FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN MENELAN OBAT MASSAL PENCEGAH FILARIASIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

PERILAKU MINUM OBAT ANTI FILARIASIS DI KELURAHAN RAWA MAMBOK Anti-filariasis Medicine Drinking Behavior in Rawa Mambok Village

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

Susmaneli, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Hilir I Kabupaten Rokan Hulu 2013

DETERMINAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA FILARIASIS DI DESA SANGGU KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH

Emy Leonita*, Ariska Muliani**

Unnes Journal of Public Health

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Septiani, Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Dengan Status Gizi Bayi 0-11 Bulan Di Puskesmas Bangko Rokan Hilir

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

Identifikasi Faktor Resiko 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

FAKTOR INTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN LANSIA BERKUNJUNG KE POSYANDU LANSIA DESA MAYUNGAN KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax... (M. Arie Wuryanto) M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DUKUNGAN KELUARGA DAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN MASYARAKAT MINUM OBAT ANTIFILARIASIS

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Fajarina Lathu INTISARI

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

LAPORAN HASIL PENELITIAN

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia The Associated Factors With Utilization Of Elderly Integrated Health Post

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL DALAM PENCEGAHAN ANEMIA DI PUSKESMAS RUMBAI

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKUDENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DUSUNPRINGWULUNG, CONDONG CATURDEPOK SLEMAN.

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

DWI AGUNG RIYANTO* ABSTRAK

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah di Kelurahan Jati Sampurna

PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

Transkripsi:

Journal Endurance 1(1) 25 February 2016 (17-21) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN MENELAN OBAT MASSAL PENCEGAH FILARIASIS Agus Alamsyah 1), Tuti Marlina 2) 1 Prodi IKM STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Pekanbaru Riau 2 Prodi IKM STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Tangkerang Selatan Pekanbaru Riau Email: agusa41@gmail.com Submitted :21-06-2016, Reviewed:24-08-2016, Accepted:18-08-2016 DOI:http://dx.doi.org/10.22216/jen.v1i1.586 ABSTRACT Filariasis is a chronic infectious disease caused by filarial worms and transmitted by various species of mosquito. One prevention effort through prevention of mass drug administration filariasis. In the implementation of the mass medical treatment in the endemis filariasis, there are still community members who refused to swallow drug deterrent filariasis with a range of conditions and the reason. The Research objectives know associated factors with scope of mass preventive medicine swallowed filariasis in the working area of District Health Clinics Bangko Jaya Unit, Bangko Pusako 2015. Kind of research is a quantitative analysis of cross-sectional observational design conducted in Mei 2015 work region District Health Clinics Bangko Jaya. Sample size of 106 people. Samples were distributed by way of proportional sampling, then taken using a rapid survey method. The results show that not swallow a drug prevens filaria 65,6% and swallow 34,4 %. variables that matter with the deadly drug filariasis, Namely the level of knowledge, gender, Jobs, Side effects of the drug filariasis, Socialization health worker.puskesmas Bangko Jaya to give information to the entire community with a good strategy and the socialization ofeshek side that is not dangerous, talk with media brochures and banners. Keywords: filariasis, knowledge, work, socialization ABSTRAK Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Salah satu pencegahan melalui pemberian obat massal pencegah (POMP) filariasis. Dalam pelaksanaan pengobatan massal di daerah endemis filariasis, masih ada masyarakat yang menolak menelan obat pencegah filariasis dengan berbagai kondisi dan alasan. Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan menelan obat filariasis di wilayah kerja Puskesmas Bangko Jaya Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan mei 2015 di wilayah kerja Puskesmas Bangko Jaya. Besar sampel sebanyak 160 orang. Sampel didistribusikan dengan cara proportional sampling, selanjutnya diambil dengan menggunakan metode rapid survey. Hasil penelitian menunjukan bahwa yang tidak menelan obat pencegah filaria 65,6 % dan yang menelan 34,4 %. variabel yang memiliki hubungan yang bermakna terhadap menelan obat filariasis, yaitu tingkat pengetahuan, jenis kelamin, pekerjaan, efek samping obat filariasis dan sosialisasi petugas kesehatan.puskesmas Bangko Jaya agar memberikan informasi kepada seluruh masyarakat, dengan strategi yang baik sekaligus sosialisasi mengenai efek samping yang tidak berbahaya, menyampaikan dengan brosur dan spanduk Kata kunci: filariasis, Pengetahuan, Pekerjaan, sosialisasi Kopertis Wilayah X 17

