BAB II KAJIAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU

dokumen-dokumen yang mirip
JENIS-JENIS PIDATO / RETORIKA GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI.

Modul ke: Public Speaking. Output / Hasil dari Pidato. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan.

BAB III LANDASAN TEORI

Motivasi siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola basket di SMPN 4 Kepanjen Kabupaten Malang / Havid Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam ensiklopedia islam diartikan sebagai ajakan kepada islam. Jadi

PUBLIC SPEAKING (BERBICARA DI DEPAN UMUM)

Pengantar Ilmu Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mendasar dalam dunia pendidikan ini di samping masalah. peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ilmu retorika mempunyai hubungan yang erat dengan dialektika yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB I PENDAHULUAN. penyiar radio, presenter TV, negosiator dan masih banyak lagi.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan pertama bernama Prayoga yang usianya 17 tahun. Informan memeluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB II. Reward dan Rasa Percaya Diri. berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL. DI MTs MUHAMMADIYAH KEBONAN KECAMATAN BATANG

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan fokus penelitian, paparan data dan temuan penelitian serta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini olahraga mendapat perhatian yang cukup besar baik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman kehidupan manusiap musik saat ini

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain, benda, situasi dan aktivitas-aktivitas yang

I. PENDAHULUAN. Berbicara di depan umum atau lebih dikenal dengan public speaking adalah

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mendidik anak disekolah. Hanya saja, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB II KAJIAN TEORI. Gorontalo maupun di perputakaan fakultas Sastra dan Budaya maupun di internet.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI KELURAHAN BEO TALAUD

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

Public Speaking. Berbicara di depan umum. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan MAsyarakat

Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita.

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM NON FORMAL BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI PANTI TUNANETRA DAN TUNARUNGU WICARA DISTRARASTRA PEMALANG

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Peran tersebut menjadi hal yang biasa mengingat pendidikan merupakan. untuk memajukan mutu dan kualitas pendidikan di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sepakbola ini adalah olahraga yang penuh teka-teki, misalnya dari

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK CERITA BERANTAI PADA SISWA KELAS IV-C SDN DITOTRUNAN 01 LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

MODEL PEMBELAJARAN BERPIDATO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MEMORITER PADA SISWA DI KELAS VIII SMPN 5 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

Perkembangan Ilmu Komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang

PENERAPAN TEKNIK OLAH TUBUH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS GERAK DALAM PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER TARI DI SMP KARTIKA XIX-2 BANDUNG

BAHASA INDONESIA. Berbicara untuk Keperluan Akademik. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lainnya saling

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU A. Kajian Teori 1. Kegiatan Ekstrakurikuler a. Pengertian Ekstrakurikuler Menurut Suharsimi Arikunto kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur progam yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan. 1 Kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan materi kurikulum, sebagai bagian tak terpisahkan dari tujuan kelembagaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur progam dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa. 2 Di samping itu, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan sebagai pendamping pelajaran yang diberikan secara intrakurikuler dan tidak hanya sebagai pelengkap suatu proses kegiatan belajar mengajar, tetapi juga sebagai sarana agar siswa memiliki nilai plus selain pelajaran akademis yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Dalam praktiknya, pelajaran ekstrakurikuler sering kali menjadi ciri khas suatu sekolah. Hal ini 1 Arikunto, Proses Kegiatan Belajar, 168. 2 Suryosubroto,Proses Belajar Mengajar di Sekolah(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 286-287.

dikarenakan dalam menyediakan jenis kegiatannya disesuaikan dengan visi dan misi serta kondisi sekolah, terutama sekali dengan sarana dan prasarana yang tersedia, dengan demikian setiap sekolah akan mempunyai jenis kegiatan ekstrakurikuler yang berbeda. b. Tujuan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai bagi pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah: 1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, efektif, dan psikomotor. 2) Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. 3) Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. 3 c. Jenis-Jenis Ekstrakurikuler Menurut Amir Daien kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi dua jenis, yaitu bersifat rutin dan bersifat periodik. Kegiatan ekstrakurikuler bersifat rutin adalah bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus-menerus, seperti latihan bola voly, sepak bola, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik adalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan 3 Ibid., 288.

