BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MERUBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT.

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

BAB I PENDAHULUAN. industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja

TINJAUAN PUSTAKA. atau dibuat dari bahan asal batu bara, batu kapur, udara, air dan juga dari binatang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang.

KISI-KISI SOAL UJI COBA TEMA SAMPAH DAN PENANGGULANGANNYA (TES PENGUASAAN KONSEP)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama

Identitas Responden. Lampiran 2: Kuesioner Penelitian

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

No Properties Value 1 Density kg/m 3 2 Viscosity 5.27 m. Poise 3 Flash Point 22 o C 4 Fire Point 29 o C 5 Calorific Value

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia. Cadangan (proven+posibble) Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN DAN RASIO MINYAK/METANOL PADA PEMURNIAN MINYAK PIROLISIS DARI LIMBAH PLASTIK POLYETHYLENE

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE)

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II LANDASAN TEORI

Perubahan zat. Perubahan zat

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

yang terbuat dari lembaran atau potongan potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama (Maloney,1996). Mengacu pada pengertian ini, komposit serbuk

Karakteristik Limbah Padat

Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak?

INTRODUCTION TO POLYMER. Oleh : LILIK MIFTAHUL KHOIROH, M.Si

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak Salah satu penanganan efektif mengurangi timbulan sampah plastik adalah mengolahnya menjadi bahan bakar minyak yang nantinya bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Pada pengolahan sampah plastik menjadi minyak termasuk daur ulang tersier. - Pengolahan sampah plastik dari jenis polyester thermoplastic (PETE), high density polyethylene (HDPE), polypropylene (PP) dilakukan oleh (Abdul S.A, Bambang T 2014). dengan pengamatan visual untuk membandingkan jumlah bahan bakar yang dihasilkan dari proses pirolisis. Hasil pengujian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1. Hasil Pengujian Konversi Sampah Plastik Menjadi Minyak Massa Suhu Waktu Hasil Minyak Jenis Plastik (gr) (ºC) (Menit) (ml) PP (Polypropylene) PETE (Polyester Thermoplastic) 2000 350 60 1820 2000 400 80 1560 HDPE 2000 450 100 1350 (High Density Polyethylene) (Sumber : Abdul S.A, Bambang T. 2014) Dari Tabel 2.1 dapat dijelaskan sampah plastik jenis PP (Polypropylene) paling banyak menghasilkan minyak 1820 ml dibandingkan plastik PETE (Polyester Thermoplastic) 1560 ml dan HDPE (High Density Polyethylene) 1350 ml. 5

6 - Pengujian yang sudah pernah dilakukan oleh Annisa Marcellina, dkk (2013) menggunakan dari jenis sampah plastik kantong plastik bening (LDPE), kantong plastik hitam (LDPE), PP. Adapun hasil yang didapatkan setelah melalui pengujian pada Tabel 2.2 sebagai berikut : Tabel 2.2. Data pengujian proses pirolisis No Plastik Bening Plastik Hitam Waktu (LDPE) (LDPE) PP (menit) Suhu Keterangan Suhu Keterangan Suhu ( C) ( C) ( C) Keterangan 1 0 30 Belum ada Belum ada Belum ada 30 30 proses proses proses 2 10 40 Keluar asap 40 Keluar asap 40 Keluar Asap 3 15 40 Keluar asap 40 Keluar asap 95 Keluar Asap 4 30 55 Keluar asap 60 Keluar asap 135 Keluar Asap 5 45 65 Keluar asap 100 Keluar asap 140 Keluar hasil 6 60 85 Keluar asap 110 Keluar asap 150 Keluar hasil 7 75 110 Keluar hasil 120 Keluar hasil 115 Keluar hasil 8 90 140 Keluar hasil 130 Keluar hasil 100 Keluar hasil 9 105 160 Keluar hasil 100 Keluar hasil 140 Keluar hasil 10 120 135 Keluar hasil 115 Keluar hasil 150 Keluar hasil 11 135 115 Keluar hasil 125 Keluar hasil 135 Keluar hasil 12 150 100 Keluar hasil 105 Keluar hasil 130 Keluar hasil 13 165 100 Keluar hasil 100 Keluar hasil 95 Sudah tidak keluar hasil 14 180 90 Keluar hasil 90 Keluar hasil - - 15 195 85 Keluar hasil 80 Sudah tidak keluar hasil - - 16 210 75 Sudah tidak keluar hasil - - - - Hasil 618 ml/3kg 603 ml/3kg 1187 ml/3kg

7 Tabel 2.3. Perbandingan Hasil Proses Pirolisis Kantong Plastik Bening (LDPE), Kantong Platik Hitam (LDPE), PP Jenis Plastik Waktu Massa Suhu Hasil (Menit) (kg) ( C) (ml/3kg) Kantong plastik bening (LDPE) 75 3 110 618 Kantong plastik hitam (LDPE) 75 3 120 603 PP 45 3 140 1187 (Sumber : Annisa Marcellina, dkk, 2013) Dilihat pada Tabel 2.3 sampah plastik yang banyak menghasilkan cairan minyak adalah jenis plastik PP sebesar 1187 ml/kg dibandingkan kantong plastik bening (LDPE) dengan hasil 618 ml/3kg dan yang paling sedikit kantong plastik hitam (LDPE) sebesar 603 ml/3kg 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Sampah Sampah adalah limbah padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola supaya tidak membahayakan bagi lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Budi Utomo dan Sulastoro, 1999). Pada dasarnya sampah tersebut merupakan sisi dari segala aktivitas yang dilakukan manusia dan hewan. Awalnya sampah yang dibuang tersebut bukan merupakan masalah yang berarti, tapi pada masa sekarang ini permasalahan limbah padat telah melampaui ambang batas toleransi lingkungan dan telah mencemari air, udara dan tanah. Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat dirumuskan sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Sampah yang harus dikelola tersebut meliputi sampah yang dihasilkan dari : 1. Rumah tangga 2. Kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran, tempat hiburan.

8 3. Fasilitas sosial : rumah ibadah, asrama, rumah tahanan/penjara, rumah sakit, klinik, puskesmas. 4. Fasilitas umum: terminal, pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum, taman, jalan. Pada umumnya sampah yang ditimbulkan dari masyarakat hanya dibuang dan dipindahkan ke tempat pembuangan akhir dengan cara ditimbun tanpa memilah terlebih dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik (plastik). Gambar 2.1. Paradigma Lama (Juju Badung, 2012) Paradigma pada Gambar 2.1 yang seharusnya dirubah dari sekarang, sebelum sampah dibuang ke tempat pembuangan untuk di timbun, seharusnya ada pemilahan dan pengolahan sampah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir, dengan bertujuan agar sampah yang tidak bisa terurai (plastik) tidak ikut terbuang ke tempat pembuangan akhir seperti paradigma Gambar 2.2 sebagai berikut. Sumber Sampah Pewadahan Pemilahan Sampah Anorganik Bank Sampah Sampah Organik Pengolahan Diangkut Ke TPA Diaplikasikan Sesuai Fungsinya Dibuang dan Ditimbun Gambar 2.2. Paradigma Baru

9 Jenis sampah pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut : 1. Sampah Organik Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung dan sayuran. 2. Sampah Anorganik Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol minuman, botol minyak, pembungkus makanan dan kantong plastik. 2.2.2. Plastik Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul sederhana melalui proses kimia menjadi besar (polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah karbon dan hidrogen (Surono, 2013). Untuk membuat plastik, salah satu bahan baku yang sering digunakan adalah naptha, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi atau gas alam. Plastik merupakan material yang berbahan dasar polimer, contohnya adalah polipropylene (PP), polyvynil chloride (PVC), high density polyethylene (HDPE), low density polyethylene (LDPE), polyester thermoplastic (PETE), dan polystyrene (PS). Untuk membuat barang-barang plastik agar mempunyai sifatsifat yang dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan additive. Penggunaan bahan additive ini beraneka ragam tergantung pada bahan baku yang digunakan dan mutu produk yang akan dihasilkan. Berdasarkan fungsinya, maka bahan tambahan dikelompokkan

10 meliputi : UV, bahan penstabil (stabilizer). UV berfungsi mencegah kerusakan akibat pengaruh sinar matahari. Bahan penstabil (stabilizer) berfungsi untuk mempertahankan produk dari kerusakan baik selama proses pembuatan, dalam penyimpanan maupun aplikasi produk. 2.2.3.Jenis Plastik Secara Umum Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan termosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik jika dipanaskan sampai temperatur tertentu akan mencair dan dapat dibentuk menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah jenis plastik yang sudah dipadatkan tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan (Surono, 2013). Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik tersebut, thermoplastic adalah jenis plastik yang memungkinkan untuk di daur ulang. Polimer memiliki sifat sifat khusus, sebagai berikut : 1. Berat molekul kecil 2. Tidak tahan terhadap panas. 3. Jika dipanaskan akan melunak. 4. Jika didinginkan akan mengeras. 5. Mudah untuk diregangkan. 6. Fleksibel. 7. Dapat dibentuk ulang (daur ulang). 8. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai. Jenis plastik yang termasuk dalam kategori thermoplastic bisa dilihat pada Tabel 2.4 sebagai berikut :

11 Tabel 2.4. Jenis plastik dan kegunaanya Jenis Kegunaan Kode Keterangan Polyester thermoplastic (PETE) High Density Polyethylene (HDPE) Polyvynil Chloride (PVC) Low Density Polyethylene (LDPE) Polypropylene (PP) Polystyrene (PS) Botol Disarankan satu kali minuman, pemakaian, tidak boleh botol kecap untuk menyimpan air panas Disarankan satu kali Botol pemakaian, jika dipakai shampoo, berulang bahan penyusun bahan mainan, tercampur dalam bahan botol obat pangan Botol minyak goreng, Tidak disarankan untuk selang, lapisan wadah makanan kabel, Pipa Kantong roti, Boleh digunakan sekali dan kantong tidak boleh digunakan pada kresek, jas makan yang masih panas hujan plastik Bungkus Dapat dipakai kembali dan snack, sangat baik untuk sedotan, gelas menyimpan makanan dan kemasan air minuman minum Styrofoam, Digunakan sekali pakai Cup kopi untuk wadah minuman dan sekali pakai perhatikan lagi dalam penggunaanya Galon air Dapat digunakan berulang, Other, misalnya: mineral, botol karena sifat termalnya stabil polikarbonat susu bayi (Sumber : Kurniawan, 2012)

12 Dari Tabel 2.4 pada masing-masing jenis plastik sifat karakteristik masing-masing sebagai berikut : 1. Polyester thermoplastic (PETE) Gambar 2.3. Kemasan Plastik PETE (Sahabat Kertas, 2016) Jenis plastik pada Gambar 2.3 mempunyai sifat karakteristik sebagai berikut : a. Tembus pandang (transparan), bersih dan jernih b. Tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buahbuahan, sehingga dapat digunakan untuk mengemas minuman sari buah. c. Tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzil alkohol. d. Kuat dan tidak mudah sobek e. Tidak mudah dikelim dengan pelarut 2. High Density Polyethylene (HDPE) Gambar 2.4. Kemasan Plastik HDPE (Sahabat Kertas, 2016) Jenis plastik pada Gambar 2.4 mempunyai sifat karakteristik sebagai berikut : a. Kuat b. Berbahan kaku c. Lapisan berminyak d. Mudah dicetak

13 3. Polyvynil Chloride (PVC) Gambar 2.5. Kemasan Plastik PVC (Sahabat Kertas, 2016) Jenis plastik pada Gambar 2.5 mempunyai sifat karakteristik sebagai berikut : a. Kuat b. Keras c. Bisa jernih d. Bentuk dapat diubah dengan pelarut 4. Low Density Polyethylene (LDPE) Gambar 2.6. Kemasan Plastik LDPE (Sahabat Kertas, 2016) Jenis plastik pada Gambar 2.6 bahan additive yang terkandung pada plastik ini adalah BHEB 18%, isonox 129 21%, irganox 1076 18%, dan irganox 1010 12%. Sifat dari plastik ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Penampakannya bervariasi dari transparan, berminyak sampai keruh tergantung proses pembuatan dan jenis resin.

14 b. Lentur sehingga mudah dibentuk dan mempunyai daya rentang yang tinggi. c. Tahan asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan kimia. d. Kedap terhadap air, uap air dan gas. e. Dapat digunakan untuk penyimpanan beku hingga suhu -50 0 C f. Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk pengemasan bahan yang beraroma. g. Tidak sesuai untuk bahan pangan berlemak h. Mudah lengket sehingga sulit dalam proses laminasi, tapi dengan bahan antiblok sifat ini dapat diperbaiki. 5. Polypropylene (PP) Gambar 2.7. Kemasan Plastik PP (Sahabat Kertas, 2016) Jenis plastik pada Gambar 2.7 bahan additive yang terkandung dalam plastik ini adalah stabilator panas (AE) 4%, stabilator panas (AJ) 4%, pelumas (AH) 5%, syntetic hydrotalcite (HD) 3%, slip agent (SB) 14%, dan antiblocking (SC) 8%. Sifat dari plastik ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Keras tapi fleksibel b. Ringan c. Mudah dibentuk d. Kuat e. Permukaan berlilin f. Tahan terhadap bahan kimia dan minyak

15 6. Polystyrene (PS) Gambar 2.8. Kemasan Plastik PS (Sahabat Kertas, 2016) Jenis plastik pada Gambar 2.8 mempunyai sifat karakteristik sebagai berikut : a. Bentuk busa b. Ringan c. Getas d. Kaku e. Biasanya berwarna putih f. Melunak pada suhu 95ºC g. Baik untuk kemasan bahan segar h. Permukaan licin, jernih dan mengkilap serta mudah dicetak i. Bila kontak dengan pelarut akan keruh i. Mudah menyerap pemlastis, jika ditempatkan bersama-sama dengan plastik lain menyebabkan penyimpangan warna j. Baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium) 7. Other Gambar 2.9. Kemasan Plastik Other (Sahabat Kertas, 2016)

16 Jenis plastik pada Gambar 2.9 mempunyai sifat karakteristik sebagai berikut : a. Keras b. Tahan panas c. Tidak mudah pecah 2.2.4. Dampak Sampah Plastik Bagi Lingkungan Penggunaan plastik yang berlebihan mengakibatkan jumlah timbulan sampah plastik yang sangat besar. Dalam kondisi seperti itu dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sebagai berikut : 1. Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah. 2. Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan aliran air sungai. 3. Sampah jenis kantong plastik akan mengganggu jalur air yang meresap ke dalam tanah. 4. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi. 2.2.5. Daur Ulang Sampah Plastik Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali barang barang yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi melalui proses fisik maupun kimiawi sehingga diperoleh produk yang dapat dimanfaatkan kembali. Daur ulang (recycle) sampah plastik dapat dibedakan menjadi tiga cara, sebagai berikut :

17 1. Daur ulang primer Daur ulang limbah plastik menjadi produk yang memiliki kualitas yang hampir setara dengan produk aslinya. 2. Daur ulang sekunder Daur ulang yang menghasilkan produk yang sejenis dengan produk aslinya tetapi dengan kualitas di bawahnya 3. Daur ulang tersier Daur ulang sampah plastik menjadi bahan kimia atau menjadi bahan bakar. 2.2.6. Pirolisis Pirolisis adalah fraksinasi material oleh suhu. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 C, Ketika komponen yang tidak stabil secra termal, dan volatil matters pada sampah akan pecah dan menguap bersamaan dengan komponen lainnya, produk cair yang menguap mengandung tar dan polyaromatic hidrokarbon (Ramadhan, Aprian & Munawar Ali : 45) Pirolisis merupakan peruraian dengan bantuan panas tanpa adanya oksigen atau dengan jumlah oksigen yang terbatas. Biasanya terdapat tiga produk dalam proses pirolisis yaitu arang, gas, dan cairan dapat dilihat pada Gambar 2.10 sebagai berikut : Arang Pirolisis Gas Cairan Gambar 2.10. Hasil Proses Pirolisis Pada proses pirolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain waktu, suhu, jumlah partikel, ukuran partikel, berat partikel (Ely Kurniawati, 2009). Faktorfaktor tersebut dapat dijelaskan, sebagai berikut :

