Unnes Journal of Public Health

dokumen-dokumen yang mirip
* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU UKS TERHADAP PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH DASAR (SD)

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

STUDI KOMPARASI PHBS WARGA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA TAHUN 2015

Unnes Journal of Public Health

PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN TERHADAP SIKAP PHBS SISWA DI SEKOLAH ADIWIYATA SMPN 9 SURAKARTA

STIKES NGUDI WALUYO ARTIKEL

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tingkat penerapan PHBS

Kata kunci : PHBS,Tatanan Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

Unnes Journal of Public Health

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

Unnes Journal of Public Health

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA DI SD GMIM 20 MANADO.

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 1/NO.4/ Oktober 2016; ISSN X,

Kata kunci: Perilaku membuang sampah, anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG POLA HIDUP SEHAT SISWA KELAS V DAN VI DI SD NEGERI JANTEN, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULONPROGO

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

Perbedaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat... (Celien Mamengki)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Kata Kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Pengetahuan, Sikap, Tindakan

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI PONDOK PESANTREN AS AD DAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH

Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat 44 43

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB III METODE PENELITIAN

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

Departemen Kesehatan Lingkungan 2 Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

KARYA TULIS ILMIAH IMPLEMENTASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK SEKOLAH. Di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ISNAINI FITRA UTAMI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN

ABSTRACT

TINGKAT PENGETAHUAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI SAMBIROTO 2 KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PERSONAL HYGIENE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN TLOGOMAS 2 MALANG ABSTRAK

Yulisetyaningrum ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang 2015 Vol. 5, No. 1

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manao. Kata kunci: PHBS, PHBS Sekolah, Pengetahuan, Sikap, Tindakan.

PERBEDAAN PERILAKU SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI SD NEGERI TATELU KABUPATEN MINAHASA UTARA

Unnes Journal of Public Health

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

Risa Noverawati, Ridwan Setiawan, Asep Aep Indarna, S ABSTRACT ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara, 20155, Medan, Indonesia

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

DESI MAHFUDHAH 1. Intisari

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TERHADAP KUALITAS HIDUP BAGIAN KOGNITIF ANAK SD N 08 PAGI RAWA BUAYA 2016

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERAN ORANG TUA DAN PERAN GURU TERHADAP PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KARANGANYAR 01 SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

Transkripsi:

UJPH 3 (1) (2014) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN FASILITAS DI SEKOLAH DALAM PENERAPAN PHBS MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA (Studi di Sekolah Dasar Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ) Ahmat Sigit Raharjo,, Sofwan Indarjo S.KM., M.Kes. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Agustus 2013 Disetujui September 2013 Dipublikasikan Maret 2014 Keywords: Knowledge, Attitude, Facilities, Clean And Healthy Living Behavior, Garbage Abstrak Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi awal yang menunjukan bahwa penerapan PHBS di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati belum memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 2269/ MENKES/PER/XI/ 2011mengenai Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan ketersediaan fasilitas di sekolah dengan tepatnya. Jenis penelitian ini Explanatory Research dengan pendekatan cross-sectional.populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun 2012.Sampel berjumlah 46 siswa.instrumen yang digunakan yaitu kuesioner.analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (Fisher).Hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan (p=0,037), sikap (p=0,007), dan ketersediaan fasilitas di sekolah (p=0,002) dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya.saran yang diberikan kepada SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, hendaknya diberikan penyuluhan tentang PHBS. Menyediakan fasilitas yang dapat menunjang para siswa agar mau menerapkan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, hendaknya memantau program PHBS khususnya pada tatanan sekolah. Abstract The problems are examined in this research derived from the preliminary observations which showed that the application of PHBS in Public Elementary School Banjarsari 02 sub-district Gabus district Pati do not meet the requirements as stipulated in the national policy promoting the health to support efforts to improve the healthy behavior based on minister of health No. 2269 / MENKES / PER / XI / 2011 guidelines for guidance about clean and healthy living behavior (PHBS). The aim of this research is to find out the relationship between knowledge, attitude, and the availability of facilities in school by the application of PHBS disposing of garbage on exactly.a kind of this research explanatory research with the approach of crosssectional. Population in this research is of public elementary school students Banjarsari 02 sub-district Gabus district Pati 2012. Samples were 46 students. An instrument used namely a questionnaire. Analysis of data done in univariat and bivariat ( fisher ).The results of this research is relationship between knowledge ( p = 0,037), attitude (p = 0,007), the availability of facilities in school ( p = 0,002 ) by the application of PHBS disposing of garbage in place. The advice given to public elementary school Banjarsari 02 sub-district Gabus district Pati, should be given counseling about PHBS. Provides a facility that are amenable to the students to want to apply PHBS disposing of garbage in place. For health department, the county of Pati program should monitor PHBS particularly in the order school. Alamat korespondensi: Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: sigitsigitsigit20@gmail.com 2014 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6528 1