pada waktu tertentu saja, seperti lintas alam, kemping, pertandingan olahraga, dan sebagainya.banyak macam dan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dewasa ini. Mungkin tidak ada yang sama dalam jenis maupun pengembangannya. Beberapa macam kegiatan ekstrakurikuler menurut Oteng Sutisna antara lain: 4 1) Organisasi murid seluruh sekolah. 2) Organisasi kelas dan organisasi tingkat-tingkat kelas. 3) Kesenian, seperti tari-tarian, band, karawitan, dan vokal grup. 4) Klub-klub hobi, seperti fotografi, jurnalistik. 5) Pidato dan drama. 6) Publikasi sekolah (koran sekolah, buku tahunan sekolah, dan sebagainya). 7) Atletik dan olahraga. 8) Organisasi-organisasi yang disponsori secara kerja sama (pramuka, PMI). Jenis kegiatan ekstrakurikuler bersifat langsung dan tidak langsung berhubungan dengan pelajaran dikelas. Kegiatan yang langsung berhubungan dengan pelajaran dikelas disediakan oleh sekolah, guna untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa, kegiatannya antara lain adalah olahraga, seni, bimbingan belajar, dan karya ilmiah remaja. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang tidak langsung berhubungan dengan pelajaran di kelas adalah Paskibra, OSIS, PMR, dan Pramuka. Kegiatan ekstrakurikuler yang tidak langsung berhubungan dengan pelajaran di kelas berfungsi untuk penyesuaian diri dengan kehidupan, integratif, 4 Ibid., 228-289.

dan memberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. 5 2. Muhadlarah a. Pengertian Muhadlarah Muhadlarah berasal dari kata hadlara- yahdluru yang berarti hadir, sebagai mashdarmim menjadi muhadlarah yang berarti ceramah atau pidato. 6 Pidato atau istilah Bahasa Inggris disebut publicspeaking, pada hakikatnya adalah berbicara dimuka umum, baik langsung maupun tidak. Langsung dalam arti si pembicara langsung berkomunikasi secara berhadapan muka dengan hadirinnya. Namun pidato pun bisa dilakukan secara tidak langsung, yaitu berbicara melalui media massa untuk konsumsi umum. Dalam hal ini pesan komunikasi atau materi pembicaraan disalurkan dari si pembicara melalui media massa kepada khalayak. Pidato, baik langsung maupun tidak, pada dasarnya merupakan suatu komunikasi lisan (oral communication) di mana seorang komunikator menyampaikan buah pikiran dan atau perasaannya kepada sejumlah pendengar untuk tujuan tertentu sesuai kehendaknya. Kegiatan demikian itu tiada lagi merupakan salah satu jenis proses retorika. 7 Istilah retorika dapat ditemukan dalam Bahasa Inggris dengan kata rhetoric yang berarti kepandaian berbicara atau berpidato. Sementara Hornby dan Parnwell menjelaskan retorika sebagai seni menggunakan kata-kata secara mengesankan, baik lisan maupun tulisan, atau berbicara dengan banyak orang dengan 5 Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa(Cilegon: Ghalia Indonesia, 2010), 99-101. 6 Ahmad Warson Al-Munawwir,Kamus Al-Munawir Arab Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), 294. 7 Suhandang, Retorika Strategi Teknik, 207.

menggunakan pertunjukan atau rekaan. Dalam Bahasa Belanda dikenal retoricasebagai ilmu pidato dalam arti pemakaian kata-kata dengan gaya yang indah. Dalam Bahasa Inggris dikenal pula istilah publicspeaking yang artinya sama dengan retorika. Demikian pula maknanya yaitu berbicara atau berpidato di depan umum dengan prinsip menggunakan segala teknik dan strategi komunikasi demi berhasilnya memengaruhi orang banyak. Karena itu pula teori-teori retorika atau publicspeaking itu mulai dikenal orang setelah mereka merasa perlu berbicara yang efektif untuk bisa memengaruhi orang atau orang-orang lain dalam arti mengubah sikap, sifat, pendapat, dan tingkah laku orang. Agar pengertian retorika lebih jelas lagi menyangkut pada apa dan bagaimana cara kerjanya, hendaknya kita mulai dari penyimakan terhadap proses berbicara antara seseorang dengan seorang rekannya, atau dikenal dengan istilah komunikasi antar persona. Proses berbicara dimaksud dapat digambarkan sebagai komunikasi antara dua insan yang masing-masing saling mengemukakan buah pikirannya dalam menyikapi suatu pokok perbincangan. Dalam keadaan demikian, di mana dua insan itu berkomunikasi, dapat dipolakan sebagai interaksi antar mereka yang berperan sebagai pembicara sekaligus menjadi pendengar. Yang menghubungkan mereka dalam proses tersebut adalah pesan komunikasi (messages) yang dilontarkan pembicara awal dan mengandung lambang-lambang verbal maupun non-verbal seperti: kata-kata, gerak-gerik, intensitas suara, dan sejumlah sinyal lainnya. Dalam prosesnya, pesan diarahkan dari sesorang kepada

