JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

PENGGUNAAN FLUENT UNTUK SIMULASI DISTRIBUSI SUHU DAN KECEPATAN PADA ALAT PENUKAR KALOR

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER TIPE FIXED HEAD DENGAN MENGGUNAKAN DESAIN 3D TEMPLATE SKRIPSI

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-575

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

KAJIAN EKSPERIMEN DAN NUMERIK PADA SPOT COLLING MENGGUNAKAN VORTEX TUBE (PENGARUH TEKANAN TERHADAP TEMPERATUR OUTLET)

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

Numerical Study of Shell-And-Tube Heat Exchanger Characteristicsin Laminar Flow with Single Segmental Baffle

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-409

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

Studi Numerik Pengaruh Posisi Sudut Obstacle Berbentuk Rectangular terhadap Perpindahan Panas pada Tube Banks Staggered

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

SIMULASI NUMERIK PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR DENGAN RECTANGULAR- CUT TWISTED TAPE INSERT


BAB II LANDASAN TEORI

Studi Numerik Pengaruh Panjang Rectangular Obstacle terhadap Perpindahan Panas pada Staggered Tube Banks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-26

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube

ANALISIS DAN SIMULASI KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN SEJAJAR DENGAN VARIASI KAPASITAS ALIRAN.

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Analisa Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Laju Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Panas Tipe Shell dan Tube

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

Seminar NasionalInovasi Dan AplikasiTeknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

PERENCANAAN ULANG WATER CHILLER PADA PABRIK KARUNG ROSELLA BARU PTPN XI SURABAYA

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Simulasi Performansi Heat Exchanger Type Shell And Tube Dengan Double Segmental Baffle Terhadap Helical Baffle

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk proses-proses pendinginan dan pemanasan. Salah satu penggunaan di sektor

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-174

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-673

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

Studi Eksperimen Aliran Melalui Square Duct dan Square Elbow 90º dengan Double Guide Vane pada Variasi Sudut Bukaan Damper

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung pada bulan Mei 2014 sampai September 2014.

