BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya manajemen baru (the new public management), atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Paradigma manajemen keuangan pemerintahan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) sebagai

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. tergambar tidak produktif, tidak efisien, rendah kualitas, dan miskin kreativitas.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGIS PROGRAM/KEGIATAN BATAN Nomor: SOP /OT 02 01/KA

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga tentang Rencana Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun ; Mengingat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Arsip Nasional Republik Indonesia

KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN DOKUMEN PERENCANAAN/PENGANGGARAN/PELAPORAN/MONITORING DAN EVALUASI

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

BAB 7 PENUTUP 7.1 PEDOMAN PEMBANGUNAN

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 90 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2014

BAGIAN AKUNTANSI BIRO ADM KEUANGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENYUSUNAN DOKUMEN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004) Pedoman. Renja KL. Dija barkan RKP.

PEDOMAN PENELITIAN RKA-K/L

2015, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

1. Tujuan dan Landasan Konseptual PBK; 2. Kerangka PBK; 3. Syarat Penerapan PBK; 4. Tahapan Kegiatan Penerapan PBK; 5. Mekanisme Penganggaran.

NAMA JABATAN : Kepala Subbagian Penyusunan Anggaran. Melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran Direktorat Jenderal.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Arsip Nasional Republik Indonesia

BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATRIK RENSTRA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BAPPEDA PROVINSI BANTEN

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

METODE PENYUSUNAN RENSTRA

Arsip Nasional Republik Indonesia

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PADA SATKER RO RENA POLDA NTB

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

Penyelarasan Arsitektur Informasi Kinerja dan Pengintegrasian Data Pelaporan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penyusunan. Gambaran Implementasi ADIK. Konsep Dasar Penataan ADIK. Implementasi ADIK. Penyusunan Informasi Kinerja

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

BAB I PENDAHULUAN. gagalnya sebuah organisasi dalam melayani masyarakat?. Berikutnya, bagiamana standar dan proses

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. No. 25/2004 yang telah mensyaratkan adanya konsistensi perencanaan anggaran

TINDAK LANJUT STRATEGI NASIONAL PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER (PPRG) DEPUTI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

BAB VI HASIL. disusun berdasarkan kerangka konsep penelitian dan observasi langsung

PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

RENCANA KINERJA TAHUNAN BIRO PERENCANAAN TAHUN 2012

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

GUBERNUR SULAWESI BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan budaya manajemen baru (the new public management), atau mewirausahakan pemerintah (reinventing government) yang berorientasi kepada hasil, pelayanan publik, dan akuntabilitas yang muncul pada dua puluh tahun terakhir menimbulkan reformasi menuju penganggaran yang berorientasi kepada hasil yang sudah menjadi tren perkembangan di banyak negara. Penerapan penganggaran kinerja dimulai dari Australia dan New Zealand pada akhir tahun 1980-an, kemudian diikuti oleh Kanada, Denmark, Finlandia, Perancis, Belanda, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat pada awal sampai pertengahan tahun 1990-an. Selanjutnya pada akhir tahun 1990-an sampai dengan awal tahun 2000-an diterapkan di Austria, Jerman, dan Switzerland (Wahyuni, 2006). Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah di Indonesia sudah dicanangkan melalui pemberlakuan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan diterapkan secara bertahap mulai tahun anggaran 2005. Pemerintah pun telah mengeluarkan PP No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan PP No 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) sebagai operasionalisasi kebijakan penganggaran kinerja. Departemen Keuangan juga telah mengatur lebih rinci penerapan penganggaran kinerja dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 54/PMK.02/2005 dan membangun aplikasi program komputer RKA-KL.

Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem perencanaan, penganggaran dan evaluasi yang menekankan pada keterkaitan antara anggaran dengan hasil yang diinginkan. Penerapan penganggaran kinerja harus dimulai dengan perencanaan kinerja, baik pada level nasional (pemerintah) maupun level instansi (Kementerian/Lembaga), yang berisi komitmen tentang kinerja yang akan dihasilkan, yang dijabarkan dalam program-program dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan (Departemen Kesehatan, 2007). Dalam praktik, masih banyak dijumpai kelemahan sejak perencanaan kinerja, proses penyusunan anggaran sampai dengan penuangannya dalam format dokumen anggaran (RKA-KL dan APBN). Pada perencanaan kinerja, untuk program yang sama, tiap instansi mendefinisikan sendiri-sendiri apa sasaran programnya, yang kemungkinan besar berbeda-beda yang pada akhirnya menyulitkan pendefinisian ukuran kinerja nasional untuk program tersebut. Program pemerintah dan program Kementerian/Lembaga belum terstruktur dengan baik sehingga sulit dipetakan keterkaitannya. Untuk itu, Bappenas, Departemen Keuangan dan Kementerian/Lembaga perlu merestrukturisasi dan memetakan penamaan program dan kegiatan dalam RKP, Renja dan RKA-KL sehingga pendefinisian program lebih mencerminkan outcome pemerintah yang dapat dinikmati masyarakat dan berisi program yang menjadi core business kementerian/lembaga (Wahyuni, 2006). Dari sisi proses penyusunan anggaran, formulir RKA-KL ternyata tidak mendorong Kementerian/Lembaga untuk menyatakan kinerjanya, baik kinerja hasil (outcome) program maupun keluaran (output) kegiatan. Formulir RKA-KL mengharuskan Kementerian/Lembaga melakukan perhitungan detil anggaran per kegiatan, sub kegiatan, jenis belanja, dan mata anggaran yang berdampak pada

penganggaran yang sangat rinci dan kaku (rigid). Dalam mendukung proses penyusunan anggaran, Departemen Keuangan perlu menyusun standar biaya umum yang lebih berorientasi ke output/outcome. Masing-masing instansi juga didorong untuk menyusun Harga Standar Biaya Khusus per kegiatan dan program. Penyusunan standar biaya tersebut dilakukan dengan suatu studi/penelitian selama beberapa tahun atau menggunakan benchmark yang cocok (Wahyuni, 2006). Pada penuangan format anggaran, dalam formulir 1.1, definisi indikator hasil program hanya dinyatakan secara naratif dan kualitatif (tanpa target), dan indikator keluaran untuk kegiatan tidak ada. Yang muncul adalah satuan keluaran secara rinci per sub-sub kegiatan, misalnya untuk perjalanan dinas dengan Orang Hari (OH), dan sebagainya. Format RKA-KL perlu disempurnakan dengan menambahkan kolom yang berisi informasi tentang hasil program dan output kegiatan secara lebih jelas dan terukur. Departemen Keuangan perlu menyederhanakan formulir RKA-KL agar tidak perlu detil sampai dengan sub kegiatan tetapi cukup sampai dengan program dan kegiatan saja dan difokuskan pada hal-hal strategis yang merupakan layanan instansi pemerintah kepada masyarakat (Wahyuni, 2006). Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan adalah salah satu unit kerja Departemen Kesehatan RI yang dalam strukturnya berada di bawah Sekretariat Jenderal. Pada tahun 2001, Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Keputusan Menkes No. 1277/Menkes/SK/X/2001, tentang organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan RI yaitu bagian Humas berada di bawah Biro Umum. Tahun 2005 Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Keputusan No 1575/MENKES/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan yaitu Pusat Komunikasi Publik berada langsung dibawah Sekretariat Jenderal. Hal ini menyebabkan berubahnya