orang lain (bunyi) atau apa saja yang berbentuk lambang yang bisa didengar ataupun dilihat. 8 Sejarah perkembangan retorika mencatat bahwa pengetahuan berpidato dikenal jauh sebelum 3000-an SM. Ditandai dengan adanya sebuah esai Mesir yang ditulis pada kertas kulit hewan dan dialamatkan kepada putra Fir aun, yang berisi nasihat yang mendasar tentang berbicara efektif. Demikian pada abad ke-5 SM, pidato berkembang di Yunani atas kontribusi Plato dan Aristoteles melalui tulisannya berjudul Rhetoric. Dengan demikian pusat pengkajian pidato yang terbaik terletak pada apa dan bagaimana pidato itu harus dilakukan. Sesuai dengan perkembangan teori retorika, maka prinsip utama dari pidato adalah suatu bentuk komunikasi dimana pembicara menyampaikan buah pikiran dan perasaannya di depan sejumlah hadirin dalam situasi tatap muka, di mana terjadi suatu keterlibatan dari pembicara, pendengar, bunyi, efek, konteks, pesan, dan media. 9 b. Unsur-unsur dalam Pidato Apabila suatu keadaan di mana seorang pembicara atau penceramah sedang mengemukakan buah pikirannya di hadapan orang banyak, akan terlihat bahwa di sana ada suatu proses komunikasi baik kelompok maupun massa yang kita kenal sebagai retorika.demikian unsur-unsur yang terlibat dalam proses retorika yaitu: 10 1) Pembicara (komunikator) 8 Ibid., 25-26. 9 Ibid., 208. 10 Ibid., 52-72.

Si pembicara merupakan pusat transaksi. Meskipun secara fisik iaselalu berhadapan langsung maupun tidak langsung dengan hadirin. Namun demikian, selaku komunikator jelas bahwa yang menurut pandangan hadirin sebagai alasan itu tiada lain adalah upaya si pembicara memengaruhi hadirin untuk mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilakunya sesuai dengan apa yang dikehendaki si pembicara itu. Untuk memenangkan pengaruh itu, sudah tentu si pembicara harus mengatur strategi pembicaraannya sedemikian rupa sehingga faktor-faktor yang ada pada diri hadirin itu bisa berubah sesuai dengan maksud yang sebenarnya dari pidatonya itu. 2) Pendengar (hadirin) Para pendengar atau hadirin yang terlibat dalam proses kegiatan retorika pada hakikatnya merupakan insan-insan yang jelas masing-masing berbeda dan memiliki kekhasan sendiri. Meskipun kita sering mengatakan hadirin sebagai kumpulan orang, secara tidak langsung dinyatakan tidak memiliki keanekaragaman, namun kita tidak lupa bahwa itu merupakan campuran dari insan-insan yang berbeda satu sama lain terpisah. 3) Suara (bunyi-bunyian) Bunyi apa saja yang bisa didengar ataupun tidak di sekitar kegiatan retorika itu akan mengganggu dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Bunyi itu mungkin berasal dari luar konteks yang paling dekat, seperti suara mobil,

