BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ekonomi sekarang ini berdampak pada semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha, yaitu sektor negara, swasta

BAB III METODE PENELITIAN. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PERUSAHAAN SARI PUTRA MANDIRI DI BLORA

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagian besar perusahaan dalam mendirikan usaha memiliki tujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk membangun perekonomian Indonesia yaitu dengan memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan- perusahaan milik negara maupun perusahaan- perusahaan milik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi

Analisis rasio keuangan. perusahaan daerah aneka karya. Kabupaten Boyolali. tahun Yulaika Dyah Iswandari F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dibutuhkan data dan informasi yang sesuai dengan sifat

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan yan dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat dikatakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang beranggotakan oleh seseorang atau badan hukum koperasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis. yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB I PENDAHULUAN 1.3 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. datang. Akan tetapi laba yang besar bukan merupakan ukuran perusahaan itu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada saat ini sedang menuju pada era globalisasi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Didalam penelitian ini dibutuhkan data dan informasi yang sesuai dengan sifat

MANAJEMEN MODAL KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring bertambah dewasanya perusahaan, mereka harus dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Modal Kerja Bagian 1. Sumber : Syafarudin Alwi Bambang Riyanto

8 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya

Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat

BAB II TINJAUAN PUTAKA. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. lalu, kita dihadapkan kepada perdagangan bebas yang menimbulkan pasar yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

BAB I PENDAHULUAN. telah menyebabkan banyak perusahaan yang sulit untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGOLAHAN MODAL KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1 telah digariskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. demikian, hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. produksi mobil yang dirakit di Indonesia berada pada kira-kira dua juta unit. per tahun (

BAB I PENDAHULUAN To be a Trusted Postal Service Company, PT Pos Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Nasional di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dunia saat ini memasuki era globalisasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan dampak globalisasi dapat. menciptakan peluang bagi koperasi untuk meningkatkan kemampuan guna

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional merupakan petunjuk atau gambaran tentang bagaimana suatu

MANAJEMEN KEUANGAN 1 (Manajemen Modal Kerja)

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya. komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR MODAL KERJA DAN SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI

Analisis Penggunaan Modal Kerja Pada Koperasi Karyawan Makmur Niaga PT. Wika Beton Sumut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ekonomi sekarang ini berdampak pada semakin ketatnya persaingan perekonomian di Indonesia. Kondisi ini menuntut setiap badan usaha untuk menjalankan kegiatannya seefektif mungkin agar dapat bersaing dan bertahan kelangsungan hidup usahanya. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam menjaga kesinambungan usaha adalah pengaturan keuangan dalam modal kerja, karena selain berkaitan dengan perolehan laba atau keuntungan yang akan diperoleh perusahaan demi kelancaran kegiatan usaha sehari-hari juga berhubungan dengan tingkat efisiensi. Badan usaha yang ada di Indonesia diantaranya adalah: 1) Perusahaan Perseorangan; 2) Firma; 3) CV; 4) Perseroan Terbatas; 5) Koperasi; 6) Yayasan. (Buchari Alma, 2001: 61). Koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha, menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 pasal 1 ayat 1 tentang perkoperasian dinyatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2002: 2) mengungkapkan perbedaan koperasi dengan badan usaha lainnya adalah sebagai berikut: 1. Dilihat dari segi organisasi Koperasi adalah organisasi yang mempunyai kepentingan yang sama bagi para anggotanya. Dalam melaksanakan kekuatan tertinggi pada koperasi terletak ditangan anggota, sedangkan dalam badan usaha bukan 1

2 koperasi, anggotanya terbatas kepada orang yang memiliki modal dan dalam melaksanakan kegiatan kekuasaan tertinggi berada pada pemilik modal usaha. 2. Dilihat dari segi tujuan usaha Koperasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bagi para anggotaanggotanya dengan melayani anggota seadil-adilnya sedangkan badan usaha bukan koperasi pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. 3. Dilihat dari segi sikap hubungan usaha Koperasi senantiasa mengadakan koordinasi atau kerja sama antara koperasi satu dan koperasi lainnya sedangkan badan usaha bukan koperasi sering bersaing satu dengan lainnya. 4. Dilihat dari segi pengelolaan usaha Pengelolaan usaha koperasi dilakukan secara terbuka sedangkan badan usaha bukan koperasi pengelolaan usahanya dilakukan secara tertutup. Pada dasarnya koperasi merupakan perkumpulan orang-orang bukanlah modal-modal, sehingga laba bukanlah ukuran bagi kesejahteraan anggota. Manfaat yang diterima oleh anggota lebih diutamakan daripada laba, dengan kata lain lebih bersifat benefit oriented. Meskipun demikian, laba dan modal memiliki peranan penting bagi kelancaran dan kelangsungan hidup koperasi agar tidak mengalami kesulitan keuangan. Laba atau dalam koperasi dikenal dengan istilah Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan koperasi agar dapat bertahan dan terjamin kelangsungan hidup usahanya. Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 1992 pasal 45 ayat 1 dinyatakan bahwa Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Dalam kegiatan operasi koperasi, SHU digunakan untuk keperluan pendidikan koperasi dan kepentingan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan Rapat Anggota yang bertujuan untuk meningkatkan

3 kesejahteraan anggota. Namun dalam mengukur efisiensi suatu koperasi tidak hanya dengan melihat laba atau SHU yang diperoleh koperasi. Efisiensi dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh koperasi dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Bagi manajemen masalah rentabilitas lebih penting daripada jumlah laba yang diperoleh. Dengan mengetahui tingkat rentabilitas koperasi, maka dapat diketahui bahwa koperasi telah dapat bekerja dengan efisien. Rentabilitas suatu badan usaha merupakan tolak ukur kesuksesan dan kemampuannya menggunakan aktiva secara produktif. Tetapi jika kita ingin melihat kemampuan badan usaha dengan modalnya sendiri untuk menghasilkan keuntungan maka dapat digunakan analisis dengan menggunakan ratio Rentabilitas Modal Sendiri. Laba dan tingkat rentabilitas yang diharapkan pihak manajemen koperasi itu dapat diperoleh dengan tersedianya modal yang cukup. Modal merupakan hal yang sangat penting dalam memulai suatu aktivitas usaha untuk membiayai operasional sehari-hari dan mempertahankan serta memperlancar usahanya. Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 pasal 41 menyatakan bahwa Modal koperasi berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Simpanan pokok adalah sejumlah nilai uang yang sama banyaknya yang diserahkan pada koperasi saat pertama kali masuk menjadi anggota koperasi. Simpanan wajib adalah sejumlah nilai uang yang harus dibayar anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan sukarela adalah sejumlah nilai uang tertentu yang diserahkan oleh anggota ataupun bukan anggota

4 kepada koperasi atas kehendak sendiri atau simpanan. Sedangkan dana cadangan adalah sejumlah nilai uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi apabila diperlukan. Salah satu modal yang harus ada dalam suatu badan usaha adalah modal kerja. Menurut Munawir (2004 : 115) yang dimaksud dengan modal kerja dalam konsep kualitatif adalah Kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek (Net Working Capital) yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka pendek maupun dari para pemilik perusahaan. Kesalahan dalam mengelola modal kerja akan mengakibatkan kegiatan operasi koperasi terhambat bahkan terhenti sama sekali. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya manajemen modal kerja di dalam koperasi. Suatu badan usaha secara umum harus dapat mempertahankan jumlah modal kerja yang menguntungkan yaitu modal kerjanya harus lebih besar daripada jumlah utang lancarnya. Pengelolaan modal kerja yang baik akan memberikan kontribusi bagi peningkatan laba yang diperoleh, dan secara tidak langsung akan meningkatkan tingkat rentabilitas yang akan diperoleh koperasi. KPRI Motekar Kecamatan Majalengka merupakan koperasi pegawai yang menjalankan dua kegiatan usaha yaitu unit simpan pinjam dan unit niaga. Dari kedua kegiatan usaha tersebut unit simpan pinjamlah yang memberikan kontibusi laba paling besar terhadap laba yang diperoleh KPRI Motekar Kecamatan Majalengka. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase kontribusi laba unit simpan pinjam terhadap perolehan laba KPRI Motekar Kecamatan Majalengka selama

5 enam tahun yaitu sebesar 46,69%; 32,15%; 48,55%; 75%; 78,39% dan 66,55% untuk periode 2000-2005. Namun jika dilihat dari tingkat rentabilitasnya atau kemampuan aktiva dalam menghasilkan laba, KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka selama kurun waktu enam tahun tersebut tidak memperlihatkan perkembangan yang signifikan. Hal ini dapat terlihat dari laporan keuangan yang ada di KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka bahwa tingkat rentabilitas selama periode 2000-2005 sebagai berikut: 2000 Tabel 1.1 Perbandingan Tingkat Rentabilitas selama periode 2000-2005 2001 2002 2003 2004 2005 3,5% 3,1% 3,5% 3,7% 3,5% 3,5% (Sumber: Laporan Laba Rugi dan Neraca KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka) Tingkat rentabilitas selama kurun waktu tersebut mengalami kenaikan dan penurunan, walaupun ada kenaikan hanya kurang dari 1%. Selain itu bila dibandingkan dengan koperasi lain yang bergerak dalam bidang yang sama yaitu KPRI Kokardan Kabupaten Majalengka dalam Laporan RAT koperasi tersebut dapat diketahui bahwa selama kurun waktu yang sama mampu menghasilkan rentabilitas sebesar 8,78%; 7,25%; 8,21%; 8,55%; 8,10% dan 7,64% untuk periode 2000-2005. Rendahnya tingkat rentabilitas yang dicapai KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka tersebut jika dilihat dari sisa modal kerja yang ada selama periode 2000-2005 sebagai berikut:

6 Tabel 1.2 Modal Kerja selama periode 2000-2005 Modal Kerja 2000 Rp. 285.196.404,00 2001 Rp. 285.196.404,00 2002 Rp. 293.398.128,50 2003 Rp.304.077.243,20 2004 Rp. 309.304.253,80 2005 Rp. 322.021.600,40 (Sumber: Neraca KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka) Munawir (2004: 114) mengungkapkan: Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidakcukupan maupun miss manajemen dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti modal kerja dan pengaruhnya terhadap tingkat rentabilitas di KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka. Dengan menggunakan ratio rentabilitas modal sendiri penulis dapat menentukan perlu tidaknya penambahan volume modal kerja, baik itu dalam diri koperasi (modal sendiri) maupun dari luar koperasi. Sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil judul Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Rentabilitas Modal Sendiri Pada KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

7 1. Seberapa besar modal kerja di KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka. 2. Seberapa besar tingkat rentabilitas modal sendiri di KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka. 3. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap tingkat rentabilitas modal sendiri di KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka. 1.3 Maksud dantujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah mengkaji modal kerja dan tingkat rentabilitas modal sendiri serta menguji bagaimana pengaruh modal kerja terhadap tingkat rentabilitas modal sendiri di KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui besarnya modal kerja di KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka. 2. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas modal sendiri di KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal kerja terhadap tingkat rentabilitas modal sendiri di KPRI Motekar Unit Simpan Pinjam Kecamatan Majalengka.

8 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk pengembangan keilmuan Manajemen Keuangan khususnya yang menyangkut pada modal kerja dan rentabilitas modal sendiri. 2. Secara praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengurus koperasi sebagai bahan pertimbangan dalam teknik pengelolaan keuangan dan mencari alternatif pemecahan masalahnya. b. Bagi pihak lain melalui penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian yang sejenis. 1.5 Kerangka Pemikiran Setiap badan usaha dalam menjalankan aktivitasnya memerlukan modal usaha. Modal merupakan hal yang sangat penting dalam memulai suatu usaha dan mempertahankan serta memperlancar kelangsungan usaha. Bambang Riyanto (1997:18) menyatakan bahwa Modal suatu badan usaha dibedakan menjadi dua yaitu: 1.Modal aktif. Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tetap, sedangkan berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan dapatlah modal aktif dibedakan dalam modal kerja dan modal tetap. 2.Modal pasif, melihat kepada asalnya dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing.

9 Dilihat dari fungsinya, modal sendiri dipergunakan: 1. Sebagai modal kerja, seperti misalnya kita lihat dalam perusahaan industri dan perusahaan pemberi jasa. 2. Sebagai modal jaminan. Fungsi ini terutama kita lihat pada Lembagalembaga keuangan dan perusahaan asuransi. 3. Untuk menjaga likuiditas perusahaan. 4. Untuk membayar biaya-biaya pertama yang harus dikeluarkan pada waktu pendirian. (Abas Kartadinata, 1990: 4) Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa modal sendiri dapat digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja ini merupakan salah satu modal yang harus ada dalam badan usaha. Menurut Munawir (2004:114-116), ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umumnya dipergunakan yaitu: 1. Konsep kuantitatif Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). 2. Konsep kualitatif Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (Net Working Capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka pendek maupun dari para pemilik perusahaan. 3. Konsep fungsional Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Konsep kualitatif di atas memperlihatkan arti pentingnya modal kerja bersih untuk menunjukkan margin of safety bagi kreditur jangka pendek. Artinya kreditur berada pada titik aman karena kreditur tidak perlu merasa khawatir debitur tidak dapat membayar utangnya dikarenakan jumlah aktiva lancarnya lebih besar daripada jumlah utang lancarnya, atau dengan kata lain modal kerjanya lebih besar daripada utang lancarnya.

10 Modal kerja yang cukup saja belumlah dapat menjamin kelangsungan hidup suatu badan usaha. Pengelolaan modal kerja yang baik merupakan hal yang tidak kalah pentingnya untuk merencanakan kebutuhan keuangan yang akan memperlancar kelangsungan usahanya. Menurut Munawir (2004:119) pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari 2 bagian pokok yaitu: 1. Bagian yang tetap atau permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan. 2. Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan- kebutuhan di luar aktivitas yang biasa. Kebutuhan modal kerja yang permanen sebaiknya dipenuhi oleh pemilik perusahaan sendiri sedangkan modal kerja yang variabel dapat dipenuhi dengan modal pinjaman dari luar perusahaan. Jika modal kerja ini sebagian besar dipenuhi oleh modal kerja yang dibiayai dari investasi pemilik badan usaha maka akan semakin besar kemampuan badan usaha untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Menurut Munawir (2004: 114) mengungkapkan : Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini menimbulkan kerugian bagi badan usaha karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan (laba) yang telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidakcukupan maupun miss manajemen dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan. Suatu analisa terhadap sumber dan penggunaan modal kerja sangat dibutuhkan oleh suatu badan usaha, sehingga dengan pengelolaan modal kerja yang baik akan meningkatkan kontribusi pencapaian laba. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya manajemen modal kerja dalam suatu badan usaha. John D.

11 Martin (1994:14) mengungkapkan Manajemen modal kerja meliputi pengelolaan likuiditas perusahaan, yang kemudian melibatkan pengelolaan (1) investasi perusahaan yang berupa aktiva lancar, dan (2) pemanfaatan pasiva lancar. Manajemen suatu badan usaha bertanggung jawab atas penentuan besar kecilnya kebutuhan modal kerja, sehingga modal kerja yang digunakan tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Bambang Riyanto (1997:64) mengungkapkan Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung kepada dua faktor yaitu: (1) periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja dan (2) pengeluaran kas rata-rata setiap harinya. Badan usaha secara umum harus dapat mempertahankan modal kerja yang mnguntungkan sehingga menghasilkan laba usaha. Namun bagi manajemen jumlah laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa suatu badan usaha telah dapat menjalankan aktivitasnya dengan efisien. Efisiensi dapat diketahui dengan membandingkan laba dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain menghitung tingkat rentabilitasnya. Menurut Bambang Riyanto (1997:35) yang dimaksud dengan rentabilitas adalah : Kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur rentabilitas suatu perusahaan menurut Bambang Riyanto (1997:36 ) ada dua jenis yaitu Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal Sendiri. Rentabilitas Modal Sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. (Bambang Riyanto, 1997: 44). Artinya jika modal sendiri perusahaan meningkat

12 dan digunakan seoptimal dan seefisien mungkin sehingga dapat menghasilkan laba yang lebih besar maka akan meningkatkan rentabiltas modal sendiri perusahaan. Selain itu dengan menggunakan rentabilitas modal sendiri dapat menentukan komposisi modal, dalam hal ini untuk menentukan perlu tidaknya penambahan jumlah modal baik itu modal sendiri maupun pinjaman dari luar perusahaan. Penambahan modal asing hanya akan memberikan efek yang menguntungkan terhadap modal sendiri apabila rate of return daripada tambahan modal (modal asing) tersebut lebih besar daripada biaya modalnya atau bunganya. Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa tambahan modal asing itu dibenarkan apabila rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih besar daripada rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri. (Bambang Riyanto, 1997: 44) Untuk lebih jelasnya, penulis merumuskan kerangka pemikiran tersebut dalam sebuah bagan sebagai berikut : Modal tetap Modal Aktif Modal Modal kerja Modal Sendiri Rentabilitas Modal sendiri Modal Pasif Modal Asing Keterangan : = mempunyai pengaruh terhadap Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

13 1.6 Hipotesis Menurut Moh. Nazir (2003: 15) yang dimaksud dengan hipotesis adalah: Pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Modal kerja berpengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas modal sendiri.