KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN SEBAGAI DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN, DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG

KARAKTERISTIK DAN INTERAKSI TRANPORTASI OGAN ILIR - PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

INVENTARISASI PARKIR JAKABARING BERDASARKAN GPS ANDROID

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

KARAKTERISTIK PERJALANAN PENDUDUK URBAN PALEMBANG KECAMATAN KALIDONI DAN SEMATANG BORANG

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR

STUDI PENGADAAN PARK AND RIDE DI TERMINAL ALANG-ALANG LEBAR KOTA PALEMBANG

Perencanaan Jaringan Lintas Angkutan Barang Di Kabupaten Gunungkidul. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gunungkidul.

ABSTRAK. Kata kunci : Distribusi perjalanan, trip assignment, software Visum versi 15

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

EVALUASI PENDIDIKAN DASAR TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUASIN. Suripto, S.Sos. 1

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS ANGKUTAN BATUBARA YANG MELALUI KOTA BANJARMASIN

1.1 Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN

Laporan Kinerja Tahun 2016 Dinas Koperasi, UKM & Perindag Kabupaten Banyuasin BAB I PENDAHULUAN

Dr. Sri Atmaja P. Rosyidi Laboratorium Teknik dan Infrastruktur Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

TESIS MAGISTER. Oleh : YOSI ALWINDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB. I PENDAHULUAN. membuat kota ini terdiri dari lima wilayah kecamatan (Distric), yaitu

BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUASIN

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA KAWASAN JALAN RAYA NGINDEN DAN JALAN NGAGEL JAYA SELATAN

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

1.1. Geographycal Location

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

ANALISIS KEBUTUHAN PARK AND RIDE BRT TRANS MUSI PADA KAWASAN SEBERANG ULU PALEMBANG

ANALISA MODEL SEBARAN PERJALANAN INTERNAL MASYARAKAT KOTA BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVITASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Teknika; Vol: 2, No: 4, September 2012 ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN TEORI

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASI SAAT INI

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

Lampiran I.16 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

KAJIAN POLA PERGERAKAN DI PROPINSI LAMPUNG

DAFTAR PESERTA UJIAN ULANG 1 TAHAP 1 (PLPG TAHAP 1-3), TANGGAL 28 Oktober 2014 LOKASI : DE' PREMIUM HOTEL

STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONG-KEBAR-MANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY

APLIKASI SEDERHANA: INTERAKSI TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUASIN

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: C-52

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

ESTIMASI MATRIK ASAL TUJUAN DARI DATA LALU LINTAS DENGAN METODE ESTIMASI INFERENSI BAYESIAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK EMME/3

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

BAB V PERENCANAAN TRANSPORT. Gambar 5.1. Proses Perencanaan Transport

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kupang merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia, terletak di

ANALISIS PEMILIHAN RUTE DALAM KAJIAN KEBUTUHAN PERGERAKAN PADA RENCANA PEMBANGUNAN RUAS JALAN SEMITAU NANGA BADAU KABUPATEN KAPUAS HULU

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS NURILLAH UTAMI NIM :

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

STUDI PEMODELAN TRANSPORTASI DI RUAS JALAN NGINDEN AKIBAT JALAN MERR II-C ( SEGMEN KEDUNG BARUK SEMOLOWARU ) SURABAYA TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA JALAN KOTA METRO BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN JALAN

TINGKAT AKSESIBILITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS TERKAIT PENERAPAN RAYONISASI SEKOLAH DI KOTA BANDUNG

STUDI KARAKTERISTIK PELAKU PERJALANAN DALAM WILAYAH PELAYANAN TRAYEK MAMBORO MANONDA DI KOTA PALU

PERECANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA SIBOLGA. Oleh : Olga kristama Silalahi ( )

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Jalan Menggunakan Aplikasi Saturn

EVALUASI KINERJA OPERASI BUS KOBUTRI JURUSAN KPAD-ANTAPANI ABSTRAK

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

TRANSPORTASI. Gambar 6.1. Jumlah Angkutan Penumpang Umum yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun

Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

Alamat : Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Jl. Lingkar No. 05 Pangkalan Balai Tekp. (0711) Kode Pos 30753

Transkripsi:

KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN SEBAGAI DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG Bambang Hidayat Fuady Program Pascasarjana UNSRI BKU Transportasi Jln. Padang Selasa No. 524 Palembang-Sumatera Selatan Tlp. 087897881502 hidayat_fuady@yahoo.co.id Erika Buchari Program Pascasarjana UNSRI BKU Transportasi Jln. Padang Selasa No. 524 Palembang-Sumatera Selatan eribas17@gmail.com Joni Arliansyah Program Pascasarjana UNSRI BKU Transportasi Jln. Padang Selasa No. 524 Palembang-Sumatera Selatan joniarliansyah@yahoo.com Abstract Banyuasin Regency is a buffer zone of Palembang. Many of Banyuasin residents work in Palembang, and vice versa, causing a lot of travel between these two regions. The objective of this research was to study the characteristics of the transport, trip generation and attraction, as well as the traveling route in these two areas. Origin and destination interview surveys as well as the calculation of the traffic volume were conducted in this study, followed by the calculation of interaction and connectivity. These studies suggest that the purpose of travel is predominantly for work (30.1%) with a distance of more than 20 km. Generated trips consist of 178 private vehicles, public transport of 270 people, and 99 goods transport vehicles. While the attracted trips consist of 156 private vehicles, public transport of 298, and 116 goods transport vehicles. Only 12 districts have overland routes to Palembang while 7 others do not have a land route to Palembang. Keywords: buffer zone, origin and destination of trip, interaction, connectivity, route Abstrak Kabupaten Banyuasin merupakan daerah penyangga Kota Palembang. Sebagian penduduk Kabupaten Banyuasin bekerja di Palembang, dan sebaliknya, sehingga banyak perjalanan di antara kedua daerah ini. Tujuan penelitian adalah mengkaji karakteristik transportasi, bangkitan dan tarikan perjalanan, serta rute perjalanan penduduk di kedua daerah tersebut. Pada studi ini dilakukan survei wawancara asal dan tujuan pergerakan serta perhitungan volume lalulintas, yang dilanjutkan perhitungan interaksi dan konektivitas. Hasil studi ini menunjukkan bahwa perjalanan didominasi untuk maksud bekerja (30,1 %) dengan jarak tempuh lebih dari 20 km. Bangkitan perjalan terdiri atas angkutan pribadi 178 orang, angkutan umum 270 orang, dan angkutan barang 99 kendaraan. Sedangkan tarikan perjalanan terdiri atas angkutan pribadi 156 orang, angkutan umum 298 orang, dan angkutan barang 116 kendaraan. Hanya 12 kecamatan yang mempunyai rute perjalanan darat ke Palembang sedangkan 7 kecamatan yang lain belum mempunyai rute darat ke Palembang. Kata-kata kunci: daerah penyangga, asal dan tujuan pergerakan, interaksi, konektivitas, rute PENDAHULUAN Daerah penyangga kota adalah daerah yang letaknya berbatasan langsung dengan lingkar luar perkotaan. Salah satu daerah penyangga kota Palembang adalah Kabupaten Banyuasin. Sebagian penduduk Banyuasin bekerja di Palembang dan sebagian penduduk Palembang bekerja di Banyuasin. Hal ini menyebabkan terjadi perjalanan antara kedua Jurnal Transportasi Vol. 15 No. 3 Desember 2015: 179-188 179

