VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASAM ASETILSALISILAT DALAM SEDIAAN OBAT MEMANFAATKAN SINAR REFLEKTAN TERUKUR DARI BERCAK YANG DIHASILKAN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. basah dan mi kering. Mi kering merupakan mi yang berbentuk kering dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT ASAM MEFENAMAT DALAM JAMU PEGAL LINU DAN JAMU REMATIK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR TABLET ASAM MEFENAMAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

STABILITAS FORMALIN TERHADAP PENGARUH SUHU DAN LAMA PEMANASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minuman energi adalah minuman ringan non-alkohol yang dirancang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA H N. :-asam benzeneasetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]- monosodium. -sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

kimia TITRASI ASAM BASA

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

STABILITAS DAN KADAR LAMIVUDIN DALAM SEDIAAN RACIKAN PUYER PADA BERBAGAI WAKTU PENYIMPANAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

4 Hasil dan Pembahasan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI : 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut:

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

VALIDATION METHOD OF ULTRAVIOLET SPECTROPHOTOMETRY DETERMINATIONN OF CONTENTT IN AMBROXOL HCl TABLET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parasetamol dan Propifenazon merupakan obat yang secara luas digunakan

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 2, 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI UV PADA ANALISIS PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM SEDIAAN TABLET GENERIK

VALIDASI METODE ANALISIS FORMALIN DALAM DAGING PAHA AYAM DI KOTA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mirip dengan cairan tubuh (darah), sekitar 280 mosm/kg H 2 O. Minuman isotonik

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

V. HASIL DA PEMBAHASA

Transkripsi:

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASAM ASETILSALISILAT DALAM SEDIAAN OBAT MEMANFAATKAN SINAR REFLEKTAN TERUKUR DARI BERCAK YANG DIHASILKAN SKRIPSI Oleh : SEPTYANITA DWIANGGA K100060001 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Asam asetilsalisilat merupakan jenis obat yang banyak digunakan oleh masyarakat. Badan POM Indonesia menyebutkan bahwa obat ini merupakan analgesik antiinflamasi pilihan pertama (Badan POM, 2003). Asam asetilsalisilat dapat juga mengurangi resiko penyakit asma pada orang dewasa (Graham, et al., 2006). Pada treatment menggunakan asam asetilsalisilat dosis rendah dengan kombinasi clopidogrel memperlihatkan adanya kemampuan untuk mencegah serangan stroke. (Connolly, et al., 2009). Ditinjau dari banyaknya khasiat dari asam asetilsalisilat tentu konsumsi obat ini sangat tinggi. Produsen akan berlomba-lomba melakukan inovasi pada setiap produk asam asetilsalisilat sesuai kebutuhan konsumen. Jumlah sediaan yang beredar dipasaran mencapai 35 merk dagang, sediaan yang ditujukan untuk analgesik biasanya dikonsumsi dengan dosis tiga kali sehari masing-masing 80 sampai 100mg tiap tablet. Sedangkan untuk tujuan sebagai antiplatelet dosis yang digunakan satu kali sehari masing-masing 80-100 mg tiap tablet nya. Oleh karena itu pengawasan mutu yang menyangkut kandungan asam asetilsalisilat pada produk ini juga harus ditingkatkan. Untuk mencapai hal itu maka harus dikembangkan metode penetapan kadar dengan keunggulan dapat memenuhi parameter validitas suatu metode analisis yang meliputi akurasi, presisi, liniertitas serta LOD (Limit of Detection), serta LOQ (Limit of Quantitation). Selain itu juga dubutuhkan metode yang memiliki tingkat kesulitan yang rendah, cepat, dan

membutuhkan biaya yang lebih sedikit. Beberapa metode dapat digunakan sebagai alternatif dalam penetapan kadar asam asetilsalisilat ini seperti titrasi asam basa, potensiometri, spektrofotometri ultraviolet-visibel, fluoresen, spektrofotometri infra merah, kromatografi seperti HPLC. Akan tetapi beberapa metode tadi masih memiliki beberapa kekurangan seperti kerumitan preparasi serta analisisnya, waktu yang dibutuhkan terlalu lama. Selain itu instrumen pada beberapa metode tersebut memiliki harga sangat mahal dan membutuhkan keahlian khusus (Matias et al., 2004). Alternatif metode penetapan kadar asam asetilalisilat dapat dilakukan dengan metode uji bercak yang kemudian di analisis dengan sinar reflektan. Hasil penelitian metode reflektometrik sederhana untuk determinasi dipiron menunjukkan bahwa metode ini memenuhi parameter-parameter validitas suatu metode analisis (Weinert et al., 2007). Penelitian sejenis yang dilakukan dengan cara mereaksikan asam asetilsalisilat dengan NaOH, asam nitrat serta larutan ferri nitrat dan hasil kompleksasi yang dihasilkan diteteskan pada kertas kertas saring dan dianalisis langsung dengan sinar reflektan. Hasil pada metode ini diperoleh nilai rata-rata RSD = 0,9 (Matias, et al, 2004). Penelitian-penelitian sebelumnya hampir semua menyebutkan bahwa metode ini lebih menghemat biaya (Weiner et al., 2000), sangat sederhana dan hanya menggunakan reagen dalam jumlah kecil (Roberto et,al, 2006), dan potensial untuk analisis kuantitatif karena mudah serta cepat (Gotardo et al., 2008).