PENDAHULUAN Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Hanya dengan sumber daya yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa (Depkes, 2005). Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI.No.2269/MENKES/PER/XI/2011 yaitu mengenai Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat sangat dipengaruhi oleh proses yang terjadi di tatanantatanan sosial lain, yaitu tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, bahwa baru 64,41% sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan PHBS di tatanan-tatanan selain rumah tangga, yaitu di tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan, juga belum berjalan sebagaimana mestinya (Depkes, 2011:4). Sekolah menempati kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan, karena sebagian besar anak-anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu yang lama (taman kanak-kanak sampai sekolah lanjutan atas) dan sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak (Kemenkes RI, 2010:29). Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup Berih dan Sehat (PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat (Atikah P. dan Eni R., 2012 : 22). PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Atikah P. dan Eni R., 2012:21). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sekolah terdiri dari beberapa indikator yaitu mencuci tangan dengan air yg mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan di warung atau kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih & sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, dan membuang sampah pada tempatnya (Dinkes DIY, 2010). Dalam rangka menangani seluruh masalah yang ada diberbagai instansi, seperti sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran, dan sarana lainnya, Dinas Kabupaten Pati membuat sebuah program yang menangani masalah dimasingmasing bidang tersebut. Salah satu program dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati adalah program PHBS di instansi pendidikan. Menurut data profil Dinas Kabupaten Pati jumlah seluruh sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Pati berjumlah 1.270 unit sarana pendidikan, yang terbagi di masing-masing kecamatan. Dari 1.270 sarana pendidikan yang ada, belum seluruhnya dibina kesehatannya oleh Dinkes Kabupaten Pati yaitu baru 958 (75,4%) unit sarana pendidikan yang dibina oleh Dinkes Kabupaten Pati. Di Kecamatan Gabus sendiri jumlah seluruh sarana pendidikan yang ada berjumlah 55 unit sarana pendidikan yang terbagi menjadi dua cakupan, yaitu wilayah kerja Puskesmas Gabus I yang berjumlah 36 unit dan wilayah kerja Puskesmas Gabus II 2

berjumlah 19 unit. Dari 19 sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gabus II sudah seluruhnya dibina kesehatannya, sedangkan dari 36 sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gabus I belum seluruhnya dibina kesehatannya yaitu 30 (83%). Wilayah kerja Puskesmas Gabus I terdiri dari 13 desa dan terdapat 20 sekolah dasar/mi dengan populasi anak usia sekolah (6-12 tahun) sebanyak 1774 siswa. Untuk mengetahui PHBS di institusi pendidikan, khususnya sekolah dasar, pihak puskesmas melakukan survei di sekolah-sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Gabus I. Beberapa aspek yang dinilai meliputi aspek persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan, kesehatan ruang kelas, dan persyaratan fasilitas sanitasi. Berdasarkan data dari pihak puskesmas, SD Negeri Banjarsari 02, memiliki nilai PHBS terendah dari 15 sekolah dasar yang telah disurvei di wilayah tersebut. Dari jumlah total 71 aspek penilaian, SD Negeri Banjarsari 02 hanya memperoleh score sebanyak 39 poin. Untuk mengetahui permasalahan yang ada di SD Negeri Banjarsari 02, peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu. SD Negeri Banjarsari 02 terletak di Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Gabus I. Sekolah tersebut memiliki jumlah siswa sebanyak 85 siswa, terdiri dari 50 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan, serta 12 orang yang merupakan guru dan staf sekolah. Studi pendahuluan dilakukan peneliti pada tanggal 5 November 2012 dengan memberikan kuesioner kepada 15 siswa yang diambil secara acak di sekolah tersebut. Kuesioner berisi soal tentang pengetahuan dan sikap siswa mengenai PHBS sekolah, yang meliputi indikator air bersih, sampah, jamban, dan SPAL. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengetahuan 15 siswa tentang keseluruhan indikator PHBS sekolah sudah tergolong baik, namun dari keempat indikator tersebut nilai terendah yaitu pada indikator pengetahuan tentang sampah. Dari 15 siswa yang menjadi responden hanya 2 siswa yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai indikator sampah (13,33%). Untuk pengetahuan indikator air bersih, dari 15 siswa yang menjadi responden 11 siswa yang menjawab soal dengan benar (73,33%). Sedangkan untuk indikator jamban dan SPAL, kedua indikator tersebut memiliki hasil sama yaitu 7 dari 15 siswa masing- masing yang menjawab soal dengan benar (46,66%). Sedangkan untuk aspek sikap siswa tentang PHBS sekolah untuk masingmasing indikator yaitu indikator air bersih (26%), sampah (20%), jamban (73,33%), dan SPAL (26,66%). Hal tersebut tentu saja masih buruk, ditinjau dari aspek sikap siswa terhadap PHBS sekolah. Untuk hasil observasi sarana pembuangan sampah, disetiap ruangan tidak memiliki tempat sampah dengan penutup. Masih banyak siswa yang membuang sampah sembarangan seperti di halaman sekolah, hal ini dilihat dari adanya sampah yang berceceran di halaman sekolah. Hal lain yang dapat dilihat yaitu sampah masih bercampur antara sampah organik dan anorganik, serta pembuangan akhir yaitu dengan cara di tampung di tempat terbuka kemudian di bakar. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengkaji mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) khususnya indikator sampah dan menuangkannya dalam penelitian yang berjudul, Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Ketersediaan Fasilitas di Sekolah dalam Penerapan PHBS Sekolah Membuang Sampah pada Tempatnya (Studi di Sekolah Dasar Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati) METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam peelitian ini adalah jenis penelitian analitik observasional, sedangkan rancangan penelitian yang digunakan cross-sectional(soekidjo, 2005:148).Fokus penelitian yang dikaji yaitu pengetahuan, sikap dan ketersediaan fasilitas di Sekolah Dasar Negeri Banjarsari 02 serta penerapan PHBS sekolah membuang sampah pada tempatnya. 3

