MEMPEROLEH HASIL MELALUI RESULT CASCADE

dokumen-dokumen yang mirip
AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)

Monitoring & Evaluation Dasar. Oleh Erwien Temasmico Djayoesman M&E Coordinator - AIPJ

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas.2013:169). sampai bulan November jumlah K1 33, K4 33, Persalinan Nakes 33, dari

Komunikasi Menggunakan Smart Chart (bagian 1) (disadur dari The Spitfire Strategies Smart Chart 3.0,

PERSIAPAN RENCANA PEMANTAUAN KINERJA

KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL

Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

Dr Darmanelly, M. Kes, Kepala BPMPAKB. Jakarta, 20 Februari 2014

Operations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

Disampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015

BAB VII PENUTUP. Temuan penelitian tentang hasil implementasi kebijakan dapat. digambarkan dalam tabel berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif

Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana

MONITORING DAN EVALUASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB III ANALISIS METODOLOGI

Materi Konsep Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB I P E N D A H U L U A N

PANDUAN PENYUSUNAN PEDOMAN, PANDUAN, KERANGKA ACUAN DAN SOP. No. Dokumen: PD/Dalu/Mjht/A/01

LAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan

BAB VI MONITORING & EVALUASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

Latar Belakang Semua Keluarga Ikut KB

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

2013, No BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi. A. Perencanaan Kinerja 35 13,52

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

SASARAN REFORMASI BIROKRASI

Oleh: (Tentativ) BKKBN. Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Kelayakan Proses Perangkat Lunak

BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Bab V berisi mengenai kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

Distinctive Strategic Management

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi

PERJANJIAN KINERJA DAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH OLEH: WIGIT JATMIKO KEPALA SUBBAGIAN AKUNTABILITAS DAN PELAPORAN I

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

Advokasi Berbasis Bukti Program Advance Family Planning

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas. Gama Triono

PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendekatan Advokasi Spitfire Dengan Menggunakan Smart Chart

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

PROSES AUDIT. Titien S. Sukamto

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

RANCANGAN PEMANTAUAN DAN PENLAIAN

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A d v o k a s i K e s e h a t a n F a k u l t a s K e s e h a t a n M a s y a r a k a t U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a S E S I 2

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berencana Indonesia) dan pelaksanaannya masih tersembunyi. Tahun demi tahun

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEDOMAN MANAJEMEN MUTU UPT PUSKESMAS II NEGARA No Kode : Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman :

Peluang Pemanfaatan Teknologi. Rukmono Siswishanto Unit Diklat RSUP Dr. Sardjito

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

MEMPEROLEH HASIL MELALUI RESULT CASCADE Result Cascade merupakan alat monitoring dan evaluasi atas proses dan kegiatan advokasi yang dilakukan. Result Cascade ini memudahkan dalam mendokumentasikan hasil-hasil advokasi sehingga orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam upaya advokasi dapat dengan mudah memahaminya. Result Cascade memiliki empat komponen utama. Pertama, disciplined monitoring, Result Cascade menyediakan cara untuk mendokumentasikan para aktor dan aktivitas yang dilakukan yang menghasilkan perubahan kebijakan. Kedua, accountability tracking, Result Cascade bermanfaat sebagai alat monitoring yang dapat melacak penerapan kebijakan. Ketiga, advocacy refinement, Result Cascade merupakan proses untuk menilai hasil advokasi dan peluang untuk memperbaiki strategi advokasi. Dan keempat, effectiveness assessment, Result Cascade menyediakan suatu proses sistematik yang memperlihatkan pentingnya advokasi dalam KB. Result Cascade secara grafis menyajikan masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact). Input meliputi bantuan teknis dan sumber dana yang digunakan untuk menghasilkan output. Input digunakan selama proses penerapan suatu strategi advokasi. Output adalah produk yang dihasilkan dari input. Output merupakan hasil jangka pendek dimana mitra advokasi paling berpengaruh, namun output itu sendiri tidak dapat mengubah status quo. Outcome adalah hasil segera (quick win) dalam pendekatan Advance Family Planning (AFP) dan Result Cascade. Outcome merupakan hasil dari suatu strategi advokasi yang terfokus pada hasil kebijakan. Outcome merupakan hasil dari serangkaian output. Outcome tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh pelaku advokasi. Impact merupakan hasil jangka panjang yang dihasilkan oleh suatu kombinasi dari berbagai intervensi yang dilakukan, dan dapat bersifat positif atau negatif. Dampak dalam konteks advokasi Keluarga Berencana (KB), misalnya, dapat berupa peningkatan atau penurunan kehamilan tidak diinginkan (KTD) sebagai akibat dari perubahan penggunaan kontrasepsi. Seringkali advokasi yang dilakukan tidak secara langsung mempengaruhi dampak (impact). Result Cascade terbagi dalam dua fase. Fase pertama disebut Quick Win (hasil segera) dimana kita mendokumentasikan proses. Fase kedua, Result Cascade, mendokumentasikan hasil atau dampak dari quick wins. 1

