PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4

PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP POLA DIFRAKSI SINAR-X PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 )

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL MAGNETIT (Fe 3 O 4 ) BERBASIS BATUAN BESI. Skripsi. Program Studi Fisika. Jurusan Fisika

KARAKTERISASI SIFAT MAGNET DAN KANDUNGAN MINERAL PASIR BESI SUNGAI BATANG KURANJI PADANG SUMATERA BARAT

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI III.1

Journal of Creativity Students

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI

SINTESA DAN KARAKTERISASI SIFAT STRUKTUR NANO PARTIKEL Fe 3-X Mn X O 4 DENGAN METODE KOPRESIPASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP UKURAN NANOPARTIKEL Fe3O4 MENGGUNAKAN TEMPLATE PEG Skripsi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK NANOKOMPOSIT Fe3O4 MONTMORILONIT BERDASARKAN VARIASI SUHU

Pengaruh Ukuran Partikel Fe 3 O 4 Dari Pasir Besi Sebagai Bahan Penyerap Radar Pada Frekuensi X-Band dan Ku-Band

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Pemanasan dan Ethylen Glycol pada Elektrodeposisi Lapisan Tipis Magnetite menggunakan Continue Direct Current

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

Bab III Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

Urea. Larutan. Koloid. Aplikasi, data perkembangan tanaman jagung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe 3 O 4 DENGAN TEMPLATE PEG- 1000

...ل لن سن اف ا ن ب ن ل باف د ل ل لللن

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA

Pengaruh Temperatur Kalsinasi pada Sintesis Nanopartikel Silika Pantai Purus Kota Padang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Pengukuran Tetapan Suseptibilitas pada Polyethylene Glycol (PEG- 4000) Coated- Nanopartikel Magnetik Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 )

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

Karakterisasi Suseptibilitas Magnet Barium Ferit yang Disintesis dari Pasir Besi dan Barium Karbonat Menggunakan Metode Metalurgi Serbuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Spektral Inframerah pada Ferit Spinel Nanokristal MFe 2 O 4 (M = Ni, Mn dan Zn)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

PENENTUAN SUSEPTIBILITAS NANOPARTIKEL MAGNETIT (Fe 3 O 4 ) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HASIL KURVA HISTERISIS

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

Analisis Struktur Lapisan Fe 3 O 4 pada Substrat Logam Tembaga dengan Metode Spin-coating

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3 Metodologi penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

Transkripsi:

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail : santidewirosanti@yahoo.co.id ABSTRAK Sintesis nanopartikel Fe 3 O 4 dengan bahan baku batuan besi dan PEG-2000 telah dilakukan menggunakan metode kopresipitasi. Variasi temperatur dilakukan untuk melihat pengaruh temperatur terhadap ukuran partikel yang dihasilkan. Template PEG-2000 digunakan untuk menyeragamkan dan menghambat pertumbuhan partikel. Variasi temperatur yang digunakan yaitu 500 C, 600 C dan 700 C. X-Ray Difractometer (XRD) digunakan untuk melihat fasa yang terkandung dalam sampel dan ukuran kristal. Hasil perhitungaan dari difraktogram XRD didapatkan ukuran kristal berturut-turut yaitu 46,60 nm, 54,39 nm, dan 65,25 nm. Kata kunci : Fe 3 O 4, PEG-2000, nanopartikel, difraksi sinar-x, metode kopresipitasi 1. PENDAHULUAN Batuan besi merupakan bahan alam yang ketersediannya sangat melimpah di Indonesia. Batuan besi berada pada urutan keempat terbanyak unsur yang membentuk bumi. Konsentrasi besi dalam berbagai lapisan bumi berkisar 4,71 %. Unsur yang terkandung dalam batuan besi yaitu magnetit (Fe 3 O 4 ), maghemit (γ-fe 2 O 3 ), hematit (α- Fe 2 O 3 ), goethit, limonit atau siderit. Material pembentuk batuan besi merupakan penggabungan atom besi dan atom oksigen yang saling terikat di dalam atom. Mineral yang mendominasi batuan besi adalah magnetit (Fe 3 O 4 ). Mineral jenis ini dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan besi baja. Batuan besi umumnya disintesis untuk meningkatkan nilai ekonomis dari batuan tersebut. Penelitian tentang nanopartikel magnet membuka peluang yang sangat menjanjikan untuk diaplikasikan dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang biomedis. Di bidang biomedis, nanopartikel magnet digunakan antara lain sebagai metode pengobatan hipertermia untuk menyembuhkan penyakit tumor, sebagai material pada sistem pengangkutan obat-obatan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk memeriksa dan mendeteksi kelainan tubuh [1]. Penelitian tentang batuan besi pernah dilakukan tanpa menggunakan PEG dengan metode kopresipitasi pada variasi temperatur 400 C, 500 C, 600 C, dan 700 C, menyatakan bahwa semakin tinggi temperatur maka ukuran butir Fe 3 O 4 semakin besar [2]. Selanjutnya menggunakan PEG-4000 dengan metode kopresipitasi pada variasi temperatur 400 C, 500 C, 600 C, dan 700 C, menyatakan bahwa temperatur berpengaruh terhadap ukuran partikel dan ukuran kristal yang dihasilkan dimana temperatur optimum diperoleh pada 500 C dengan ukuran partikel 30-80 nm. Sedangkan dengan kenaikkan temperatur secara terus menerus dapat meningkatkan ukuran partikel dan ukuran kristal. Selain temperatur, konsentrasi PEG juga berpengaruh terhadap ukuran partikel karena PEG berfungsi sebagai template yang dapat menghambat pertumbuhan partikel [3]. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh temperatur pemanasan terhadap sifat magnetik dari partikel Fe 3 O 4 yang disintesis dengan menggunakan metode kopresipitasi. JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015 39

Variasi temperatur pemanasan yang diberikan adalah 500 C, 600 C dan 700 C. Selanjutnya untuk memperoleh ukuran partikel yang seragam maka akan ditambahkan polimer sebagai surfaktan. Polimer yang digunakan untuk menyeragamkan sekaligus mengontrol ukuran partikel tersebut adalah Polietilen Glikol-2000 (PEG-2000). Untuk menghitung ukuran partikel digunakan persamaan Scherrer: k D (1) B cos 2. METODE 2.1 Melarutkan Besi Serbuk Fe 3 O 4 sebanyak 10 gram dilarutkan dalam HCl (12M) sebanyak 20 ml pada suhu 90 C dan diaduk sekitar 60 menit dengan magnetic stirrer. Persamaan reaksi : 3Fe 3 O 4 (s) + 8HCl(l) 2FeCl 3 (l) + FeCl 2 (l) + 3Fe 2 O 3 (s) + 3H 2 O(l) + H 2 (g) (2) 2.2 Mengendapkan Filtrat Setelah larutan terbentuk disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil larutan yang telah disaring tadi berupa filtrat. Maka untuk mengendapkan filtrat ditambahkan NH4OH sebanyak 25 ml dan didiamkan selama 30 menit sehingga diperoleh endapan. Endapan Fe 3 O 4 yang terbentuk berwarna hitam pekat dipisahkan dari larutannya yang kemudian dicuci dengan menggunakan aquades 3 kali agar hasil yang diperoleh benar-benar bersih. Persamaan reaksi : 2FeCl 3 (l) + FeCl 2 (l) + H 2 O(l) + 8NH4OH(l) Fe 3 O 4 (s) + 8NH 4 Cl(l) + 5H 2 O(l) (3) 2.3 Pembuatan Nanopartikel Fe 3 O 4 PEG-2000 yang berbentuk padatan dipanaskan pada suhu 100 C. PEG-2000 yang sudah mencair kemudian ditambahkan ke dalam endapan Fe 3 O 4 yang telah dibersihkan dengan aquades. Kemudian dilakukan pemanasan pada temperatur pemanasan yang berbeda yaitu 500 C, 600 C, dan 700 C. Untuk mengetahui pengaruh temperatur pemanasan terhadap struktur nanopartikel Fe 3 O 4 yang dihasilkan maka dilakukan karakterisasi sampel menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD). 3. HASIL DAN DISKUSI Pada Gambar 1 dapat dilihat pola difraksi sinar-x dari pasir besi yang telah dilakukan pencocokan pada data standar ICDD 01-071-4918 untuk fasa Fe 3 O 4 dan data standar ICDD 00-013-0458 untuk fasa γ-fe 2 O 3. Puncak-puncak yang muncul pada difraktogram merupakan puncak-puncak Fe 3 O 4 dan γ-fe 2 O 3. Intensitas tertinggi yaitu pada posisi 2θ = 35.4051 yang merupakan puncak Fe 3 O 4. Intensitas yang tertinggi menunjukkan bahwa kristal tersebut memiliki keteraturan kristal yang baik atau banyak atom-atom yang tersusun teratur dan rapi. 40 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

Gambar 1 Pola difraksi sinar-x pasir besi Fe 3 O 4 Berdasarkan identifikasi dari pencocokan data diperoleh puncak-puncak difraksi pada sudut 2θ untuk fasa Fe 3 O 4 adalah sebagai berikut 18,2750 ; 30,0607 ; 35,4051 ; 43,0527 ; 54,1259 ; 56,9710 ; 62,5030 ; dan 89,6667 yang berturut turut sesuai dengan indeks miller (111), (220), (207), (311), (400), (422), (511), (440) dan (731). Pola difraksi yang terbentuk untuk intensitas maksimum yang mewakili Fe 3 O 4 adalah pada sudut 2θ = 35,4051 yang sesuai dengan indeks miller (311). Dari difraktogram tersebut dapat dinyatakan bahwa pasir besi yang digunakan didominasi oleh Fe 3 O 4 atau pasir besi yang digunakan merupakan magnetit. Gambar 2 memperlihatkan pola difraksi sinar-x pada sampel Fe 3 O 4 yang dipanaskan pada temperatur 500 C. Dari gambar dapat dilihat hasil percocokan pada data standar ICDD 01-075-0449 untuk fasa Fe 3 O 4 dan data standar ICDD 01-076-8394 untuk fasa Fe 2 O 3. Puncak-puncak yang muncul pada difraktogram merupakan puncak-puncak Fe 3 O 4 dan Fe 2 O 3. Berdasarkan identifikasi dari pencocokan data diperoleh puncak-puncak difraksi pada sudut 2θ untuk fasa Fe 3 O 4 adalah sebagai berikut 30,3219, 35,645 ; 54,0941 dan 62,7352 yang berturut turut sesuai dengan indeks miller (220), (311), (422), dan (300). Pola difraksi yang terbentuk untuk intensitas maksimum yang mewakili Fe 3 O 4 adalah pada sudut 2θ = 35,6457 yang sesuai dengan indeks miller (311). Dapat dilihat pada gambar bahwa ada puncak Fe 3 O 4 yang hilang pada sudut 2θ adalah 18,2750 ; 43,0527 ; dan 56,9710. Selain itu ada puncak-puncak Fe 2 O 3 yang muncul diantaranya pada sudut 2θ yaitu 24,614 ; 40,9136 ; 49,4853 ; dan 64,0436. Kehilangan puncak-puncak pada fasa Fe 3 O 4 disebabkan pengaruh pemanasan pada temperatur 500 C sehingga sebagian fasa magnetit berubah menjadi fasa hematit. Gambar 2 Pola difraksi sinar-x pada temperatur pemanasan 500 C JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015 41

Melalui data difraktogram XRD dapat di ketahui ukuran kristal dengan cara menghitung besarnya FWHM (Full Widht at Half Maximum) dari puncak bidang difraksi yang merupakan lebar puncak difraksi sampel Fe3O4 yang bernilai 0,1791. FWHM digunakan untuk menentukan ukuran kristal dengan menggunakan persamaan Scherrer. Dari perhitungan dengan menggunakan persamaan Scherrer diperoleh ukuran kristal untuk temperatur 500 C adalah sebesar 46,60 nm. Gambar 3 memperlihatkan pola difraksi sinar-x pada temperatur pemanasan 600 C. Pola difraksi tersebut telah dilakukan pencocokan dengan data standar ICDD 01-085-0599 untuk fasa Fe 2 O 3. Gambar 3 Pola difraksi sinar-x pada temperatur pemanasan 600 C Berdasarkan identifikasi dari pencocokan data diperoleh puncak-puncak difraksi pada sudut 2θ untuk fasa Fe2O3 adalah sebagai berikut 24,1463 ; 33,1496 ; 35,6219 ; 40,8570 ; 49,4627 ; 54,0774 ; 57,3490 ; 62,4720 dan 63,9821 yang berturut turut sesuai dengan indeks miller (012), (104), (110), (113), (024), (116), (214) dan (300). Dapat dilihat pada gambar bahwa puncak-puncak magnetit hilang dan hanya ada puncak-puncak hematit, hal ini karena pada temperatur 600 C magnetit akan teroksidasi seluruhnya menjadi hematit [4]. Gambar 3 juga memperlihatkan terjadi penyempitan setengah puncak maksimum (FWHM) dibandingkan pola difraksi sinar-x pada temperatur 500 C dengan nilai 0,1535. Dengan menggunakan persamaan Scherrer diperoleh ukuran kristal pada temperatur 600 C semakin besar yaitu sebesar 54,39 nm. Gambar 4 memperlihatkan pola difraksi sinar-x sampel pada temperatur 700 C. Hasil yang diperoleh telah dilakukan pencocokan pada data standar ICDD 01-089-2810 untuk fasa Fe 2 O 3. Pada gambar terlihat kuantitas hematit mencapai 100%. Peningkatan kuantitas hematit seiring dengan naiknya suhu oksidasi yang terlihat jelas pada hasil difraksi sinar-x. Puncak-puncak magnetit yang semula mendominasi bahan sebelum proses oksidasi mengecil pada temperatur oksidasi yang semakin tinggi. Sebaliknya, puncak-puncak hematit menjadi semakin tinggi, hasil yang sama juga diperoleh oleh Yulianto dkk [5]. 42 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