18 1. Waktu Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena, semakin lama waktu pirolisis berlangsung, produk yang di hasilkan semakin naik. 2. Suhu Suhu sangat berpengaruh terhadap produk yang di hasilkan karena semakin tinggi nilai konstanta dekomposisi termal akibatnya laju pirolisis bertambah dan konversi naik. Pengaturan suhu dalam tangki pirolisis. Sehingga plastik dapat meleleh dengan cepat dan kemudian menguap sampai habis. 3. Jumlah partikel Semakin banyak bahan yang digunakan, menyebabkan hasil bahan bakar cair meningkat. 4. Ukuran Partikel Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil. Semakin besar ukuran partikel luas permukaan per satuan berat semakin kecil,sehingga proses akan menjadi lambat. 5. Berat Partikel Semakin banyak bahan yang dimasukkan menyebabkan hasil bahan bakar cair dan arang meningkat. Menurut kondisi operasinya, proses pirolisis dapat dibagi dalam 3 jenis kategori yang dapat dilihat pada Tabel 2.5 sebagai berikut : Tabel 2.5. Parameter Operasi Proses Pirolisis Waktu Suhu Proses Ukuran partikel Tinggal Kelvin Celcius Pirolisis (mm) (s) ( K) ( C) Slow 450-500 5-50 550-950 226,85-676,85 Fast 0,5-10 < 1 850-1250 576,85-976,85 Flash < 0,5 < 0,2 1050-1300 776,85 1026,85 (Sumber : Jahirul dkk, 2012)

19 Pada tabel 2.5 proses parameter operasi proses pirolisis dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pirolisis lambat (Slow Pyrolysis) Pirolisis yang dilakukan pada pemanasan suhu 226,85 C 676,85 C, proses ini menghasilkan cairan yang sedikit sedangkan gas dan arang lebih banyak dihasilkan. 2. Pirolisis cepat (Fast Pyrolysis) Pirolisis ini dilakukan pada pemanasan suhu 576,85 C - 976,85 C dengan temperatur lebih tinggi maka gas yang ditimbulkan akan meningkat dan cairan yang dihasilkan semakin banyak dibanding dengan proses pirolisis lambat. 3. Flash Pirolisis Pirolisis ini dilakukan pada pemanasan suhu 776,85 C 1026,85 C dengan temperatur semakin tinggi maka gas yang ditimbulkan akan lebih meningkat dan cairan yang dihasilkan semakin banyak dibanding dengan proses pirolisis cepat. Dekomposisi proses pirolisis dijabarkan dapat dilihat pada Tabel 2.6 sebagai berikut : Tabel 2.6. Dekomposisi Proses Pirolisis Dari Temperatur Rendah Ke Tempeatur Tinggi Temperatur Keterangan 100ºC s/d 200ºC Pengeringan dengan pemanasan 250ºC Hilangnya cairan dan karbondioksida 340ºC Putusnya rantai karbon makromolekul 380ºC Tahap pirolisis 400ºC Pecahnya rantai C-O dan H Konversi komponen dalam hal ini untuk menghasilkan 400ºC s/d 600ºC produk pirolisis cair Pemecahan komponen untuk menghasilkan komponenyang 600ºC stabil (gas, hidrokarbon rantai pendek)