Sumber data dari observasi yaituidentitas umum responden, pengetahuan dan sikap siswa tentang PHBS sekolah, ketersediaan fasilitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati yang berjumlah 85 siswa pada tahun 2013.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probality sampling dengan metode quota sampling(sugiyono, 2009:67).Jumlah sampel minimum menggunakan rumus Stanley Lemeshow (1997:54) yaitu 46 responden, sehingga jumlah sampel untuk kelas I jumlah 8 siswa, kelas II sejumlah 8 siswa, kelas III sejumlah 10 siswa, kelas IV sejumlah 8 siswa, kelas V sejumlah 9 siswa, kelas VI sejumlah 6 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, check list.sedangkan dalam pengambilan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi keadaan di lapangan.setelah melakukan pengambilan dilakukan tahap analisis data yang terdiri dari tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%) 1. Laki-laki 25 51,0 2. Perempuan 24 49,0 Jumlah 49 100,0 Dari Tabel 1, diketahui bahwa prosentase jenis kelamin respondenhampirseimbang, yaitu laki-laki sebanyak 51,0 % dan perempuan sebanyak49,9%. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Tabel 2.Distribusi Responden Berdasarkan Usia No. Usia Frekuensi Prosentase (%) 1. 6 8 tahun 19 38,8 2. 9 11 tahun 21 42,8 3. 12 14 tahun 9 18,4 Berdasarkan Tabel 2, didapat informasi bahwa usia responden berada dalam rentang 6 14 tahun, dengan jumlah responden terbanyak berusia 9 11 tahun yaitusebanyak 42,8%, diikuti responden berusia 6 8 tahun yaitu Jumlah 49 100,0 sebanyak 38,8%, dan usia 12 14 tahun yaitu sebanyak 18,4%. Pengetahuan Tabel 3.Data Hasil Pengukuran Pengetahuan No. Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%) 1. Kurang 13 26,5 2. Cukup 22 44,9 3. Baik 14 28,6 Jumlah 49 100,0 Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa dari 49 responden dengan pengetahuan kategori 4

kurang sebanyak 13 responden (26,5%), cukup sebanyak 22 responden (44,9%), dan baik sebanyak 14 responden (28,6%). Tabel 4.Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Penerapan PHBS Membuang Sampah Pada Tempatnya Penerapan PHBS Membuang Sampah Pada Total Tempatnya Pengetahuan Buruk Baik f (%) F (%) F (%) Kurang 9 69,2 4 30,8 13 100 Cukup 6 27,3 16 72,7 22 100 p value 0,037 Baik 8 57,1 6 42,9 14 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Hal ini didasarkan pada uji chi square antara pengetahuan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya diperoleh (p value = 0,037<0,05). Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati diperoleh hasil bahwa pengetahuan siswa di SDN Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati cukup. Fakta dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 responden, 22 (45,9%) responden mempunyai pengetahuan dengan kategori cukup, 13 responden (26,52%) mempunyai pengetahuan dengan kategori kurang, dan 14 responden (28,6%) mempunyai pengetahuan dengan kategori baik. Hasil tersebut dibuktikan dalam analisis bivariat, berdasarkan uji statistik menggunakan chi square didapatkan hasil nilai p value 0,037 < 0,05, yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya didasarkan pada fakta di lapangan dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang tempatnya. Adanya pendidikan kesehatan di sekolah juga mempengaruhi pengetahuan siswa tentang penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Pendapat tersebut sesuai dengan teori Wahit Iqbal M.,dkk (2007: 6), bahwa pendidikan kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003) pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan,atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat. Dengan adanya pendidikan kesehatan di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yaitu berupa pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) dapat memberikan dan menambah pengetahuan siswa tentang tempatnya. Informasi media massa yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Sokidjo Notoatmodjo: 2007). Dalam hal ini pendidikan formal dapat diperoleh di sekolah misalnya, pendidikan kesehatan, adanya penyuluhanpenyuluhan kesehatan di sekolah, dan pendidikan jasmani dan kesehatan atau penjaskes. Sedangkan pendidikan non formal dapat diperoleh dari berbagai hal, misalnya dari 5

media televisi, poster, dari lingkungan keluarga dan masyarakat bila ada informasi yang mengusung tema pendidikan kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap peningkatkan pengetahuan siswa. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam anak yang berada dalam lingkungan tersebut hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap anak (Sokidjo Notoatmodjo: 2007). Oleh karena itu dengan adanya lingkungan sosial yang baik di sekolah dan hubungan timbal balik dengan guru dalam memberikan contoh pendidikan kesehatan, akan memberikan respon yang positif pada siswa dalam melakukan tempatnya. Sikap Tabel 5.Data Hasil Pengukuran Sikap No. Sikap Frekuensi Prosentase (%) 1. Negatif 25 51,0 2. Positif 24 49,0 Jumlah 49 100,0 Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa dari 49 responden dengan sikap kategori negatif sebanyak 25 responden (51,0%), sedangkan positif sebanyak 24 responden (49,0%). Tabel 6.Tabulasi Silang Sikap dengan Penerapan PHBS Membuang Sampah Pada Tempatnya Penerapan PHBS Membuang Sampah Total Pada Tempatnya Sikap Buruk Baik F (%) f (%) F (%) Negatif 7 14,3 18 36,7 25 51,0 Positif 16 32,7 8 16,3 24 49,0 p value 0,007 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan tempatnya. Hal ini didasarkan pada uji chi square antara sikap dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya diperoleh (p value = 0,007 < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sikap siswa di SDN Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang menjadi responden mempunyai sikap negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 responden, responden yang mempunyai sikap negatif sebanyak 25 (51,0%) siswa, sedangkan responden yang mempunyai sikap positif sebanyak 24 (49,0%) siswa. Hasil tersebut dibuktikan dalam analisis bivariat, berdasarkan uji statistik menggunakan chi square didapatkan hasil nilai p value 0,007 < 0,05, yang artinya ada hubungan antara sikap dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Adanya hubungan antara sikap dengan tempatnya dapat dilihat berdasarkan fakta di lapangan bahwa hampir sebagian besar siswa sudah memiliki sikap yang positif sebanyak 24 responden (49,0%) tentang penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya, tetapi enggan untuk mempraktikannya. Siswa yang mempunyai sikap yang baik belum tentu melakukan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya, sebagian besar siswa di SDN Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati mengetahui tentang pengertian sampah dan dampak yang ditimbulkan akibat membuang sampah sembarangan, akan tetapi mereka tidak mau melakukan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya, sebaliknya siswa yang tidak mengetahui tentang pengertian 6

