BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

dokumen-dokumen yang mirip
14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB IV. Kesimpulan. Pakis Kidul sudah berlangsung sejak raskin disubsidikan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun

BAB 4 METODE PENELITIAN

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjalankan amanat Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 14 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

JURNAL IPSIKOM VOL 3 NO. 1 JUNI 2015 ISSN :

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

PENGGUNAAN RASKIN OLEH KELUARGA MISKIN DI DUSUN PAKIS KIDUL, DESA PAKIS, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MAGELANG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah... 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebaangsaan yang berkembang saat ini, diantaranya disorientasi dan belum

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

INOVASI / PEMANFAATAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 13 TAHUN 20II TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDULANG EMAS DI JORONG PAMATANG SARI BULAN KECAMATAN SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung

PROVINSI JAWA TENGAH

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

Penentuan Penerimaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Dengan Menggunakan Fuzzy Multiple Atribute Descission Making

Daftar Pertanyaan Kuesioner

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya pengentasan kemiskinan dalam masyarakat. kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri dengan hanya mengandalkan

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB III METODE PENELITIAN

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah Negara tidak akan pernah lepas dari suatu masalah yang bernama Kemiskinan. Semua Negara, terutama pada Negara Negara berkembang, pasti dihadapkan pada suatu masalah kemiskinan. Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu dihadapkan pada suatu masalah kemiskinan terutama menyusul krisis multidimensial yang dihadapi Indonesia. Adanya bencana alam, kebakaran hutan, kekeringan, merosotnya ekonomi moneter di lingkungan Asia, dan ketidak puasan masyarakat terhadap sistem politik terjadi secara serentak di Indonesia yang klimaksnya berakhir dengan goncangan politik dan ekonomi. Gejala tersebut dalam waktu singkat, mengakibatkan Indonesia dinyatakan sebagai Negara dalam keadaan krisis. Krisis ekonomi yang terjadi telah menimbulkan dampak yang begitu luas dan berkepanjangan. Dampak yang paling nyata adalah kesejahteraan sosial masyarakat yang semakin menurun, ditandai oleh menurunnya daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat, serta yang paling mengejutkan adalah melonjaknya jumlah penduduk miskin dan angka pengangguran. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensial, yang berkaitan dengan aspek aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan ditandai oleh keterisolasian, keterbelakangan, dan pengangguran, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan antar

2 daerah, antar sektor, dan antar golongan penduduk ( Sumodiningrat, 1998 ). Menurut data BKKBN, jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera yang dikategorikan miskin mencapai 14,7 juta kk ( BKKBN, 2002). Sementara data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia masih sekitar 37,1 juta jiwa atau sekitar 18,40% dari total penduduk Indonesia ( lihat tabel ). Tabel 1.1 Prosentase Jumlah Penduduk Miskin Tahun Jumlah Penduduk Miskin Prosentase Penduduk ( Juta ) Miskin 2002 34,5 17,7 2003 49,5 24,2 2004 48,4 23,5 2005 37,3 18,95 2006 37,1 18,40 Sumber : BPS 2007 Meskipun menunjukan penurunan angka kemiskinan tersebut masih cukup tinggi, pemerintah tentunya tidak akan lepas tangan. Di Indonesia, masalah pengentasan kemiskinan merupakan amanah konstitusional seperti yang tercanum didalam pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara. Didalam pasal tersebut, terkandung makna yang jelas bahwa Negara dalam hal ini pemerintah, wajib untuk menangani kemiskinan melalui upaya upaya pengentasan kemiskinan. Dalam rangka menjawab masalah kemiskinan telah banyak mengambil berbagai strategi kebijakan. Menurut BAPENAS, program program penaggulangan yang dilaksanakan pemerintahan orde baru, terdiri