ASUMSI-ASUMSI POKOK Kita menggunakan asumsi bahwa pelayanan KB tidak menjadi prioritas dan mendapat anggaran yang sangat rendah di banyak negara berkembang karena pemegang kebijakan kurang memiliki bukti mengenai manfaat Program KB dan pentingnya menyediakan anggaran yang cukup untuk program tersebut. Sebagian besar pendanaan untuk Program KB saat ini diberikan oleh donor, sementara anggaran yang disediakan pemerintah setempat sangat kecil. Berbagai prinsip yang digunakan untuk mendorong Program KB seringkali kurang menyebutkan secara rinci mengenai risiko yang harus dihadapi oleh koordinator kesehatan setempat, kepala daerah, atau menteri kesehatan apabila program tersebut tidak dilaksanakan dengan baik atau apabila mereka tidak mengambil kebijakan untuk mendukung Program KB. Selain itu, skala risiko yang berkaitan dengan Program KB tidak diketahui dengan jelas. Misalnya berapa persen dana yang harus disediakan untuk Program KB di suatu wilayah? Manakah yang lebih baik, menyediakan anggaran yang lebih besar untuk kontrasepsi suntikan atau pelayanan KB pasca persalinan? Lebih jauh lagi, perlu dipertimbangkan dengan cermat siapa yang akan menyampaikan risiko itu. Apabila kebutuhan akan pelayanan KB yang lebih baik tidak disampaikan dengan benar dan tepat, atau jarang sekali disampaikan oleh kelompok masyarakat setempat atau koalisi regional, pembuat kebijakan tidak akan menyiapkan anggaran yang memadai untuk Program KB. AFP juga berasumsi bahwa pemantauan terhadap proses tindak lanjut yang terjadi setelah suatu upaya advokasi sukses dilakukan merupakan hal yang sangat krusial untuk memperdalam efek dari suatu hasil segera (Quick Win). Contohnya dalam menindaklanjuti suatu keputusan untuk mengubah kebijakan atau menambah anggaran Program KB, pembuat kebijakan perlu melihat bahwa pelaksana advokasi melacak dan melaporkan perubahan-perubahan jangka pendek yang telah terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan yang diambil. Hal ini menekankan pentingnya advokasi di tingkat lokal untuk mendukung Program KB. Terakhir, AFP berasumsi bahwa keberhasilan berulang dalam advokasi KB akan memudahkan dalam membujuk pemegang kebijakan untuk mengambil risiko yang lebih besar guna mendukung pelaksanaan Program KB di masa mendatang. Tatkala pengambil kebijakan lebih mempercayai pelaksana advokasi sebagai 2

sumber informasi yang berkualitas, mereka akan lebih mendukung Program KB di masa mendatang. Result Cascade memperioritaskan elemen-elemen berikut dalam memilih proses dan hasil (outcome) yang akan dicari melalui advokasi: Memilih hasil jangka pendek yang diperlukan untuk meraih tujuan jangka panjang bersama mitra kerja. Mengenali prioritas si pengambil kebijakan yang dapat dicapai dalam jangka pendek melalui suatu pendekatan advokasi yang strategis. Fokus pada penyediaan informasi berdasar bukti, menyasar kebutuhan pembuat kebijakan setempat, dan menyampaikan informasi secara jujur dan apa adanya. Mengurangi risiko dan meningkatkan imbalan bagi pengambil kebijakan untuk mengambil keputusan. PEMILIHAN HASIL SEGERA (QUICK WIN) Beberapa isu kebijakan atau peluang advokasi bisa menghasilkan kesuksesankesuksesan jangka pendek, tapi hanya akan memiliki pengaruh jangka panjang apabila kesuksesan-kesuksesan itu memang direncanakan untuk secara langsung mencapai suatu tujuan yang menyeluruh. Dalam hal ini, sasaran SMART dapat dijadikan panduan untuk memilih hasil relevan yang diinginkan. Secara lebih jauh, pendekatan AFP mempertimbangkan lingkungan kebijakan, hubungan dengan pengambil keputusan, dan sumber daya yag tersedia. Tujuan (goal) adalah pernyataan yang bersifat luas mengenai hasil (outcome) yang diharapkan dan terkait dengan keseluruhan misi proyek/program. Menurunkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan atau Meningkatkan kesehatan ibu adalah tujuan. Tujuan mendeskripsikan apa yang ingin dicapai dan tidak dapat diukur secara tepat. Tujuan akan dicapai dalam jangka panjang. Beberapa sasaran (objectives) jangka pendek biasanya mendukung pencapaian suatu tujuan. PENERAPAN Result Cascade harus digunakan bersama strategi advokasi terfokus yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran jangka pendek yang secara bertahap akan mengarah pada pencapaian tujuan jangka panjang. Sasaran (objective) adalah pernyataan singkat yang menggambarkan hasil spesifik yang ingin dicapai. Oleh karenanya, ada hubungan yang jelas antara sasaran dan hasil yang diinginkan. 3

