BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan


BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *)

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERLINDUNGAN HAK ANAK

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan lingkungan sosial bagi anak, karena dalam keluarga untuk pertama

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa.

BAB I PENDAHULUAN.

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

Khanti Sebagai Kekuatan Mendidik Bagi Guru TK. Wiska Wijaya NIM Masa usia dini anak merupakan masa keemasan (golden ages), usia 0-8

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anak autis merupakan salah satu anak luar biasa atau anak berkebutuhan

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Peaget (1896) dalam buku Konsep dan Makna Pembelajaran, pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan geneasi muda memperkembangkan dirinya. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi. Menurut ahli sosiologi, pendidikan adalah sesuatu yang terjadi di masyarakat yang disebabkan tiga hal tentang umat manusia. Pertama, mempelajari semua yang meliputi cara hidup suatu masyarakat atau kelompok orang. Tidak ada yang diwariskan secara biologis. Kedua, manusia sangat peka terhadap pengalaman. Maksudnya, ia mampu mengembangkan rentangan kepercayaan tentang dunia sekitarnya keterampilan dalam memanipulasinya. Ketiga bayi yang baru lahir dan dalam waktu yang cukup lama selalu tergantung pada orang lain. Ia tidak mampu mengembangkan kepribadiaannya tanpa banyak pertolongan orang lain, baik secara kebetulan maupun dengan sengaja.

Dalam arti yang luas, pendidikan merupakan proses yang menghasilkan ketiga hal ini. Pendidikan adalah cara seseorang memperoleh kemampuan fisik, moral dan sosial yang dituntut daripadanya oleeh kelompok tempat ia dilahirkan dan harus berfungsi. Ahli sosiologi menyebut hal ini sebagai sosialisasi. Istilah ini berlaku karena dua hal. Pertama, istilah ini menekankan bahwa proses ini bersifat sosial; proses itu terjadi pada konteks sosial, dan dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan kelompok. Kedua, segi kemanusiaan pola perilaku dan nilai yang memberi arti kepadanya, merupakan dua pusat perhatian utama sosiologi. Pendidikan merupakan pelantikan pendatang baru dalam masyarakat. Pendidikan itu berjalan terus sebagai tanggapan terhadap nilai-nilai tentang bagaimana anggotanya harus bertindak dan ide-ide tentang apa yang harus mereka pelajari. 2.2 Pendidikan dan Dunia Sosial Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, menegaskan bahwa: Setiap orang mempunyai hak atas pendidikan. Namun, anak dan orang dewasa penyandang cacat sering kali direnggut dari haknya yang fundamental ini. Hal ini sering didasarkan atas asumsi bahwa penyandang cacat tidak dipandang sebagai umat manusia yang utuh, maka pengecualian pun diberlakukan dalam hal hak universalnya. Instrumen hak asasi manusia PBB berikutnya menyebutkan secara spesifik orang penyandang cacat, dan menekankan bahwa semua penyandang cacat, tanpa memandang tingkat keparahannya, memiliki hak atas pendidikan. Konvensi tentang Hak Anak PBB

memiliki empat Prinsip Umum yang menaungi semua pasal lainnya termasuk pasal tentang pendidikan: non diskriminasi (Pasal 2) menyebutkan secara spesifik tentang anak penyandang cacat, kepentingan Terbaik Anak (Pasal 3), hak untuk kelangsungan hidup dan perkembangan (Pasal 6), menghargai pendapat anak (Pasal 12). (http://www.kontras.org/baru/deklarasi%20universal%20ham.pdf, Diakses 15 Oktober 2010, Pukul 18.57 WIB) Masa anak merupakan masa-masa kritis di mana pengalaman- pengalaman dasar sosial yang terbentuk pada masa itu akan sulit untuk diubah dan terbawa sampai dewasa. Karena itu pengalaman negatif anak berkebutuhan khusus dalam berinteraksi dengan lingkungan yang terjadi pada masa awal kehidupannya akan dapat merugikan perkembangan sosial anak selanjutnya, seperti sikap menghindar atau menolak untuk berpartisipasi dengan lingkungannya. Semakin bertambahnya usia, pengalaman sosial anak semakin berkembang dengan berbagai dinamikanya, dan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan akan mewarnai perkembangan kepribadiannya. Perkembangan sosial anak berkebutuhan khusus khususnya pada anak autis sangat tergantung pada bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan keluarga terhadap anak. Di samping itu, akibat kondisinya juga sering menjadikan anak autis memiliki keterbatasan dalam belajar sosial melalui identifikasi maupun imitasi. Manusia sebagai mahluk sosial selalu memerlukan kebersamaan dengan orang lain. Demikian pula dengan anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi karena hambatan

