KARAKTERISASI KOMPOSISI KIMIA, LUAS PERMUKAAN PORI DAN SIFAT TERMAL DARI ZEOLIT BAYAH, TASIKMALAYA, DAN LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

KARAKTERISASI SIFAT TERMAL PADUAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%) DAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%)Mg(1%) UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH KANDUNGAN MOLIBDENUM TERHADAP PERUBAHAN FASA DAN KAPASITAS PANAS INGOT PADUAN UMo

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ANALISIS KESTABILAN PANAS BAHAN POLIMER MENGUNAKAN METODE THERMAL GRAVIMETRY

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

ANALISIS TERMAL GARAM CAMPURAN MgCl 2 -NaCl

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

VALIDASI METODA XRF (X-RAY FLUORESCENCE) SECARA TUNGGAL DAN SIMULTAN. UNTUK ANALISIS UNSUR Mg, Mn DAN Fe DALAM PADUAN ALUMINUM

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

VERIFIKASI METODE STEP DAN KONTINYU UNTUK PENENTUAN KAPASITAS PANAS MENGGUNAKAN THERMAL ANALYZER

HUBUNGAN ANTARA SIFAT KEASAMAN, LUAS PERMUKAAN SPESIFIK, VOLUME PORI DAN RERATA JEJARI PORI KATALIS TERHADAP AKTIVITASNYA PADA REAKSI HIDROGENASI CIS

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

KARAKTER TERMAL SERBUK U-6Zr DAN U-10Zr SEBAGAI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

KAPASITAS PENUKARAN ION Cs DARI ZEOLIT BAYAH, LAMPUNG DAN TASIKMALAYA

PENGARUH KEVAKUMAN TERHADAP ANALISIS UNSUR TI DAN SI DALAM AlMg 2 MENGGUNAKAN XRF (X-RAY FLUORESCENCE)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari Swedia bernama Cronstedt pada tahun 1756, dia menyebutkan zeolit

PENENTUAN UNSUR PEMADU DALAM BAHAN ZIRCALOY-2 DENGAN METODE SPEKTROMETRI EMISI DAN XRF

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

KARAKTERISASI SIFAT TERMAL DAN MIKROS- TRUKTUR PELAT ELEMEN BAKAR (PEB) U 3 SI 2 -AL DENSITAS 4,8 GU/CM 3 DENGAN PADUAN ALMGSI SEBAGAI KELONGSONG

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALSIS TERMAL PADUAN AlMgSi UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al DENSITAS TINGGI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENGARUH KANDUNGAN Ca PADA CaO-ZEOLIT TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI NITROGEN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

PEMISAHAN RADIONUKLIDA 137 CS DENGAN METODA PENGENDAPAN CSCLO 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

Penurunan Kandungan Fosfat dalam Air dengan Zeolit

Bab IV Hasil dan Pembahasan

IDENTIFIKASI SENYAWA YANG TERBENTUK AKIBAT REAKSI TERMOKIMIA PADA INGOT BAHAN BAKAR

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

KAJIAN PERUBAHAN UKURAN RONGGA ZEOLIT RHO BERDASARKAN VARIASI RASIO Si/Al DAN VARIASI KATION ALKALI MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER

KALIBRASI ALAT THERMAL GRAVIMETRI DIFFERENTIAL THERMAL ANALYSIS

PEMISAHAN DAN ANALISIS 137 Cs DARI LARUTAN PELAT ELEMEN BAKAR U-7%Mo/Al

4. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

KAJIAN AWAL PEMBUATAN KATALIS PADAT BERBAHAN DASAR ZEOLIT UNTUK REAKSI ESTERIFIKASI

PENGARUH PENGASAMAN TERHADAP PENJERAPAN KROMIUM TRIVALEN OLEH ZEOLIT ASAL CIKEMBAR NURUL HASANAH

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM ASAL CIKALONG TASIKMALAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPATIBILITAS MATRIK AI DENCAN BAHAN BAKAR JENIS UMo

PREPARATION OFSARULLA NATURAL NANOZEOLITE AS A FILLER FOR POLYURATANE FOAM POLYMER

PENENTUAN KODUKTIVITAS PANAS KOMPOSIT MATRIKS KERAMIK SILIKON KARBIDA MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL SCANNING CALORIMETRY

Studi Keberadaan Unsur Logam Ni, Pb, Cr dan Cd Pada Hasil Zeolitisasi Abu Terbang Dengan Larutan NaOH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

4 Hasil dan Pembahasan

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

PENGUJIAN KEMAMPUAN XRF UNTUK ANALISIS KOMPOSISI UNSUR PADUAN Zr-Sn-Cr-Fe-Ni

TINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Stuktur Kimia Zeolit

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

Komposisi kimia keramik bervariasi dari senyawa sederhana hingga campuran dari berbagai fasa komplek yang terikat bersamaan.

