2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
2016 PENGGUNAAN TEKNIK TEGURAN TERHADAP PERILAKU STEREOTYPE PADA PESERTA DIDIK TOTALLY BLIND DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

MODIFIKASI PERILAKU. (Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus) Oleh Edi Purwanta Staf Pengajar PLB FIP UNY

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL-TEKNIK TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA PADA SITUASI PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. Deskripsi Kondisi Anak

I. PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Untuk itu diperlukan sistem

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

2. Faktor pendidikan dan sekolah

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan perilaku mengabaikan tugas di kelas pada anak ADHD. Peneliti memberikan intervensi berupa video

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

Strategi memodifikasi Perilaku Defisit. Oleh: Pujaningsih

JURNAL SKRIPSI PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN BEHAVIOR CONTRACT UNTUK MENGURANGI PERILAKU MALADAPTIF SISWA ADHD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BABI PENDAHULUAN. Sebagai manusia, remaja pada dasarnya menginginkan kesempumaan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak

R E N Y N U R L I A N A F

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

PENINGKATAN PENGENDALIAN DIRI PADA ANAK TUNA LARAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNIK KONSELING BEHAVIORAL DI SMKN 3 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar berlangsung. Para guru dan siswa terlibat secara. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin


BAB I PENDAHULUAN. anak normal maupun anak yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini diperkuat

Apr 16. Jan 16. Mar 16. Feb 16

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. awal/early adolescence usia tahun, remaja menengah/middle

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013

BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MANUSIA DAN MOTIVASI

PRA KATA. Agus Supriyanto, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. yakni mata (Putri, 2014). Pada tahun 2013 penderita tunanetra menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto

Pengembangan Perilaku Adaptif Bagi Anak Autis. M. Sugiarmin

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat mencukupi segala kebutuhannya hanya dengan. mengandalkan kemampuannya sendiri, melainkan kebutuhan manusia akan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

DETEKSI DAN INTERVENSI DINI. MUBA, 25 Juli 2009

KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS PSIKOLOGI BANDUNG. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendidik siswa dalam hal akademis saja, tetapi juga melatih siswa agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan suatu bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak, seperti: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, menulis, membaca, dan sebagainya. Pada dasarnya perilaku yang dimiliki oleh manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor bawaan yang diwariskan oleh orang tua, sedangkan faktor eksternal dapat berupa stimulus-stimulus yang didapatkan dari lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Sehingga menyebabkan setiap orang memiliki perilaku yang berbeda-beda sebagai akibat dari kedua faktor tersebut. Perilaku itu sendiri oleh masyarakat pada umumnya dikelompokkan menjadi perilaku yang baik (adaptif) dan perilaku tidak baik (mal-adaptif). Perilaku baik (adaptif) adalah perilaku yang sesuai dengan aturan maupun norma-norma yang ada dalam lingkungannya, contohnya: peserta didik yang menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, peserta didik yang memakai seragam saat berada di sekolah tepat pada waktunya, dll. Perilaku tidak baik (mal-adaptif) adalah perilaku yang tidak sesuai atau yang bertentangan dengan aturan maupun norma-norma yang ada, seperti: orang yang melakukan tindakan korupsi, anak yang tumbuh menjadi remaja agresif karena meniru contoh orang tua dan tekanan keadaan di dalam keluarga yang tidak harmonis, anak yang suka memukul teman sebayanya, dan sebagainya. Tentunya perilaku-perilaku tersebut menimbulkan respon atau dampak yang berbedabeda, baik itu positif maupun negatif tergantung dari perilaku apa yang ditimbulkan. Berbagai bentuk perilaku tersebut juga akan ditemui oleh seorang guru saat melakukan pembelajaran di sekolah. Serangkaian pola perilaku yang ada

2 pada peserta didik sekolah dasar saat ini adalah hasil dari proses belajar dari masa sebelumnya. Proses belajar individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempatnya berada. Lingkungan yang dimaksud diantaranya rumah, sekolah, teman bermain dan masyarakat luas. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik tidak semuanya sesuai dengan keinginan dan ketentuan yang berlaku di sekolah. Sekolah Dasar menjadi satuan pendidikan yang paling utama dalam mengenalkan bagaimana peserta didik dapat berperilaku dengan baik sesuai dengan norma-norma yang ada di lingkungan tempat ia tinggal, terutama pada peserta didik tunanetra. Keterbatasan penglihatan yang dimiliki oleh peserta didik tunanetra membuat mereka lebih sedikit mendapatkan pengalamanpengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, khususnya dalam kemampuan mengekspresikan emosi dan kemampuan melakukan orientasi dan mobilitas yang menjadikan mereka cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya. Hal ini telah menjadi karakteristik dari seorang yang menyandang tunanetra. Bagi guru, perilaku tersebut bisa berdampak positif khususnya dalam mengondisikan ruang kelas saat pembelajaran berlangsung, karena biasanya sebagian besar peserta didik tunanetra yang memiliki perilaku seperti ini akan lebih mematuhi semua instruksi yang diberikan oleh guru. Akan tetapi, tidak semua peserta didik tunanetra memiliki perilaku demikian, ada beberapa peserta didik tunanetra yang memiliki perilaku berbeda dari karakteristik perilaku tunanetra pada umumnya. Hal ini seperti yang ditemukan oleh peneliti saat melakukan observasi di SLBN-A Bandung. SLBN-A Bandung merupakan Sekolah Luar Biasa dengan empat jenjang satuan pendidikan, yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Saat peneliti melakukan observasi di kelas II SDLB, terdapat seorang peserta didik laki-laki yang berusia 8 tahun, ia mengalami hambatan penglihatan dengan kategori low vision. Peserta didik dimaksud cukup pintar, ia bisa mengikuti materi yang disampaikan oleh gurunya dengan baik. Namun, selain dikenal pintar juga sebagai prserta didik yang hiperaktif di sekolahnya. Saat penulis melakukan observasi di kelas, penulis mendapatkan bagaimana gambaran perilaku yang