sampah dan dampak yang ditimbulkan akibat membuang sampah sembarangan, mereka mau melakukan suatu tindakan nyata membuang sampah pada tempatnya. Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir anak. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Siswa yang usianya lebih rendah belum sepenuhnya mampu mengaplikasikan tempatnya. Mereka cenderung melakukan tindakan membuang sampah disembarang tempat, karena pola pikir dan daya tangkapnya belum berkembang. Dibandingkan dengan responden yang mempunyai usia lebih tinggi, mereka sudah mampu berpikir dan merespon apa yang pernah mereka pelajari dari lingkungan sekitar mereka, misalnya menerapkan perilaku membuang sampah pada tempatnya. Dalam penelitian ini usia responden di SD Negeri Banjarsari 02 sebagian besar mempunyai usia rendah yaitu 6-8 tahun sebanyak 19 (38,9%) responden, sehingga faktor usia juga mempengaruhi adanya hubungan antara sikap dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Sikap yang dimunculkan anak dipengaruhi oleh perkembangan moral. Menurut teori Kohlberg dalam Wong (2009) pola pikir anak usia sekolah berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang logis. Anak usia sekolah mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya. Sikapmerupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek atau situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya (Bimo Walgito, 2001:109). Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap satu stimulus atau obyek yang diterimanya Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 30). Sikap itu belum merupakan suatu tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi praktek (tindakan). Perilaku atau tindakan yaitu suatu sikap yang secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan fasilitas pendukung, antara lain fasilitas persampahan. Jadi suatu perilaku atau tindakan seseorang tergantung pada diri orang tersebut, selain itu juga dikarenakan siswa beranggapan bahwa tidak ada manfaatnya melakukan tempatnya. Serta tidak tersedianya fasilitas yang memadai dalam melakukan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya seperti tempat sampah, tong sampah berpenutup, dan tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) menjadi alasan siswa tidak melakukan penerapan membuang sampah pada tempatnya. Adanya hubungan antara sikap dengan tempatnya didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak. Krech dan Crutch menyebutkan bahwa praktek atau tindakan seseorang akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan (Bimo Walgito, 2001:106). Sebagai contoh, saat siswa memiliki pengalaman buruk seperti sakit yang diakibatkan oleh kebersihan lingkungan yang tidak terjaga, maka untuk selanjutnya siswa tersebut akan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan, salah satunya melakukan tempatnya demi menjaga kesehatan dirinya, sehingga terbentuklah sikap yang positif terhadap penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya pada siswa tersebut. Ketersediaan Fasilitas Tabel 7.Data Hasil Pengukuran Ketersediaan Fasilitas No. Ketersediaan Fasilitas Frekuensi Prosentase (%) 1. Tidak Memenuhi Syarat 20 40,8 7

2. Memenuhi Syarat 29 59,2 Jumlah 49 100,0 Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa dari 49 responden dengan ketersediaan fasilitas kategori buruk sebanyak 20 responden (40,8%), sedangkan baik sebanyak 29 responden (59,2%). Ketersediaan Fasilitas Penerapan PHBS Membuang Sampah Pada Tempatnya Buruk Baik Tabel 8.Tabulasi Silang Keterediaan Fasilitas dengan Penerapan PHBS Membuang Sampah Pada Tempatnya F (%) F (%) f (%) TMS 4 8,2 16 32,6 20 40,8 MS 19 38,8 10 20,4 29 59,2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Hal ini didasarkan pada uji chi square antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya diperoleh (p value = 0,002 < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati diperoleh hasil bahwa ketersediaan fasilitas di SDN Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati memenuhi syarat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 responden, 29 (59,2%) responden ketersediaan fasilitas di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati memenuhi syarat, sedangkan 20 (40,8%) responden ketersediaan fasilitas di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati memenuhi tidak memenuhi syarat. Hasil tersebut dibuktikan dalam analisis bivariat, berdasarkan uji statistik menggunakan chi square didapatkan hasil nilai p value 0,002 < 0,05, yang artinya ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Adanya hubungan antara ketersediaan fasilitas di sekolah dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya dapat dilihat dari keadaan di lapangan yakni di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Di sekolah tersebut sebagian besar ketersediaan fasilitas sudah memenuhi syarat untuk menunjang penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya, misalnya Total p value 0,002 tersedia tempat sampah berpenutup, tersedia tempat sampah di dalam kelas, tempat sampah kuat dan mudah dibersihkan, tempat sampah tidak mudah rusak dan kedap air. Selain hal tersebut adanya hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya dapat dilihat dari fakta 29 (59,2%) responden yang menunjukkan ketersediaan fasilitas di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati memenuhi syarat. Jika suatu sekolah dengan ketersediaan fasilitas yang memenuhi syarat maka akan mendorong siswa untuk menerapkan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Akan tetapi jika sekolah dengan fasilitas yang kurang dan tidak memenuhi syarat, maka akan berpengaruh dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Siswa akan merasa malas menerapkannya karena kurangnya fasilitas sekolah tersebut, misalnya saja jika di sekolah tidak tersedia tempat sampah maka siswa akan membuang sampah di sembarang tempat. Hal tersebut sesuai dengan Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan sekolah, salah satunya yaitu membuang sampah pada tempat sampah (Depkes 2011). Berdasarkan hasil penelitian ketersediaan fasilitas kategori memenuhi syarat dengan penerapan PHBS membuang sampah kategori buruk 19 (65,5%), sedangkan ketersediaan fasilitas kategori memenuhi syarat dengan penerapan PHBS membuang sampah kategori baik 10 (34,5%). Buruknya penerapan PHBS 8

membuang sampah pada tempatnya di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati disebabkan karena pengaruh dari orang lain atau teman. Di dalam lingkungan sekolah siswa berinteraksi dengan sesama teman lainnya. Apabila salah satu siswa ada yang membuang sampah di sembarang tempat atau tidak pada tempatnya, maka siswa lain kecenderungan akan melakukan hal yang sama dengan siswa tersebut sehingga hal tersebut menyebabkan buruknya penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Buruknya penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati juga dapat disebabkan karena karakteristik usia responden. Dalam penelitian ini di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati sebagian besar responden mempunyai usia rendah yaitu 6-8 tahun sebanyak 19 (38,78%) responden. Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir anak. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Siswa yang usianya lebih rendah mempunyai kecenderungan untuk membuang sampah tidak pada tempatnya dan di sembarang tempat. Hal ini dikarenakan siswa yang mempunyai usia rendah pola pikirnya masih belum matang dan belum mengerti sehingga mereka cenderung melakukan tindakan membuang sampah disembarang tempat. Dibandingkan dengan responden yang mempunyai usia lebih tinggi, mereka sudah mampu berpikir dan bertanggung jawab terhadap apa yang pernah mereka pelajari di pendidikan formal maupun non formal, dan lingkungan sekitar mereka. Misalnya saja ketika seorang siswa di tegur ketika ia membuang sampah sembarangan, maka di kemudian hari ia akan teringat dan tidak akan mengulanginya. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan, sikap, dan ketersediaan fasilitas di sekolah dalam penerapan PHBS sekolah membuang sampah pada tempatnya. Studi di Sekolah Dasar Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada hubungan antara pengetahuan dengan tempatnya, (2) Ada hubungan antara sikap dengan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya, (3) Ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya. Saran untuk Dinas Kesehatan terkait: (1) secara rutin memantau program PHBS khususnya pada tatanan sekolah agar program PHBS dapat berjalan secara efektif dan efisien serta diperlukan adanya dukungan positif dari semua pihak, (2) Melaksanakan program PHBS pada tatanan sekolah secara menyeluruh agar sekolah-sekolah di daerah setempat mengembangkan sendiri untuk melaksanakan program PHBS pada tatanan lain sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dan saran yang dapat diberikan untuk SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus: (1) Diadakan penyuluhan tentang PHBS terutama penerapan membuang sampah pada tempatnya agar mempunyai pemahaman yang mendalam, motivasi yang kuat dan kreativitas yang tinggi untuk mempraktikkan program PHBS membuang sampah pada tempatnya di lapangan, (2) Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang para siswa agar mau menerapkan PHBS membuang sampah pada tempatnya. DAFTAR PUSTAKA Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Yogyakarta: Nuha Medika. Bimo Walgito, 2001, Psikologi Sosial, Jakarta: Andi Offset. Depkes RI, 2005, Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Sekertariat Jendral Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, 2011, Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Jakarta: Depkes RI. 9

Dinkes Provinsi DIY, 2010, Laporan Kegiatan PMK Dinkes Prov DIY Tahun 2010, Jogjakarta: Dinas Kesehatan DIY. Enri Damanhuri, 2010, Diktat Pengelolaan Sampah, Bandung: Teknik Lingkungan ITB 2010/2011. Kementrian Kesehatan RI, 2010, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan untuk Hidup Sehat, Jakarta: Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), diakses tanggal 25 Juli 2012. Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Mayrakat, Jakarta: Rineka Cipta., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Standar Nasional Indonesia, 2008, Pengelolaan Sampah di Pemukiman, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Stanley Lameshow, 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitaif dan R & D, Bandung: Alfabeta. 10