PENDAHULUAN Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menahun yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit yang ditularkan dari berbagai jenis nyamuk. Diperkirakan 1/5 penduduk di dunia atau 1,1 miliar penduduk di 83 negara berisiko terinfeksi filariasis, terutama di daerah tropis dan daerah subtropis.penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan, stigma sosial, hambatan psikososial dan penurunan produktivitas kerja penderita, keluarga dan masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Penderita menjadi beban keluarga dan negara(depkes RI 2008). Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 dilaporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 kabupaten/kota dan diestimasikan prevalensi Microfilaria rate (Mf rate) sebesar 19% (Wahyono 2014). Jumlah kasus Filariasis di Provinsi Riau dari tahun ke tahun semakin bertambah. Secara kumulatif, jumlah kasus filariasis pada tahun 2011 sebanyak 245 penderita dengan angka kesakitan 4,13. Pada tahun 2012 terdapat 7 kasus baru, lebih sedikit dibanding tahun 2011 terdapat 59 kasus baru. Sedangkan pada tahun 2014 dari laporan kasus kronis filariasi di Propinsi Riau dijumpai sebanyak 40 kasus kronis dan yang paling tertinggi berada di Kabupaten Rokan Hilir dengan 34 Kasus Kronis ( 34 % = 85 %)(Dinkes 40 Provinsi Riau 2014). Di Kabupaten Rokan Hilir, distribusi pemberian obat filariasis sudah mencapai tahun ke-3, dimana pada tahun 2013 Pemberian Obat Massal Pencegah Filariasis (POMPF) tercapai 56,4% sedangkan di tahun 2014 POMP filariasis 78,0% (Dinas kesehatan Kabupaten Rokan Hilir). Di puskesmas Bangko Jaya Kecamatan Bangko Pusako POMP filariasis pada tahun 2013 mencapai 56,4% dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu 80% (Dinkes Kabupaten Rohil 2014). Walaupun cakupan POMPF di Kecamatan Bangko Pusako sudah mencapai 80% namun ini barulah data distribusi pembagian obat di Puskesmas. Apakah obat yang diberikan tersebut benarbenar di minum oleh masyarakat belum dilakukan survei. Dari hasil wawancara pada saat survei awal dengan masyarakat, masih ada sebagian masyarakat yang tidak menelan obat filariasis tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cakupan menelan obat filariasis dan faktor-faktor yang berhubungan di wilayah kerja Puskesmas Bangko Jaya Tahun 2015. METODE PENELITIAN Jenis penelitian analitik kuantitatif, menggunakan desain cross sectional.sampel utama dalam penelitian ini adalah penduduk yang berusia 15-65 tahun.populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk sasaran dalam pemberian obat massal filariasis di wilayah kerja Puskesmas Bangko Jaya tahun 2014 dengan jumlah 25.352 Orang. Jenis data yaitu data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan responden menggunakan instrument berupa kuesioner dan data sekunder merupakan data yang sudah tersedia atau yang dikumpulkan oleh instansi yang terkait. Analisis data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program komputer. Adapun definisi operasional penelitian yaitu Menelan obat pencegah filariasis (0=tidak menelan obat 1= jika sudah menelan obat filariasis), Pengetahuan tentang filariasis yaitu Kemampuan menjawab kuesioner dengan benar tentang filariasis (0= Pengetahuan rendah, jika pengetahuan kurang <60%1= Pengetahuan tinggi jika pengetahuan 60% ), jenis kelamin yaitu Ciri fisik yang membedakan subjek penelitian (0= Laki-laki dan 1= Perempuan), pekerjaan yaitu Jenis kegiatan sehari-hari yang dilakukan untuk mencari Kopertis Wilayah X 18

