BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

JURNAL. Disusun oleh: REIGER MAHULE JELA JELA NPM : Program Kekhususan : Hubungan Internasional. Dosen Pembimbing I : H.

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

REIGER MAHULE JELA JELA NPM

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. yang akan diancam kemungkinan kemusnahan yang belum pernah terjadi

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkelahi di laut dan saling bakar kapal-kapal penangkap ikannya. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB I PENDAHULUAN. juta km² dan mempunyai kedalaman sekitar meter. 1 Laut China Selatan

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. The Association of South East Asian Nations atau yang sering

BAB III PENUTUP. dipertahankan sekarang ini, misalnya saja prinsip non intervensi yang. negara yang melanggar aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Ambalat adalah blok laut seluas Km2 yang terletak di laut

BAB III PENUTUP. tahun 2006 tentang tim nasional pembakuan rupa bumi. Saat ini ada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Persengketaan muncul akibat penerapan prinsip yang berbeda terhadap penetapan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik

BAB I PENDAHULUAN. menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. 1

BAB I PENDAHULUAN. dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Organisasi internasional regional ASEAN didirikan pada tanggal 8

Perkembangan Hukum Laut Internasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi

UPAYA ASEAN DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK LAUT CINA SELATAN TAHUN Abstract

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

Upaya ARF Dalam Penyelesaian Konflik Klaim Kepulauan Spratly. M.Khalil Afif 1 NIM Abstract

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

SENGKETA KEPEMILIKAN KEPULAUAN SPRATLY DI LAUT CHINA SELATAN BERDASARKAN UNCLOS III (UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA) TAHUN 1982

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II KLAIM TIONGKOK TERHADAP LAUT CHINA SELATAN DAN NATUNA. Dalam bab ini akan dijelaskan alasan Tiongkok mengklaim wilayah Laut China Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


BAB I. Potensi Konflik Laut Tiongkok Selatan

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

DILEMA KEAMANAN ASEAN DALAM KONFLIK LAUT CINA SELATAN. Oleh : Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

Hukum Laut Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

(archipelagic state) dan sekaligus negara pantai yang memiliki banyak pulau

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin tegas mendaku seluruh wilayah perairan Laut Cina Selatan, sehingga negara-negara lain pun tidak mau kalah dalam menegaskan kepentingannya di wilayah sengketa itu, baik negara-negara yang berstatus pendaku maupun negara yang bukan pendaku. Akibatnya, terjadi ketegangan hubungan antar negara-negara yang berkepentingan, baik pada ranah diplomatik maupun ranah operasional di lapangan. Contohnya adalah protes Cina terhadap latihan militer Angkatan Laut Amerika Serikat di Laut Cina Selatan bersama dengan Angkatan Laut Filipina, dan insiden antara kapal patroli Cina dengan kapal survei geologi Vietnam. Masalah ini telah menjadi keprihatinan negara-negara ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam dan Malaysia yang memiliki masalah dengan Cina terutama dalam gugusan kawasan di Laut Cina Selatan. Bagi ASEAN, konflik di Laut Cina Selatan 1

2 secara langsung berpengaruh terhadap kestabilan ekonomi, politik dan keamanan di wilayah tersebut. Cina sebagai negara yang mengklaim seluruh wilayah perairan Laut Cina Selatan bersikap semakin keras dan cenderung menolak berkompromi terkait sengketa Laut Cina Selatan, misalnya dalam insiden dengan kapal survei geologi Vietnam. Begitu pula dalam kasus komunikasi antara kapal perang India yang tengah berlayar di Laut Cina Selatan dengan kapal perang Cina, di mana nada pertanyaan dari kapal perang Cina bersifat menantang. Belakangan pemerintah Cina mengganggap bahwa situasi di Laut Cina Selatan kini semakin memburuk seiring adanya upaya dan keterlibatan kekuatan luar kawasan di wilayah sengketa itu. Persoalan Laut Cina Selatan ini sangat berkaitan erat dengan negaranegara yang merupakan anggota ASEAN, karena beberapa negara ASEAN berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan yang tentunya juga punya kepentingan di wilayah Laut Cina Selatan, sehingga ASEAN dituntut untuk menyatakan sikap dalam persoalan tersebut. Yang sangat disayangkan adalah munculnya perpecahan di ASEAN dalam upaya penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan, sehingga ditakutkan konflik tersebut akan menjadi konflik terbuka dan mengganggu stabilitas regional Asia Tenggara. Dampak buruk lainnya dari permasalahan Laut Cina Selatan tersebut adalah terjadinya perpecahan di antara anggota-anggota ASEAN seperti Kamboja yang menolak gagasan yang mengatakan bahwa ASEAN harus turut