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan Panas Rezky Fadil Arnaw dan Bambang Arip Dwiyantoro Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: bambangads@me.its.ac.id Abstrak Heat exchanger atau alat penukar kalor merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk memindahkan sejumlah energi dalam bentuk panas dari satu fluida ke fluida yang lain. Perpindahan panas tersebut terjadi dari suatu fluida yang suhunya lebih tinggi ke fluida lain yang suhunya lebih rendah. Pada tugas akhir ini akan dilakukan penelitian tentang pengaruh baffle inclination terhadap aliran fluida dan perpindahan panas pada alat penukar kalor tipe shell and tube. Dalam penelitian ini akan dilakukan tiga variasi sudut baffle inclination yaitu 0º, 10 dan 20 dengan besar laju aliran massa yang divariasikan yaitu sebesar 0.5 kg/s, 1 kg/s dan 2 kg/s. Tipe baffle yang digunakan adalah single segmental baffle dengan baffle cut sebesar 36% dan menggunakan arah aliran jenis parallel. Hasil analisa simulasi menunjukkan bahwa laju aliran massa yang meningkat akan menyebabkan kenaikan pressure drop yang cukup drastis dan penurunan temperatur outlet. Alat penukar kalor dengan baffle inclination 0 memiliki nilai perpindahan panas terbaik jika dibandingkan dengan baffle inclination 10 dan 20. Kata kunci - baffle inclination, baffle cut, fluent, pressure drop. H I. PENDAHULUAN eat exchanger atau alat penukar kalor merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk memindahkan sejumlah energi dalam bentuk panas dari satu fluida ke fluida yang lain. Perpindahan panas tersebut terjadi dari suatu fluida yang suhunya lebih tinggi ke fluida lain yang suhunya lebih rendah. Alat ini biasa digunakan pada berbagai bidang industri sebagai pendingin atau merubah fasa suatu fluida. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sering menggunakan alat penukar kalor terutama diaplikasikan untuk pembangkit uap, kondensor dan menara pendingin. Ada dua jenis dari alat penukar kalor yaitu alat penukar kalor kontak langsung dan tidak langsung. Tipe pipa dan kelongsong (shell and tube) merupakan alat penukar kalor tipe kontak tidak langsung dan paling sering digunakan untuk dunia industri. Alat penukar kalor tipe Shell and tube terdiri dari susunan serangkaian tube dimana terdapat aliran fluida di dalamnya dan di bungkus oleh kelongsong (shell) dan terdapat fluida yang mengalir pada sisi kelongsong di luar tube. Baffle merupakan bagian yang terdapat di dalam shell yang berfungsi untuk mendukung kekuatan dari segi kekakuan dan mencegah pipa mengalami perubahan bentuk akibat getaran yang disebabkan oleh aliran fluida. Baffle memiliki fungsi utama yaitu untuk mengarahkan aliran fluida ke pipa secara merata untuk mendapatkan efisiensi perpindahan panas yang lebih besar. Jenis baffle, besar potongan baffle dan sudut kemiringan baflle berpengaruh terhadap koefisien perpindahan panas dari suatu alat penukar kalor. Tugas akhir akan memilih kontruksi pipa segitiga (staggerd), pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa susunan pipa segitiga memiliki nilai koefisien perpindahan panas yang tinggi disebabkan oleh pola turbulensi aliran yang tinggi. Jenis baffle yang digunakan yaitu segmental baffle dengan potongan baffle sebesar 36% dan kemiringan baffle terhadap sumbu x akan divariasikan yaitu 0º, 10º, 20º dan laju aliran massa juga divariasikan yaitu 0.5, 1 dan 2 kg/s. Jenis aliran yang dipilih adalah aliran sejajar (parallel). Analisa pada tugas akhir ini akan disimulasikan menggunakan program komputer untuk mengetahui distribusi aliran, suhu dan efektifitas kemampuan memindahkan panas dari alat penukar kalor dengan memvariasikan kemiringan dari baffle. Analisa akan dilakukan khusus untuk fluida pada daerah sisi shell dengan menggunakan program CFD yaitu fluent. Fluent adalah jenis program CFD yang menggunakan volume hingga. Fluent menyediakan fleksibilitas mesh yang lengkap dan dapat menyelesaikan kasus aliran fluida dengan mesh (grid) yang tidak terukur. Diharapkan penelitian pada tugas akhir ini dapat digunakan untuk memahami kinerja dan karakteristik alat penukar kalor yang banyak kegunaannya pada industri pembangkit terutama pada pembangkit listrik tenaga uap. II. PEMODELAN Penelitian ini memiliki fokus analisa tentang karakter aliran sisi shell dan akan dianalisa secara numerik dengan menggunakan software CFD FLUENT 6.3.26. Karakter aliran antara lain yaitu besar pressure drop, koefisien konveksi dan perpindahan panas akibat pengaruh dari kemiringan baffle terhadap sumbu y. Kemiringan baffle yang digunakan adalah 0, 10 dan 20º sama dengan yang digunakan pada penelitian [1] pada tahun 2012 tetapi berbeda orientasi baffle inclination. Penelitan [1] orientasi baffle inclination adalah terhadap sumbu y sedangkan pada penelitian ini baffle inclination terhadap sumbu x, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini. A. Geometri Pemodelan Model di desain sesuai dengan dimensi alat penukar kalor yang digunakan pada penelitian [1] pada tahun 2012 dan dimensi secara lengkap sebagai berikut : (a)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-193 + 2+ 2 (6) (b) Gambar 1. Geometri alat penukar panas (a) tampak samping, (b) tampak depan Tabel 1 Dimensi geometri alat penukar kalor tipe shell and tube Panjang Alat Penukar Kalor, L 600 mm Diameter dalam Kelongsong, D i 90 mm Diameter luar pipa, d 0 20 mm Jarak antara pipa (pitch) 30 mm Jumlah pipa (tube), N t 7 Jumlah baffle, N b 6 Jarak antara baffle, B 86 mm Kemiringan baffle terhadap sumbu y, 0, 10, 20 Orientasi baffle inclination yang digunakan pada penelitian ini untuk dimensi alat penukar kalor seperti di atas adalah sebagai berikut C. Kondisi Batas Kondisi batas yang diterapkan pada pemodelan ini adalah: 1. Fluida yang mengalir pada sisi shell adalah air. 2. Temperatur masuk sisi shell adalah 300ºK. 3. Temperatur pada sisi tube dianggap konstan sebesar 450ºK. 4. Profil aliran pada sisi masuk shell dianggap uniform. 5. Perpindahan panas secara konduksi dari tube ke baffle diabaikan dan suhu baffle dianggap sama dengan temperatur fluida kerja. 6. Kondisi slip pada semua permukaan diabaikan 7. Alat penukar kalor dianggap terisolasi secara sempurna tidak ada panas masuk dan keluarmeshing D. Meshing Model geometri alat penukar kalor yang dibangun akan dibagi menjadi elemen-elemen kecil. Bentuk, ukuran dan jumlah elemen yang dibutuhkan ditentukan sesuai kebutuhan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan baik. Bentuk meshing yang dipilih adalah hex/wedge untuk daerah sekitar tube dan tet/hybrid untuk daerah inlet dan outlet. E. Model Turbulensi Jenis penyelesaian yang digunakan yaitu model viscous. Model viscous yang digunakan adalah model k standart. Model tersebut digunakan karena banyak dipakai untuk kebutuhan industri, tangguh, baik untuk simulasi heat exchanger dan baik untuk analisa pengaruh turbulensi energi kinetik per satuan massa. Gambar 2. Orientasi baffle inclination terhadap sumbu x: (a) 0 o,(b)10 o, (c) 20 o B. Persamaan Umum. Persamaan yang berhubungan dengan aliran fluida dimodifikasi sesuai dengan kondisi permasalahan pada simulasi [1]. Kondisi aliran dianggap stady state, tergantung parameter waktu yang diturunkan dari persamaan. Persamaan yang dihasilkan adalah: Konservasi Massa : (1) Momentum - x : (2) III. ANALISA DAN DISKUSI A. Validasi Tahap validasi merupakan tahap membandingkan hasil running CFD terhadap data eksperimen atau empiris. Data validasi dari data empiris terhadap hasil running dari model geometri yang telah dibuat menggunakan metode kern. Metode ini menganalisa aliran pada sisi shell dan tidak menghiraukan kebocoran pada daerah sekitar baffle dengan shell dan daerah baffle dengan tube. Metode Kern juga mengadaptasi persamaan Nusselt untuk mengevaluasi kondisi fluida pada temperature film. Metode ini tidak dapat digunakan pada aliran laminar dimana nilai Reynolds Number kurang dari 2000. Batas penggunaan persamaan ini yaitu untuk besar Reynolds Number 2000<Re<10 6. B. Analisa Vektor Kecepatan Momentum - y : (3) Momentum - z : (4) Energi : (5) Pada persamaan (5), adalah fungsi disipasi yang didapat dari :