3. Metodologi Penelitian

ION. Exchange. Softening. Farida Norma Yulia M. Fareid Alwajdy Feby Listyo Ramadhani Fya Widya Irawan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KATALIS NIKEL PADA PADATAN PENDUKUNG ZEOLIT

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

TERHADAP PERUBAHAN UKURAN WINDOW

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SINTESIS METIL AMINA FASA CAIR DARI AMONIAK DAN METANOL

TINJAUAN PUSTAKA Zeolit

II. TEORI. A. Motor Bakar. I. Motor Bensin 4-Langkah

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

4 Hasil dan Pembahasan

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

C. Reaksi oksidasi reduksi berdasarkan peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan Oksidasi (biloks)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

KOMPARASI ANALISIS REAKSI TERMOKIMIA MATRIK Al DENGAN BAHAN BAKAR UMo/Al DAN U 3 Si 2 /Al MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYSIS

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

Transkripsi:

Vol. 3 No. 1 Januari 27: 1 48 ISSN 197 2635 KARAKTERISASI KOMPOSISI KIMIA, LUAS PERMUKAAN PORI DAN SIFAT TERMAL DARI ZEOLIT BAYAH, TASIKMALAYA, DAN LAMPUNG Aslina Br.Ginting, Dian Anggraini, Sutri Indaryati, Rosika Kriswarini Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK KARAKTERISASI KOMPOSISI KIMIA, LUAS PERMUKAAN PORI, DAN SIFAT TERMAL DARI ZEOLIT BAYAH, TASIKMALAYA, DAN LAMPUNG. Telah dilakukan karakterisasi komposisi kimia, luas permukaan, jari-jari pori, daya serap (adsorption) dan sifat termal zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung. Tujuan karakterisasi adalah untuk memahami karakter ketiga zeolit karena diduga perbedaan jenis zeolit akan menghasilkan karakter komposisi kimia, luas permukaan, jari-jari pori, dan daya serap yang berbeda. Hasil analisis menunjukkan bahwa zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung mengandung unsur kimia Al, Si, P, K, Ca, Ti, Fe, dan S. Dari analisis luas permukaan diperoleh bahwa zeolit Lampung mempunyai luas permukaan 1,477 m 2, jarijari pori 16,653Å, dan adsorpsi 24,5 ml/g lebih besar dibanding zeolit Tasikmalaya sebesar 6,3319 m 2, jari-jari pori 16,235 Å, dan adsorpsi 13,25 ml/g, dan zeolit Bayah sebesar 8,3528 m 2, 16,235 Å, dan 13,25 ml/g. Dari karakterisasi sifat termal diketahui bahwa ketiga zeolit tersebut mengalami pengurangan berat sebesar 5,93% hingga 8,33% yang menyebabkan terjadinya perubahan fase baru yang ditunjukkan oleh reaksi endotermik pada temperatur 15 C hingga 6 C dan 85 C hingga 1 C. Ketiga zeolit tersebut mengalami penurunan kapasitas panas hingga temperatur 199,96 C tetapi di atas temperatur 216,66 C mengalami kenaikan kapasitas panas hingga temperatur 437,78 C. Hasil karakterisasi yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan jenis zeolit tidak memberikan komposisi kimia dan karakter termal yang signifikan yang dibuktikan dengan analisis uji F, namun jelas terlihat perbedaan luas permukaan, jari-jari pori, dan besar adsorpsi dari ketiga zeolit tersebut. Hasil karakterisasi ini diharapkan sebagai langkah awal untuk mengetahui karakter ketiga zeolit untuk digunakan sebagai penukar ion cesium yang akan dilakukan pada penelitian selanjutnya. KATA KUNCI: zeolit, kompisisi kimia, luas permukaan, jari-jari pori, sifat termal ABSTRACT CHARACTERIZATION OF CHEMICAL COMPOSITION, SURFACE AREA PORE, AND THERMAL PROPERTIES OF ZEOLITES FROM BAYAH, TASIKMALAYA, AND LAMPUNG. Characterization of chemical composition, surface area, pore radius, adsorption, and thermal properties of zeolites from Bayah, Tasikmalaya, and Lampung have been performed. The purpose of the characterization is to understand the characteristics of the three zeolites since different types of zeolite will yield different chemical composition, surface area, pore radius, and adsorption. The analysis shows that zeolites from Bayah, Tasikmalaya, and Lampung consist of chemical elements Al, Si, P, K, Ca, Ti, Fe, and S. The analysis of the surface area indicates that zeolite from Lampung has surface area of 1.477 m 2, pore radius of 16.653 Å, and adsorption of 24.5 ml/g, which are greater than those of zeolite from Tasikmalaya with surface area of 6.3319 m 2, pore radius of 16.235 Å, adsorption of 13.25 ml/g, zeolite from Bayah with surface area of 8.3528 m 2, pore radius of 16.235 Å, and adsorption of 13.25 ml/g. From of the 38