3 serta menyelesaikan permasalahan tersebut. Menurut pemerintah Kamboja, permasalahan tersebut cukup diselesaikan melalui penyelesaian secara bilateral dan tidak perlu adanya suatu deklarasi bersama seluruh anggota ASEAN terkait penyelesaian konflik Laut Cina Selatan tersebut. Pada tahun 1971 ASEAN sudah berhasil melembagakan Asia Tenggara sebagai suatau wilayah keamanan, ketika para Menteri Luar Negeri menandatangani Declaration on the Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN). Deklarasi ZOPFAN itu merupakan pengejawantahan dan sikap ASEAN yang tidak mau menerima keterlibatan terlalu jauh dari negara-negara besar dari luar regional, seperti Amerika Serikat, RRC, Uni Soviet dan Jepang. ASEAN mengusahakn pengakuan dan penghormatan Asia Tenggara sebagai zona damai, bebas dan netral oleh kekuatan luar seraya memperluas kerja sama antara mereka sendiri sebagai prasyarat bagi memperkokoh kekuatan, kesetiakawanan dan keakraban mereka. 1 Melihat hal tersebut maka sudah seharusnya negara-negara anggota ASEAN bersatu dalam hal penyelesaian sengketa yang ada di Laut Cina Selatan dalam rangka menjaga stabilitas keamanan dan kesetiakawanan negara-negara ASEAN, serta menjadi salah satu bentuk menghormati Deklarasi ZOPFAN. Laut Cina Selatan dianggap sebagai sebuah kawasan yang penting karena mempunyai aspek strategis yang bisa mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung kawasan atau negara-negara yang ada di sekitarnya. 1 C.P.F. Luhulima, 1997, ASEAN Menuju Postur Baru, CSIS, Jakarta, hlm. 53

4 Ada 2 (dua) aspek yang menjadikan Laut Cina Selatan sangat penting bagi negara-negara tersebut, antara lain: 1. Letak Strategis. Secara geografis Laut Cina Selatan dikelilingi 10 (sepuluh) negara pantai (RRC, Taiwan, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam dan Filipina). Luas perairan Laut Cina Selatan mencakup Teluk Siam yang dibatasi Vietnam, Kamboja, Thailand dan Malaysia serta Teluk Tonkin yang dibatasi Vietnam dan RRC. Laut Cina Selatan merupakan kawasan yang penting karena posisinya yang strategis sebagai jalur pelayaran perdagangan dan jalur komunikasi internasional yang menghubungkan Samudera Hinda dan Samudera Pasifik. Hal ini telah menjadikan Laut Cina Selatan sebagai rute tersibuk di dunia, karena lebih dari setengah perdagangan dunia berlayar melalui Laut Cina Selatan setiap tahunnya. 2 2. Sumber Daya Alam. Sumber Daya Alam yang terkandung dalam Laut Cina Selatan telah menyebabkan terjadinya konflik klaim wilayah antara negara RRC dengan sebagian negara-negara anggota ASEAN yang berada di sekitar wilayah Laut Cina Selatan. Menurut data Kementerian Geologi dan Sumber Daya Mineral Republik Rakyat Cina, diperkirakan bahwa wilayah Spartly mempunyai cadangan minyak dan gas alam sebesar 17,7 miliyar 2 Karmin Suharna, 2012, Konflik dan Solusi Laut Cina Selatan dan Dampaknya bagi Ketahanan Nasional, Majalah Tannas edisi 94, hlm. 35. Jakarta.