yang dialaminya dapat menjadikan anak mengalami kesulitan dalam menguasai seperangkat tingkah laku yang diperlukan untuk menjalin relasi sosial yang memuaskan dengan lingkungannya. Perkembangan sosial anak autis akan tumbuh dengan baik apabila sejak awal keluarga di dalam keluarga menumbuhkan elemen-elemen saling membantu, saling menghargai, saling mempercayai, dan saling toleransi. Namun, karena hambatanhambatan yang dialaminya, sering menjadikan hal tersebut kadang sulit didapat. Anak sering tidak memperoleh kepercayaan dari lingkungannya, yang akibatnya tidak saja dapat menumbuhkan perasaan tidak dihargai, tetapi juga dapat menjadikan dirinya sulit untuk mempercayai orang lain. 2.3 Autis Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti sendiri, dan isme yang berati aliran. Dengan demikian autisme berarti suatu paham yang tertarik pada dunianya sendiri. Gangguan tersebut mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Autis merupakan gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Di samping itu, Autisme tak lain merupakan gangguan yang menyangkut banyak aspek perkembangan; yang bila dikelompokkan akan menyangkut tiga aspek yaitu perkembangan fungsi bahasa, aspek fungsi sosial, dan perilaku repetitif. Karena gambaran autisme begitu beragam dan setiap saat

seorang anak akan senantiasa mengalami perkembangan, maka penegakan diagnosa tidak bisa begitu saja, sebab bisa saja kemudian diagnosa menjadi berubah-ubah dari waktu ke waktu. Autis adalah kecacatan perkembangan sepanjang hidup yang mempengaruhi seseorang berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain di sekitar mereka. Anak anak dan orang dewasa yang menderita autis memiliki kesulitan dalam berinteraksi sosial sehari hari. Kemampuan mereka untuk mengembangkan persahabatan biasanya terbatas sebagaimana kemampuan mereka untuk memahami ekspresi emosi orang lain. Autis adalah kecacatan perkembangan sepanjang hidup yang mempengaruhi seseorang berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain disekitar mereka. Anak-anak dan orang dewasa dengan autisma memiliki kesulitan dalam berinteraksi sosial sehari-hari. Kemampuan mereka untuk mengembangkan persahabatan biasanya terbatas sebagaimana kemampuan mereka untuk memahami ekspresi emosi orang lain. Penyebab dari autis masih belum diketahui tetapi penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan faktor penting. Hal ini juga dijelaskan dari penelitian bahwa autisma mungkin diasosiasikan dengan keanekaragaman dari kondisi yang mempengaruhi perkembangan otak yang terjadi sebelum, selama atau segera setelah melahirkan.