ISSN 197 2635 Karakteristik Komposisi Kimia, Luas Permukaan Pori dan Sifat Termal dari Zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung (Aslina Br. Ginting, Dian Anggraini, Sutri Indaryati, Rosika Kriswarini) thermal properties characterization it is shown the three zeolites experienced weight reduction from 5.93% to 8.33%, which results in the formation of new phases as indicated by endothermic reactions from 15 C to 6 C and from 85 C to 1 C. The three zeolites experienced a decrease in heat capacity up to temperature of 199.96 C, whereas at temperatures above 216.66 C the zeolites experienced an increase in heat capacity up to 437.78 C. The results of the characterization indicate that different types of zeolite do not yield significant difference in chemical composition and thermal characteristics as proven with F test, however different surface area, pore radius, and adsorption characteristics are observed. The characterization results are expected to be the first step in determining the characteristics of the three zeolites that are to be used for cesium ion exchange in the incoming research. FREE TERMS: zeolite, chemical coomposition, surface area, pore radius, thermal characteristichs I. PENDAHULUAN Zeolit adalah kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi. Kerangka dasar sturuktur zeolit terdiri dari unit tetrahedral AlO 2 dan SiO 2 yang saling berhubungan melalui atom O, sehingga zeolit mempunyai rumus empiris sebagai berikut x / n M n+ [(AlO 2 ) x (SiO 2 ) y ] zh 2 O. Komponen pertama M n+ adalah sumber kation yang dapat bergerak bebas dan dapat dipertukarkan secara sebagian atau secara sempurna oleh kation lain [1,2]. Di wilayah Indonesia sangat banyak ditemukan mineral zeolit, seperti di daerah Bayah, Cibinong, Bogor, Sukabumi, Lampung, dan Tasikmalaya. Bahan tambang zeolit ini mempunyai sifat yang dikenal sebagai penukar kation, penyerap dan penyaring molekul serta sebagai katalis. Selain mengandung alkali dan alkali tanah, zeolit alam juga mengandung mineral lain seperti feldspar, kuarsa dan lainnya. Perbedaan jenis zeolit adalah mempunyai daya serap (adsorption) molekul yang berbedabeda secara selektif. Keselektifan ini tergantung dari struktur masing-masing jenis zeolit, sehingga zeolit dapat digunakan sebagai: a. Penyaring ion, molekul atau sebagai katalis Zeolit dapat menyaring ion, molekul, maupun atom karena mempunyai saluran (channel) dan rongga (cavity) dalam struktur zeolit bila oxygen window dari saluran atau rongga lebih kecil dari ion, molekul, atau atom. Zeolit mempunyai pori sehingga juga dapat digunakan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi dalam proses kimia. b. Bahan penyerap Bila zeolit dipanaskan pada suhu tinggi maka akan terjadi dehidrasi, penguapan yang dikandungnya sehingga menyebabkan zeolit akan selektif dalam menyerap molekul-molekul seperti He, N 2, O 2, CO 2, SO 2, Ar, dan Kr. Proses penyerapan molekul oleh zeolit terjadi karena strukturnya juga mempunyai polaritas yang tinggi. c. Penukar ion Pertukaran ion pada dasarnya terjadi dalam suatu cairan yang mengandung anion, kation, dan molekul air dimana salah satu atau sebagian ion yang terikat pada matriks mikropori berfase padat. Molekul air dapat berada dalam mikropori bersama ion (kation, anion) dengan muatan yang berlawanan dengan ion matriks sehingga terjadi kesetimbangan muatan untuk mencapai keadaan netral, sehingga ion yang berada dalam cairan dapat bergerak bebas di dalam matriks mikropori. Karena zeolit mengandung kation alkali atau alkali tanah dengan 39

Vol. 3 No. 1 Januari 27: 1 48 ISSN 197 2635 rumus empiris x / n M n+ [(AlO 2 ) x (SiO 2 ) y ] zh 2 O, komponen pertama M n+ sebagai sumber kation yang dapat bergerak bebas dan dapat dipertukarkan secara sebagian atau secara sempurna oleh kation lain. Dengan demikian, zeolit dapat digunakan sebagai penukar kation terhadap isotop-isotop Cs-134, Cs-137, Sr-9, Ba-14, dan isotop lainnya yang terdapat di dalam hasil belah bahan bakar dan limbah bahan bakar. Bahan bakar nuklir mengandung bahan fisil di antaranya adalah U-235 dimana setelah diradiasi di dalam reaktor akan mengalami reaksi fisi dan terurai menjadi isotop-isotop yang lebih ringan seperti Sr-9, Cs-134, Cs-137, Ba-14, Ce-144, dan isotop lainnya. Reaksi fisi ini disertai dengan pelepasan sejumlah energi dan partikel n yang dapat menghasilkan reaksi fisi selanjutnya (berantai). Mengingat komponen M n+ dari zeolit tersebut dapat digunakan sebagai penukar ion [3,4] maka pada penelitian ini akan dilakukan karakterisasi zeolit alam dari Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung yang meliputi analisis komposisi unsur dengan menggunakan XRF [5], dan dilanjutkan dengan analisis luas permukaan pori dengan menggunakan surface area meter [6] dimana besar luas permukaan pori dari zeolit tersebut akan berpengaruh kepada kemampuan besar atau kecil daya serapnya terhadap kation. Disamping itu, ketiga zeolit tersebut diduga juga mempunyai karakter termal yang berbeda, sehingga selain analisis komposisi dan analisis luas permukaan pori juga akan dilakukan karaketerisasi termal yang meliputi perubahan berat, kapasitas panas, entalpi, temperatur kestabilan panas, dan perubahan fasa dengan menggunakan alat TG-DTA-DSC [7,8]. II. TATA KERJA 2.1. Bahan Bahan yang digunakan adalah zeolit Bayah, Tasikmalaya, Lampung, dan standar. 2.2. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah XRF, surface area meter, dan TG- DTA-DSC. 2.3. Tata Kerja Zeolit Bayah, Tasikmalaya, Lampung, dan standar ditimbang masing-masing sebesar 5 gr, kemudian dimasukkan ke dalam wadah sampel dan seterusnya dimasukkan ke dalam chamber XRF untuk divakum hingga tekanan 1-5 bar. Analisis komposisi dilakukan dengan kuat arus 1 µa dan tegangan 14 kv dengan waktu cacah 3 detik. Hasil analisis berupa spektrum kemudian dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui unsur-unsur penyusun dari zeolit tersebut. Setelah dilakukan analisis komposisi, dilakukan analisis luas permukaan dan jari-jari pori dengan alat surface area meter dengan berat sampel 1 gr yang dilanjutkan dengan karakterisasi termal dengan langkah-langkah sebagai berikut. Zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung ditimbang masing-masing sebesar 1 mg. Zeolit Bayah yang sudah diketahui beratnya dimasukkan ke dalam krusibel platina, kemudian dimasukkan ke dalam chamber DTA rod untuk divakum hingga tekanan 1-2 bar. Setelah kevakuman tercapai, kemudian dialiri dengan gas argon UHP dengan tekanan 2,5 bar. Kemudian DTA rod dipanaskan dengan temperatur 3 C hingga 1 C dengan kecepatan pemanasan 1 C/menit. Hasil analisis berupa termogram TG-DTA-DSC dievaluasi untuk mengetahui kapasitas panas, entalpi, kestabilan terhadap panas, perubahan fasa, temperatur reaksi termik, dan perubahan 4

ISSN 197 2635 Karakteristik Komposisi Kimia, Luas Permukaan Pori dan Sifat Termal dari Zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung (Aslina Br. Ginting, Dian Anggraini, Sutri Indaryati, Rosika Kriswarini) berat. Hal yang sama kemudian dilakukan terhadap zeolit Tasikmalaya dan Lampung sehingga diperoleh karakteristik termal dari ketiga zeolit tersebut. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisa Komposisii Kimia Analisis komposisii terhadap zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung telah dilakukan dengan alat XRF. Dari analisis tersebut diperoleh hasil bahwa pada ketiga zeolit tersebut terdapat unsur-unsur seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisii kimia zeolit Bayah, Tasikmalaya, Lampung, dan standar hasil analisis dengan XRF Unsur Bayah (cps) Tasikmalaya (cps) Lampung (cps) Standar (cps) Temperatur lebur ( C) Al 5,43 5,82 4,57 5,52 658,5 Si 91,55 76,29 67,28 1,2 1427 P 2,5-1,86-44,1 K 6,35 11,65 12,16 4,96 63,4 Ca 17,44 14,68 13,49 4,79 851 Ti 2,8 2,53 2,3 2,1 18 Fe 2,98 23,43 21,71 8,99 153 S 42,69 - - 43,87 119 Dari analisis komposisii diatas dapat diketahui unsur penyusun dari ketiga zeolit tersebut adalah Al, Si, P, K, Ca, Ti, Fe, dan S serta korelasinya dengan karakteristik termalnya khususnya temperatur lebur yang menyebabkan terjadinya pengurangan berat dan perubahan fase pada ketiga zeolit tersebut. Dalam usaha untuk mengetahui adanya perbedaan komposisii dari ketiga zeolit tersebut maka dilakukan perhitungan statistik dengan analisis uji beda (uji F). Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga zeolit tersebut tidak mempunyai perbedaan komposisiis yang signifikan yang ditunjukkan dengan perbandingan F hasil pengukuran lebih kecil dari nilai F pada tabel ANOVA dengan derajat kepercayaan 95% [9]. 3.2. Analisis Luas Permukaan Analisis luas permukaan dilakukan terhapap zeolit Bayah, Tasikmalaya, Lampung yang segar (tanpa perlakuan panas) dan zeolit panas yaitu zeolit yang telah dikenakan perlakuan panas hingga temperatur 2 C untuk menghilangkan kandungan air kristalnya serta terhadap zeolit standar sebagai pembanding. Dari analisis luas permukaan ini diperoleh hasil bahwa luas permukaan zeolit segar lebih besar dibanding luas permukaan zeolit yang telah mengalami pemanasan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Namun zeolit segar mempunyai jari-jari pori lebih kecil dibanding zeolit panas. Hal ini disebabkan kandungan air kristal dan unsur P, K, dan S di dalam zeolit tersebut telah terurai sehingga terjadi pelepasan beberapa senyawa. 41

Vol. 3 No. 1 Januari 27: 1 48 ISSN 197 2635 Tabel 2. Luas permukaan, jari-jari pori dan adsorpsi zeolit Bayah, Tasikmalaya, Lampung, dan standar No. Jenis Zeolit Luas permukaan (m 2 ) Luas permukaan spesifik (m 2 /g) Jari-jari pori (Å) Adsorpsi (ml/g)* 1 Bayah segar 6,352 769 21,181 696 16,235 9 13,25 2 Bayah panas 4,279 944 11,58 318 19,493 612 7,3 3 Tasikmalaya segar 8,331 928 25,588 571 19,81 35 13,85 4 Tasikmalaya panas 4,74 736 17,443 219 21,962 341 12,45 5 Lampung segar 1,47 754 47,84 132 16,65 319 24,5 6 Lampung panas 8,32 11 25,91 964 19,31 986 16,2 7 Standar 1,1 28 4,856 767 3,914 632 4,9 * Pada perbandingan tekanan (P/Po = mmhg) dan temperatur ruang dalam keadaan isotermal Zeolit Lampung mempunyai luas permukaan lebih besar dibandingkan luas permukaan zeolit Tasikmalaya dan zeolit Bayah, dengan besaran masing-masing 1,47 754 m², 8,331 928 m 2, dan 6,352 769 m 2 seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Selain luas permukaan dan jari-jari pori, dari analisis ini dapat juga diketahui daya serap (adsorption) masing-masing zeolit terhadap gas nitrogen (N 2 ) pada temperatur ruang dalam keadaan isotermal sebagai korelasi antara tekanan parsial (P/Po) mmhg dengan volum (ml/g) tertentu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2(a) sampai Gambar 2(f). Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa adsorpsi zeolit yang paling besar terjadi pada zeolit Lampung segar sebesar volum 24,5 ml/g yang diikuti masing-masing dengan zeolit Tasikmalaya dan zeolit Bayah sebesar 13,8 ml/g dan 13,25 ml/g pada tekanan parsial (P/Po) sama dengan 1 mmhg. Dari fenomena besaran luas permukaan dan luas permukaan spesifik dan daya serap dari ketiga jenis zeolit tersebut, dapat dinyatakan bahwa zeolit Lampung cukup baik bila digunakan sebagai penyerap isotop bahan bakar dibanding zeolit Tasikamalaya dan zeolit Bayah. Namun hal ini akan dibuktikan pada penelitian selanjutnya yaitu besar daya serap zeolit Lampung terhadap isotop Cs- 137. Volume (ml/g) 13.25 11.925 1.6 9.275 7.95 6.625 5.3 3.975 2.65 1.325 Tekanan Parsial (P/Po =mmhg) Gambar 2(a). Adsorpsi zeolit Bayah segar dalam keadaan isotermal sebagai fungsi P/Po (mmhg) dan Volum (ml/g) 42

ISSN 197 2635 Karakteristik Komposisi Kimia, Luas Permukaan Pori dan Sifat Termal dari Zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung (Aslina Br. Ginting, Dian Anggraini, Sutri Indaryati, Rosika Kriswarini) Volume (ml/g) 7.3 6.57 5.84 5.11 4.38 3.65 2.92 2.19 1.46.73 Tekanan Parsial (P/Po=mmHg) Gambar 2(b). Adsorpsi zeolit Bayah panas pada keadaan isotermal sebagai fungsi P/Po (mmhg) dan volum (ml/g) Volume (ml/g) 13.85 12.465 11.8 9.695 8.31 6.925 5.54 4.155 2.77 1.385 Tekanan Parsial (P/Po = mmhg) Gambar 2(c). Adsorpsi zeolit Tasikmalaya segar pada keadaan isotermal sebagai fungsi P/Po (mmhg) dan volum (ml/g) 43

Vol. 3 No. 1 Januari 27: 1 48 ISSN 197 2635 Volume ( ml/g ) 12.45 11.25 9.96 8.715 7.47 6.225 4.98 3.735 2.49 1.245 Tekanan Parsial (P/Po = mmhg) Gambar-2(d). Adsorpsi Zeolit Tasik Panas Pada Keadaan Isotermal Sebagai Fungsi Tekanan P/Po (mmhg) Dan Volume (ml/g) Volume ( ml/g ) 12.45 11.25 9.96 8.715 7.47 6.225 4.98 3.735 2.49 1.245 Tekanan Parsial (P/Po = mmhg) Gambar 2(e). Adsorpsi zeolit Lampung segar pada keadaan isotermal sebagai fungsi P/Po (mmhg) dan volum (ml/g) 44

ISSN 197 2635 Karakteristik Komposisi Kimia, Luas Permukaan Pori dan Sifat Termal dari Zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung (Aslina Br. Ginting, Dian Anggraini, Sutri Indaryati, Rosika Kriswarini) Volume (ml/g) 16.2 14.58 12.96 11.34 9.72 8.1 6.48 4.86 3.24 1.62 Tekanan Parsial (P/Po =mmhg) Gambar 2(f). Adsorpsi zeolit Lampung panas pada keadaan isotermal sebagai fungsi P/Po (mmhg) dan volum (ml/g) 3.3. Analisis Sifat Termal Dari analisis termal yang dilakukan pada temperatur 3 C hingga 11 C dapat diketahui bahwa ketiga jenis zeolit di atas mengalami pengurangan berat (Thermal Gravimetry) dan perubahan fase. Fenomena terjadinya perubahan berat ditunjukkan oleh perubahan aliran panas kurva TG yang mulai terjadi pada temperatur 15 C dan berakhir pada temperatur 6 C, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3(a) sampai dengan Gambar 3(d). Gambar 3 (a). Termogram TGDTA zeolit Bayah segar Gambar 3(b). Termogram TGDTA zeolit Tasikmalaya segar 45

