas terapeutik, yaitu apabila diberikan dalam waktu dan konsentrasi yang melampaui batas terapeutik tersebut, efek terapi yang dihasilkan sudah tidak sebanding lagi dan tidak menunjukkan adanya peningkatan 36,38. Faktor-faktor yang menentukan batas terapeutik obat adalah (1) faktor obat, yaitu sifat kimia atau fisik bahan baku obat, bentuk sediaan, formulasi, dan dosis, (2) faktor tubuh pasien, yaitu genetik, keadaan patofisiologi organ, jenis kelamin, umur, dan berat badan, (3) faktor sebab penyakit, (4) faktor lingkungan 41.