teriakan anak-anak, hembusan keras angin, atau hujan, maupun suara yang berasal dalam konteks yang bersangkutan seperti hadirin yang mengobrol, gangguan udara pada mikropon, gemersik kertas, dan sebagainya. 4) Pesan dan Salurannya Semua pesan dalam kegiatan retorika mengalir melalui satu saluran atau lebih, bertolak dari pembicara menuju pendengarnya, dan sebaliknya dari pendengar menuju pembicara. Saluran dimaksud adalah medium yang meneruskan pesan bermakna dari pengirim kepada penerimanya. 5) Akibat Pidato di depan umum selalu direncanakan dan disampaikan untuk memperoleh beberapa akibat pada si pendengarnya. Tanpa mengharapkan yang demikian ini maka suatu pidato tidak perlu disampaikan. Dalam kegiatan retorika setiap akibat akan memperlihatkan ketegasan yang berbeda. Seperti halnya para hadirin dengan kekhasannya masing-masing akan menyebabkan timbulnya akibat yang berbeda sesuai dengan kekhasan masing-masingnya itu. 6) Konteks Antara pembicara dengan pendengar beroperasi dalam suatu konteks yang meliputi dimensi lingkungan sosial secara fisik dan psikis. Seperti halnya dalam komunikasi antar persona, variabel-variabel yang terlibat dalam konteks tersebut memengaruhi hadirin, pembicara, isi pidato, akibat, serta tentunya harus diukur atas dasar perencanaan dan persiapan pidatonya. c. Jenis-Jenis Pidato

Ada empat kemungkinan jenis-jenis pidato, yaitu: 11 1) Pidato dadakan (impromtu), adalah pidato yang materinya tidak dipersiapkan terlebih dahulu. Cara ini lebih banyak disampaikan seperti berbicara tanpa persiapan atau tanpa pemikiran lebih dulu. Bisa kita temukan pada orang yang mahir pidato pada pertemuan bisnis, rapat politik, atau ngobrol spontan dalam suatu pertemuan. 12 Ada beberapa keuntungan pidato dadakan yaitu: (a) impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicaraan yang sebenarnya, karena pembicaraan tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikan; (b) gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup; (c) impromtu memungkinkan anda berfikir. Ada juga kerugian dari impromtu adalah: (a) mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar; (b) gagasan yang disampaikan bisa acakacakan dan ngawur; (c) karena tidak ada persiapan, kemungkinan demam panggung besar sekali. 2) Pidato membaca teks, dimaksud dengan sepenuhnya dipersiapkan dan dilatih, namun tidak dihafalkan dan disusun teks lengkapnya. Pidato seperti ini lebih populer dan banyak yang mempelajarinya. Namun demikian, walaupun berbicara tanpa persiapan, ini diasumsikan bahwa kita telah merencanakan suatu pidato itu lebih dulu. Kita akan mengorganisasikan out-line dari materi yang akan diutarakan dan membuat beberapa catatan yang diperlukan. 13 11 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), 17. 12 Suhandang, Retorika Strategi Teknik, 73. 13 Ibid.,73.

Keuntunganya yaitu: (a) kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang; (b) pernyataan dapat dihemat, karena naskah dapat disusun kembali; (c) kefasihan bicara dapat dicapai, karena kata-kata sudah disiapkan; (d) hal-halyang menyimpang dapat dihindari; (e) naskah dapat diterbitkan atau diperbanyak. Sedangkan kelemahannya yaitu: (a) komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicaraan tidak berbicara langsung kepada mereka; (b) pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku; (c) pembuatannya lebih lama dan sekadar menyiapkan garis-garis besarnya saja. 3) Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata (Memoriter). Memoriter memungkinkan ungkapan yang tepat, organisasi yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan sudah tetap, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat. 4) Ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah disiapkan sebelumnya berupa out line (garis besar) dan pokok-pokok penunjang pembahasan. Tetapi pembicara tidak mengingat kata demi kata. 14 Keuntungan dari ekstempore adalah: (a) komunikasi pendengar dengan pembicara lebih baik karena pembicara berbicara langsung kepada khalayak; (b) 14 Ibid., 74.

pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan. Kerugian daripada ekstempore adalah: (a) persiapan kurang baik bila dibuat terburu-buru; (b) pemilihan bahasa yang jelek; (c) kefasihan yang terhambat karena kesukaran memilih kata dengan segera. d. Tujuan Pidato Semua pembicaraan harus mengandung maksud dan tujuan tertentu, karenanya kita harus tahu persis apa yang ingin dicapai dengan berbicara kepada hadirin itu. Umumnya pembicaraan dapat digolongkan ke dalam empat tujuan pokok, yaitu: 15 1) Memberitahu (to inform). Banyak pembicaraan yang tergolong ke dalam kategori ini, seperti perkuliahan, perintah majikan, penjelasan para ilmuwan. Banyak pendidikan dan pengetahuan kita diperoleh melalui pemberitahuan. Seperti pendapat, sikap, dan perilaku kita pun umumnya muncul karena pemberitahuan orang lain, melalui proses sosialisasi. 2) Menghibur (to entertain). Pembicaraan yang menghibur bermaksud membuat orang tertawa dan tertarik pada pokok pembicaraan yang disampaikannya. Pembicaraan yang menghibur sering bersifat humoris, menyindir, atau memperingan topik pembicaraan yang serius. 3) Memperkuat kepercayaan (to strengthen belief). Untuk memperkuat nilai, sikap, atau kepercayaan yang ada, atau ingin memberi semangat, membangkitkan, atau menyarankan hadirin untuk bertindak, kita harus berpidato jenis memperkuat 15 Ibid., 240-241.

kepercayaan yang dimaksud. Seperti pidato yang terdengar pada upacara wisuda kesarjanaan, musyawarah partai polotik, dan sebagainya. 4) Mengubah keyakinan (to change belief). Apabila kita ingin meyakinkan atau mengajak hadirin untuk menerima sikap, kepercayaan, atau berbuat tindakan yang berbeda, atau bermusuhan, tujuan kita adalah mengubah keyakinan mereka. Pembicaraan kita dalam kasus demikian harus ditujukan kepada hadirin yang bersifat negatif atau netral terhadap pokok pembicaraan yang kita kemukakan. e. FungsiPidato Aristoteles dalam bukunya TheRhetoric menyebutkan empat fungsi publicspeaking: 1) Mencegah munculnya penyimpangan dan ketidakadilan. 2) Menyampaikan instruksi sekiranya instruksi keilmuan tidak diperoleh. 3) Membicarakan suatu kasus agar kasus itu dapat diketahui dari berbagai aspek. 4) Berfungsi sebagai alat mempertahankan diri. Dalam penggunaannya yang lebih kontemporer, publicspeaking berfungsi untuk menarik perhatian, menghibur, memberikan informasi, mempertanyakan suatu perkara, membujuk, meyakinkan, memberikan rangsangan, memberikan kritikan, membentuk kesan, memperingatkan, membangun semangat, memberikan instruksi, menyajikan sebuah penelusuran, menggerakkan masa, dan menyamarkan suatu perkara. 16 3. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan Diri 16 Yayan G.H. Mulyana, APractical Guide: English for Public Speaking (Jakarta: Kesaint Blane, 2009), 2-3.

Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas kemampuannya untuk menghasilkan level-level pelaksanaan yang memengaruhi kejadian-kejadian yang memengaruhi kehidupan mereka. Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan untuk memutuskan jalannya suatu tindakan yang dituntut untuk mengurusi situasi-situasi yang dihadapi. 17 Percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi yang rasional. Ia hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun percaya diri diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, dan imajinasi. Emosi, perasaan, dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya, emosi, perasaan, dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri. Banyak ahli menilai bahwa percaya diri merupakan faktor penting yang menimbulkan perbedaan besar antara sukses dan gagal. Akibatnya, tidak sedikit orang yang memberikan pandangannya mengenai teknik-teknik membangkitkan rasa percaya diri. Percaya diri atau optimisme adalah keadaan seseorang yang mampu mengendalikan serta menjaga keyakinan. 18 John Fereira seorang konsultan dari Deloitte and Touche Consultig, sebagaimana dikutip oleh Ari Ginanjar mengatakan bahwa seseorang yang 17 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 51. 18 Ibid., 32.