3 nampak saat peserta didik itu melakukan kegiatan proses pembelajaran di kelasnya. Menit pertama pembelajaran dimulai, terlihat peserta didik itu masih patuh dan mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, di menit ke lima, peserta didik itu terlihat gelisah dan mulai keluar meninggalkan tempat duduknya. Ia mulai berjalan menelusuri ruang kelas dan kadang-kadang mengganggu teman-temanya yang lain baik itu dengan cara mencolek ataupun dengan memukul-mukul meja temannya. Tentunya perilaku ini sangat mengganggu jalannya proses pembelajaran di kelas. Ia hanya akan kembali ke tempat duduknya apabila mendapat teguran dari guru. Tidak hanya dengan sekali teguran, namun dengan teguran yang berulang kali barulah ia akan kembali ke tempat duduknya. Apabila sudah sering menegurnya, cara lain yang ia lakukan untuk mengulangi perbuatannya adalah dengan meminta izin kepada guru untuk pergi ke toilet, alasan inilah yang selalu dipakai oleh peserta didik itu sebagai cara terakhir untuk tidak duduk diam di kelasnya. Selain itu, peserta didik dimaksud juga sering mengeluarkan kata-kata tanpa makna yang tidak dimengerti oleh orangorang di sekitarnya. Di samping itu, peserta didik tersebut seringkali mengajukan satu permintaan pada guru apabila diperintahkan untuk mengerjakan tugas, contohnya: saya mau menulis kalau bapak mau meminjamkan laptop yang bapak pakai sekarang, demi kelancaran pembelajaran, seringkali guru memenuhi permintaannya tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti, ditemukan bahwa perilaku yang dimiliki oleh peserta didik ini sangatlah berbeda dengan perilaku yang dimiliki oleh salah seorang temannya yang sama-sama dalam kategori low vision. Namun, temannya tersebut mau duduk diam dan selalu mematuhi apa yang diperintahkan oleh guru, sedangkan peserta didik ini sebagaimana diuraikan sebelumnya hanya mampu duduk diam selama ±10 menit dalam kurun waktu satu jam pelajaran, itupun dengan selalu mendapat teguran dari gurunya. Jika dilihat dari frekuensinya, peserta didik dimaksud melakukan perilaku meninggalkan tempat duduknya >5 kali/satu jam pelajaran dan perilaku ini

4 konsisten akan terjadi lagi di pelajaran jam kedua. Perilaku ini tidak hanya menimbulkan kerugian bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya. Kerugian-kerugian tersebut antara lain: peserta didik tersebut selalu dimarahi oleh gurunya saat belajar, sehingga kadang-kadang menurunkan motivasi belajarnya. Adanya peserta didik dijudgment sebagai hiperaktif dan jahil, membuat proses pembelajaran selalu terhambat apabila peserta didik mulai melakukan perilakunya tersebut. Apabila perilaku mal-adaptif ini dibiarkan, maka dikhawatirkan akan mengarah pada keadaan yang lebih tidak terkendali yang akan menambah kerugian pada dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Bahkan lebih parah lagi akan menambah beban sekolah dan orang tua dalam kehidupannya di masyarakat kelak nanti. Permasalahan perilaku pada peserta didik dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya melalui modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku. Menurut Wolpe (dalam Komalasari, dkk. 2011, hlm. 154), modifikasi perilaku adalah prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif. Modifikasi perilaku menunjuk kepada teknik mengubah perilaku, seperti mengubah perilaku dan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus melalui penguatan perilaku adaptif dan/atau penghilangan perilaku mal-adaptif melalui hukuman (Wikipedia, 2013). Modifikasi perilaku menganut anggapan bahwa sebagian perilaku tak adaptif atau gejalan-gejala kelainan sampai tingkat tertentu merupakan hasil proses belajar. Cara-cara pengubahan disesuaikan dengan perilaku sasaran, situasi dan kondisi, serta interaksi klien dengan lingkungan (Soekadji, dalam Hadis, 1997, hlm. 67). Menurut Komalasari, dkk. (2011, hlm. 154) dalam modifikasi perilaku, peserta didik akan belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan dan membentuk pola tingkah laku dengan memberi ganjaran atau reinforcement yang menyenangkan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Pendekatan ini berasumsi bahwa semua tingkah laku baik yang adaptif maupun