Penelitian dilakukan untuk pengembangan metode analisis penetapan kadar asam asetilsalisilat dengan tujuan mendapatkan metode analisis yang memiliki keunggulan daripada metode yang lain. Metode ini merupakan pengembangan dari metode analisis asam asetilsalisilat secara spektrofotometri visible. Metode ini dilakukan dengan reagen kering yaitu menggunakan kertas whatman yang telah mengandung ferri nitrat. Sampel yang akan diteliti dihidrolisis terlebih dahulu dan diteteskan pada kertas tersebut kemudian bercak yang didapatkan dianalisis dengan pemanfaatan sinar reflektan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas dari metode penetapan kadar asam asetilsalisilat dalam sediaan obat memanfaatkan sinar reflektan terukur dari bercak yang dihasilkan. Pada validasi ini digunakan enam macam parameter yaitu ; ketepatan (akurasi), presisi antara, ripitabilitas, linieritas, robustness, LOD (Limit of Detection), serta LOQ (Limit of Quantitation). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah: bagaimanakah validitas metode penetapan kadar asam asetilsalisilat dalam sediaan obat dengan memafaatkan sinar reflektan terukur dari bercak yang dihasilkan?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui validitas metode penetapan kadar asam asetilsalisilat dalam sediaan obat memanfaatkan sinar reflektan terukur dari bercak yang dihasilkan dengan melihat parameter validasi yang meliputi ketepatan (akurasi), presisi antara, ripitabilitas, linieritas, robustness, LOD (Limit of Detection), serta LOQ (Limit of Quantitation). D. Tinjauan Pustaka 1. Asam asetilsalisilat COOH O CH 3 O Gambar 1. Struktur Kimia dari asam asetilsalisilat (Clarke, 2004). Asam asetilsalisilat memiliki rumus kimia seperti pada gambar 1. Sediaan tablet yang mengandung asam asetilsalisilat memiliki nama dagang diantaranya seperti Contrexyn (80 mg tiap tablet), Inzana (80 mg tiap tablet), Thrombo Aspilets (80 mg tiap tablet), Cardio Aspirin (100 mg tiap tablet) dan Farmasal (100 mg tiap tablet) (Anonim, 2006). Asam asetilsalisilat merupakan kristal putih atau tidak berwarna atau serbuk kristal putih atau berupa granul. Asam asetilsalisilat stabil pada udara kering tetapi bila dalam lingkungan yang lembab akan terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam asetat. Kelarutan asam asetilsalisilat sebagai berikut, 1 bagian dalam 300 bagian air, 1 bagian dalam 5

bagian etanol, 1 bagian dalam 10 15 bagian eter, larut dalam larutan asetat dan sitrat, dengan adanya senyawa yang terdekomposisi, serta larut dalam larutan alkali hidroksida dan karbonat. Asam asetilsalisilat ini memiliki nilai pka 3,5 pada suhu 25 0 C dan koefisien partisi atau Log P (oktanol/dapar ph 7,4) sebesar - 1,1 (Clarke s, 2004). Asam asetilsalisilat tersusun atas tiga gugus yaitu karboksilat, benzen dan asetil dan merupakan ester fenolik yang mudah terhidrolisis. Penetapan kadar asam asetilsalisilat dengan metode titrasi kembali dilakukan dengan hidrolisis asam asetilsalisilat dengan natrium hidoksida 0,5 N. Larutan tersebut dididihkan selama 10 menit dan ditambah indikator fenolftalein dan dititrasi dengan asam sulfat 0,5 N (Anonim, 1995).Penetapan kadar asam asetilsalisilat dengan metode spektrofotometri visibel dilakukan dengan hidrolisis asam asetilsalisilat dengan natrium hidroksida 10%. Hidrolisis ini menghasilkan menghasilkan asam salisilat dan asam asetat yang kemudian dinetralkan dengan asam klorida pekat. Asam salisilat yang terbentuk dikomplek dengan ferri nitrat yang akan bereaksi dengan gugus fenol dari asam salisilat dan menghasilkan kompleks berwarna ungu. Setelah 10 menit dibaca absorbansi larutan pada panjang gelombang 525 nm (Higuchi dan Hanssen, 1961). Penetapan kadar asam asetilsalisilat pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghidrolisis terlebih dahulu asam asetilsalisilat dengan suatu basa karena kecepatan hidrolisis ester yang dikatalisis oleh OH - lebih cepat daripada hidrolisis ester yang dikatalisis oleh H + (Ganjar dan Rohman, 2007). Kemudian hasil hidrolisis ini diteteskan pada kertas whatman yang mengandung ferri nitrat.

Komplek warna yang terbentuk kemudian dianalisis dengan menggunakan sinar reflektan terukur. 2. Densitometer Densitometer merupakan peralatan optik yang tersusun atas sumber cahaya serta detektor untuk membaca sinar yang dipantulkan oleh sampel (Chung, 2006). Densitometri bekerja secara serapan atau fluoresensi dengan sumber cahaya monokromator untuk memilih panjang gelombang yang sesuai (Ganjar dan Rohman, 2007). Pada sistem serapan dapat dilakukan dengan model pantulan (reflection) dan transmisi. Pada penggunaan metode reflektan dilakukan dengan menyinari bercak dari satu sisi dan mengukur sinar yang dipantulkan dan dapat menggunakan sinar tampak maupun ultraviolet (Sudjadi, 1986). Penggunaan sinar reflektan pada beberapa tahun yang lalu hanya terbatas pada bidang industri cat, pigmen, kertas, tekstil, dan keramik. Tetapi pada saat ini telah banyak dikembangkan terutama pada bidang penelitian atau analisis terhadap suatu obat. Sebagai contoh adalah kuantifikasi asam asetilsalisilat yang direaksikan terlebih dahulu dengan ferri nitrat kemudian diteteskan pada kertas (Matias et al., 2004), metildopa (Roberto et al, 2006), dipiron (Weinert et al., 2007) serta atenolol dalam sediaan farmasi (Gotardo et al., 2008). 3. Validasi metode analisis Validasi merupakan metode yang dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis (Harmita, 2004). Validasi adalah suatu pembuktian terhadap suatu parameter berdasarkan hasil laboratorium bahwa parameter tersebut memenuhi

syarat untuk penggunaannya (Gandjar dan Rohman, 2007). Validasi metode ini mengunakan beberapa parameter yaitu ketepatan (akurasi), presisi antara, ripitabilitas, linieritas, robustness, LOD (Limit of Detection), serta LOQ (Limit of Quantitation) (Harmita, 2004). Tujuan dilakukan validasi adalah sebagai verifikasi bahwa parameter-parameter kinerja metode analisis cukup mampu untuk mengatasi problem analisis. Metode analisis harus selalu divalidasi ketika (1) metode baru dikembangkan untuk mengatasi masalah analisis tertentu. (2) metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau karena terjadi suatu masalah yang mengarahkan agar metode tersebut harus direvisi. (3) penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah. (4) metode baku yang dilakukan di laboratorium yang berbeda, di kerjakan oleh analisis yang berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang berbeda. (5) untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode seperti metode baru dan metode baku (Gandjar dan Rohman, 2007). Metode analisis yang mengalami perubahan seperti perubahan pada proses sintesis obat, perubahan pada komposisi produk akhir, serta perubahan pada prosedur analisis harus dilakukan revalidasi atau validasi kembali. Metode analisis pada penelitian ini merupakan pengembangan dari metode yang telah ada sehingga harus dilakukan validasi metode (ICH, 2005). Akurasi adalah ketepatan prosedur analisis yang menyatakan kedekatan antara suatu nilai yang sebenarnya atau nilai referensi dengan nilai yang ditemukan (ICH, 2005). Akurasi ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) dan metode penambahan baku (standard

addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar sebenarnya dari analit yang ditambahkan. Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis kemudian sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (Harmita, 2004). Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Parameter ini dilakukan dengan pengumpulan data dari 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda seperti 3 konsentrasi dengan 3 kali replikasi. Data dilaporkan sebagai persentase perolehan kembali (ICH, 2005). Presisi merupakan metode yang menyatakan variasi dari laboratorium seperti perbedaan hari, perbedaan analis, perbedaan peralatan (ICH, 2005). Sumber lain menyebutkan bahwa presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistik (Gandjar dan Rohman, 2007). Parameter presisi ini meliputi (1) keterulangan yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang sama baik orangnya, peralatan, tempat maupun waktunya, (2) presisi antara yaitu pada kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya, peralatan, tempat maupun waktunya, (3) reprodusibilitas yang merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium lain. Dokumentasi presisi mencakup simpangan baku, simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) (Gandjar dan Rohman, 2007). Ripitabilitas menyatakan presisi dari suatu metode analisis pada

kondisi yang sama pada beberapa interval waktu. Ripitabilitas ini termasuk pada pengukuran parameter presisi (ICH, 2005). Linieritas adalah kemampuan prosedur analisis untuk memperoleh hasil percobaan yang berbanding lurus kepada konsentrasi analit di dalam sampel (ICH, 2005). Parameter ini merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x). linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda dan selanjutnya ditentukan nilai kemiringan (slope) dan intersep serta koefisien korelasi (Gandjar dan Rohman, 2007). Robustness adalah ketahanan suatu metode analisis mengenai kapasitasnya untuk tetap tidak terpengaruh oleh adanya variasi metode yang kecil. Ketahanan dievaluasi oleh adanya variasi parameter-parameter metode seperti persentase pelarut organik, ph, kekuatan ionik, atau suhu (Gandjar dan Rohman, 2007). Limit of Detection (LOD) merupakan parameter yang menunjukkan batas deteksi dari metode analisis yang merupakan jumlah terkecil dari analit yang terkandung dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak memerlukan angka kuantitatif yang tepat. Limit of Quantitation (LOQ) adalah parameter yang menunjukkan jumlah terkecil dari analit yang terkandung dalam sampel yang dapat dikuantifikasi secara presisi dan akurat. Parameter ini digunakan untuk pengujian kuantitatif analit dengan jumlah kecil yang terkandung dalam sampel dan digunakan untuk pengukuran cemaran serta produk degradasi (ICH, 2005).

Kesalahan yang sering terjadi dalam analisis kuantutatif dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu kesalahan random dan kesalahan sistematik (Gandjar dan Rohman, 2007). a. Kesalahan random (random error) Kesalahan random adalah kesalahan yang selalu terjadi dalam analis dikarenakan adanya sedikit variasi yang tidak dapat ditentukan (dikontrol) saat pelaksanaan (Gandjar dan Rohman, 2007). b. Kesalahan sistematik Kesalahan sistematik memiliki sifat yang konstan, serta dapat mengakibatkan hasilnya menyimpang dari rata-rata. Kesalahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti (1) kesalahan personel dan operasi. (2) kesalahan alat dan pereaksi. (3) kesalahan metode. Untuk mengatasinya dapat dilakukan beberapa cara seperti Kalibrasi alat yang dipakai, melakukan penetapan blanko, penetapan kontrol, satu seri penetapan kadar serta penetapan dengan berbagai metode (Mursyidi dan Rohman, 2006). E. Landasan Teori Teknik analisis dengan uji bercak serta pemanfaatan sinar reflektan telah banyak digunakan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan memaparkan keunggulan dari metode ini seperti pada metode penetapan kadar asam asetilsalisilat dengan menggunakan uji bercak dapat lebih menghemat biaya (Weiner, et al, 2000). Uji bercak untuk atenolol juga merupakan teknik yang potensial untuk analisis kuantitatif karena mudah, cepat dan murah karena membutuhkan sedikit reagent dan tentunya ramah lingkungan (Gotardo, et al,

2008). Uji bercak merupakan metode yang sederhana dengan menggunakan sedikit reagen sehingga dapat memberikan prospek yang baik untuk analisis rutin terhadap kandungan suatu obat (Roberto et,al, 2006). Penelitian sejenis yang dilakukan dengan cara asam asetilsalisilat direaksikan dengan NaOH, asam nitrat serta larutan ferri nitrat kemudian larutan warna ungu yang merupakan hasil kompleksasi ini diteteskan pada kertas kertas saring dan dianalisis langsung dengan sinar reflektan. Hasil pada metode ini diperoleh nilai rata-rata RSD = 0,9 dan recovery yang diperoleh yaitu antara 97,6% - 99,7% (Matias, et al, 2004). Pemanfaatan sinar reflektan pada penetapan kadar atenolol yaitu dengan mereaksikan atenolol dengan p-chloranil pada kertas whatman 42 dan kemudian kompleks warna yang terbentuk dianalisis dengan sinar reflektan didapat hasil yang baik. Nilai parameter linieritas pada metode tersebut memenuhi syarat keberterimaan yaitu dengan r = 0,9992 dan memiliki recovery yang cukup baik antara 95% - 101% (Gotardo, et al, 2008). Penelitian metode reflektometrik sederhana untuk determinasi dipiron, yaitu dengan mereaksikan dipiron dengan p-dimethylaminocinnamaldehyde pada kertas saring yang kemudian komplek berwarna jingga ini dianalisis dengan sinar reflektan. Metode ini memenuhi parameter-parameter validitas suatu metode analisis yaitu dengan hasil recovery antara 99,5% - 103,5% dengan hasil presisi antara memiliki RSD 1,1% dan parameter ripitabilitas dengan RSD 0,9% (Weinert et al., 2007).

F. Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat diambil suatu hipotesis yaitu validitas metode penetapan kadar asam asetilsalisilat dalam sediaan obat memanfaatkan sinar reflektan dari bercak yang dihasilkan dapat memenuhi parameter-parameter validitas suatu metode analisis.