20 2.2.7. Destilasi Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat didihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu, kemudian uap tadi akan mengalami proses pendinginan pada kondensor. Di dalam kondensor akan terjadi proses perubahan fase uap menjadi cair yang akan mengalir sebagai destilat (Muvet, 2016) 2.2.8. Kondensasi Kondensasi adalah proses pelepasan kalor dari suatu sistem yang menyebabkan uap berubah menjadi cair. Dalam proses merubah gas menjadi cair dapat dilakukan dengan cara menaikkan tekanannya atau dengan menurunkan temperaturnya. Dari metode tersebut yang lebih murah dan mudah dengan menurunkan temperaturnya menggunakan media air sebagai pendinginannya. Kondensasi terjadi ketika uap menyentuh permukaan yang temperaturnya dibawah temperatur jenuh dari uap tersebut. Ketika cairan terbentuk pada permukaan kondensat ini akan mengalir karena pengaruh gravitasi (Welty, James R., Charles E, Wicks Robert E, Wilson and Gregory R., 2004) Hasil cairan dari proses kondensasi tersebut juga dipengaruhi oleh pemakaian dimensi panjang pipa yang ada didalam tangki kondensor. Apabila pipa kondensor terlalu panjang, uap yang terkondensasi sedikit, sehingga waktu yang dibutuhkan cairan mengalir keluar ke separator menjadi lebih lama, dan kemungkinan tertinggalnya cairan di dalam pipa kondensor semakin besar. 2.2.9. Asap Cair Asap merupakan suatu sistem yang komplek yang terdiri dari fase cairan terdispersi dalam medium gas sebagai pendispersi. Asap diproduksi dengan cara pembakaran tidak sempurna yang melibatkan reaksi dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organik dengan berat molekul rendah karena pengaruh panas yang meliputi reaksi oksidasi, polimerisasi dan kondensasi. Jumlah partikel

21 padatan dan cairan dalam medium gas menentukan kepadatan asap. Selain itu asap juga memberikan pengaruh warna rasa dan aroma pada medium pendispersi gas. Limbah plastik dipanaskan di atas suhu leburnya sehingga berubah jadi uap. Proses pemanasan ini menyebabkan perengkahan pada molekul polimer plastik menjadi potongan molekul yang lebih pendek. Selanjutnya, molekul-molekul ini didinginkan menjadi fase cair. Cairan yang dihasilkan jadi bahan dasar minyak atau minyak mentah atau pyrolytic oil sebagai produk cair mengandung naptha dan komponen lain yang relatif potensial untuk diolah kembali menjadi fraksi yang dapat memberikan nilai tambah. Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis sampah plastik memiliki potensi sebagai bahan bakar cair dengan diketahuinya kandungan komponen atau senyawa dari asap cair pirolisis limbah plastik. 2.2.10. Manfaat Pengolahan Sampah Plastik Bagi Lingkungan Dan Kesehatan Dengan mengurangi jumlah sampah dengan mengolah sampah plastik menjadi minyak banyak mempunyai manfaat, sebagai berikut : 1. Mengurangi pencemaran Pencemaran tanah dan air sangat didominasi oleh sampah plastik. Hal ini disebabkan konsumsi plastik tidak terbatas, sedangkan kesadaran akan dampak yang di timbulkan belum di pahami. Lapisan tanah yang terkontaminasi dengan sampah plastik menyebabkan rusaknya lapisan humus. Sedangkan air yang terkontaminasi dengan plastik, akan menyebabkan air tersebut tidak baik untuk dikonsumsi karena mengandung banyak bakteri yang akan mengancam kesehatan. Dengan mengolah limbah plastik yang terdapat di lingkungan sekitar kita menjadi minyak, bisa sedikit membantu mengurangi dampak tersebut. 2. Lingkungan Asri Suatu lingkungan dapat di katakan asri apabila memenuhi bersih, sehat dan nyaman. Lingkungan asri dapat tercipta apabila lingkungan tersebut bersih dari

22 sampah plastik yang berserakan. Jika lingkungan tersebut bersih, maka akan tercipta lingkungan yang sehat. Untuk menciptakan lingkungan yang asri memerlukan beberapa tindakan atau langkah yang dapat ditempuh diantaranya mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Jika sampah plastik dapat di kurangi maka lingkungan akan nyaman untuk di tempati. 3. Penghematan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah plastik merupakan salah satu limbah yang berpengaruh cukup besar terhadap tempat pembuangan akhir (TPA). Pengelolaan sampah plastik y ang hanya cukup ditimbun atau dibuang akan menimbulkan berbagai macam dampak negatif, karena tidak selamanya menimbun sampah akan menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu pola pikir bahwa pengelolaan ssampa hanya di buang harus dirubah.