5 yang mal-adaptif dapat dipelajari. Selain itu belajar merupakan cara efektif untuk mengubah tingkah laku mal-adaptif. (Corey dalam Komalasari, dkk. 2011, hlm. 154). Tingkah laku yang bermasalah dalam modifikasi perilaku adalah tingkah laku yang berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah laku yang berlebihan seperti: merokok, terlalu banyak game, sering memberi komentar di kelas dan sering keluar kelas. Adapun tingkah laku yang deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah. (Komalasari, dkk. 2011, hlm. 157) Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik-teknik dalam modifikasi perilaku yakni untuk menghilangkan atau mengurangi tingkah laku pada perilaku execissve dan meningkatkan tingkah laku pada perilaku deficit. Salah satu teknik untuk menghilangkan atau mengurangi tingkah laku pada perilaku execissve adalah teknik behavior contract. A contingency contract, or behavioral contract is a clearly written document specifying available rewards or consequences that are contingent upon the performance of a certain behavior (Salkind, 2008, hlm. 184). Behavior contract adalah dokumen tertulis yang dengan jelas menentukan reward yang tersedia atau konsekuensi yang bergantung pada kinerja perilaku tertentu. Salkind (2008, hlm. 184-185) mengemukakan bahwa: Behavioral contracts have been used effectively in classroom and school settings. Typically involving a teacher-student contract, these formal agreements have been demonstrated to increase appropriate social and academic behaviors. As an intervention, contracts between teachers and students have increased student adherence to classroom room rules, compliance with teacher directions, work completion, and attendance. Behavior contract telah digunakan secara efektif dalam pengaturan ruang kelas dan sekolah. Biasanya melibatkan kontrak guru-peserta didik, ini merupakan perjanjian formal yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku sosial dan akademik yang sesuai dengan tuntutan sekolah. Sebagai intervensi kontrak guru dan peserta didik telah meningkatkan kepatuhan peserta didik

6 untuk aturan ruang kelas sesuai dengan arahan guru, penyelesaian pekerjaan dan kehadiran di kelas. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti berniat mengadakan suatu penelitian ilmiah mengenai Penggunaan Teknik Behavior Contract untuk Mengurangi Perilaku Mal-adaptif Pada Peserta Didik Low Vision Di SLBN-A Bandung. Diharapkan dengan diberlakukan teknik ini dalam pembelajaran, dapat mengurangi ataupun menghilangkan perilaku-perilaku mal-adaptif yang dimiliki peserta didik dimaksud. B. Identifikasi Masalah Permasalahan-permasalahan yang peneliti identifkasi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sikap guru yang acuh apabila melihat perilaku peserta didik yang tidak baik dan tidak ada usaha untuk mengubahnya sehingga perilaku tersebut terus dipertahankan. 2. Stategi belajar yang tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik dapat mempengaruhi perilaku peserta didik dalam belajar. 3. Keterbatasan penglihatan pada peserta didik low vision menyebabkan mereka kesulitan dalam meniru/mencontoh bentuk-bentuk perilaku yang ada di lingkungannya. 4. Kurangnya model yang dapat dijadikan contoh dalam berperilaku membuat peserta didik low vision cenderung berperilaku mal-adaptif 5. Perilaku mal-adaptif dapat dikurangi dengan menggunakan teknik-teknik yang ada dalam modifikasi perilaku. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi permasalahan yang akan di teliti dalam penelitian ini pada peserta didik dengan hambatan penglihatan yang memiliki perilaku mal-adaptif., khususnya pada peserta didik low vision.perilaku mal-adaptif dapat dikurangi dengan menggunakan berbagai teknik yang ada dalam modifikasi perilaku, diantaranya:

7 teknik asertivitas, aversi, extinction, saniation, modeling, time out, token economy, behavior contract, shaping, chaining, promting, fading, ABA, dsb. Dari teknik-teknik tersebut, penulis memilih teknik behavior contract sabagai teknik yang akan digunakan untuk mengurangi perilaku mal-adaptif pada peserta didik low vision. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang harus dijawab melalui penelitian ini adalah Apakah teknik behavior contract dapat mengurangi perilaku mal-adaptif peserta didik low vision? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan teknik behavior contract untuk mengurangi perilaku mal-adaptif yang dimiliki oleh peserta didik low vision. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang penggunaan teknik behavior contract untuk mengurangi perilaku mal-adaptif pada peserta didik low vision. Secara khusus, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru dan orang tua dalam menangani peserta didik low vision yang memiliki perilaku maladaptif dan memberikan konstribusi pemikiran pada pihak sekolah dalam mengurangi perilaku mal-adaptif yang dimiliki oleh peserta didik berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah terutama saat belajar di ruang kelas.