3 dari tiga kategori : pertama, program langsung berupa program yang dirancang khusus dan secara langsung tertuju kepada golongan miskin. Kedua, program khusus yaitu program sektoral yang diarahkan kepada golongan tertentu dalam hal ini golongan menengah kebawah. Ketiga, program tidak langsung yaitu program yang umum tetapi secara tidak langsung berdampak pada peningktan kesejahteraan golongan miskin ( Ismawan, 1993 ). Kemiskinan selalu terkait dengan tidak terpenuhinya kebutuhan pangan. Permasalahan pangan bagi penduduk miskin merupakan masalah yang tidak akan pernah habis. Besarnya jumlah penduduk yang masuk dalam kelompok kemiskinan akan mencerminkan tingkat ketahanan di suatu daerah. Ketahanan pangan pada intinya merujuk pada ketahanan pangan ditingkat rumah tangga yang terkait dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan panganya baik dari sisi fisik maupun dari sisi keterjangkauan. Untuk mengatsai hal tersebut pemerintah mencanangkan suatu program yang bernama Beras untuk Rakyat Miskin ( Raskin ). Program Raskin merupakan program pengganti dari program OPK ( Operasi Pasar Khusus ) yang dicanangkan oleh pemerintah menyusul keputusan dalam sidang kabinet pada tanggal 3 Juni 1898 mengenai pembentukan Tim Pemantau Ketahanan Pangan sebagai pusat penanggulangan krisis pangan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya eskalasi kerawanan sosial yang lebih parah ( Kompas, Oktober 2007 )

4 Raskin adalah satu program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dengan cara memberikan beras dengan harga murah kepada rakyat miskin melalui pemerintah daerah dari tingkat propinsi sampai tingkat kelurahan atau desa. Dengan program raskin ini pemerintah sangat berharap bisa mengentaskan angka kemiskinan di Indonesia yang semakin lama semakin bertambah besar. Seperti yang terjadi pada salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yaitu Magelang. Jumlah rakyat yang masih hidup dibawah garis kemiskinan sangat besar pada tahun 2007 hingga mencapai 38% dari semua penduduk yang ada. Dari 21 Kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang, Kecamatan Pakis, adalah salah satu Kecamatan yang mempunyai tingkat kemiskinan penduduk sangat besar. Di lihat dari mayoritas mata pencaharian sebagai petani dan buruh maka tidak menutup kemungkinan pertumbuhan penduduk miskin di Dusun Pakis Kidul, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang meningkat sanga pesat. Setiap dasa warsa meningkat hingga mencapai 12% dari jumlah penduduk yang ada. Semua terbukti dari kwalitas SDM yang rata rata hanya bekerja menjadi petani dan buruh, sedangkan menjadi pedagang, PNS ( Pegawai Negeri Sipil ) hanya sebagian kecil saja ( BKKBN, Magelang, 2007 ). Dari data yang tercatat oleh pemerintah setempat sebagai salah satu contoh Dusun Pakis Kidul angka kemiskinan yang paling besar yaitu 100 0rang / kepala keluarga dari jumlah penduduk yang ada. Pembagian raskin di desa Pakis Kidul sudah berlangsung sejak raskin disubsidikan

5 pemerintah. Masyarakat Pakis Kidul sudah mulai merasakan adanya program besar murah ini. Dari survai yang dilaksanakan pemerintah setempat besar murah / raskin dibagikan sesuai dengan kuantum/jumlah yang berlaku. Di Dusun Pakis Kidul, Desa Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang rata rata tiap penduduk miskin yang terdaftar menerima raskin sekitar 9-10 kg per kepala keluarga. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana keluarga miskin Dusun Pakis Kidul, Desa Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang menggunakan raskin yang mereka terima dari pemerintah? C. Tujuan Penelitian Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah : untuk mengetahui penggunaan raskin oleh keluarga miskin di Dudun Pakis Kidul, Desa Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang D. Kerangka Konsep 1. Konsep Program Raskin Program raskin merupakan program bantuan pangan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan ketahanan pangan. Tindakan tersebut diambil tidak terlepas dari pemilihan program

6 transter pendapatan ( income tranfers ) untuk kelompok miskin dalam bentuk tunai ( cash ) atau dalam bentuk natural. Pemilihan tersebut tidak saja bergantung pada pemilihan besarnya biaya dan distorsi pasar atau tidak, tetapi juga pertimbangan politis. Program raskin sendiri dirancang sebagai program dengan pendekatan self food targeting di mana subsidi diberikan untuk komoditas pangan yang banyak dikonsumsi oleh kelompok miskin yang menderita kekurangan pangan ( Amang dan Sawit 2001 : 133 ). Raskin terbukti memberikan contagion effect yang baik. Karena itulah, di banyak negara di dunia bantuan pangan pada warga miskin selalu ada. Sebab tidak hanya bisa mengubah resiko yang akan diterima kelompok miskin dan rawan pangan, raskin juga memiliki kaitan kuat dengan program pengembangan sumber daya manusia ( horizontal integration ) dan program ketahanan pangan ( vertical integration ) 2. Konsep Penggunaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti guna adalah proses,cara, perbuatan menggunakan sesuatu. Konsep Penggunaan dilihat dari segi ekonomi digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien. ( KBBI 2010 ) 3. Konsep Keluarga Miskin

7 Materi Sosial menyebutkan berdasarkan indikator BPS garis kemiskinan yang ditetapkannya adalah keluarga yang memiliki penghasilan di bawah 150.000 per bulan. Bahkan Bappenas yang sama mendasarkan pada indikator BPS tahun 2005 batas kemiskinan keluarga adalah yang memiliki penghasilan di bawah Rp 180.000 per bulan. Dalam penanggulan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai ( BLT ) BPS telah menetapkan empat belas kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika ( 2005 ), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin yaitu : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah / bambu / kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah / tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air hujan.

8 7. Bahanbakar untuk memasaksehari hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging / susu /ayam / satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membelisatu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua / kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 0,5 ha. Buruh tani, nelayan,buruh bangunan,buruh perkebunan,atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD / hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan nilai 500.000. seperti : sepada motor ( kredit / non kredit ), emas, ternak, barang modal lainya. ( Sumber BPS 2010 ) Kriteria Miskin pasti akan selalu berbeda bagi tiap institusi, bahkan tiap negara dan tiap propinsi. Kota dan desa juga punya batas yang berbeda. Sekian banyak badan dunia yang menangani masalah kemiskinan, punya sekian versi yang saling berbeda tentang kemiskinan.

9 E. Metode Penelitian Jenis Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif kualitatif. Metode ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang sedang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang, bedasarkan fakta yang tampak atau bagaimana adanya ( Nawawi 1994 : 73 ). Metode Deskriptif kualitatif yang berusaha untuk mengumpulkan dan menyusun data atau fakta fakta yang seadanya kemudian di analisis dan di interprestasikan tentang arti data tersebut. F. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara dan observasi berupa pemahaman. 2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari berbagai studi literatur / pustaka dokumen, seperti data data lampiran kegiatan. G. Teknik Pengumpulan Data Data yang diolah dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode : 1. Observasi

10 Teknik ini untuk melihat kenyataan di lapangan yang dilakukan dengan cara, mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. Pengamatan dilakukan terhadap koordinasi antar oeganisasi pelaksana dan tingkat penerimaan dari kelompok sasaran. 2. Wawancara ( Interview ) Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dari subyek penelitian yang dianggap representatif di dalam pelaksanaan program RASKIN. Wawancara dilakukan terhadap tiga belas orang subyek penelitian yaitu, 1). Ibu Tentrem, 2). Bapak Sujito, 3). Bapak Abdul, 4). Sanusi, 5). Wahnan, 6). Temorejo, 7). Juweni, 8). Suloyo, 9).. Rowiyati, 10). Marjilah, 11). Mardi, 12). Jikronah, 13). Dargo semuanya adalah warga Dusun Pakis Kidul, Desa Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang yang menerima raskin. H. Lokasi Penelitian Dusun Pakis Kidul, Desa Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. I. Teknik Analisis Data Analisis data meliputi : a. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses dimana penelitian melakukan pemilihan dan penyederhanaan data hasil penelitian. Data yang sudah

11 direduksi akan memberikan gambaran yang tajam dari hasil pengamatan dan mempermudah penelitian untuk mencarinya. Reduksi data berlangsung terus menerus selama peneitian masih dilakukan. b. Penyajian data Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam melihat hasil penelitian. Setelah data dianalisis berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian penyajian data tersebut. c. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan menyangkut interpretasi penelitian, yaitu penggambaran makna dari data yang ditampilkan, Dari data yang diperoleh kemudian akan diambil kesimpulan.