daerah ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik transportasi di Kabupaten Banyuasin sebagai daerah penyangga kota Palembang. Tujuan studi ini adalah menentukan karakteristik transportasi penduduk, antara ibukota kecamatan di Kabupaten Banyuasin dengan Kota Palembang serta bangkitan dan tarikan pergerakan yang terjadi. Selanjutnya dikaji rute atau sistem jaringan jalan transportasi antara ibukota kecamatan di Kabupaten Banyuasin dengan Kota Palembang. Pada dasarnya pergerakan terjadi karena manusia senantiasa bergerak untuk memenuhi kebutuhannya. Pergerakan ini mempunyai dua variabel utama, yaitu asal dan tujuan. Menurut Tamin (2008), pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dinyatakan dalam bentuk arus pergerakan, yaitu kendaraan, penumpang dan barang, yang bergerak dari zona asal ke zona tujuan pada suatu daerah tertentu dan selama periode waktu tertentu. Matriks pergerakan atau matriks asal-tujuan sering digunakan oleh perencana transportasi untuk menggambarkan pola-pola pergerakan tersebut. Selain menggunakan bentuk matriks, pola pergerakan dapat juga dinyatakan dengan bentuk grafis, yang biasa disebut sebagai garis keinginan (desire line). Nama ini diberikan karena, selain mempunyai dimensi jumlah pergerakan, pola pergerakan mempunyai dimensi spasial atau dimensi ruang yang lebih mudah digambarkan secara grafis. Bangkitan dan tarikan pergerakan dapat berbasis rumah atau berbasis bukan rumah. Tempat asal dan/atau tujuan bangkitan atau tarikan pergerakan berbasis rumah adalah rumah. Sedangkan tempat asal dan/atau tujuan bangkitan atau tarikan pergerakan berbasis bukan rumah adalah tempat-tempat yang bukan rumah (Tamin, 2008). Uraian tentang hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan (Tamin, 2008) Model Gravitasi Newton digunakan untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua zona atau lebih. Kekuatan interaksi dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk dan jarak antara kedua zona, dengan formula: 180 Jurnal Transportasi Vol. 15 No. 3 Desember 2015: 179-188

(1) dengan: I AB = nilai interaksi antara zona A dan zona B P A dan P B = adalah jumlah penduduk di zona A dan B d AB = jarak antara zona A dan B k = konstanta empiris Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarzona, ditinjau dari struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, terdapat teori grafik yang membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai prasarana penghubung kota-kota tersebut. Kekuatan interaksi kota-kota ini dinyatakan dengan indeks konektivitasnya. Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota atau zona yang dikaji. Nilai indeks konektivitas ( ) dihitung dengan meggunakan formula berikut: (2) dengan: β = indeks konektivitas e = jumlah ruas jalan (link) v = jumlah kota atau titik simpul (node) Menurut Tamin (2008) arus lalulintas pada suatu ruas jalan dalam suatu jaringan dapat diperkirakan dari hasil proses analisis Matriks Asal Tujuan (MAT) dan deskripsi sistem jaringan sebagai pemodelan pemilihan rute. Pergerakan antara 2 zona dalam proses pemilihan rute, untuk moda tertentu, dibebankan ke rute tertentu yang terdiri atas ruas jaringan jalan tertentu. Garis keinginan pada penelitian ini digambarkan dengan menggunakan program Visum. Program ini merupakan program untuk permodelan transportasi, yang diciptakan dan dikembangkan oleh sebuah perusahaan yang berasal dari Jerman. Bagan alir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2. Lokasi pengambilan data primer dilakukan di Pangkalan Balai, yaitu ibukota Kecamatan Banyuasin III. Metode yang digunakan adalah wawancara angkutan penumpang dan angkutan barang, pada sisi jalan dan menghitung volume lalulintas pada ruas jalan antara Palembang dan Pangkalan Balai. Karakteristik Transportasi Kabupaten Banyuasin (Bambang Hidayat Fuady, Erika Buchari, dan Joni Arliansyah) 181