memiliki rasa percaya diri di samping mampu mengendalikan diri dan menjaga keyakinan diri akan mampu pula membuat perubahan pada lingkungannnya. 19 2. Aspek yang Berperan dalam Percaya Diri Berikut ini beberapa aspek yang berperan dalam mengembangkan konsep diri adalah: 20 a) Orang tua dan orang lain yang berperan sebagai orang tua Orang tua adalah faktor yang paling penting dalam membangun konsep diri. Kadangkala tanpa sadar orang tua sering memberikan cap tertentu kepada kita, entah itu cap negatif atau cap positif. Dengan beribu cara, orang tua akan memberitahukan kepada kita tentang siapa kita. Misalnya orang tua kita sering memuji, Aduh kamu pintar sekali nak! Hal itu akan menjadikan sebuah label yang membuat konsep diri kita positif. Sebaliknya, jika orang tua kita sering menghardik dengan label negatif tertentu, seperti Aah, dasar anak bodoh! atau Dasar anak nakal! maka konsep diri kita juga menjadi negatif. Tidak hanya secara verbal, perlakuan orang tua yang nonverbal (bukan katakata) pun sering membuat kita mengambil kesimpulan tertentu tentang diri kita. Misalnya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya sedikit-sedikit tidak boleh, selalu dilayani, selalu dilindungi dan dibela meskipun salah maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri tidak percaya pada kemapuan dirinya sendiri. Sebaliknya ketika orang tua memperlakukan kita dengan proporsional, misalnya kapan kita masih ditolong, kapan kita dimotivasi, 19 Cherul Rochman, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru: Menjadi Guru yang Dicintai dan Diteladani oleh Siswa (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), 99-100. 20 Izzatul Jannah, Percaya Diri Aja, lagi! (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011), 22-24.

dipercaya ketika melakukan sesuatu meski kerap kali salah, maka kita akan mengembangkan konsep diri positif. b) Saudara kandung Posisi urutan dalam keluarga juga akan mempengaruhi konsep diri. Anak sulung yang diberlakukan sebagai pemimpin bagi adik-adiknya dan mendapat kesempatan untuk berperan lebih dominan akan mendapat keuntungan besar untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Anak bungsu lebih jadi akan selalu dianggap anak kecil oleh kakak-kakaknya, sehingga ia berkembang untuk lebih tidak mempercayai dirinya sendiri, sebab merasa kurang dipercaya. c) Sekolah Guru adalah sosok yang menentukan. Oleh karenanya, tanggapan, perlakuan, dan penilaian guru menjadi lebih sangat penting bagi perkembangan konsep diri kita. Siswa yang sering diperlakukan buruk (dihukum atau ditegur di depan umum) cenderung sulit untuk mengembangkan percaya dirinya. Sebaliknya, yang sering dipuji, dihargai, diberi hadiah (apalagi di depan umum) akanlebih mudah mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga lebih percaya diri. d) Teman sebaya Teman juga menjadi aktor penting. Saat merasa tidak diterima oleh komunitas (kelompok) yang kita sukai maka kita akan merasa rendah diri sebab konsep diri kita cenderung berkembang negatif. Akan tetapi, jika kita bisa diterima dan mendapat perlakukan positif dari taman-teman sebaya, hal itu akan dapat mengembangkan konsep diri ke arah positif. e) Masyarakat

Sejak kecil kita dituntut bertindak menurut aturan dan patokan yang berlaku di masyarakat. Norma masyarakat itu diteruskan melalui pendidikan orang tua kepada kita, lalu disiarkan melalui media massa, cetak, dan elektronik. Ketika televisi menyiarkan norma-norma pergaulan bebas seperti sekarang ini. Bisa jadi untuk teman-teman yang tidak mempunyai pegangan nilai-nilai keimanan dan syariat yang kuat dapat mengembangkan konsep diri negatif, sebab tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat. f) Pengalaman Demikian juga pengalaman. Keberhasilan atau kegagalan kita dapat menyelasaikan permasalahan tertentu, akan mempengaruhi konsep diri kita. Jika kita terus-menerus menghadapi kegagalan dan tidak sabar menghadapi maka konsep diri kita pun menjadi negatif. B. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Rencana penelitian ini berangkat dari telaah pustaka kajian penelitian terdahulu. Adapun penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah penelitian dari Maftuhatun Nurrohmah yang berjudul Peran Sholat Dhuha Berjama ah dan Ziarah Kubur dalam Pengembangan SelfConfident Siswa di MTs Ma arif Al-Basyariyah Lengkong Sukorejo Ponorogo Tahun Pelajaran 2007/2008. 21 Dengan rumusan masalah: 1. Bagaimana pelaksanaan sholat dhuha berjama ah dan ziarah kubur dalam pengembangan selfconfident siswa di MTs Ma arif Al- Basyariyah Lengkong Sukorejo Ponorogo?; 2. Bagaimana selfconfident siswa kelas IX 21 Maftukhatun Nurrohmah, Peran Sholat Dhuha Berjama ah dan Ziarah Kubur dalam Pengembangan Self Confident Siswa di MTs Ma arif Al-Basyariyah Lengkong Sukorejo Ponorogo Tahun Pelajaran 2007-2008 (Skripsi, STAIN, Ponorogo, 2008), viii.