Temperature (K) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-194 Gambar 3. Vektor Kecepatan dengan laju aliran massa 1 kg/s pada baffle inclination: (a) 0 o, (b)10 o, (c) 20 o Gambar 3 merupakan tampilan visual dari vektor kecepatan yang diambil sampel laju aliran massa 1 kg/s pada tiap nilai dari baffle inclination yaitu 0, 10 dan 20 dan juga menunjukkan pola aliran akibat baffle inclination. Gambar 3a menunjukkan arah aliran masih menyebar merata di dalam shell dimana tidak ada kemiringan baffle yang terjadi dan juga menunjukkan bahwa turbulensi yang terbentuk juga cukup besar. Gambar 3b memiliki perbedaan dengan gambar 3a dimana vektor kecepatan pada gambar 3b lebih terarahkan menuju sudut yang terbentuk akibat baffle inclination. Turbulensi yang terbentuk juga sedikit berkurang. Gambar 3c menunjukkan arah aliran lebih terarahkan akibat sudut baffle inclination semakin besar. Gambar 3c juga menunjukkan vektor kecepatan juga semakin berkurang jika dibandingkan dengan gambar 3a dan 3b. Berdasarkan ketiga gambar tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar baffle inclination maka arah aliran akan semakin terarah pada sudut yang terbentuk. C. Analisa Kontur Temperatur Gambar 4. Kontur temperatur dengan laju aliran massa 1 kg/s pada baffle inclination: (a) 0 o, (b)10 o, (c) 20 o Gambar 4 menunjukkan tampilan visual dari kontur temperatur yang diambil sampel laju aliran massa 1 kg/s pada tiap nilai dari baffle inclination yaitu 0, 10 dan 20. Bagian ini akan dilihat perbedaan distribusi temperatur yang terjadi akibat dari perubahan baffle inclination dengan menggunakan laju aliran massa yang sama. Gambar 4 juga menunjukkan perbedaan distribusi temperatur yang terjadi akibat perbedaan baffle inclination. Gambar 4a menunjukkan bahwa gradasi temperatur lebih mencolok daripada gambar 4b dan 4c. Warna oranye pada gambar 4a cenderung lebih banyak daripada gambar 4b dan 4c. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada baffle inclination 0 perpindahan panas yang terjadi lebih baik daripada baffle inclination 10 dan 20 untuk laju aliran massa yang sama. Keadaan tersebut diperkuat dengan gradasi kontur temperatur pada baffle inclination 0 derajat lebih mencolok dan distribusi kontur cenderung berkurang setiap penambahan baffle inclination. Hal tersebut berhubungan dengan besar perpindahan panas yang dapat dipindahkan dari tube ke fluida di dalam shell. OUTLET TEMPERATURE 338 337 336 335 334 333 332 331 330 0 0.5 1 1.5 2 2.5 0 Degree 10 Degree 20 Degree Mass Flow Rate (Kg/s) Gambar 5. Grafik temperatur outlet dari variasi laju aliran massa.