nafkah (0= jika bekerja 1= jika tidak bekerja), Efek Samping Obat Pencegah Filariasis yaitu Gejala yang tidak nyaman dirasakan responden setelah menelan obat (0= jika ada efek samping dan 1= jika tidak ada efek samping), Sosialisasi Informasi tentang filariasis yaitu Jawaban pertanyaan responden tentang ada atau pernah menerima/mendapatkan sosialisasi petugas untuk memberikan informasi tentang pemberian obat massal filariasis (0= Tidak ada dan 1= Ada). Data akan dianalisis dengan 2 cara yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan Uji chi-square. HASIL DAN PEMBAHASAN No Variabel 1 Pengetahuan Rendah Tinggi 2 Umur Berisiko Tidak Berisiko 3 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 4 Pendidikan Rendah Tinggi 5 Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 6 Efek samping obat pencegah Ya Tidak 7 Sosialisasi petugas TidakPernah Ya Pernah Tabel 1 Hasil Analisis Bivariat Menelan Obat Pencegah Filariasis Total P Tidak Ya Value N % N % N % 92 13 99 6 66 39 60 45 70 35 0 105 84 21 82,9 26,5 64,7 85,7 81,5 49,4 68,2 62,5 83,3 46,1 0 89,0 81,6 36,8 19 36 54 1 15 40 28 27 14 41 42 13 19 36 17,1 73,5 35,3 14,3 18,5 50,6 31,8 37,5 16,7 53,9, 11,0 18,4 63,2 111 49 153 7 81 79 88 72 84 76 42 118 103 57 0,423 0,558 POR 95 % CI 13,409 (6,002-29,957) 0,306 (0,036-2,604) 4,513 (2,211-9,210) 1,286 (0,668-2,475) 5,857 (2,823-12,153) 9,077 (5,436-15,158) 7,579 (3,641-15,777) Hubungan pengetahuan tentang filariasis dengan menelan obat pencegah filariasis Dari hasil statistic uji Chi Square didapatkan P Value = atau P<0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang filariasis dengan menelan obat pencegah filariasis. Nilai POR=13,409 (6,002-29,957) atau POR >1, artinya merupakan faktor risiko. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Khabbrani 2014) yang menyatakan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan menelan obat pencegah filariasis. begitu juga dengan penelitian purnomo 2014 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan masyarakat tentang filariasis terhadap konsumsi obat kaki gajah di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan dengan p- Kopertis Wilayah X 19

value 0,001 dan coefisien contingency sebesar 0,325 (Purnomo Imam et al. 2015). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi mulai panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Seseorang yang berpengetahuan baik dalam masalah kesehatan misalnya program pencegahan filaria akan lebih setuju untuk menelan obat filaria, dikarenakan dia tahu manfaat dan kegunaan obat tersebut dibandingkan orang yang berpengetahuan rendah (Notoatmodjo Soekidjo 2012). Hubungan jenis kelamin dengan menelan obat pencegah filariasis Hasil uji Chi Square didapat P Value = atau P<0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan menelan obat pencegah filariasis. Nilai POR=4,513 (2,211-9,210) atau POR>1, artinya merupakan faktor risiko. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Kusumawardani 2009)yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan menelan obat pencegah filariasis. Hasil penelitian (Santoso et al. 2010)juga membuktikan ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan menelan obat pencegah filariasis yang mana jenis kelamin perempuan lebih banyak (59,2%) menelan obat filariasis dibandingkan jenis kelamin laki-laki (40,8%). Terlihat perbedaan yang signifikan antara sabjek penelitian yang berjenis kelamin Perempuan lebih patuh menelan obat pencegah filaria (50,6%) dibandingkan sabjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki yang kurang patuh menelan obat pencegah filaria sebanyak (18,5%). Ini dikarenakan sabjek penelitian berjenis kelamin laki-laki kebanyakan adalah pekerja, sehingga pada saat pembagian obat laki-laki tidak ada ditempat atau tidak ada waktu untuk mengambil obat. Alasan lainnya responden laki-laki merasa dirinya lebih kuat dari pada perempuan, Sehingga berjenis kelamin laki-laki kurang patuh untuk menelan obat pencegah filaria. Hubungan pekerjaan dengan menelan obat pencegah filariasis Hasil uji Statistik Chi Square didapat P Value = atau P<0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan menelan obat pencegah filariasis. Nilai POR=5,857 (2,823-12,153) atau POR>1 artinya merupakan faktor risiko. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Khabbrani 2014)yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan menelan obat massal pencegah filariasis. Seseorang yang bekerja akan sibuk dan waktu untuk menelan obat akan mudah lupa terlebih obat yang akan di konsumsi harus diambil ditempat yang telah disediakan oleh pihak Puskesmas dengan waktu yang tidak disesuai disaat waktu bekerja. Hubungan sosialisasi petugas kesehatan tentang pemberian obat pencegah filariasis dengan menelan obat pencegah filariasis Hasil Uji Statistik Chi Square didapat P Value = atau P<0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sosialisasi petugas kesehatan tentang pemberian obat massal pencegah filariasis dengan menelan obat massal pencegah filariasis. Nilai POR=7,579 (3,641-15,777) atau POR>1 artinya merupakan faktor risiko. Salah satu dukungan dari petugas adalah dengan adanya sosialisasi dari petugas kesehatan mengenai pemberian obat massal pencegah filariasis. Petugas yang tidak ada mensosialisasikan ke masyarakat atau kurang memotivasi masyarakat akan mengakibatkan rendahnya cakupan menelan obat filariasis pada masyarakat (Yulia Yuni, Mi raj Agus 2012). Dikarenakan sosialisasi merupakan salah satu cara penyuluhan/promosi Kopertis Wilayah X 20