sebelum pelaksanaan sholat dhuha berjama ah dan ziarah kubur dalam pengembangan selfconfident siswa di MTs Ma arif Al-Basyariyah Lengkong Sukorejo Ponorogo?; dan 3. Bagaimana peran sholat dhuha berjama ah dan ziarah kubur kelas IX dalam menghadapi ujian akhir di MTs Ma arif Al-Basyariyah Lengkong Sukorejo Ponorogo? Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan: 1. Pelaksanaan sholat dhuha berjama ah di MTs Ma arif Al-Basyariyah dilaksanakan empat bulan menjelang ujian akhir yaitu dua kali dalam satu minggu, yaitu pada hari Senin dan Jum at. Sedangkan ziarah kubur dilaksanakan pada hari Minggu dengan naik bus menuju kelokasi yang dituju, yaitu ke Sewulan Madiun, ke makam Batoro Katong dan ke Tegalsari Jetis Ponorogo. Ketika berada di lokasi tersebut siswa dan bapak ibu guru membaca tahlil dan do a-do a. dan kegiatan tersebut berjalan baik dan lancar;2.selfconfident siswa telah muncul perasaan ragu, takut, dan khawatir kalau mereka tidak lulus; dan 3. Siswa merasa lebih dekat dengan Allah sehingga menghilangkan rasa takut, hati menjadi damai, fikiran tenang, meringankan beban karena merasakan kebersamaan dan menumbuhkan keyakinan dalam diri mereka, serta mampu menumbuhkan sikap disiplin pengendaliaan diri dan mendorong siswa untuk mengontrol aktifitasnya. Selain itu penelitian yang dilakukan sebelumnya juga dilakukan oleh Muhammad Arifin yang berjudul Percaya Diri dalam Al-Qur an. 22 Dengan rumusan masalah: 1. Apa yang dimaksud percaya diri?; 2. Bagaimana konsep percaya diri dalam Al-Qur an?; 3. Apa keutamaan sikap percaya diri?. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan: 1. Percaya diri adalah suatu sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. 22 Muhammad Arifin. Percaya Diri dalam Al-Qur an (Skripsi, STAIN, Ponorogo, 2010),viii.

Sehingga dengan alasan inilah ia akan mampu melakukan tindakan sesuai dengan apa yang ia inginkan, rencanakan dan ia harapkan; 2. Percaya diri dalam Al-Qur an bertitik tolak dari konsepsi yang mulia terhadap manusia yaitu sebagai Khalifah Allah, sebaikbaik makhluk ciptaan dan makhluk yang bebas berkehendak; 3. Setelah memiliki konsep diri yang jelas bahwa individu itu adalah seorang muslim yang memiliki ciri-ciri fisik, sifat, dan karakter yang khas ia harus berfikir positif terhadap diri, situasi dan lingkungan yang ada disekitarnya. Dari telaah hasil penelitian terdahulu telah ditemukan adanya persamaan dengan penelitian yang sekarang yaitu sama-sama meneliti tentang kepercayaan diri. Adapun perbedaannya, dalam meningkatkan kepercayaan diri telaah hasil penelitian terdahulu menerapkan tentang sholat dluha, untuk penelitian sekarang menerapkan tentang kegiatan ekstrakurikuler muhadlarah.