Orang autis biasanya mengalami kesulitan pada tiga hal pokok ; hal ini dikenal sebagai kelemahan tiga serangkai: 1. Interaksi sosial (kesulitan dengan hubungan sosial, sebagai contoh menyendiri dan tidak tertarik pada orang lain). 2. Komunikasi sosial (kesulitan dengan komunikasi verbal dan non verbal, sebagai contoh tidak memahami penuh arti dari gerakan tubuh, ekspresi muka atau tekanan suara). 3. Daya Fantasi (kesulitan dalam perkembangan bermain secara interpersonal dan imajinasi, sebagai contoh memiliki jangkauan terbatas akan kegiatan imajinasi, kemungkinan meniru dan mengikuti secara kaku dan berulang ulang). 4. Menunjukkan ketidak acuhan 5. Bergabung jika orang dewasa meminta dengan tegas dan membantunya 6. Menunjukkan kebutuhan dengan menggunakan tangan orang dewasa 7. Interaksi hanya disatu pihak 8. Echolalic (meniru kata-kata) seperti burung beo 9. Berbicara tak putus putusnya mengenai satu masalah 10. Membawa atau memutar mutar obyek 11. Tidak ada kontak mata Menurut Baron dan Cohen (1993) autis adalah suatu kondisi mengenai seorang anak yang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak

dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. Selain itu autisme dapat diartikan sebagai gangguan perkembangan yang luas dan berat (pervasive) yang gejalanya mulai tampak pada anak sebelum ia mencapai usia 3 tahun. Gangguan perkembangan ini mencakup bidang komunikasi, interaksi dan perilaku. Penyebabnya adalah gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak. Autis bisa terjadi pada siapa saja, tidak ada perbedaan status social ekonomi, pendidikan maupun golongan etnik, dan bangsa. Perbandingan antara pria dan wanita di perkirakan 4 : 1. Faktor penyebab gangguan autisme ini masih terus dicari dan masih dalam penelitian para ahli. Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada terjadinya autisme. Bayi kembar satu telur akan mengalami perkembangan autisme yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar mengalami gangguan yang sama. (http://joys-inspiration.blogspot.com/2011/02/pengertian-autis-autisme.html, 05 Februari 2011, pukul 20.15 WIB) 2.4 Hakikat Sekolah Sekolah memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak. Anak mengalami perubahan dalam perilaku sosialnya setelah ia masuk ke sekolah. Di rumah ia hanya bergaul dengan anggota keluarga yang terbatas

jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga. Suasana di rumah bercorak informal dan banyak tindakan yang diizinkan menurut suasana di rumah. Anak itu mengalami suasana yang berbeda di sekolah. Ia bukan lagi anak istimewa yang diberi perhatian khusus oleh ibu guru, melainkan hanya salah seorang di antara puluhan murid lainnya di dalam kelas. Dengan suasana kelas demikian, anak itu melihat dirinya sebagai salah seorang di antara anak-anak lainnya. Jadi di sekolah anak itu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru yang memperluas keterampilan sosialnya. Ia juga berkenalan dengan anak yang berbagai ragam latar belakang dan belajar untuk menjalankan peranannya dalam struktur sosial yang dihadapinya di sekolah. Dalam perkembangan fisik dan psikologis anak, selanjutnya anak memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anakanak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama, jenis kelamin dan kepribadiannya. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas. Dewasa ini pendidikan sekolah menjadi sangat penting dan mencakup ruang lingkup yang lebih luas. Masyarakat modern menuntut adanya pendidikan sekolah yang bersifat massal. Untuk itu masyarakat modern mencurahkan investasinya kepada institusi-institusi pendidikan. Seperti proses sosialisasi pada umumnya, pendidikan sekolah mempunyai dua aspek penting, yaitu aspek individual dan sosial. Di satu pihak pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi anak secara optimal. Di pihak lain

pendidikan sekolah bertugas mendidik agar anak mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Menurut Webster, 1991 (dalam Hasbullah, 1999) sekolah merupakan tempat atau institusi/lembaga yang secara khusus didirikan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar atau pendidikan. Sebagai institusi, sekolah merupakan tempat untuk mengajar murid-murid, tempat untuk melatih dan memberi instruksi-instruksi tentang suatu lapangan keilmuan dan keterampilan tertentu kepada siswa. Tempat yang dinamakan sekolah itu merupakan satu kompleks bangunan, laboratorium, fasilitas fisik yang disediakan sebagai pusat kegiatan belajar dan mengajar. (http://www.uns.ac.id/data/sp4.pdf. Diakses 03 Maret 2011, Pukul 15.38 WIB) Berdasarkan pendapat itu maka sekolah mengandung dua makna, secara fisik sekolah terdiri dari bangunan-bangunan gedung dan laboratorium, jadi sekolah dalam artian material. Sedangkan yang nonfisik terdiri dari sistem-sistem hubungan antara mereka yang ditugaskan untuk mengajar (guru, pelatih dan lain-lain) dengan yang diajar (murid, siswa), jadi sekolah dalam artian spiritual. sosialisasi yang dilembagakan melalui sekolah sebagai institusi, karena kita membawa anak-anak dari lingkungan keluarga ke lingkungan yang lebih luas. Perbuatan ini sama saja dengan mengalihkan perhatian kita dari pembentukan identitas individu dalam suatu unit keluarga kepada pembentukan struktur sosial yang lebih luas dan pada gilirannya akan saling memberikan pengaruh oleh identitas tersebut. Jadi, kita beralih dari suatu orientasi mikro ke makro yang dengan logika itu maka pendidikan secara bersistem tetap diperlukan untuk memanusiakan manusia utuh dan kaya arti.

2.5 Terapi pada Siswa Autis di Sekolah Selain belajar, anak autis juga harus mengikuti terapi perilaku atau Applied Behaviour Analysis (ABA) yaitu suatu ilmu terapan perilaku untuk mengajarkan dan melatih seseorang agar menguasai suatu/ berbagai kemampuan yyang sesuai dengan standar yang ada di masyarakat. Terapi ini merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada penyandang autis di mana terapi ini juga difokuskan kepada kemampuan anak untuk merespon terhadap lingkungan dan mengajarkan anak perilaku-perilaku yang umum. Terapi perilaku terdiri dari terapi wicara, terapi okupasi dan terapi interaksi sosial. Tujuan terapi adalah membentuk tingkah laku yang dapat diterima lingkungan dan menghilangkan/mengurangi tingkah laku bermasalah. Terapi perilaku terdiri dari terapi wicara, terapi okupasi dan terapi interaksi sosial. 1. Terapi Okupasi Terapi okupasi membantu anak dalam atensi, konsentrasi, motorik halus anak, kemandirian dan mampu beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari. 2. Terapi Wicara Terapi wicara membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara lebih baik dan akhirnya berkomunikasi. Terapi wicara dilakukan untuk mengatasi gangguan bicara pada anak autis. Terapi dilakukan dengan rutin, teratur dan intensif. Sehingga gangguan bicara anak berkurang, sementara kemampuan berbicara dan memahami kosakatanya meningkat.

3. Terapi Interaksi Sosial Terapi interaksi sosial merupakan salah satu bagian dari terapi Applied Behaviour Analysis (ABA), yang bertujuan untuk menghilangkan perilaku yang tidak dapat diterima oleh umum misalnya anak suka menjerit tiba-tiba, marah tiba-tiba, tertawa tiba-tiba dan menangis tiba-tiba. Tujuan dari terapi interaksi sosial ini pada anak autis, yaitu agar mereka dapat diterima dan mampu bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat yang normal. Secara garis besar ada tiga lingkungan yang nantinya akan dimasuki oleh anak-anak ini, yaitu keluarga dan tetangga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah reguler dan lingkungan lapangan pekerjaan. Intensitas terapi interaksi sosial yang ideal adalah empat puluh jam dalam seminggu, jadi rata- rata delapan jam per hari. Tetapi untuk mencapai hasil terapi yang maksimal, anak harus ditangani selama dia bangun. Saat proses pendampingan terjadi anak ditemani untuk memberikan informasi dan pengalaman dalam berbagai bentuk kepada anak, yang perlu diingat oleh para orangtua adalah jangan membiarkan anak sendirian tanpa melakukan sesuatu. Oleh karena itu, tidak mungkin terapi anak hanya dilakukan oleh satu orang saja, misalnya ibunya atau ayahnya atau pengasuhnya. Jadi disamping terapi di institusi atau sekolah khusus, masih dibutuhkan penanganan di rumah yang justru akan lebih lama dari disekolah. Untuk ini diperlukan suatu kerja sama yang baik dan