Survei wawancara dilakukan di sisi jalan untuk mengetahui pola pergerakan kendaraan penumpang umum, barang, dan kendaraan pribadi. Wawancara dilakukan di ruas antara Palembang dan Pangkalan Balai, di kedua sisi jalan. Wawancara untuk angkutan penumpang dilakukan kepada pengemudi dan beberapa orang penumpang sesuai jumlah penumpang yang ada dalam kendaraan yang disurvei, sedangkan wawancara untuk angkutan barang dilakukan hanya kepada pengemudi. Survei dilakukan sebanyak 2 shift, yaitu shift 1 pada jam 06.00-14.00 dan shift 2 pada jam 14.00-22.00. Survei dilaksanakan selama 4 hari, dari tanggal 13 Oktober 2011 sampai dengan tanggal 16 Oktober 2011. Setiap shift membutuhkan 8 orang surveyor. Penghitungan volume lalulintas dilakukan untuk dua arah, yaitu arah Palembang ke Pangkalan Balai dan sebaliknya. Diperlukan 2 orang surveyor untuk setiap shift. Survei dilaksanakan pada tanggal 13-16 Oktober 2011, dengan pemutahiran data dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015. Masalah di Lapangan Studi Pustaka Topik Penelitian Karakteristik transportasi Kabupaten Banyuasin daerah penyangga Kota Palembang Perumusan Masalah - Bagaimana mengetahui karakteristik transportasi penduduk Kabupaten Banyuasin ke Kota Palembang - Bagaimana mengetahui bangkitan dan tarikan di Kabupaten Banyuasin ke Kota Palembang - Bagaimana mengetahui rute (sistem jaringan pelayanan) transportasi Kabupaten Banyuasin terhadap Kota Palembang Data Primer - Data Lalulintas (TC) - Wawancara data perjalanan penduduk Pengumpulan Data Data Sekunder - Lokasi/denah penelitian - Jumlah penduduk di wilayah lokasi penelitian - Jaringan zona Kecamatan di Kabupaten Banyuasin ke Kota Palembang - Regulasi kota Pangkalan Balai Pengolahan Data - Mendiskripsikan data volume lalulintas dan hasil wawancara dengan matriks A-T (Vissum) - Menghitung konektivitas perjalanan - Menghitung besarnya interaksi perjalanan Analisis & Pembahasan - Analisis karakteristik transportasi Kabupaten Banyuasin ke Kota Palembang - Analisis bangkitan dan tarikan antara Kabupaten Banyuasin ke Kota Palembang - Analisis rute (sistem jaringan pelayanan) antara Kabupaten Banyuasin ke Kota Palembang Kesimpulan Gambar 2 Bagan Alir Penelitian Sebelum diolah data terlebih dulu dimasukkan ke dalam database dengan diberi kode. Kode untuk zona dapat dilihat pada Tabel 1. 182 Jurnal Transportasi Vol. 15 No. 3 Desember 2015: 179-188

Tabel 1 Kode Wilayah Kode Wilayah Kode Wilayah Kode Wilayah Kode Wilayah 1 Kec. Air Kumbang 6 Kec. Betung 11 Kec. Pulau Rimau 16 Kec. Sumber Marga Telang 2 Kec. Air Salek 7 Kec. Makarti Jaya 12 Kec. Rambutan 17 Kec. Talang Kelapa 3 Kec. Banyuasin I 8 Kec. Muara Padang 13 Kec. Rantau Bayur 18 Kec. Tanjung Lago 4 Kec. Banyuasin II 9 Kec. Muara Sugihan 14 Kec. Sembawa 19 Kec. Tungkal Ilir 5 Kec. Banyuasin III 10 Kec. Muara Telang 15 Kec. Suak Tapeh 20 Palembang Tabel 2 Kode Maksud Perjalanan Kode Maksud Perjalanan Kode Maksud Perjalanan 1 Bisnis 5 Wisata 2 Dinas 6 Sekolah 3 Bekerja 7 Belanja 4 Urusan pribadi (silaturahmi, berobat, membesuk keluarga) 8 Lain-lain PEMBAHASAN Data dari survei volume lalulintas diklasifikasikan berdasarkan jenis dan jumlah kendaraan yang ada dan dihitung proporsi masing-masing kendaraan, baik untuk setiap jenis angkutan, yaitu kendaraan penumpang dan kendaraan barang, maupun secara keseluruhan untuk setiap jenis kendaraan. Sedangkan data hasil wawancara diseleksi dan dibuat matriks asal dan tujuan pergerakan untuk angkutan penumpang pribadi, angkutan penumpang umum, angkutan barang, serta dibuat matriks asal dan maksud perjalanan. Data sekunder berupa data jumlah penduduk dan panjang rute. Data ini digunakan untuk menghitung besarnya interaksi ibukota kecamatan di Kabupaten Banyuasin terhadap Kota Palembang. Data jumlah ruas (link) dan simpul (node) dipakai untuk menghitung nilai konektivitas. Karakteristik Transportasi Karakteristik transportasi dapat diketahui dengan melihat hasil survei Asal dan Tujuan Pergerakan serta hasil survei volume lalulintas. Desire line pergerakan dari Pangkalan Balai ke Palembang dan sebaliknya yang didapat dari matriks asal dan tujuan pergerakan untuk angkutan penumpang pribadi, untuk angkutan penumpang umum, dan untuk angkutan barang disajikan berturut-turut pada Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 5. Dari Matriks Asal dan Tujuan Pergerakan untuk angkutan pribadi, angkutan umum, dan angkutan barang diperoleh bangkitan perjalanan dari Palembang ke Kabupaten Banyuasin dan sebaliknya. Bangkitan perjalanan dari Palembang ke Kabupaten Banyuasin adalah angkutan pribadi sebanyak 178 orang, angkutan umum sebanyak 270 orang, dan angkutan barang sebanyak 99 kendaraan. Sedangkan tarikan perjalanan dari Kabupaten Banyuasin ke Palembang adalah angkutan pribadi sebanyak 156 orang, angkutan umum sebanyak 298 orang, dan angkutan barang 116 kendaraan. Karakteristik Transportasi Kabupaten Banyuasin (Bambang Hidayat Fuady, Erika Buchari, dan Joni Arliansyah) 183

Gambar 3 Desire Line Angkutan Penumpang Pribadi Gambar 4 Desire Line Angkutan Penumpang Umum Gambar 5 Desire Line Angkutan Barang 184 Jurnal Transportasi Vol. 15 No. 3 Desember 2015: 179-188

Perjalanan hanya terjadi pada empat kecamatan, yaitu Kecamatan Banyuasin III, Kecamatan Betung, Kecamatan Pulau Rimau, dan Kecamatan Suak Tapeh. Semuanya melalui ruas jalan yang menghubungkan Pangkaan Balai dengan kota Palembang. Perjalanan terbanyak adalah perjalanan dari Pangkalan Balai, sebagai ibukota Kecamatan Banyuasin III, ke Palembang, yaitu sebanyak 715 perjalanan atau 79,18 % terhadap total jumlah perjalanan, yaitu sebanyak 903 perjalanan. Perjalanan penduduk juga didominasi oleh penduduk yang berasal dari Pangkalan Balai, yaitu sebanyak 243 perjalanan atau 26,91 % dari total 903 perjalanan. Maksud perjalanan yang lain berturut-turut adalah bisnis sebanyak 9,75 %, dinas sebanyak 2,22 %, bekerja sebanyak 30,01 %, urusan pribadi sebanyak 29,13 %, wisata sebanyak 3,77 %, sekolah sebanyak 4,87 %, belanja sebanyak 14,51 %, dan lain-lain sebanyak 5,76 %. Penghitungan volume lalulintas dimaksudkan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang lewat di ruas jalan yang menghubungkan Pangkalan Balai dan Palembang. Hasil penghitungan volume lalulintas disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Sepeda Motor 2011 27,50 % (5768) 2015 29,10 % (6786) Tabel 3 Volume Lalulintas Palembang-Pangkalan Balai Mobil Angkutan Pribadi Umum Bus Pick Up 30,10 % 1,50 % 1,40 % 6,200 % (6317) (317) (286) (1300) 30,10 % 1,50 % 1,40 % 7,70 % (7019) (352) (315) (1800) Truk (Umum) 25,40 % (5319) 27,00 % (6292) Truk (Cair) 3,00 % (591) 3,20 % (739) Sepeda Motor 2011 27,7 % (4523) 2015 31,20 % (5654) Tabel 4 Volume Lalulintas Pangkalan Balai-Palembang Mobil Angkutan Pribadi Umum Bus Pick Up 26,8 % 1,2 % 3,70 % 7,20 % (4372) (193) (605) (1170) 25,90 % 1,10 % 3,60 % 7,60 % (4701) (208) (655) (1377) Truk (Umum) 28,40 % (4630) 25,90 % (4696) Truk (Cair) 5,10 % ( 834) 4,60 % (839) Nilai interaksi antara dua wilayah dihitung dengan menggunakan model gravitasi. Dengan menggunakan nilai k sebesar 1 dan jumlah penduduk Kota Palembang sebanyak 1.535.900 orang dan dengan menggunakan data sekunder dapat dihitung nilai interaksi daerah-daerah yang diamati terhadap Kota Palembang. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 5. Terlihat bahwa Kecamatan Banyuasin I dan Kecamatan Talang Kelapa mempunyai interaksi yang paling kuat. Indeks Konektivitas setiap ibukota kecamatan di Kabupaten Banyuasin terhadap Kota Palembang dihitung dengan menggunakan data peta jaringan jalan dan titik simpul. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 6. Terlihat bahwa semua zone memiliki nilai indeks konektivitas lebih kecil dari 1 karena tidak terdapat rute alternatif untuk menuju ke Palembang. Karakteristik Transportasi Kabupaten Banyuasin (Bambang Hidayat Fuady, Erika Buchari, dan Joni Arliansyah) 185

Tabel 5 Nilai Interaksi Ibukota Kecamatan di Kabupaten Banyuasin terhadap Kota Palembang Wilayah / Zona Jumlah Jarak ke Nilai Jumlah Jarak ke Nilai Penduduk 5 Palembang 7 Interaksi Wilayah / Zona Penduduk 5 Palembang 7 Interaksi (Jiwa) (km) ( Bt ) (Jiwa) (km) ( Bt ) Air Kumbang 19.368 49,8 11.994.690 Pulau Rimau 51.453 87,2 10.392.994 Air Salek 32.320 48,8 20.844.652 Rambutan 51.532 27,4 105.423.836 Banyuasin I 81.063 13,8 653.773.691 Rantau Bayur 54.859 115,0 6.371.111 Banyuasin II 53.168 71,5 15.973.540 Sembawa 33.164 35,2 41.109.720 Banyuasin III 68.732 45,0 52.131.101 Suak Tapeh 19.570 78,4 4.890.144 Betung 57.869 70,6 17.831.978 Sumber Marga Telang 25.883 55,1 13.094.061 Makarti Jaya 36.683 53,6 19.610.931 Talang Kelapa 140.439 21 489.116.236 Muara Padang 35.783 52,4 20.015.992 Tanjung Lago 40.109 38,89 40.731.358 Muara Sugihan 42.734 78,31 10.702.914 Tungkal Ilir 30.514 113 3.670.331 Muara Telang 31.493 40,79 29.071.642 Tabel 6 Indeks Konektivitas Ibukota Kecamatan di Kabupaten Banyuasin terhadap Kota Palembang Wilayah / Zona Jumlah Jaringan Jumlah Simpul Indeks Konektivitas Wilayah / Zona Jumlah Jaringan Jumlah Simpul (e) (v) (β) (e) (v) (β) Indeks Konektivitas Air Kumbang 2 3 0,667 Pulau Rimau 2 3 0,667 Air Salek 0 2 0,000 Rambutan 1 2 0,500 Banyuasin I 1 2 0,500 Rantau Bayur 2 3 0,667 Banyuasin II 0 2 0,000 Sembawa 1 2 0,500 Banyuasin III 1 2 0,500 Suak Tapeh 2 3 0,667 Betung 2 3 0,667 Sumber Marga Telang 1 2 0,500 Makarti Jaya 0 2 0,000 Talang Kelapa 1 2 0,500 Muara Padang 0 2 0,000 Tanjung Lago 0 2 0,000 Muara Sugihan 0 2 0,000 Tungkal Ilir 3 4 0,750 Muara Telang 0 2 0,000 Rute transportasi penduduk antaribukota kecamatan maupun ibukota kecamatan dengan Kota Palembang dianalisis dari data rute melalui perjalanan darat menggunakan fasilitas google maps. Untuk yang belum ada rute darat digunakan fasilitas google earth. Dari 19 ibukota kecamatan yang ada, yang mempunyai rute perjalanan darat hanya 12 kecamatan sedangkan 7 kecamatan belum memiliki rute darat. Jarak rata-rata perjalanan penduduk lebih dari 20 km dan hanya ada 1 kecamatan dengan jarak perjalanan penduduknya kurang dari 20 km. Rencana Pembangunan Fasilitas Untuk merencanakan fasilitas yang diperlukan, perlu dilihat sensitivitas nilai k dengan cara mengasumsikan jumlah penduduk menjadi minimum atau dikurangi (P min ) dan jumlah penduduk tetap atau bertambah (P maks ). Jika jumlah penduduk minimum, didapat nilai k yang semakin besar, sehingga didapat nilai interaksi baru yang besar, yang berarti rentan terhadap terjadinya urbanisasi penduduk dari ibukota kecamatan ke Palembang. Sebaliknya bila penduduk maksimum, didapat nilai k yang mengecil, dan didapat interaksi baru yang kecil, sehingga tidak terjadi urbanisasi penduduk karena penduduk sudah mandiri di zonanya. 186 Jurnal Transportasi Vol. 15 No. 3 Desember 2015: 179-188