Pressure Drop (Pa) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-195 Trend grafik pada gambar 5 menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai temperatur outlet pada setiap peningkatan laju aliran massa dan hal itu berlaku untuk setiap variasi baffle inclination yang ditentukan. Sebagai contoh pada trendline grafik untuk nilai baffle inclination 10. Nilai temperatur outlet akan semakin turun jika laju aliran massa ditambah. Hal itu terjadi akibat lama pertemuan fluida dengan surface yang memiliki temperatur yang lebih besar semakin singkat dengan seiring bertambahnya laju aliran massa. Sebagai akibatnya temperatur outlet semakin turun. Hal kedua yang dapat kita analisa dari gambar 5 adalah semakin besar sudut baffle inclination maka temperatur outlet yang diperoleh akan semakin mengecil dengan variasi laju aliran massa yang sama. Sebagai contoh yaitu nilai temperatur outlet untuk laju aliran massa 1 kg/s, dimana nilai temperatur outlet dengan baffle inclination 0 memiliki nilai yang terbesar jika dibandingkan dengan baffle inclination 10 dan 20. Hal itu disebabkan karena pada saat baffle inclination 0 turbulensi yang terjadi tersebar secara merata pada daerah sekitar baffle. Baffle inclination 10 dan 20 turbulensi hanya terjadi pada daerah sudut yang terbentuk akibat baffle inclination. Intensitas perpindahan panas akibat turbulensi pada baffle inclination 0 jauh lebih besar daripada variasi baffle inclination yang lainnya. Hal itulah yang menyebabkan temperatur outlet pada baffle inclination 0 terbesar diikuti oleh baffle inclination 10 dan 20 D. Analisa Kontur Tekanan dan Pressure Drop Gambar 6 menunjukkan tampilan visual dari kontur tekanan yang diambil sampel laju aliran massa 1 kg/s pada tiap nilai dari baffle inclination yaitu 0, 10 dan 20. Gambar 6a menunjukkan gradasi tekanan lebih mencolok pada gambar tersebut daripada gambar 6b dan 6c. Warna oranye pada gambar 6a cenderung lebih banyak daripada gambar 6b dan 6c. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada baffle inclination 0 pressure drop yang terjadi lebih besar daripada baffle inclination 10 dan 20 untuk laju aliran massa yang sama. Keadaan tersebut diperkuat dengan gradasi tekanan pada baffle inclination 0 lebih mencolok dan distribusi kontur cenderung berkurang setiap penambahan baffle inclination. Hal tersebut berhubungan dengan besar pressure drop yang terjadi pada alat penukar kalor dengan perbedaan tekanan pada sisi inlet dan outlet. Pressure drop ini berpengaruh terhadap besar daya pompa yang digunakan. 30000 25000 20000 15000 10000 PRESSURE DROP 0 Degree 5000 0 10 Degree 20 Degree 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Mass Flow Rate (Kg/s) Gambar 7. Grafik pressure drop dari variasi laju aliran massa Gambar 6. Kontur tekanan dengan laju aliran massa 1 kg/s pada baffle inclination: (a) 0 o, (b)10 o, (c) 20 o Berdasarkan trend grafik pada gambar 7 dapat kita lihat bahwa terjadi kenaikan nilai besar pressure drop pada setiap peningkatan laju aliran massa dan hal itu berlaku untuk setiap variasi baffle inclination yang ditentukan. Sebagai contoh pada trendline grafik untuk nilai baffle inclination 10 yaitu nilai besar pressure drop akan semakin naik jika laju aliran massa ditambah. Hal tersebut sudah sesuai dengan persamaan dimana besar pressure drop dipengaruhi oleh besar laju aliran massa. Dapat disimpulkan bahwa penambahan besar laju aliran massa berbanding lurus terhadap kenaikan besar pressure drop. Hal kedua yang dapat kita analisa dari gambar 7 adalah besar koefisien minor losses yang terjadi akibat dari variasi perubahan baffle inclination dengan laju aliran massa yang sama. Besar koefisien minor losses berdasarkan persamaan berikut = k. Besar koefisien minor losses dipengaruhi oleh besar pressure drop dan kecepatan. Berdasrkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju massa maka koefisien minor losses akan semakin kecil. Pada penelitian ini akan menganalisa koefisien minor losses yang terjadi pada satu variasi laju aliran massa dengan pengaruh perbedaan baffle inclination. Sebagai contoh adalah pada laju aliran massa yang tetap yaitu 1 kg/s dengan variasi baffle inclination 0, 10 dan 20. Hasil yang diperoleh yaitu besar koefisien minor losses akan mengalami kenaikan sebesar 1% jika sudut baffle inclination dinaikkan dari 0 ke