masalah kesehatan agar informasi tersampaikan kemasyarakat terutama informasi mengenai pemberian obat massal pencegah filariasis. Masyarakat yang tidak mendapatkan informasi tersebut menjadi tidak tahu sehingga tidak pergi mengambil obat waktu obat dibagikan. Hasil penelitian (Santoso, Taviv Yulian, Yahya 2014) membuktikan bahwa Perilaku minum obat responden mengalami peningkatan dari 70,1% menjadi 88,9% setelah dilakukan promosi kesehatan mengenai pemberian obat massal pencegah filariasis. Hubungan pendidikan dengan menelan obat pencegah filariasis Hasil statistic Chi Square didapat P Value = 0,452 atau P>0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan menelan obat massal pencegah filariasis. Nilai POR=1,286 (0,668-2,475) atau POR 1 berada di rentang CI yang artinya tidak dapat di defenisikan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Khabbrani 2014) yang menyatakan pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan menelan obat pencegah filariasis. Dalam bidang kesehatan, pendidikan memang berpengaruh dalam peminatan informasi atau pesan kesehatan namun dalam bidang kesehatan, tingkat pendidikan kurang berpengaruh dalam keputusan seseorang jika informasi kesehatan tersebut tidak disampaikan secara merata kepada masyarakat (Kusumawardani 2009). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang cakupan menelan obat massal pencegah filariasis penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bangko Jaya Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa Proporsi penduduk yang tidak menelan obat pencegah filariasis sebesar 65,6% dan yang menelan 34,4%. Variabel efek samping obat pencegah filariasis dan variabel umur tidak dapat dianalisis dikarenakan hasil data homogen. Faktor yang berhubungan dengan menelan obat massal pencegah filariasis yaitu Pengetahuan tentang filariasis, Jenis kelamin, Pekerjaan, Sosialisasi petugas kesehatan tentang filariasis. Faktor yang tidak berhubungan yaitu pendidikan dan umur. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada kepala Puskesmas beserta staf dan masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bangko Jaya Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir yang memberikan izin sehingga peneliti dapat melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2008. Pedoman Penentuan Dan Evaluasi Daerah Endemis Filariasis, Bekasi: Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes RI. Dinkes Kabupaten Rohil, 2014. Cakupan Menelan Obat Filariasis Penduduk Puskesmas, Bagan Siapiapi. Dinkes Provinsi Riau, 2014. Laporan Kasus Filariasis Provinsi Riau, Riau. Khabbrani, 2014. Cakupan Menelan Obat Massal Pencegah Filariasis Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kecamatan Bengkalis. Kusumawardani, D., 2009. Gambaran Faktor-faktor Predisposisi dan Praktik Minum Obat pada Pengobatan Mssal Filariasis di RW 7 Kelurahan Bakti Jaya Depok. Notoatmodjo Soekidjo, 2012. Promosi Kesehatan Dan Prilaku Kesehatan 3rd ed., Jakarta: Rineka Cipta. Kopertis Wilayah X 21

Purnomo Imam, Supriyo & Hidayati Sri, 2015. Pengaruh Faktor Pengetahuan Dan Petugas Kesehatan Terhadap Konsumsi Obat Kaki Gajah (Filariasis) Di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten PEKALONGAN. OJS Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, VOLUME 28, pp.13 37. Available at: http://journal.unikal.ac.id/index.php/lp pm/article/view/347/280. Santoso, Saikhu & Taviv, Yuliani, Mayasari, S., 2010. Kepatuhan Masyarakat Terhadap Pengobatan Massal Filariasis Di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2008. Buletin Penelitian Kesehatan, Volume 38. Available at: file:///c:/users/axioo/downloads/96-102-1-pb.pdf. Santoso, Taviv Yulian, Yahya, M.R., 2014. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Tentang Filariasis. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, volume 17, pp.167 176. Available at: http://oaji.net/articles/2015/820-1432779768.pdf. Wahyono, T.Y.M., 2014. Epidemiologi Deskriptif Filariasis di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi, 1(20), p.72797848. Yulia Yuni, Mi raj Agus, D.R., 2012. Gambaran Motivasi Kader Tentang Pemberian Obat Antifilariasis Di Desa Soreang Wilayah Kerja Puskesmas Soreang. Bhakti Kencana Medika, volume 2 nomor 4. Kopertis Wilayah X 22