Pencapaian sasaran mendorong pada pencapaian tujuan program. Sasaran advokasi yang baik adalah sasaran SMART (Specific, Measurable, Attainable/Achievable, Relevant, Time-bound). FASE 1: MENDOKUMENTASIKAN HASIL SEGERA (QUICK WINS) Langkah 1: Mencatat Judul dan Aktivitas Formatif Catat sasaran SMART dan langkah-langkah penting yang anda ambil untuk mengidentifikasi peluang advokasi. Hal tersebut dapat berupa pertemuan dengan beberapa stakeholder, pembentukan sebuah kelompok kerja, atau pertemuan dengan tim jaminan ketersediaan kontrasepsi. Catat tanggalnya, para aktor kunci, dan tujuan kegiatan/aktivitas. Judul Judul Masukkan sasaran advokasi yang SMART. Sasaran advokasi ini bisa lebih luas dari atau berbeda dari quick win. Aktivitas Proses Aktivitas Formatif Aktivitas Proses Aktivitas Proses Output Output Output Aktivitas Formatif Dokumentasikan langkah2 pertama dan setelah target advokasi diidentifikasi. Aktivitas Proses dan Output Dokumentasikan langkah2 kunci yang diambil dan output (keluaran) yang dihasilkan. Quick Win Hasil (outcome) yang didapat dalam waktu dekat dan merupakan satu dari beberapa hasil yang akan menuntun pada pencapaian tujuan jangka panjang serta tanggal pencapaian. Quick Win Masukkan sasaran advokasi yang dihasilkan dari suatu strategi advokasi dan yang akan menuntun pencapaian tujuan jangka panjang. Sertakan tanggal pencapaian yang sudah direncanakan. Gunakan huruf miring untuk mengindikasikan bahwa kegiatan itu sedang berlangsung dan belum selesai. Gunakan huruf biasa untuk pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan. Aktivitas adalah tindakan atau intervensi yang menggunakan input untuk menciptakan hasil. Aktivitas bukanlah sasaran, melainkan alat untuk memperoleh hasil. Contoh aktivitas adalah menyelenggarakan pertemuan dengan pakar KB untuk membahas panduan pelatihan distribusi alkon oleh masyarakat setempat. Dalam hal 4

ini, menyelenggarakan pertemuan merupakan suatu langkah dalam proses mencapai sasaran. Langkah 2: Dokumentasikan Aktivitas Proses dan Output (Keluaran) Aktivitas proses dapat meliputi suatu presentasi teknis kepada menteri dengan suatu rekomendasi spesifik untuk menyertakan suatu metode atau alat kontrasepsi baru dan fakta mengapa perubahan itu diperlukan. Dokumentasikan aktivitas/kegiatan yang anda dan kelompok kerja anda lakukan dan output yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Aktivitas dan output haruslah merupakan aktivitas dan output strategis yang telah anda identifikasi sebelumnya dalam strategi advokasi anda. Output bisa berupa policy brief yang disusun sebagai hasil dari suatu analisis kebijakan, pertemuan penting dengan pakar kunci, atau pertemuan singkat dengan pengambil keputusan. Dalam bagan di atas, aktivitas proses dibuat dalam tiga kotak, namun pada kenyataannya bisa lebih atau kurang dari tiga kotak, sesuai kebutuhan. Kuncinya adalah memilih aktivitas yang paling terhubung secara logis dengan Quick Win. Langkah 3: Rincikan Quick Win Quick win adalah keputusan kritis yang harus terjadi dalam waktu dekat dan merupakan satu dari beberapa hasil (outcomes) yang akan menuntun pada perwujudan tujuan yang lebih luas. Quick win merupakan hasil dari sebuah strategi advokasi yang direncanakan. Dokumentasikan Quick Win secara rinci. Jika Quick Win itu meliputi panduan baru mengenai pembagian tugas, sebutkan tugas apa yang kini dapat dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan. Detil ini akan memudahkan dalam melacak dan mengukur Quick Win dengan Pohon Keputusan dan Result Cascade. Jika anda menggunakan AFP SMART, Quick Win dan langkah sasaran biasanya sama. Berikut adalah contoh: 5