terkoordinir atau terorganisir, serta dipantau secara intensif, agar seluruh program dapat berjalan dengan lancar dan tidak buang waktu. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan terapi cukup lama, yaitu kurang lebih dua sampai tiga tahun. Oleh karena waktu yang cukup lama ini, maka seluruh keluarga yang akan terlibat harus termotivasi dengan baik, dan menyediakan waktu untuk anak. Hanya dengan demikian dapat mengisi kekurangan perilakunya dan menghilangkan perilaku buruknya, serta menjadikan normal kembali. (http://www.enformasi.com/2010/05/terapi-untuk-anak-autis.html, diakses 31 Oktober 2010, pukul 15.40) 2.6 Sosialisasi dalam Keluarga Sosialisasi atau dengan kata lain disebut sebagai proses belajar sosial merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup (lifelong process), bermula sejak lahir hingga mati. Proses sosialisasi itu terjadi dalam kelompok atau institusi sosial di dalam masyarakat. Dalam proses sosialisasi individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup Dalam proses sosialisasi terdapat tiga kegiatan yang mencakup di dalamnya: 1. Belajar (learning) Banyak pendapat yang menyatakan, bahwa seorang bayi yang baru lahir ibarat kertas putih bersih yang belum mempunyai cacat atau coretan sedikitpun. Baik atau buruknya nanti kertas tersebut tergantung dari orang atau lingkungan yang akan menjamah kertas tersebut. Jadi, seorang bayi yang baru lahir ke dunia ini, sampai

nanti menjadi dewasa, sikap, tingkah laku dan wataknya akan banyak ditentukan oleh proses lingkungannya. Dan yang penting adalah proses awal ataupun proses dasar pembentukan anak anak tersebut, terutama dalam lingkungannya yang terdekat, yakni keluarga. Proses pembentukan ini didapat karena belajar dari lingkungan. Dalam hal ini tentu saja si anak berinteraksi dengan orang lain. Jadi dari kecil si anak sudah mengalami proses belajar. Di mana pengertian belajar di sini bukanlah berarti harus duduk di bangku sekolah formal, tetapi menyangkut segala apa yang dilihat dan diamati oleh si anak. 2. Penyesuaian diri dengan lingkungan Dalam proses kehidupan mannusia sebagai anggota masyarakat, individu tidak dapat begitu saja untuk melakukan tindakan yang dianggap sesuai dengan dirinya, karena individu tersebut mempunyai lingkungan di luar dirinya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dan lingkungan ini mempunyai aturan atau norma-norma yang membatasi tingkah laku individu tersebut. Penyesuaian diri tersebut seringg diistilahkan ke dalam adaptasi yang merupakan bentuk penyesuaian diri seseorang dengan lingkungan sekitarnya. 3. Pengalaman mental Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap pada diri seseorang. Dan dalam proses pengalaman mental ini sangat banyak mempengaruhi proses pembentukan kepribadian seseorang. Apabila seorang anak dari kecil sering dibantu untuk pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dapat dilakukannya, maka pengalaman ini akan terus melekat pada dirinya, sehingga setelah dewasapun kemungkinan sikap

ketergantungan akan melekat pada anak tersebut, dan perkembangan mental anak tersebut tercipta menjadi pribadi yang tidak mandiri, sehingga orang tersebut akan cepat putus asa kalau ada masalah berat yang dihadapinya.. Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam proses sosialisasi anak, karena keluarga yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh semenjak masa anak sampai dewasa dan berdiri sendiri. Namun dalam masyarakat modern orangtua harus membagi otoritas dengan orang lain terutama guru dan pemuka masyarakat, bahkan dengan anak mereka sendiri yang memperolah pengetahuan baru dari luar keluarga. Perubahan sifat hubungan orang tua dengan anaknya itu, akan diiringi pula dengan perubahan hubungan guru, siswa serta didukung lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara ketiga pusat pendidikan itu. Lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.