Total Heat Transfer (W) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-196 10. Koefisien minor losses akan mengalami penurunan sebesar 3,41% jika sudut baffle inclination dinaikkan dari 10 menuju ke 20. Berdasarkan analisa tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien minor losses akan naik jika sudut baffle inclination dinaikkan dari 0 ke 10 dan akan turun jika sudut baffle inclination dinaikkan dari 10 ke 20 untuk besar laju aliran massa yang sama dan untuk dimensi alat penukar kalor seperti di atas. E. Analisa Total Perpindahan Panas 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 TOTAL HEAT TRANSFER 0 Degree 10 Degree 20 Degree 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Mass Flow Rate (Kg/s) Gambar 8. Grafik total perpindahan panas dari variasi laju aliran massa. Berdasarkan trend grafik pada gambar 4.23 dapat kita lihat bahwa terjadi kenaikan nilai besar perpindahan panas pada setiap peningkatan laju aliran massa dan hal itu berlaku untuk setiap variasi baffle inclination. Sebagai contoh pada trendline grafik untuk nilai baffle inclination 10, nilai besar perpindahan panas akan semakin naik jika laju aliran massa ditambah. Penjelasan di atas sudah sesuai dengan persamaan Q =.cp.(t out - T in ). Nilai Q (perpindahan panas) akan naik jika laju aliran massa diperbesar walaupun nilai cp dan selisih temperatur inlet dan outlet konstan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kenaikan besar perpindahan panas berbanding lurus dengan kenaikan laju aliran massa. Perpindahan panas akan semakin besar jika laju aliran massa yang diberikan juga besar. Hal kedua yang dapat kita analisa dari gambar 8 adalah semakin besar sudut baffle inclination maka besar perpindahan panas yang diperoleh akan semakin mengecil dengan variasi laju aliran massa yang sama. Sebagai contoh yaitu nilai perpindahan panas untuk laju aliran massa 1 kg/s, dimana nilai perpindahan panas dengan baffle inclination 0 memiliki nilai yang terbesar jika dibandingkan dengan baffle inclination 10 dan 20. Hal tersebut dikarenakan pada saat baffle inclination 0 selisih temperatur inlet dan outlet memiliki nilai tertinggi sesuai yang telah dibahas pada gambar 4. Apabila dihubungkan dengan persamaan Q =.cp.(t out - T in ), maka dengan semakin besar selisih temperatur inlet dan outlet akan memperbesar nilai perpindahan panas yang terjadi. Dapat disimpulkan bahwa nilai selisih temperatur inlet dan outlet berbanding lurus terhadap kenaikan perpindahan panas yang terjadi. Gambar 8 menunjukkan bahwa baffle inclination memang berpengaruh terhadap selisih temperatur inlet dan outlet yang terjadi tetapi tidak terlalu berpengaruh secara signifikan dengan perubahan nilai perpindahan panas. Hal itu dibuktikan dengan hampir berhimpitnya trendline grafik antara baffle inclination 0, 10 dan 20. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa pada alat penukar kalor tipe shell and tube dengan variasi baffle inclination dan laju aliran massa menggunakan pemodelan numerik software Fluent 6.3.26 maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Alat penukar kalor dengan geometri seperti di atas, menaikkan laju aliran massa akan menyebabkan kenaikan pressure drop yang cukup drastis dengan penurunan temperature outlet dengan variasi yang cukup kecil. 2. Pressure drop akan berkurang sebesar rata-rata sebesar 9.4 % untuk baffle inclination 10 dan 14% untuk baffle inclination 20 jika dibandingkan dengan pressure drop untuk baffle inclination 0 3. Perubahan sudut baffle inclination tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan temperature outlet untuk setiap variasi laju aliran massa, tetapi cukup berpengaruh terhadap perubahan pressure drop untuk setiap variasi laju aliran massa. 4. Alat penukar kalor dengan baffle inclination 0 memiliki nilai perpindahan panas terbaik jika dibandingkan dengan baffle inclination 10 dan 20. 5. Nilai koefisien minor losses akan naik jika sudut baffle inclination dinaikkan dari 0 ke 10 dan akan turun jika sudut baffle inclination dinaikkan dari 10 ke 20 untuk besar laju aliran massa yang sama. LAMPIRAN Tabel 4. Data hasil iterasi temperatur outlet dari variasi baffle inclination terhadap laju aliran massa OUTLET TEMPERATURE 0.5 337.36 335.45 332.72 1 335.69 333.69 331.47 2 332.72 331.21 330.37 Tabel 3. Data hasil iterasi pressure drop dari variasi baffle inclination terhadap laju aliran massa. K PRESSURE DROP Pa 0.5 1547.73 1492.94 1458.54 1 6000.11 5733.95 5640.53 2 25167.86 22794.51 21732.95