Panduan Kementerian Kesehatan Uganda untuk Memudahkan Tenaga Kesehatan di Desa dalam Menyediakan Kontrasepsi Suntikan FHI 360, AFP, Mitra Kerja dalam Kependudukan dan Pembangunan, dan Kantor Regional Afrika menyusun strategi yang bertujuan mengundang Tim Manajemen Senior (TMS) di Kementerian Kesehatan Uganda untuk mengulas/mereviu panduan. Mengumpulkan bukti mengenai keamanan dan kemudahan distribusi suntikan dan menyiapkan policy brief. (Mei 2010) Menghub peg pmrnthn tkait di tk pusat & daerah utk memperoleh dukungan & mpsiapkan presentasi pada TMS ttg kemudahan & efektivitas suntikan. (Juni 2010) Dirjend Pelayanan Kesehatan mvalidasi penelitian operasional yg dlkk dgn mlkk kunjungan lpng & wawancara dg Nakes di Desa, peg klinik, dan akseptor. (Juli 2010) TMS Kementerian Kesehatan melakukan pertemuan untuk membahas panduan. (September 2010) Kelompok Kerja Kebijakan menyetujui panduan. (November 2010) Kementerian Kesehatan mengeluarkan panduan. (Januari 2011) QUICK WIN: Panduan dari Kementerian Kesehatan memberikan wewenang atau mengesahkan sekitar 200.000 nakes di desa untuk memberikan pelayanan KB suntikan. (Maret 2011) FASE 2: MENDOKUMENTASIKAN RESULT CASCADE Langkah 1: Mendokumentasikan Quick Win Buat daftar Quick Win yang diharapkan menuntun pada peningkatan akses terhadap konrasepsi. Hanya masukkan Quick Win yang berhasil dicapai dari usaha advokasi yang telah dilakukan. Sertakan tanggal pencapaian Quick Win. Langkah 2: Lacak Pencapaian Outcome secara Berjenjang Langkah 2 ini memperlihatkan outcome yang harus terjadi jika kita menginginkan Quick Win membawa dampak (impact). Contohnya, pemerintah suatu kabupaten tertarik untuk meningkatkan pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayahnya. Quick Win yang sukses dihasilkan oleh AFP adalah meningkatkan anggaran Program KB di kabupaten tersebut. Akan tetapi penambahan anggaran ini dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan; beberapa bisa dipakai untuk meningkatkan 6

pemakaian MKJP; sisanya bisa dipakai untuk keperluan lainnya. Oleh karena itu, sangat penting mengetahui bagaimana anggaran digunakan. Dana yang digunakan untuk (1) menambah jumlah penyedia layanan yang dapat melayani pemakaian MKJP, (2) meningkatkan kualitas konseling untuk pemakaian MKJP, dan (3) membuat perubahan dalam ketersediaan kontrasepsi untuk mengakomodasi kebutuhan logistik dari pelayanan MKJP di kabupaten adalah contoh-contoh dari hasil (outcome) yang secara logis dapat menjelaskan peningkatan akses MKJP. 1. DOKUMENTASIKAN QUICK WIN QUICK WIN: Hasil (outcome) atau keluaran (output) yang dicapai kelompok kerja yang menuntun pada pencapaian dampak (impact) dan tanggal pencapaian. Perubahan kebijakan & program dalam akses, kualitas, dan pilihan kontrasepsi 2. LACAK HASIL (OUTCOME) BERJENJANG Dokumentasikan hasil berjenjang yang telah berhasil dicapai dan yang secara logis dapat menggambarkan dampak (impact). Perubahan kebijakan & program dalam akses, kualitas, dan pilihan kontrasepsi Perubahan kebijakan & program dalam akses, kualitas, dan pilihan kontrasepsi 3. DOKUMENTASIKAN DAMPAK (IMPACT)/MASUKKAN TUJUAN JANGKA PANJANG Contoh: Penggunaan alkon meningkat baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Sumber data untuk validasi: 4. IDENTIFIKASI SUMBER DATA UNTUK MEMVALIDASI DAMPAK (IMPACT) 7

Langkah 3: Mendokumentasikan Dampak (Impact) Masukkan tujuan jangka panjang dalam strategi advokasi. Quick Win atau hasil (outcome) yang berjenjang dalam Langkah 2 seharusnya mengalir menuju pencapaian tujuan jangka panjang, memperlihatkan dampak (impact). Langkah 4: Identifikasi Sumber Data Masukkan sumber data yang memvalidasi dampak (impact) dalam tanda panah di bawah dampak. Berikut adalah contoh: QUICK WIN: Panduan dari Kementerian Kesehatan memberikan wewenang atau mengesahkan sekitar 200.000 nakes di desa untuk memberikan pelayanan KB suntikan. (Maret 2011) Kemenkes membentuk satuan tugas utk memantau pelaksanaan SUNTIKAN TERSEDIA BAGI NAKES DESA Kemenkes mendiseminasikan panduan Mitra kerja terkait melatih nakes desa untuk memberikan pelayanan suntikan 26.000 perempuan memperoleh layanan KB suntikan sejak panduan Kemenkes disahkan Sumber data: FHI 360 dan RHU, data sementara 8

PANTAU DAMPAKNYA: POHON KEPUTUSAN Sekarang saatnya kita memantau penerapan Result Cascade. Kita melacak Quick Win untuk mengetahui apakah upaya yang kita lakukan membantu pencapaian dampak (impact) yang dikehendaki. Dalam hal ini, Pohon Keputusan dapat berperan sebagai checklist, yang tentu saja berguna karena advokasi berlangsung dengan sumber daya yang terbatas, kekuasaan/wewenang yang terbatas, dan adanya berbagai tuntutan dalam waktu yang bersamaan. Langkah 1: Identifikasi Quick Win Identifikasi Quick Win yang ingin dipantau dan tanggal penyelesaiannya. Langkah 2: Identifikasi Intervensi yang Paling Efektif Cari tahu intervensi mana yang paling efektif dalam menciptakan perubahan melebihi Quick Win. Apabila anda menemukan bahwa ada intervensi yang penting dan efektif, namun tidak dilakukan, inilah saatnya untuk meninjau kembali (mereviu) dan memperbaiki (merevisi) strategi dan tindakan advokasi anda. Pada setiap tingkat penerapan, akan diperoleh hasil ya/tidak. Sebuah jawaban tidak pada setiap level mewakili suatu peluang advokasi untuk memperoleh hasil. Sebuah jawaban ya berarti lanjutkan sesuai rencana untuk mencapai hasil berikutnya. Contohnya, sebuah Quick Win bisa berupa kebijakan untuk menyertakan metode kontrasepsi baru dalam pelayanan yang disediakan oleh pemerintah. Maka intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan pilihan metode kontrasepsi meliputi (1) mendiseminasikan kebijakan, (2) melatih penyedia layanan, dan (3) mengembangkan sistem ketersediaan kontrasepsi yang menyediakan metode baru tersebut. Kita harus melacak apakah semua intervensi ini terjadi meskipun kita tidak secara langsung terlibat dalam aktivitas-aktivitas khusus tersebut. Kita melacak penerapan kebijakan melalui kerjasama dengan mitra terkait dan menyiapkan advokasi tambahan bilamana diperlukan. Langkah 3: Identifikasi Tim Pemantau Identifikasi siapa yang akan melacak perkembangan intervensi dan bagaimana kita bisa memperoleh informasi dan komunikasi mengenai hal itu. Dokumentasikan hal ini secara rinci dalam rencana kerja selama proses penyusunan strategi, dimana mitra kerja advokasi diberi tanggung jawab. 9