5 ton, atau dengan kata lain lebih besar dari cadangan minyak yang dimiliki Kuwait (13 miliyar ton). Kedua faktor penting yang diuraikan di atas adalah beberapa alasan yang masuk akal yang menyebabkan wilayah Laut Cina Selatan menjadi sengketa antara beberapa negara anggota ASEAN dengan Republik Rakyat Cina. Penyelesaian permanen masalah Laut Cina Selatan berdasarkan hukum internasional dan disepakati oleh semua pihak yang bertikai adalah solusi terbaik agar tidak menimbulkan potensi konflik militer. Sejauh ini peranan dan upaya ASEAN dalam mencegah terjadinya konflik terbuka adalah dengan penyusunan Kode Etik Konflik di Laut Cina Selatan (Code of Conduct on South China Sea). Kode Etik Konflik di Laut Cina Selatan ini berupaya membuat aturan larangan berkonflik khususnya bagi negara-negara yang memiliki kepentingan di Laut Cina Selatan. 3 Kode Etik Konflik di Laut Cina Selatan ini diharapkan dapat dikembangkan lagi di antara negara-negara ASEAN untuk membuat aturan larangan berkonflik dengan sesama anggota maupun dengan negara mitra di luar kawasan. Selain untuk menyelesaikan konflik, Kode Etik Konflik di Laut Cina Selatan ini juga 3 http://www.riaupos.co/opini.php?act=full&id=1175&kat=1#sthash.6g9usocf.dpbs

6 diharapkan nantinya dapat mengembangkan kerja sama di Laut Cina Selatan antar sesama negara anggota maupun dengan negara di luar kawasan ASEAN. 4 Kegagalan ASEAN dalam memberikan solusi bagi upaya penyelesaian sengketa hanya akan membuat Vietnam dan Filipina beralih ke Amerika Serikat sebagai kekuatan penyeimbang Cina di kawasan. Hingga kini Amerika Serikat menegaskan bahwa mereka tetap netral dalam sengketa yang terjadi meskipun Filipina telah meminta bantuan secara tidak langsung kepada Amerika Serikat. Pada akhirnya permasalahan sengketa wilayah antar beberapa negara Asia Tenggara dengan Cina turut menjadi permasalahan ASEAN mengingat dampaknya yang tidak hanya mengganggu stabilitas kawasan namun juga global. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah peranan ASEAN dalam usaha penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan berkaitan dengan pendakuan Republik Rakyat Cina atas seluruh wilayah perairan Laut Cina Selatan? 4 http://cangkang.vivanews.com/pangeranwilliam/news/read/322382-asean-harus-kelola-konflik-lautcina-selatan 5 http://ir.binus.ac.id/2012/07/22/mengapa-asean-harus-terlibat-dalam-konflk-di-laut-cina-selatan/

7 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peranan ASEAN dalam usaha penyelesaian sengketa antara negara-negara anggota ASEAN dengan Republik Rakyat Cina terkait pendakuan Republik Rakyat Cina atas seluruh wilayah periaran Laut Cina Selatan. 2. Untuk memenuhi persyaratan akademis agar dapat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Pengembangan ilmu hukum khususnya hukum internasional dalam penyelesaian sengketa antara negara-negara anggota ASEAN dengan Republik Rakya Cina terkait pendakuan Republik Rakyat Cina atas keseluruhan wilayah Laut Cina Selatan. 2. Bagi Masyarakat Luas Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah wacana akademik dan pemahaman bagi masyarakat terhadap persoalan konflik

8 kedaulatan di wilayah Laut Cina Selatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan Republik Rakyat Cina. E. Keaslian Penelitian Penulisan hukum/skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, bukan merupakan duplikasi atapun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Jika usulan penulisan hukum/skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku. Sebagai perbandingan, di sini juga disertakan 3 (tiga) judul penulisan hukum mengenai hukum internasional yang memilik materi pembahasan yang hampir sama tapi tetap bisa dilihat dengan jelas perbedaannya. Berdasarkan pencarian terhadap tema atau topik serupa yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, tidak diketemukan penulisan hukum yang bertema tentang konflik antara negaranegara ASEAN dengan Republik Rakyat Cina terkait pendakuan Republik Rakyat Cina atas seluruh wilayah Laut Cina. Dari pencarian tersebut, hanya dapat ditemukan 3 (tiga) penulisan hukum yang juga berkaitan dengan permasalahan wilayah laut. 3 (tiga) penulisan hukum yang diketemukan tersebut berbeda dengan penulisan hukum ini, baik dari materi yang diangkat maupun dengan pembahasannya.