Kecamatan Tabel 7 Nilai Konstanta Empiris (k) Berdasarkan Jumlah Penduduk Maksimal dan Minimal Jarak Dari Palembang (km) k dari P Bmax k dari P Bmin Kecamatan Jarak Dari Palembang (km) k dari P Bmax k dari P Bmin Air Kumbang 49,80 0,137 1,000 Pulau Rimau 87,20 0,366 2,657 Air Salek 48,80 0,230 1,669 Rambutan 27,40 0,367 2,661 Banyuasin I 13,80 0,577 4,185 Rantau Bayur 115,00 0,391 2,832 Banyuasin II 71,50 0,379 2,745 Sembawa 35,20 0,236 1,712 Banyuasin III 45,00 0,489 3,549 Suak Tapeh 78,40 0,139 1,010 Betung 70,60 0,412 2,988 Sumber Marga Telang 55,10 0,184 1,336 Makarti Jaya 53,60 0,261 1,894 Talang Kelapa 21,00 1,000 7,251 Muara Padang 52,40 0,255 1,848 Tanjung Lago 38,89 0.286 2,071 Muara Sugihan 78,31 0,304 2,206 Tungkal Ilir 113,00 0.217 1,575 Muara Telang 40,79 0,224 1,626 Dengan menggunakan nilai k yang diperoleh pada Tabel 7, dihitung ulang perbaikan nilai interaksi. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Perbaikan Nilai Interaksi Berdasarkan Jumlah Penduduk Maksimal dan Minimal Kecamatan Berdasarkan P Bmax Berdasarkan P Bmin k I k I Air Kumbang 0,137 1.654.193 1,000 11.994.690 Air Salek 0,230 4.797.094 1,669 34.784.136 Banyuasin I 0,577 377.365.666 4,185 2.736.310.239 Banyuasin II 0,379 6.047.332 2,745 43.849.710 Banyuasin III 0,489 25.513.389 3,549 184.999.732 Betung 0,412 7.347.807 2,988 53.279.571 Makarti Jaya 0,261 5.122.422 1,894 37.143.111 Muara Padang 0,255 5.009.953 1,848 36.980.186 Muara Sugihan 0,304 3.256.776 2,206 23.615.155 Muara Telang 0,224 6.519.223 1,626 47.271.439 Pulau Rimau 0,366 3.807.708 2,657 27.610.012 Rambutan 0,367 38.683.707 2,661 280.498.817 Rantau Bayur 0,391 2.488.716 2,832 18.045.888 Sembawa 35,200 9.707.864 0,236 70.392.542 Suak Tapeh 78,400 681.435 0,139 4.941.146 Sumber Marga Telang 55,100 2.413.244 0,184 17.489.636 Talang Kelapa 21,000 489.116.236 1,000 3.546.623.042 Tanjung Lago 38,890 11.632.766 0,286 84.350.167 Tungkal Ilir 113,000 797.474 0,217 5.782.552 Nilai interaksi baru mencerminkan 2 hal, yaitu pertama rentan terhadap urbanisasi atau penduduk tertarik ke kota Palembang dan kedua penduduk sudah mandiri atau tetap berada di zonanya. Karena itu direncanakan fasilitas-fasilitas: (1) membuka rute jalan darat antarzona yang belum ada rute darat ke zona terdekat yang sudah ada rute darat ke Palembang, (2) membuka trayek angkutan umum untuk zona yang sudah mempunyai rute darat dan interaksinya tinggi, serta (3) merencanakan fasilitas-fasilitas yang membuat kebutuhan penduduk terpenuhi tanpa harus ke Kota Palembang, seperti rumah sakit, pusat pendidikan atau sekolah, pasar, dan sarana perdagangan. Karakteristik Transportasi Kabupaten Banyuasin (Bambang Hidayat Fuady, Erika Buchari, dan Joni Arliansyah) 187

KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan perjalanan dari ibukota kecamatan di Kabupaten Banyuasin terdistribusi untuk maksud bisnis sebanyak 9,75 %, dinas sebanyak 2,22 %, bekerja sebanyak 30,01 %, urusan pribadi sebanyak 29,13 %, wisata sebanyak 3,77 %, sekolah sebanyak 4,87 %, belanja sebanyak 14,51 %, dan lain-lain sebanyak 5,76 %. Hanya ada 1 zona dengan jarak tempuh perjalanan kurang dari 20 km, yaitu zona 3, sedangkan zona-zona yang lain mempunyai jarak tempuh lebih dari 20 km. 2. Bangkitan perjalanan penduduk dari Kota Palembang ke Kabupaten Banyuasin adalah angkutan pribadi 178 orang, angkutan umum 270 orang, dan angkutan barang 99 kendaraan. Sedangkan tarikan perjalanan dari kabupaten Banyuasin ke Kota Palembang adalah angkutan pribadi 156 orang, angkutan umum 298 orang, dan angkutan barang 116 kendaraan. 3. Dari 19 ibukota kecamatan di Kabupaten Banyuasin baru 12 kecamatan yang mempunyai rute transportasi darat ke kota Palembang, dengan semua zona mempunyai nilai indeks konektivitas lebih kecil dari 1. Interaksi perjalanan penduduk terbesar terdapat pada zona 3, yaitu 653.773.691 dengan rute terpendek sepanjang 13,8 km, dan yang terkecil terdapat zona 19, yaitu 3.670.331 dengan rute terjauh sepanjang 113 km. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin. 2014. Banyuasin dalam Angka 2014. Pemerintah Kabupaten Banyuasin. Pangkalan Balai. Badan Pusat Statistik Kota Palembang. 2014. Palembang dalam Angka 2014. Palembang. Morlok, E. K. 1984. Pengantar Teknik Transportasi (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga. Tamin, O. Z. 2008. Perencanaan, Permodelan, dan Rekayasa Transportasi. Bandung: Penerbit ITB. 188 Jurnal Transportasi Vol. 15 No. 3 Desember 2015: 179-188