BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya (Mufdlilah, 2009, p.41). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2008, p.89). Kehamilan primigravida adalah kehamilan seorang wanita untuk pertama kalinya (Mochtar, 2002, p.92). Ibu yang hamil pertama kali dihadapkan pada gejala-gejala yang dianggap abnormal dalam keadaan tidak hamil (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004, p.160). Banyak pertanyaan dan perawatan prenatal yang dilontarkan oleh primigravida ini merupakan upaya untuk meminta penjelasan penyebab rasa tidak nyaman dan tindakan yang dapat mereka lakukan untuk mengurangi gejala-gejala tersebut. Sehingga peran pasangan dalam kehamilan ini yaitu sebagai orang yang memberi asuhan dan orang yang berespon 7
8 terhadap perasaan rentan wanita hamil (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004, p.160). b. Perubahan Psikologi Kehamilan (Pusdiknakes, 2003, p.27-28) 1) Trimester Pertama Setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah, dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilanya, banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. 2) Trimester Kedua Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang, ibu sudah menerima kehamilanya dan mulai dapat mengunakan energi dan pikiranya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang di luar dari dirinya sendiri. 3) Trimester Ketiga Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan
9 berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil, pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. c. Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil (Kusmiyati, 2008, p.137-141) 1) Dukungan keluarga Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga, karena konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang berkembang tetapi juga bagi keluarganya, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga, maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasikanya berdasarkan kebutuhan masingmasing. 2) Dukungan tenaga kesehatan Peran tenaga kesehatan dalam perubahan dan adaptasi psikologi adalah dengan memberi support atau dukungan moral bagi klien, meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilanya dan perubahan yang dirasakanya adalah sesuatu yang normal. Tenaga kesehatan harus bekerja sama dan membangun hubungan yang baik dengan klien agar terjalin hubungan yang terbuka antara petugas kesehatan dengan klien.
10 3) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan wanita selama ia hamil, kebutuhan pertama ialah menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua adalah ia merasa yakin akan penerimaan pasanganya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut kedalam keluarga. 4) Persiapan menjadi orang tua Menjadi orang tua merupakan proses yang terdiri dari dua komponen, komponen pertama bersifat praktis atau mekanis, melibatkan ketrampilan kognitif dan motorik, komponen kedua berifat emosional, melibatkan ketrampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen ini penting untuk perkembangan dan keberadaan bayi. 2. Antenatal Care (ANC) a. Pengertian ANC Suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (Mufdlilah, 2009, p.7). b. Manfaat ANC (Mufdlilah, 2009, p.23) Antenatal care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk
11 memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan alasan menegakan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. c. Tujuan ANC (Mochtar, 2002, p.47) 1) Tujuan Umum Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama kehamilan, persalinan, nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. 2) Tujuan Khusus a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan. b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin. c) Menurunkan angka mordibitas dan mortalitas ibu dan anak. d) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi.
12 d. Frekuensi Antenatal Care (Mufdlilah, 2009, p.45) Untuk mendeteksi secara dini dan mencegah komplikasi dalam kehamilan, ibu hamil harus melakukan antenatal care sesuai yang telah dianjurkan yaitu: 1) 1 kali pada trimester pertama (K1) K1 merupakan kunjungan pertama ibu hamil setelah dirinya terlambat menstruasi yang bertujuan untuk tercapainya ibu hamil yang sehat dan selamat baik bagi ibu sendiri maupun janinya (Dewi & Sunarsih, 2010, p.156) 2) 1 kali pada trimester kedua Kunjungan ibu hamil yang bertujuan untuk mengenali komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya (Dewi & Sunarsih, 2010, p.160) 3) 2 kali pada trimester ketiga (K4) Kunjungan ulang (K4) kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama dimana kegiatanya lebih difokuskan dalam pendeteksian komplikasi, mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan (Dewi & Sunarsih, 2010, p.160)
13 e. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil melakukan ANC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004, p.160) 1) Pengetahuan Ketidaktahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan. 2) Sikap Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin. 3) Ekonomi Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah yaitu ibu hamil akan Kekurangan Energi dan Protein (KEK). 4) Sosial Budaya Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita hamil meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
14 keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. 5) Geografis Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil. 6) Informasi Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care. 7) Dukungan Dukungan yang bisa diberikan pada ibu hamil adalah dukungan sosial yang bisa diberikan keluarga terutama dukungan suami, dukungan sosial ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi, misalnya kesiapan finansial, dukungan informasi, juga dukungan psikologis seperti menemani saat periksa kehamilan.