Gambar 5 Pola difraksi sinar-x pada temperatur pemanasan 700 C Berdasarkan gambar 4, pola difraksi sinar-x pada temperatur pemanasan 700 C, terjadi penyempitan setengah puncak maksimum (FWHM) dibandingkan pola difraksi sinar-x pada temperatur 600 C dengan nilai 0,1279. Hal ini mengidentifikasikan ukuran kristal yang dimiliki sampel dengan temperatur pemanasan 700 C lebih besar dibandingkan dengan sampel pada temperatur pemanasan 500 C dan 600 C sehingga dengan menggunakan persamaan Scherrer diperoleh ukuran kristal yang semakin besar yaitu sebesar 65,25 nm. Peningkatan ukuran kristal ini adalah sebagai hasil pembentukan ionion ferrous (Fe 2+ ) yang mempunyai jari-jari yang lebih besar (0,74 Ǻ) dibandingkan jarijari ion ferric (Fe 3+ ) yaitu 0,64 Ǻ [6]. Hasil perhitungan ukuran kristal dengan menggunakan metoda Scherrer untuk keseluruhan sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Ukuran kristal masing-masing sampel Temperatur ( C) Ukuran partikel (nm) 500 46,60 600 54,39 700 65,25 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa temperatur pemanasan berpengaruh terhadap ukuran kristal Fe 3 O 4 yang dihasilkan. Peningkatan temperatur pemanasan dari 500 C, 600 C dan 700 C menyebabkan peningkatan ukuran kristal berturut-turut dari 46,60 nm, 54,39 nm dan 65,25 nm. Peningkatan temperatur pemanasan dari 500 C menjadi 700 C menyebabkan perubahan fasa magnetit menjadi hematit. DAFTAR PUSTAKA 1. Gupta, A. K., Wells, S., 2004, Surface Modified Superparamagnetic Nanoparticles for Drug Delivery, IEEE Transactions On Nanobioscience, Vol.3, No.1. 2. Kusumawati, T.A., Mufti, N., Hartattiek., 2012, Sintesis Nanopartikel Pigmen Oksida Besi Hitam (Fe 3 O 4 ), Merah (Fe 2 O 3 ), dan Kuning (FeOOH) Berbasis Besi Tulunganggung, Jurnal Fisika, Universitas Malang. 3. Putri, S.T., 2011, Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Ukuran Nanopartikel Fe 3 O 4 Menggunakan Template Peg-4000, Skripsi Fisika, Universitas Andalas, Padang. 4. Umberto, C., Franco, G., Giuseppe, L., Giuseppe, S., 1965, Magnetite Oxidation: A Proposed Mechanism, Journal Of Science, Vol.147, Issue 3661, pp.1033. JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015 43

5. Yulianto, A., Bijaksana S., Loeksmanto, W., Kurnia, D., 2003, Produksi Hematit (α-fe 2 O 3 ) dari Pasir Besi : Pemanfaatan Potensi Alam Sebagai Bahan Industri Berbasis Sifat Kemagnetan, Jurnal Fisika, Univesitas Negeri Malang. 6. Hemeda, O. M. dan El-Saadawy, M., 2003. Effect of gamma irradiation on the structural properties and diffusion coefficient in Co-Zn ferrite, Journal of Magnetism and Magnetic Materials 256: 63-68. 44 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015