Pohon Keputusan: Menciptakan Dampak (Impact) dari Hasil (Outcome) QUICK WIN: Perubahan kebijakan: contohnya panduan perubahan tugas telah didiseminasikan dan diterapkan. Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 1 Apakah nakes yang melayani sudah dilatih? Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 2 Apakah perubahan sistem logistik, termasuk rencana pembelian persediaan, sudah lengkap? Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 3 Apakah persediaan suntikan dan nakes yang melayani sudah tersebar di seluruh wilayah kabupaten secara merata? Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 4 Apakah nakes di desa sudah menyediakan dan melayani kontrasepsi suntikan? Ya Tidak Merancang advokasi Dampak (Impact) Apakah penggunaan kontrasepsi di tingkat local meningkat? Ya Tidak Merancang advokasi Jika memungkinkan, tentukan waktu pelaksanaan bagi setiap langkah diatas. Beberapa langkah penerapan dapat terjadi secara bersamaan/serempak atau secara berurutan, namun mendokumentasikan kapan hal itu terjadi akan menyediakan bukti pelaksanaan dan wawasan mengenai lamanya proses advokasi yang harus dilalui untuk usaha advokasi di masa mendatang. 10

Langkah 4: Kolaborasi untuk Memperbarui Usaha, secara Tepat Waktu Langkah ini memerlukan kerjasama yang erat dengan pemerintah dan pelaksana agar dapat memahami kapan dan mengapa intervensi gagal dan untuk mengembangkan strategi advokasi baru untuk mengatasi hambatan. MEMAHAMI DAN MENGATUR KEMUNDURAN/RINTANGAN Tatkala perubahan yang diharapkan tidak terjadi, penting sekali meninjau kembali asumsi yang mendasari strategi advokasi. Secara khusus, kita melihat perubahan dalam penggunaan kontrasepsi sebagai hasil advokasi apabila kita: Membuat asumsi yang masuk akal mengenai permintaan pelayanan KB dan metode spesifik di suatu wilayah. Dan membuat asumsi yang masuk akal mengenai hambatan yang ada di wilayah tersebut terkait akses dan penggunaan kontrasepsi. Dan mencurahkan tenaga untuk melakukan intervensi yang paling efektif dengan mitra kerja kita. Berikut adalah contoh bagaimana asumsi menentukan strategi namun tidak membawa kepada hasil yang diharapkan: Mitra kerja KB di Kabupaten A sependapat bahwa seringnya puskesmas kehabisan persediaan alkon berkontribusi terhadap rendahnya pemakaian kontrasepsi. Mereka mengembangkan suatu strategi untuk menjamin ketersediaan kontrasepsi di puskesmas dengan meningkatkan pendanaan untuk transportasi lokal guna memperoleh komoditas/persediaan kontrasepsi secara berkala. Quick Win-nya adalah peningkatan pendanaan di tingkat kabupaten untuk transport guna memperoleh persediaan alkon secara reguler. Berikut adalah beberapa hasil yang tidak diharapkan dari Quick Win dan asumsi-asumsi berbeda yang mendasarinya. Hasil 1: Meskipun pendanaan telah meningkat, tidak ada perubahan dalam persediaan kontrasepsi (Puskesmas masih sering kehabisan alkon) di Kabupaten A Penjelasan: Hasil ini menunjukkan kesalahan pada level proses. Peningkatan pendanaan tidak serta-merta menanggulangi habisnya persediaan alkon. Hal ini hanya akan dapat diatasi apabila dana digunakan untuk memperoleh alkon yang kemudian disimpan secara baik dan didistribusikan ke puskesmas. 11

Hasil 2: Kehabisan stok alkon lebih jarang terjadi di Kabupaten A, tapi tidak ada perubahan pemakaian alkon setelah satu tahun Penjelasan: Penggunaan alkon mungkin tidak berhubungan dengan habisnya persediaan alkon. Hal ini dapat terjadi apabila perempuan di daerah tersebut lebih menyukai metode/alkon yang tidak tersedia sementara stok yang tersedia adalah alkon yang kurang diminati. Hasil 3: Kehabisan stok alkon di Kabupaten A lebih jarang terjadi, namun penggunaan alkon di kabupaten itu menurun Penjelasan: Asumsi kita mengenai hubungan antara persediaan dan pemakaian alkon tidak memperhitungkan variabel lain yang mungkin lebih berperan dalam menjelaskan perilaku pemakaian kontrasepsi di Kabupaten A. Misalnya, adanya peningkatan kematian bayi di Kabupaten A menyebabkan PUS berupaya menambah jumlah anak yang dimiliki sehingga permintaan terhadap kontrasepsi menurun. (ypi) Sumber: Gillespie, D, & Fredrick, B, 2013, Advance Family Planning Advocacy Portfolio, November, www.advancefamilyplanning.org 12