15 3. Dukungan Suami a. Pengertian Dukungan Suami Respon suami terhadap kehamilan istri yang dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri (Dagun, 2002, p.25). Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan, dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri yang sedang hamil yang akan membawa dampak bagi sikap bayi (Dagun, 2002, p.26). Peran pasangan dalam kehamilan dapat sebagai orang yang memberi asuhan, sebagai orang yang menanggapi terhadap perasaan rentan wanita hamil, baik aspek biologis maupun dalam hubunganya dengan ibunya sendiri (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004, p.160) b. Macam-macam Dukungan Suami 1) Dukungan Psikologi Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang bersangkutan. Misalnya menemani istri saat pergi priksa kehamilan, dengan begini suami sudah mengikuti perkembangan kehamilan istri. Perhatian yang cukup dari suami akan membuat ibu hamil merasa tenang
16 sehingga berpengaruh positif terhadap bayi yang dikandungnya (Musbikin, 2008, p.44) 2) Dukungan Sosial Adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi semisal kesiapan finansial, karenanya sejak mengetahui istrinya hamil, suami harus segera menyisihkan dana khusus untuk keperluan ini, sehingga saat melahirkan telah tersedia dana yang dibutuhkan (Musbikin, 2008, p.44) 3) Dukungan Informasi Suami harus memberikan perhatian penuh kepada masalah kehamilan istrinya, misalnya berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi, yaitu mencari informasi mengenai kehamilan dari media cetak maupun dari tenaga kesehatan (Musbikin, 2008, p.44). Disinilah suami akan mengambil peran besar dalam turut menjaga kesehatan kejiwaaan istrinya agar tetap stabil, tenang dan bahagia (Arief, 2008, p.98). 4) Dukungan Lingkungan Yaitu diberikan ketika kehamilan sudah tua, misalnya ketika ibu tidak bisa bekerja terlalu berat suami bisa membantu ibu mengurus rumah tangga, perlakuan ini dapat menyebabkan perasaan senang dalam diri istri, dan
17 istri ahirnya menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dalam menjalani kehamilanya (Dagun, 2002, p.25-26). c. Respon Emosi Suami (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004, p.160) Pria menunjukan berbagai respon emosi (gaya keterlibatanya) terhadap kehamilan pertama pasanganya diantaranya : 1) Gaya Pengamat Pria pada kelompok ini memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri terhadap ide kehamilan dan peran ayah yang berespon dengan membenamkan diri dalam karirnya dan menolak usaha pasanganya untuk melibatkan dirinya dalam persiapan menyambut calon anak. 2) Gaya Ekspresif Sebagai respon emosi yang kuat terhadap kehamilan dan keinginan untuk menjadi pasangan secara penuh dalam proyek mereka. Suami jenis ini menunjukan kesadaran akan kebutuhan istri mereka untuk memperoleh dukungan. 3) Gaya Instrumental Pria yang menekankan bahwa tugasnya harus diselesaikan dan memandang dirinya sebagai pengurus atau manajer kehamilan.
18 d. Tugas Suami saat Istri Hamil (Arief, 2008, p.97) 1) Kebutuhan fisik Pertumbuhan sel-sel otak, kualitas pertumbuhan badan serta tulang, sudah ditentukan semenjak masa janin. Sehingga ibu perlu makan lebih banyak dari biasanya untuk disubsidikan kepada janin dalam rahim. Dan kewajiban suami adalah menyediakan semwa kebutuhan gizi ibu demi pertumbuhan janin tersebut. 2) Kasih sayang dan perhatian Suami harus bisa memberikan perhatian penuh kepada masalah kehamilan istrinya, misalnya saling berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi, bersama-sama mencari informasi mengenai kehamilan dan pendidikan anak, dan menemani istri memeriksakan kehamilan setiap bulan. 3) Memberikan pendidikan sejak dini Pendidikan sudah bisa diterima manusia semenjak dalam kandungan, karena janin berusia 7 bulan sudah mulai terangsang mendengan suara-suara disekitar perut ibu. e. Faktor faktor yang mempengaruhi dukungan suami Menurut Cholil et all dalam Bobak (2004) menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan
19 suami dalam perlindungan kesehatan reproduksi istri (ibu), antara lain adalah: 1) Budaya Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisioanal (Patrilineal), menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri. 2) Pendapatan Pada masyarakat kebanyakan, 75%-100% penghasilanya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya. Sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak mempunyai kemampuan untuk membayar. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya. 3) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi
20 kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif.
21 B. Kerangka Teori Faktor yang mempengaruhi perilaku ibu Pengetahuan Sikap Ekonomi Sosial budaya ANC Geografis Informasi Budaya Pendapatan Dukungan Dukungan suami Tingkat pendidikan Sumber: Sumber: Gambar 1.1 Kerangka Teori Sumber: Bobak (2004), Musbikin (2008), Dagun (2002), Arief (2008)
22 C. Kerangka Konsep Dukungan suami Frekuensi ANC Gambar 1.2 Kerangka Konsep D. Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara dukungan suami dengan frekuensi ANC pada ibu hamil primigravida.