9 Adapun penulisan hukum yang membahas tentang permasalahan wilayah laut tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penarikan Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Berkaitan Dengan Blok Ambalat Menurut Ketentuan UNCLOS 1982. Penulisan hukum ini ditulis oleh Stanislaus Lintang Pramudya, dengan kode klasifikasi: 341.4/Lin/09. Penulisan ini menekankan pada penarikan garis pangkal Indonesia terhadap wilayah laut Blok Ambalat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia dan menurut UNCLOS 1982, serta bagaimana penarikan garis pangkal tersebut setelah Sipadan-Ligitan menjadi wilayah kedaulatan Malaysia. Sedangkan dalam penulisan membahas tentang konflik kedaulatan wilayah laut yang lebih luas, yakni antara negara-negara anggota ASEAN dengan Republik Rakyat Cina. 2. Pengaruh Pertambahan Tinggi Permukaan Air Laut Terhadap Letak Titik-Titik Garis Pangkal Lurus Kepulauan. Penulisan hukum ini ditulis oleh Francen Dippos S., dengan kode klasifikasi: 341/Fra/12. Penulisan ini membahas tentang pengaruh letak koordinat geografis titik-titik garis pangkal lurus kepulauan akibat pertambahan tinggi permukaan dan kondisi alam yang mempengaruhinya tinggi permukaan lautnya. Sedangkan dalam penulisan ini membahas tentang konflik kedaulatan wilayah laut

10 yang lebih luas, yakni antara negara-negara anggota ASEAN dengan Republik Rakyat Cina. 3. Upaya-Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Melindungi Kekayaan Alam Laut Di Kepulauan Riau Dan Pulau-Pulau Sekitarnya Dari Dampak Reklamasi Wilayah Singapura. Penulisan ini ditulis oleh Jepri Fernando Situmeang, dengan kode kualifikasi: 341/Jep/09. Penulisan ini membahas tentang upaya pemerintah Indonesia dalam melindungi kekayaan alam laut yang ada di dalam wilayah perairan di Kepulauan Riau dan pulau-pulau sekitarnya. Sedangkan dalam penulisan ini membahas tentang konflik kedaulatan wilayah laut yang lebih luas, yakni antara negara-negara anggota ASEAN dengan Republik Rakyat Cina, bukan sekedar permasalahan kekayaan alam laut. F. Batasan Konsep 1. Peranan memiliki arti tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa. 6 2. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, 2012, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 723

11 Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat regionalnya. 3. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik yang mencakup daerah dari Singapura ke Selat Taiwan sekitar 3.500.000 km². Kepulauan di Laut Cina Selatan membentuk sebuah kepulauan yang berjumlah ratusan. Laut ini biasa disebut sebagai Laut Selatan saja di daratan Cina. Sejumlah negara, khususnya Filipina menyebutnya Laut Luzón karena keberatan dengan nama "Laut Cina Selatan", sebab seolah-olah kawasan laut tersebut dikuasai oleh RRC. Laut Cina Selatan berbatasan dengan RRC dan Taiwan di sebelah utara, Filipina di sebelah timur, Malaysia dan Brunei di sebelah selatan, serta Vietnam di sebelah barat. 4. Konflik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti percekcokan, perselisihan atau pertentangan, atau pertentangan antar anggota masyarakat. 7 5. Laut adalah massa air di dunia yang mengelilingi daratan, yang dimaksud dengan wilayah laut adalah laut beserta tanah yang ada di bawahnya. Tanah di bawah laut ini terdiri dari dasar laut dan tanah di bawah dasar laut. 8 7 Ibid. hlm. 15. 8 Ibid.

12 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian terhadap data-data sekunder yang dijadikan sebagai bahan hukum utama yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Bahan Hukum Primer: 1) Deklarasi Bangkok 1967 2) Piagam ASEAN 2007 3) UNCLOS (United Nation Convention on Law of the Sea) 1982 b. Bahan Hukum Sekunder Yaitu berupa buku-buku, artikel, internet, jurnal hukum, hasil penelitian dan pendapat hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. c. Bahan Hukum Tersier Yaitu berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, atau Kamus Hukum.