Vol. 3 No. 1 Januari 27: 1 48 ISSN 197 2635 Gambar 3(c). Termogram TGDTA zeolit Lampung segar Gambar 3(d). Termogram TGDTA zeolit Bayah panas Pengurangan berat ini terjadi karena adanya pelepasan kandungan air kristal yang terikat pada senyawa x / n M n+ [(AlO 2 ) x (SiO 2 ) y ] zh 2 O masing-masing sebesar 3,94 mg dari 66,5 mg berat semula untuk zeolit Bayah, sebesar 4,91 mg dari 65,3 mg berat semula untuk zeolit Tasik dan sebesar 5,48 mg dari 65,8 mg berat semula untuk zeolit Lampung. Dari hasil analisis TG ini dapat diketahui bahwa kandungan air kristal di dalam zeolit tersebut sekitar 5 hingga 8,33% seperti yang dituangkan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengurangan berat zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung Jenis zeolit Temperatur ( o C) Pengurangan berat TG (mg) Pengurangan berat TG (%) Bayah 1 63 3,94 5,93 Tasikmalaya 1 6 4,91 7,52 Lampung 1 63 5,48 8,33 3 63 Reaksi endotermik Peleburan unsur P, K, dan S Perubahan fase 658,5 1 Reaksi endotermik Peleburan unsur Al dan Ca Perubahan fase Sedangkan dari termogram DTA yang terlihat pada Gambar 3(a) sampai dengan Gambar 3(d) dapat diketahui bahwa ketiga zeolit tersebut mengalami fenomena perubahan fase yang ditunjukkan dari perubahan baseline heat flow yang mulai terjadi pada temperatur 15 C hingga 6 C membentuk puncak endotermik. Reaksi termokimia endotermik tersebut menunjukkan terjadinya peleburan dan penguapan unsur P pada temperatur 28 C hingga 453 C, unsur K pada temperatur 776 C, dan unsur S pada 119 C [5] yang ditunjukkan dengan adanya penurunan base line dari heat flow DTA. Unsur-unsur sebagai penyususun zeolit tersebut mempunyai titik lebur dan titik uap rendah sehingga terjadi interaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan fase. Hal ini didukung oleh analisis XRF seperti yang dituangkan pada Tabel 1. Pada temperatur diatas 55 C hingga 1 C terjadi perubahan baseline heat flow yang beraturan yang menunjukkan terjadinya fase-fase baru yang disebabkan peleburan unsur Al pada temperatur 658,5 C dan unsur Ca pada 85 C. Terjadinya perubahan fase ini disebabkan karena unsur-unsur penyususun dari zeolit tersebut berinteraksi satu dengan lainnya membentuk senyawa baru maupun fase baru. 46