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-197 Tabel 4. Data hasil iterasi koefisien perpindahan panas dari variasi baffle inclination terhadap laju aliran massa. KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS W/m 2.K 0.5 1827.16 1765.28 1753.95 1 3407.84 3282.86 3266.76 2 6423.67 6175.61 6130.14 Tabel 5. Data hasil iterasi total perpindahan panas dari variasi baffle inclination terhadap laju aliran massa. TOTAL PERPINDAHAN PANAS 0.5 75840.73 73900.63 73051.91 1 141773.16 137766.63 136473.67 2 267665.93 259769.21 256624.42 W UCAPAN TERIMA KASIH Penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Dr. Bambang Arip D.,ST., M.Eng., PhD selaku dosen pembimbing yang telah membantu memberikan bimbingan serta berbagi ilmu pengetahuan dalam proses penyelesaian laporan tugas akhir ini, kepada kedua orang tua saya yang selama ini telah memberikan dukungan baik berupa material maupun moral serta doa yang tulus kepada saya selama ini, seluruh dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada seluruh mahasiswa di jurusan Teknik Mesin FTI ITS, teman teman kontrakan yang selalu menjadi penyemangat selama ini, semua pihak yang tak bisa saya sebut namanya yang telah membantu saya selama beproses dalam menjalani perkuliahan di S1 Teknik Mesin FTI ITS. DAFTAR PUSTAKA [1] RAJ, Rajagapal dan Ganne, Srikanth, (2012), Shell Side Numerical Analysis of a Shell and Tube Heat Exchanger Considering The Effects of Baffle Inclination Angle on Fluid Flow, Journal Of Thermal Science, vol.16, no. 4, pp.1165-1174.