13 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengkaji bahanbahan hukum yang bersangkutan dengan masalah dalam penelitian ini, serta wawancara dengan berbagai sumber, yaitu mengadakan tanya jawab secara lisan dengan nara sumber untuk memperoleh penjelasan serta informasi lebih mendalam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. 4. Narasumber a. Pejabat Kedutaan Besar Republik Rakyat Cina untuk Indonesia b. Pejabat Sekretariat Nasional ASEAN c. Pejabat Sekretariat Jenderal ASEAN 5. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Jakarta mengingat kantor-kantor instansi yang bersangkutan berada di Jakarta, antara lain: a. Sekretariat Jenderal ASEAN b. Sekretariat Nasional ASEAN c. Kantor Kedutaan Besar Republik Rakyat Cina untuk Indonesia

14 Selain di kantor-kantor instansi tersebut, penelitian juga dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 6. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan maupun yang diperoleh dari narasumber diolah dan dianalisis, untuk kemudian dibahas dan diberi penjelasan dengan ketentuan yang berlaku, kemudian disimpulkan dengan metode deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal yang umum ke hal yang khusus. H. Sistematika Penulisan Sesuai dengan judul PERANAN ASEAN DALAM MENGATASI KONFLIK ANTARA REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC) DENGAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN TERKAIT PENDAKUAN REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC) ATAS SELURUH WILAYAH PERAIRAN LAUT CINA SELATAN, maka penulisan ini dibagi menjadi 3 (tiga) bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub bagian, yang merupakan pokok bahasan dari judul penelitian. Pada bab I, yaitu Pendahuluan, memuat Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan dalam penulisan ini.

15 Sementara bab II yang merupakan bab Pembahasan, terdiri dari Tinjauan Umum tentang ASEAN, di mana termasuk di dalamnya pengertian tentang ASEAN, sejarah ASEAN di mana dalam bagian sejarah ASEAN tersebut memuat pembahasan tentang panandatanganan Deklarasi Kuala Lumpur Tahun1971 dan KTT ASEAN I di Bali Tahun1976, dan kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai tujuan dibentuknya ASEAN. Setelah itu, pembahasan berikutnya adalah mengenai Tinjauan Umum tentang Wilayah Laut, di mana dalam sub bab tersebut membahas tentang pengertian wilayah laut, termasuk di dalamnya laut teritorial (territorial sea), selat untuk pelayaran internasional (straits used for international navigation), zona ekonomi eksklusif (exclusive economic zone), landas kontinen (continental shelf) dan laut bebas/laut lepas (high seas). Pembahasan selanjutnya dalam bab pembahasan ini adalah pembahasan mengenai Laut Cina Selatan, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya konflik di Laut Cina Selatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan Republik Rakyat Cina (RRC), yang terdiri dari faktor historis, faktor keinkonsistenan sikap RRC dan faktor kemajuan ekonomi RRC. Sedangkan sub bab terakhir dalam bab pembahasan ini adalah pembahasan tentang peranan ASEAN dalam mengatasi konflik teritorial antara negara-negara anggota ASEAN dengan RRC di wilayah perairan Laut Cina Selatan, termasuk di dalamnya akan membahas upaya-upaya ASEAN dalam mengatasi konflik Laut Cina Selatan antara negara-negara

16 anggota ASEAN dengan RRC, dalam bagian tersebut akan dibahas mengenai Deklarasi tentang Kawasan Damai, Bebas dan Netral (Zone of Peace, Free and Neutrality), Traktat Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation), pembentukan ASEAN Regional Forum (ARF) serta Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara (Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone). Selanjutnya dalam sub bab ini juga akan membahas tentang peranan ARF dalam upaya penyelesaian konflik, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai Deklarasi tentang Tata Cara Berperilaku bagi Para Pihak di Laut Cina Selatan (Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea) Tahun 2002. Sub bab ini kemudian ditutup dengan pembahasan tentang hambatan-hambatan bagi ASEAN dalam melaksanakan upaya-upaya penyelesaian konflik Laut Cina Selatan. Bab III, yaitu bab Penutup, berisikan kesimpulan dari hasil penelitian selama proses penulisan, dan juga disertai dengan saran.