ISSN 197 2635 Karakteristik Komposisi Kimia, Luas Permukaan Pori dan Sifat Termal dari Zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung (Aslina Br. Ginting, Dian Anggraini, Sutri Indaryati, Rosika Kriswarini) Terbentuknya senyawa baru maupun fase baru akibat reaksi termik pada temperatur di atas harus dianalisis lebih lanjut dan dibuktikan dengan XRD. Karakter termal lainnya yang dianalisis adalah kapasitas panas dari zeolit Bayah, Tasikmalaya dan Lampung menggunakan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Hasil analisis kapasitas panas ketiga zeolit dituangkan pada Tabel 4. Dari hasil analisis ini dapat diketahui bahwa ketiga zeolit mengalami penurunan kapasitas panas mulai pada temperatur 136,15 C hingga temperatur 196,66 C. Fenomena ini menunjukkan terjadinya peleburan unsur P, K, S dan penguapan air kristal yang menyebabkan pengurangan berat zeolit seperti yang terjadi pada fenomena Thermal Gravimetry di atas yang menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas panas. Namun di atas temperatur 216,66 C hingga 437,78 C besaran kapasitas panas bertambah besar dengan naiknya temperatur. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi antara unsurunsur setelah pengurangan unsur P, K, S dan air kristal tidak menyebabkan penurunan kapasitas panas [6]. Tabel 4. Data kapasitas panas zeolit Bayah, Tasikmalaya, Lampung dan standar Temperatur Kapasitas panas (J/g C) ( C) Zeolit Bayah Zeolit Tasikmalaya Zeolit Lampung Standar 55,45,63,7,74,71 75,65,68,72,78,83 95,81 1,1 1,24 1,11 1,27 115,91 1,25 1,39 1,27 1,51 136,15 1,17 1,29 1,2 1,47 156,22 1,4 1,15 1,8 1,36 176,31,97 1,5 1,2 1,29 196,66,96 1,3 1,2 1,29 216,66,99 1,5 1,7 1,37 236,73 1,3 1,8 1,12 1,49 256,85 1,6 1,1 1,16 1,61 276,96 1,6 1,9 1,17 1,7 297,3 1,4 1,7 1,15 1,76 317,21 1,2 1,4 1,13 1,77 337,3 1,1 1,3 1,11 1,75 357,37 1,3 1,6 1,13 1,72 377,51 1,9 1,13 1,18 1,71 397,61 1,18 1,22 1,25 1,73 417,73 1,24 1,27 1,28 1,83 437,78 1,39 1,36 1,37 2, Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa ketiga zeolit tersebut tidak mempunyai perbedaan kapasitas panas yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan uji F, dimana diperoleh F pengukuran lebih kecil dibandingkan F tabel (Tabel ANOVA) pada derajat kepercayaan 95% [7]. IV. KESIMPULAN 1. Hasil karakterisasi zeolit Bayah, Tasikmalaya, dan Lampung menunjukkan bahwa unsur penyusun yang terkandung dalam ketiga zeolit tersebut adalah unsur Al, Si, P, K, Ca, Ti, Fe, dan S. 47

Vol. 3 No. 1 Januari 27: 1 48 ISSN 197 2635 2. Perbedaan jenis zeolit tidak memberikan perbedaan komposisi yang signifikan terhadap unsur Al, Si, P, K, Ca, Ti, Fe, dan S. 3. Ketiga zeolit mempunyai karakter termal yang tidak berbeda, yang dibuktikan dengan analisis uji F, yaitu: - mengalami pengurangan berat sebesar 5,93% hingga 8,33%. - mengalami reaksi endotermik pada temperatur 15 C hingga 6 C dan 85 C hingga 1 C sehingga menyebabkan perubahan fase baru. - mengalami penurunan kapasitas panas hingga temperatur 199,96 C tetapi pada 216,66 C mengalami kenaikan kapasitas panas hingga temperatur 437,78 C. Namun dari analisis luas permukaan dapat diketahui bahwa zeolit Lampung mempunyai luas permukaan (m 2 ), jari-jari pori (Å), dan daya serap atau adsorpsi (ml/g) jauh lebih besar dibanding zeolit Tasikmalaya dan Bayah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa zeolit yang baik digunakan sebagai penukar kation adalah zeolit Lampung. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya akan dilakukan analisis penukar ion cesium menggunakan zeolit Lampung. V. DAFTAR PUSTAKA 1. S. AMINI, Upaya Peningkatan Manfaat Zeolit sebagai Penukar Ion, Seminar Zeolit II, Ikatan Zeolit Indonesia Cabang Jawa Barat, Bandung, 21 Agustus 21. 2. ASTIANA SASTIONO, Standardisasi Komoditas Zeolit untuk Pengendalian Mutu, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB, 1999. 3. IKATAN ZEOLIT INDONESIA, Jurnal Zeolit Indonesia, Vol. 2, No.1, November 23. 4. LAS, T., Use of Natural Zeolite for Nuclear Waste Treatment, PhD Thesis, Salford University, The United Kingdom, 1989. 5. EDAX DX 95, Manual Operation Alat XRF Merk Philips. 6. NOVA, Manual Operation Alat Surface Area Meter. 7. SETARAM, Manual Operation Alat TGDTADSC, France, 1992. 8. ANONIM, Analytical Chemistry Measurement for Thermal Analysis. 9. ANDERSON, R.L., Practical Statistics of Analytical Chemist, Van Nostrand Reinhold Company, New York, 1987. 48