tingkatan kehumasan di Departemen Kesehatan RI yang sebelumnya berada pada tingkat Eselon III menjadi tingkat Eselon II. Peningkatan hierarki kehumasan menjadi Eselon II Pusat Komunikasi Publik ini akan berimplikasi pada perubahan proses perencanaan dan penganggaran kegiatannya. Pada saat Bagian Humas dibawah Biro Umum yaitu setingkat eselon III, bagian ini hanya mengajukan usulan rencana kegiatan dan anggarannya ke bagian pelaksana penyusunan rencana anggaran yang ada di Biro Umum. Perubahan Bagian Humas menjadi eselon II yang berubah nama menjadi Pusat Komunikasi Publik juga menyebabkan Pusat Komunikasi Publik harus menyusun dokumen RKA-KL sendiri. Pusat Komunikasi Publik harus melaksanakan serangkaian proses perencanaan dan penganggaran yang matang sehingga tujuan akhir yang hendak dicapai dapat terwujud secara efektif dan efisien. Selain itu, tujuan Pusat Komunikasi Publik adalah meningkatkan citra positif Departemen Kesehatan dimana dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya harus didukung oleh perencanaan kegiatan dan anggaran yang kuat. Seperti telah disebutkan diatas bahwa masih banyaknya kelemahan perencanaan anggaran berbasis kinerja, pada satuan kerja Kementerian/Lembaga yang sudah lebih dulu ada maka perlu diketahui bagaimana proses penyusunan dan pembahasan anggaran sampai dengan penuangannya dalam format-format dokumen anggaran (RKA-KL) pada Pusat Komunikasi Publik mengingat satuan kerja ini masih baru dan memiliki tujuan yang cukup penting dalam membangun citra positif Departemen Kesehatan. Dikarenakan belum adanya penelitian mengenai hal tersebut, maka peneliti berusaha melakukan penelitian mengenai perencanaan anggaran di Pusat Komunikasi Publik yang dapat ditelusuri pada penyusunan kegiatan tahun 2007.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkatan Pusat Komunikasi Publik yang sebelumnya berada pada hierarki Eselon III menjadi Eselon II seperti yang telah ditetapkan pada Surat Keputusan Menkes RI No. 1575/MENKES/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan akan berimplikasi pada perencanaan kegiatan dan anggarannya. Mengingat banyaknya kelemahan pada penyusunan, pembahasan sampai penyajian anggaran berbasis kinerja pada satuan kerja Kementerian/Lembaga, maka perlu diketahui bagaimana perencanaan anggaran di Pusat Komunikasi Publik karena satuan kerja ini masih baru dibentuk dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan citra positif Departemen Kesehatan. Dikarenakan belum adanya penelitian mengenai hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian mengenai perencanaan anggaran di Pusat Komunikasi Publik yang dapat ditelusuri pada penyusunan kegiatan tahun 2007. 1.3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran perencanaan anggaran pada penyusunan kegiatan tahun 2007 Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan? 2. Bagaimana gambaran komponen input yang meliputi Sumber Daya Manusia (SDM), sumber dana, sarana, sumber data, pedoman dan kebijakan dalam perencanaan anggaran pada penyusunan kegiatan tahun 2007 Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan?

3. Bagaimana gambaran komponen proses yaitu langkah-langkah perencanaan anggaran yang dapat dilihat pada penyusunan kegiatan tahun 2007 Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan? 4. Bagaimana gambaran komponen output yang berupa dokumen RKA-KL tahun 2007 yang merupakan hasil dari perencanaan anggaran Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran perencanaan anggaran pada penyusunan kegiatan tahun 2007 Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran komponen input yang meliputi Sumber Daya Manusia (SDM), sumber dana, sarana, sumber data, pedoman dan kebijakan dalam perencanaan anggaran pada penyusunan kegiatan tahun 2007 Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan. 2. Mengetahui gambaran komponen proses yaitu langkah-langkah perencanaan anggaran yang dapat dilihat pada penyusunan kegiatan tahun 2007 Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan. 3. Mengetahui gambaran komponen output yang berupa dokumen RKA-KL tahun 2007 yang merupakan hasil dari perencanaan anggaran di Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Instansi Tempat Penelitian Memberikan masukan bagi Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan untuk selalu mengevaluasi dan mengembangkan proses perencanaan dan penganggaran kegiatan dan anggaran yang baik dan berkesinambungan. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah perencanaan anggaran pada penyusunan kegiatan tahun 2007 di Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan. Penelitian dilakukan sehubungan dengan perubahan hierarki organisasi Pusat Komunikasi Publik yang sebelumnya berada pada Eselon III yang belum berkewajiban membuat dokumen kegiatan dan anggarannya sendiri menjadi Eselon II dan harus membuat dokumen kegiatan dan anggaran sendiri serta melihat tujuan Pusat Komunikasi Publik sebagai pembawa citra postif Departemen Kesehatan kepada masyarakat sehingga diperlukan adanya suatu perencanaan dan anggaran yang kuat untuk mendukung tujuannya tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada sejumlah informan, observasi dan telaah dokumen. Penelitian dilakukan selama bulan April sampai Juni 2008 di satuan kerja Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan.