BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

Koping individu tidak efektif

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN KONSEP

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG


BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. masalah pada kehidupan tidak terkecuali problem sosial. kurangnya adaptasi

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang dapat menyesuaikan diri dalam perubahan-perubahan yang berkembang selama ini dapat menyebabkan stress individu. Jika individu tersebut punya pertahanan diri yang baik dan mampu beradaptasi terhadap stress, maka ia tidak mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang ditemukan masyarakat adalah perilaku menarik diri, individu mencoba akan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi sosial).(depkes RI, 1983). Klien menarik diri merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain sebenarnya klien ingin berinteraksi tetapi mereka merasa kesulitan untuk melakukan komunikasi. Menarik diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui oleh perawat dan tenaga kesehatan lain guna menciptakan hubungan theraupetik sehingga mampu membcrikan pelayanan secara utuh meliputi aspek bio, psiko, sosio, kultural spiritual. Perilaku menarik diri bisa mengakibatkan gangguan dalam bidang interpersonal. Terabaikannya masalah perawatan diri karena kurang minat memenuhi kebutuhan diri sendiri dan akan timbul ketergantungan terhadap 1

orang lain. Dalam hal ini peranan keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu proses penyembuhan. Apabila pemberian asuhan keperawatan dan peran serta keluarga tidak optimal, klien menarik diri akan bertingkah laku yang menandakan adanya usaha pertahanan pada situasi yang berat, pembatasan hubungan dengan dunia luar dan reaksi yang terbatas terhadap rangsangan dari luar. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien gangguan hubungan dengan orang banyak mengalami hambatan baik dalam keluarga maupun dengan masyarakat. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga dalam perawakan klien padahal peran keluarga dalam hal ini sangat besar karena keluarga merupakan system pendukung utama memberi perawatan langsung pada setiap sehat-sakit klien, untuk itu perawat harus melibatkan peran serta keluarga dan mengembangkan teknik terapeutik dalam menumbuhkan harga diri dan kepercayaan klien, kemampuan untuk percaya kepada orang lain, kemampuan untuk mengembangkan hubungan baik dengan orang lain dan ketrampilan sosial. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama untuk membantu klien mengungkapkan dan mengenal perasaanya, mengidentifikasi kebutuhan dan masalahnya, mencari alternatif pemecahan masalah, melaksanakan alternatif yang dipilih serta mengevaluasi hasilnya. Proses ini harus dilalui oleh klien dan keluarga agar dimasa akan datang (di rumah) keluarga dapat membantu klien dengan cara yang sama dan pada 2

akhirnya diharapkan klien dapat berperan kembali sesuai dengan fungsi dan perannya sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. B. Tujuan Penulisan 1. Untuk membantu klien menarik diri agar klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan tidak kesulitan untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan. 2. Untuk meningkatkan harga diri dan kepercayaan klie menarik diri kepada orang lain. 3. Untuk membantu klien agar dapat berperan kembali sesuai dengan fungsi dan perannya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lainnya. C. Metode dan Teknik Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan metode kasus yaitu dengan melihat kondisi saat ini dan memecahkan masalah yang timbul dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara observasi, studi documenter, studi literature. 3

D. Sistematika Penulisan Penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri atas lima bab. Adapun sistematika penulisannya adalah : Bab satu, pendahuluan yaag berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode dan teknik penulisan, sistematika penulisan. Bab dua, konsep dan teori yang berisi pengertian, rentang respon social, Faktor predisposisi, prilaku, pohon masalah, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan. Bab tiga, tinjauan kasus yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Bab empat, pembahasan teori dan kasus beserta analisis dan seterusnya. Bab lima, terdiri dan kesimpulan dan saran. 4

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi dengan lingkungan social atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan dengan dan tidak bisa berbagi pikiran dan perasaannya (Rawlins, Heacock, 1988). Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan berinteraksi secara spontan deagaa orang lain. Individu yang demikian berusaha untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kamarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai respon. Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif sampai maladatif yang dapat digambarkan sebagai berikut (Stuart, Sundeen, Alih bahasa:hamid,1998) Rentang Respon Sosial(Stuart,Laraia.2001) Respon adaptif Respon Maladaptif Solitut Kesepian Manipulasi Otonomi Menarik diri Impulsif Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme Saling Kergantungan 5

Keterangan dari rentang social : 1. Solitut Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenung apa yang telah dilakukan di lingkuagan sosialnya dan suatu cara untuk mengevaluasi diri untuk menentukan langkahnya. 2. Otonomi Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan social. 3. Kebersamaan Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal. 4. Saling ketergantungan Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal, dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima. 5. Kesepian Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak adanya perhatian dengan orang lain atau lingkungannya. 6. Menarik diri Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang lain atau lingkungan. 7. Ketergantungan Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain 6

8. Manipulasi Individu berinteraksi pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain. 9. Impulsif Keadaan dimana indiviu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai Penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan. 10. Narkisisme Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian individu akan marah, jika orang lain tidak mendukung. B. Pengkajian 1. Faktor Predisposisi (Stuart, Sundeen, Alih bahasa : Hamid, 1998) Ada berbagai faktor yang menjadi pencetus terjadinya perilaku menarik diri. Faktor pencetus yang dapat mempengaruhi termasuk : a. Faktor perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan mencetus seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang tergantung juga dapat mempengaruhi terjadi menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubuagan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya mengurangi mengalahkan keluarga oleh tenaga professional 7

b. Faktor biologik Faktor genetik dan adanya perubahan struktural respon social mal adaptif. c. Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor pencetus dalam gangguan. Ini merupakan akibat dari normal yang tidak mendukung pedekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota yang tidak produktif lansia, orang cacat dan penyakit kronis. 2. Faktor Presipitasi(Stuart Sundeen,Alih Bahasa : Hamid, 1998) Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang berperilaku menarik diri. Faktor-faktor penyebab tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain : a. Stressor Sosiokultural Stres dapat ditimbulkan oleh : 1) Menurunnya stabilitas unit keluarga. 2) Berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit. b. Stressor psikologik Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan dan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi. 8

3. Perilaku (Depkes RI, 1983) Gangguan kepribadiannya tampak pada tingkah laku motorik, cara berpikir dan reaksi emosionalnya. Tingkah lakunya sama sekali tidak sesuaio dengan lingkungannya dan pasien sering duduk menyendiri dan melamun. Pasien sering mengekspresikan diri secara simbolik dengan sikap tertentu. Tingkah lakunya mungkin melawan segala pengaruh dari lingkungan. Kadang-kadang didapatkan fase overaktif yang mungkin bersifat impulsive yang tujuannya tidak jelas bagi pengamat. Tingkah laku pasien secara keseluruhan manggambarkan penolakan terhadap realitas dan hilangnya hubungan tingkah laku dengan kenyataan. 9

Pohon masalali (Kelliat, 1999) Ketegangan peran pemberi perawatan Kekerasan, resiko tinggi 10

pendengaran Interaksi sosial, kerusakan menarik diri Koping, keluarga inefektif : ketidakmampuan keluarga merawat klien Harga diri rendah kronis Masalah keperawatan: 1. Interaksi social, kerusakan 2. Pembahan sensori, kerusakan 3. Kekerasan, resiko tinggi 4. Harga diri rendah kronis 5. Intoleransi aktifitas 6. Siadrom defisit perawatan diri 7. Koping keluarga inefektif: ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah 8. Ketegangan peran memberi perawatan 4. Diagnosa Keperawatan (Kelliat, 1999) a. Resiko tinggi melakukan kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi pendegaran b. Perubahan season perceptual : halusinasi pendegaran yang berhubungan dengan menarik diri c. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri yang berhubungan dengan harga diri rendah kronis d. Sindrom defisit perawatan diri yang berhubungan dengan mtoleransi aktivitas 11

e. Ketegangan peran pemberi perawatan yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat pasien di rumah 5. Intervensi keperawatan a. Risiko tinggi melakukan kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi pendengaran (Kelliat, 1999) Tujuan umum: klien tidak melakukan kekerasan Tujuan khusus 1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya Tindakan keperawatan 5.1.Bina hubungan saling percaya 5.2.Ciptakan lingkungan yang hangat dan bersahabat 5.3.Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya 5.4.Ajak klien membicarakan hal - hal nyata yang ada di lingkungannya 2. Klien dapat mengenal halusinasinya Tindakan keperawatan : 5.1.Adakan kotak sering dan singkat 5.2.Observasi perilaku (verbal dan non verbal) yang berhubungan dengan halusinasi 5.3.Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat 12

5.4.Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, halusmasi dan frekuensi timbulnya halusinasi 5.5.Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul 5.6.Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat muncul 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya Tindakan keperawatan : 5.1.Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila suara-suara tersebut ada 5.2.Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif 5.3.Bersama klien merencanakan kegiatan dan mengendalikan terjadi halusinasi 5.4.Diskusikan cara mencegah halusinasi dan mengendalikan halusinasi Contoh : bicara dengan orang lain, melakukan tindakan mengatakan pada suara saya tidak mau dengar 5.5.Dorongan klien untuk memilih cara yang akan dilakukan dalam menghadapi halusinasi 5.6.Beri penguatan dan pujian teradap klien yang benar 5.7.Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang dipilih dalam menghadapi halusinasi 5.8.Diskusikan dengan klien hasil upaya yang telah dilakukan 5.9.Beri penguatan atas upaya yang berhasil dan beri jalan keluar 13

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya Tindakan keperawatan: 5.1.Bina hubungan saling percaya dengan keluarga 5.2.Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang dilakukan dalam merawat klien 5.3.Beri penguatan daa pujian terhadap tindakan yang positif 5.4.Distaisikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan cara merawat klien di rumah 5.5.Anjurkan keluarga mendemostrasikan cara merawat klien di rumah 5.6.Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang tepat 5. Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya Tindakan keperawatan: 5.1.Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat untuk mengendalikan halusinasinya 5.2.Bantu klien untuk pastikan bahwa klien minum obat sesuai dengan program dokter 5.3.Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping penggunaan obat 2. Pembahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri (Keliiat, 1999) Tujuan Umum : klien dapat mengendalikan halusinasinya 14

Tujuan Kilusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 4.1.Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan teraupetik 1.1.1 Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal 1.1.2 Perkenalkan diri dengan sopan 1.1.3 Jelaskan tujuan pertemuan/berhubung 1.1.4 Jujur dan menepati janji 1.1.5 Selalu kontak mata selama interaksi 1.1.6 Tunjukkan sikap emlpati dan penuh perhatian pada klien 1.1.7 Terima klien apa adanya 1.1.8 Perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri 4.1.Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandannya 4.2.Beri kesempatan pada klien untiik mengungkapkan perasaaaaya penyebab klien tidak mau bargaul/menarik diri 4.3.Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, taida-tanda serta penyebab yang mungkin 15

4.4.Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya 3. Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap 4.1.Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian perilaku menarik diri 4.2.Dorong dan bantu untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap sebagai berikut Kiien Klien - perawat - perawat lain Klien - perawat - perawat lain klien lain Klien kelompok lain 4.3.Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien 4.4.Bantu klien meagevaluasi manfaat dari berhubungm 4.5.Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien dalam waktunya 4. Klien mendapatkan diikungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain: 4.1.Bina hubungan saling percaya dengan keluarga 4.1.1 Perkenalkan diri 4.1.2 Sampaikan tujuan membuat kontak 4.2.Diskusikan dengan anggota keluarga tentang 4.2.1. Perilaku menarik diri 16

4.2.2. Penyebab perilaku menarik diri 4.2.3. Cara keluarga menghadapi klien yang sedang menarik diri 4.3.Dorong keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain 17