Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

dokumen-dokumen yang mirip
JUDUL RUMUSAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN GIANYAR

Arahan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian di Kabupaten Gresik

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: C-52

fungsi jalan, harga lahan, pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk dan ketersediaan sarana prasarana. C uste s r te I Cluster II

Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Katingan

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani Pemilik Lahan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN LEGISLASI LAHAN DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

INSENTIF EKONOMI DAN ASPEK KELEMBAGAAN UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

UPAYA MEMPERTAHANKAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TEGAL

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mempertahankan Tanah Agraris

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

PENDAHULUAN Latar Belakang

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

LAMPIRAN. Lampiran 1 Peta Transek Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang penting yaitu sebagian besar penggunaan lahan. Pertanian di Indonesia dapat berjalan dengan baik karena didukung adanya

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

RENCANA UMUM PENGADAAN PADA DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2013

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

STRATEGI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

1. Penjabaran Nawacita di dalam program dan kegiatan

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB III METODE PENELITIAN

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SAMPANG

2013, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

PENGANTAR. Ir. Suprapti

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

Transkripsi:

Tugas Akhir PW 09-1333 Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit dikabupaten Siak-Riau Ikhlas Saily NRP 3607 100 027 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012

Kabupaten Siak, merupakan salah satu wilayah yang terletak di Provinsi Riau yang mengalami perubahan pemanfaatan lahan. Dalam kurun waktu 5 tahun, telah terjadi alih fungsi lahan pertanian sawah mencapai 443 ha (Dinas pertanian Kabupaten Siak). Pembangunan sektor pertanian pertanian di Kabupaten Siak sangat penting karena berperan dalam penyediaan kebutuhan pangan, Berdasarkan PDRB tahun 2004, sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB 44,67%. Jika Alih fungsi lahan pertanian yang cukup pesat ini tidak dikendalikan lambat laun akan berpengaruh terhadap ketidak seimbangan penyediaan pangan pada Kabupaten Siak.

Alih fungsi lahan pertanian yang berupa lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Diketahui bahwa perubahan lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit yang terjadi di kabupaten Siak ini berimplikasi negatif terhadap keseimbangan swasembada pangan. Hal ini mengakibatkan perlunya usaha pengendalian perubahan lahan pertanian untuk menanggulangi implikasi negatif tersebut. Untuk itu perlu adanya perumusan konsep pengendalian sebagai proses awal untuk mengatasinya. Faktor-faktor apa dan konsep pengendalian seperti apa yang sesuai dan efektif dari alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Bungaraya?

Tujuan Merumuskan konsep pengendalian perubahan penggunaan lahan pertanian ke perkabunan kelapa sawit dalam rangka mendukung ketahan pangan. Menentukan faktor penyebab alih fungsi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak. Sasaran Merumuskan tipologi alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak. Merumuskan konsep pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak.

Secara administratif batas wilayah Kabupaten Siak adalah sebagai berikut: Utara : Kabupaten Bengkalis Selatan : Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan dan Kota Pekan Baru Barat : Kabupaten Rokan Hulu Timur : Kabupaten Kepulauan Meranti

No Sumber Variabel Dari Teori Variabel Yang Akan Diteliti 1. Menentukan faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab alih fungsi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak Suwarjoko Warpani Menurut Dedi Kurdianto Lutfi I, 1997 Tabel 2.3 Sintesa Pustaka 1. Topografi 2. Jumlah Penduduk 3. Harga Lahan 4.Aksesibilitas 6 Sarana dan Prasarana 7. Produktivitas 1. Pendapatan 2. Resiko 3. Nilai Jual 4. Biaya Produksi 5. Ketersediaan Air 6. Teknologi Pertanian 1.Sistem Ekonomi 2.KehidupanSosial Masyarakat 3.Aturankebijakan Pemerintah 1.Produktivitas 1.Pendapatan 2.Biaya produksi 3.Ketersediaan air 1. Aturan Kebijakan Pemerintah 2 Menyusun pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak Iqbal (2007) Peraturan Kebijakan 1. Peraturan Kebijakan Harjono (2005) 1.Peraturan kebijakan 1. Peraturan Kebijakan 2.Mekanisme Perizinan

Penelitian deskriptif Penelitian yang memaparkan, menuliskan, dan melaporkan suatu peristiwa dengan tujuan membuat suatu deskripsi atau pencanderaan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu (Nazir, 2003).

Faktor Variabel Defenisi Operasional Lingkungan Ketersediaan air Debit air untuk kegiatan pertanian lahan sawah Rawan Hama Luas lahan pertanian sawah yang rusak akibat hama perkebunan kelapa sawit yang bisa langsung memasuki lahan pertanian sawah. Aksesibilitas Jarak dari lokasi pertanian ke pusat kegiatan wilayah. Ekonomi Pendapatan Tinggi rendahnya pendapatan petani lahan sawah dalam satu kali panen pendapatan hasil produksi pertanian sawah Tinggi : > Rp 3.000.000,00 Sedang : Rp 1.000.000,00 Rp3000.000,00 Rendah : < Rp 1.000.000,00 Produksi lahan Besarnya produksi hasil pertanian Tinggi : 11.760,8 16.682,5 kw/ha Sedang : 6.839,2 11.760,8 kw/ha Rendah : 1917,6-6.839,2 kw/ha Aturan Kebijakan Biaya Produksi Kebijakan Pemerintah Besarnya biaya (cost) yang dikeluarkan untuk pertanian. jumlah aturan kebijakan yang berfungsi sebagai pengendali alih fungsi lahan pertanian.

Survey Data Primer Observasi langsung Wawancara Metode Pengumpulan Data Survey Data Skunder Survey instansi Survey literatur Analisis responden Analisis stakeholder

Metode dan Teknik Analisa Data No. Sasaran Penelitian Variabel Teknik Output 1. Menganalisa faktorfaktor apa saja yang menjadi penyebab Alih Fungsi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak 2. Merumuskan tipologi alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di kabupaten Siak 3. Merumuskan konsep pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak Sumber daya air Aksesibilitas Rawan hama Pendapatan Produktivitas lahan Biaya Produksi Kebijakan Faktor-Faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian Kriteria pengendalian Kebijakan Analisis Deskriptif Analisa Delphi Faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian Analisa Cluster Tipologi alih fungsi lahan pertanian menjadi pekebunan kelapa sawit berdasarkan faktor penyebabnya Expert Judgement Arahan pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian berdasarkan masingmasing tipologi alih fungsinya

BAB IV PEMBAHASAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN Analisis Deskriptif Variabel dengan Teori, Kondisi Eksisting dan Peraturan Perundangan Terkait Alih Fungsi Lahan Pertanian No. Variabel Analisis yang rendah menyebabkan perubahan struktur ekonomi yang berakibat meningkatnya permintaan lahan untuk kegiatan non pertanian, sehingga merangsang alih fungsi lahan pertanian yang dialokasikan untuk pembangunan kawasan industri dan perdagangan (Irawan, 2005). Peraturan Menteri Pertanian No.18 Tahun 2010 memberikan kebijakan melalui pembiayaan pertanian terbatas. Hal tersebut didasarkan pada pendapatan sektor pertanian yang rendah menyebabkan usaha tani tidak dijalankan dengan optimal. Akibatnya adalah pertanian tidak tumbuh dengan baik dan beroparasi secara terbatas sehingga tidak efisien. Ketika lahan pertanian sudah tidak efisien lagi, hal itu mempengaruhi petani untuk melakukan alih fungsi lahan. Di wilayah penelitian, parameter tinggi rendahnya pendapatan sektor pertanian dalam satu 1. Pendapatan Pendapatan sektor pertanian sangat bergantung pada luas lahan sawah serta hasil produksi. Pendapatan sektor pertanian kali masa panen sesuai hasil survey (2011) adalah: Tinggi : > Rp 3.000.000,00 Sedang : Rp 1.000.000,00 Rp3000.000,00 Rendah : < Rp 1.000.000,00 Jadi, pendapatan sektor pertanian rata-rata <Rp1.000.000,00 dalam satu kali masa panen dapat menjadi penyebab alih fungsi lahan pertanian menjadi Perkebunan Kelapa sawit di Kabupaten Siak. berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Faktor demand tersebut adalah produktivitas dan luas lahan, dimana semakin rendah produktivitas lahan pertanian dari sisi hasil produksinya, maka semakin tinggi peluang untuk teralih fungsi lahan pertanian (Irawan, 2005). Untuk hasil produksi pertanian di wilayah penelitian, parameter tinggi rendahnya 2. Produktivitas Secara ekonomi pada dasarnya faktor demand mempengaruhi terhadap harga lahan yang secara simultan akan melihat data series 2005-2009 hasil produksi pertanian dari BPS : Tinggi : 11.760,8 16.682,5 kw/ha Sedang : 6.839,2 11.760,8 kw/ha Rendah : 1917,6-6.839,2 kw/ha Produktivitas lahan pertanian di Kabupaten Siak rata-rata 6.439 kw/ha, hasil produksi yang rendah ini dapat menjadi penyebab alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelap sawit di Kabupaten Siak. 3. Biaya Produksi Usaha tani padi sawah membutuhkan biaya yang cukup besar, dimana kebutuhan akan sarana produksi (pupuk, pestisida) dan biaya tenaga kerja sangat tinggi. (Dedi Kurdianto) Biaya produksi pertanian yang tinggi merupakan salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Siak ini.

No. Variabel Analisis 4. Kebijakan Alih fungsi lahan pertanian dapat terjadi diakibatkan oleh pengaturan kebijakan pemerintah. Alih fungsi lahan pertanian di Indonesia disebabkan oleh sulitnya mendapatkan informasi yang cukup terutama penerapan kebijakan di lapangan.( Lutfi I, 1997 ) Pada wilayah penelitian Kurangnya informasi mengenai kebijakan penggunaan lahan dan belum adanya peraturan pengendalian alih fungsi kawasan pertanian yang efektif dapat menjadi penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit ini 5. Ketersediaan Air Pada berbagai daerah yang selama ini merupakan sentra produksi beras, lahan sawah para petani telah banyak dialih fungsikan dikarenakan areal persawahan sudah sulit mendapatkan air. (Dedi Kurdianto) Banyaknya saluran irigasi yang rusak dan seringnya petani mengalami kesulitan mendapatkan air menjadi salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit ini. 6. Rawan Hama Usaha tani tanaman padi sangat rentan terhadap kegagalan panen atau fuso hal ini dapat disebabkan oleh hama dan penyakit juga faktor alam. (Dedi Kurdianto) Pada wilayah penelitian tidak adanya pembatas anatara lahan pertanian sawah dengan perkebunan kelapa sawit sehingga berdampak pada hama perkebunan kelapa sawit yang bisa mengganggu lahan pertanian sawah. 7. Aksesibilitas Lahan sawah yang berada di lokasi dengan kondisi aksesibilitas tinggi dan infrastruktur yang lengkap, memicu tingginya harga lahan, harga lahan yang tinggi akhirnya mempengaruhi petani untuk mengalih fungsi lahan pertanian lahan sawahnya (Ilham, 2008).

Berdasarkan penjabaran hasil eksplorasi pendapat dari kuesioner tahap 1 dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh faktor disetujui oleh responden sebagai faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian sawah di Kabupaten Siak, kecuali faktor aksesibilitas dan ketersediaan sumber daya air. Agar terjadi kesepakatan/konsensus dari seluruh responden terhadap seluruh faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian sawah di Kabupaten Siak, maka dibutuhkan iterasi dengan menyebarkan kembali kuesioner tahap 2. No. Faktor Variabel R1 R2 R3 R4 R5 1. Rendahnya nilai ekonomis lahan pertanian 2. Kondisi lingkungan lahan pertanian Hasil Iterasi I Pendapatan S S S S S Petani Produktivitas S S S S S Lahan Biaya Produksi S S S S S Aksesibilitas TS TS TS TS TS Ketersediaan Sumber Daya Air S TS S S S Rawan Hama S S S S S 3. Aturan Kebijakan Kebijakan S S S S S Pemerintah

Hasil wawancara dari tahap I ini akan dirangkum dan digunakan sebagai pertanyaan umpan balik di putaran tahap II ini. Putaran tahap II ini dianggap sebagai iterasi kedua. Iterasi kedua ini harus dilakukan karena ada beberapa variabel yang belum disepakati oleh para responden. Adapun hasilnya dapat dilihat sebagai berikut. No. Faktor Vaariabel R 1 1. Rendahnya nilai ekonomis lahan pertanian 2. Kondisi lingkungan lahan pertanian Hasil Iterasi II Pendapatan Petani Produktivitas Lahan R 2 R 3 R 4 R 5 S S S S S S S S S S Biaya Produksi S S S S S Ketersediaan S S S S S Sumber Daya Air. Rawan Hama S S S S S 3. Aturan Kebijakan Kebijakan Pemerintah S S S S S

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada iterasi kedua ini terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan lahan pertanian, maka didapatkan ada 3 faktor yang terdiri atas 6 variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan lahan pertanian di Kabupaten Siak, yaitu: 1. Rendahnya Nilai ekonomis lahan Pertanian Pendapatan Petani Biaya Produksi Produktifitas Lahan 2. Kondisi lingkungan Sumber Daya Air Ketersediaan Sumber Daya Air 3. Aturan Kebijakan Kebijakan Pemerintah Hasil Output No. Faktor Vaariabel R 1 1. Rendahnya nilai ekonomis lahan pertanian 2. Kondisi lingkungan lahan pertanian Pendapatan Petani Produktivitas Lahan 3. Aturan Kebijakan Kebijakan Pemerintah R 2 R 3 R 4 R 5 S S S S S S S S S S Biaya Produksi S S S S S Ketersediaan S S S S S Sumber Daya Air. Rawan Hama S S S S S S S S S S

Tipologi I (kecendrungan Alih Fungsi Lahan Tinggi) Tipologi 1 merupakan kelompok Kecamatan dimana faktor-faktor penyebab alih fungsinya berpengaruh tinggi dilihat dari total bobot faktor sebesar 17,4. Hal ini dikarenakan rendahnya pendapatan petani yaitu Rp.± 1.000.000 per bulan, sehingga petani lebih memilih komoditas lain yang pendapatannya lebih tinggi yaitu perkebunan kelapa sawit yang bisa mencapai Rp.± 2.000.000 per bulan. Perumusan Tipologi Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi perkebunan Kelapa sawit Cluster Faktor Total Tipologi F1 F2 F3 bobot faktor Cluster 1 9,2 4 3,2 17,4 1 Cluster 2 8 4 2 14 2 Tipologi II(kecendrungan Alih Fungsi Lahan Rendah) Tipologi 2 merupakan kelompok dimana faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan pertaniannya berpengaruh Rendah dilihat dari total bobot faktor sebesar 14. Hal ini dikarenakan pendapatan hasil pertanian yang tergolong sedang Rp. 1.000.000- Rp.3.000.000 sehingga lahan sawah tidak terlalu terdesak untuk kepentingan ekonomi, sistem jaringan irigasi teknis yang ada juga masi bisa berfungsi dengan baik.

Kompilasi Hasil Analisa Expert Judgement Tipologi I (Tinggi) Karakteristik Kawasan Konsep Pengendalian Kawasan Faktor Ekonomi 1. Rendahnya pendapatan dan hasil produksi pertanian dikarenakan - Pemberlakuan insentif berupa subsidi pertanian berdasarkan kondisi eksisting pendapatan di sektor pertanian sawah dalam satu kali penen yaitu sebesar Rp. 6. 387.000 per Ha/6 bulan, sedangkan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas guna meningkatkan pendapatan pertanian bagi untuk lahan perkebunan kelapa sawit, pendapatan yang diperoleh yaitu petani yang mempertahankan lahan pertaniannya. sebesar Rp. ± 12.000.000,- per Ha/6 bulan dengan asumsi dalam satu bulan - Pemberian insentif khusus kepada petani berupa pendapatan petani perkebunan kelapa sawit Rp ± 2.000.000, per Ha. keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB), Perbandingan pendapatan yang cukup signifikan antara petani lahan sawah diharapkan bisa mengurangi beban petani sehingga dengan perkebunan kelapa sawit ini menjadi penyebab terjadinya alih dapat meningkatkan kesejahterannya. fungsi lahan pertanian. - Pemberian sarana produksi tanaman (saprotan), seperti benih, pupuk dan sebagai penunjang kegiatan pertanian. - Penerapan konsep pertanian terpadu pada lahan sawah beririgasi teknis yaitu dengan mengintegrasikan tanaman padi, perikanan dan peternakan (integrasi padi,ikan,itik), integrasi ini disamping mendatangkan pendapatan petani juga memberikan dampak positif bagi pertanian berkelanjutan.

Karakteristik Kawasan 1. Banyaknya saluran irigasi yang telah rusak menyebabkan lahan pertanian mengalami kesulitan dalam mendapatkan air 2. Usaha tani tanaman padi sangat rentan terhadap kegagalan panen atau fuso hal ini dapat disebabkan oleh hama dan penyakit juga faktor alam. Berdasarkan kondisi faktual diwilayah penelitian tidak adanya pembatas antara lahan pertanian sawah dan perkebunan kelapa sawit sehingga akan berakibat hama perkebunan kelapa sawit yang bisa mengganggu lahan pertanian sawah. Tipologi I (Tinggi) Faktor Lingkungan Konsep Pengendalian Kawasan - Normalisasi saluran irigasi pertanian lahan sawah. - Adanya batas atau buffer zone antara lahan pertanian sawah dan perkebunan kelapa sawit, hal ini guna mencegah terganggunya ketersediaan air lahan pertanian sawah dan hama perkebunan kelapa sawit yang bisa langsung mengganggu lahan pertanian sawah. 1. Adanya Kegiatan pertanian yang telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit menunjukkan bahwa apa yang terjadi dilapangan tidak sesuai dengan kebijakan yang ada. Faktor Aturan Kebijakan - Memberlakukan pembatasan alihfungsi lahan pertanian dan melakukan perwilayahan (zoning) terhadap lahan yang ada serta kemungkinan terjadinya proses alih fungsi lahan pertanian. - Menerapkan UU No.41 Tahun 2009 yaitu Pemberlakuan sanksi administratif berupa peringatan tertulils bagi pelaku alih fungsi lahan pertanian sawah, pencabutan izin, pencabutan insentif dan pemulihan fungsi awal lahan pertanian dan juga memberlakuan sanksi pidana berupa hukuman penjara atau denda bagi pelaku alih fungsi lahan pertanian sawah.

Kesimpulan BAB V KESIMPULAN

Untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak dibutuhkan konsep pengendalian yang bersifat makro dan mikro. konsep yang bersifat makro antara lain: 1. Perumusan Perda mengenai perijinan, dan insentif/disinsentif 2. Perumusan Perda mengenai penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang di lahan pertanian yang konservasi. Sedangkan konsep yang bersifat mikro antara lain : 1. Memberikan insentif berupa subsidi pertanian untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas guna meningkatkan pendapatan pertanian dengan cara memberikan bantuan pupuk; 2. Normalisasi pada sarana dan prasarana irigasi; 3. Adanya batas atau buffer zone antara lahan pertanian sawah dan perkebunan kelapa sawit, hal ini guna mencegah terganggunya ketersediaan air lahan pertanian sawah dan hama perkebunan kelapa sawit yang bisa langsung mengganggu lahan pertanian sawah. 4. Memberlakukan pembatasan alihfungsi lahan pertanian dan melakukan perwilayahan (zoning) terhadap lahan yang ada serta kemungkinan terjadinya proses alih fungsi lahan pertanian

Berdasarkan hasil-hasil temuan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan rekomendasi. Rekomendasi tersebut antara lain : Harus ada sosialisasi terkait dengan adanya peraturan sehingga masyarakat juga akan ikut terlibat. Perlu dilakukan kebijakan pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit yang sifatnya menyeluruh dengan partisipasi dari keseluruhan stakeholders mengingat alih fungsi lahan yang tidak terkendali.

TERIMAKASIH