TERBATAS. Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Yang Diharapkan

dokumen-dokumen yang mirip
TERBATAS. 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen :

KARANGAN MILITER PERWIRA SISWA ANGKATAN LXXIII TAHUN 2003

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG

ANALISA RMS ERROR TERHADAP RATA RATA POSISI PADA PENUNJUKAN GPS UNTUK APLIKASI ALIGNMENT PESAWAT TEMPUR F-16 TNI-AU

MEMPERTAHANKAN OPERATIONAL READINESS FLIGHT SIMULATOR TNI AU :

FUNGSI UNIK LCD PROJECTOR

E. Sumber Daya Alinfaslat

MEMIKIRKAN MASA DEPAN FLIGHT SIMULATOR TNI AU

KARAKTER SPESIFIK SIMULATOR

MEKANISME EFEK G PADA SIMULATOR PESAWAT TEMPUR

Isi Perjanjian DCA RI Singapura

DISSIMILAR AIR COMBAT FLIGHT SIMULATOR (DACFS)

ANALISA RMS ERROR TERHADAP RATA RATA POSISI PADA PENUNJUKAN GPS UNTUK APLIKASI ALIGNMENT PESAWAT TEMPUR F-16 TNI-AU

Aplikasi Continuous Improvement Terhadap Pemeliharaan Overhaul Pesawat Tempur Hawk Mk-209 TNI AU

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wira Gauthama,2014

Kajian Radius Operasional... (Rais Zain dan Ika Suwarni)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

APLIKASI ADMINISTRASI SISTEM UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEMELIHARAAN FULL MISSION SIMULATOR F-16A WING 3 LANUD ISWAHJUDI

MISSION BRIEFING. 1. Introduction. 2. General Procedure

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

TEKNOLOGI SIMULATOR PESAWAT TERBANG DARI MASA KE MASA

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

MENGENAL ALINFASLAT LANUD ISWAHJUDI & FULL MISSION SIMULATOR (FMS) F-16A

Pengembangan Perangkat Lunak. untuk Menentukan Berat Payload Maksimum. dalam Satu Rute Penerbangan

Gambar 1.1 Skema kontrol helikopter (Sumber: Stepniewski dan Keys (1909: 36))

Desain pesawat masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pernah menjadi salah satu negara yang kuat akan kedirgantaraan di Asia

Design Kapal Induk untuk INDONESIA

DAFTAR ISI ANALISIS PENATAAN ULANG (BENCHMARKING) ORGANISASI KOMANDO UTAMA (KOTAMA) TNI AU. 1 DR. A. Dirwan, M.Sc. 7 Drs.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi politik yang telah berlangsung selama tiga belas tahun telah

TEKNOLOGI REAL-TIME : KONSEP DAN APLIKASI

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

NASKAH ANGKATAN PERWIRA SISWA ANGKATAN LXXIII TAHUN 2003

METODOLOGI PENELITIAN

EDWIN A. LINK Jr. : FATHER OF AIRCRAFT FLIGHT SIMULATOR

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK WAKTU-NYATA SIMULASI SISTEM PEMBANGKIT KENDALI ELEVATOR N PADA ENGINEERING FLIGHT SIMULATOR

Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

S K R I P S I ANALISIS WAKTU PELAYANAN GROUND HANDLING PT. LAHAND AIR SERVICE DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Alasan Indonesia Memilih Rusia untuk Dijadikan Mitra Kerjasama

Pemodelan dan Simulasi Sistem : Teori, Aplikasi dan Contoh Program dalam Bahasa C

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

1.1 Latar belakang masalah

MATRIKS TARGET KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. MUSEUM KEDIRGANTARAAN NASIONAL DI BANDUNG Penekenan Desain : Ekspresi Arsitektur Hightech

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ketidakwajaran dan Kemahalan Harga serta Kejanggalan Mekanisme Pembelian Sukhoi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANCANAAN AWAL TURBOPROP BASIC TRAINER AIRCRAFT BERDASAR KRITERIA CAKUPAN MISI PENERBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menjual barang/jasa dengan harga yang lebih tinggi dari harga pokoknya.

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Ongkos Material Handling (OMH), Process Layout, Tata Letak Fasilitas

Genre dalam Game PC. Faisal aditya. Abstrak. Pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. Skadron Pendidikan 204 sebagai unsur pelaksana Lanud Sulaiman dan. berkedudukan langsung dibawah Komandan Lanud Sulaiman bertugas

PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PESAWAT TEMPUR IF-X

BAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

MODEL SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE

BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICE PROVIDERS)

BAB I PENDAHULUAN. anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencana-rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal INFORMASI Vol.4 No.2 (1), November Chairuddin. Teknik Informatika, STMIK IM, Jl.Jakarta No.79 Bandung

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.

BAB I PENGANTAR. Ditinjau dari sisi geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

6. Implementasi/kerjasa ma/pemanfaatan. 7. Lampiran gambar/foto/tabel

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 707 TAHUN 2012

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG DI BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menerapkan konsep belajar kolaboratif. Dalam konsep ini, siswa dapat saling

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Komando Operasi Angkatan Udara I atau Koopsau I sebagai salah satu

COUNTER-STRIKE ONLINE Game First Person Shooter No 1 di DUNIA

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya blind spot pada lokasi. pesawat dengan pengawas lalu lintas udara di darat.

LAMPIRAN A MATRIKS LEMMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

19 Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Yang Diharapkan 13. Dengan mempertimbangkan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dan dengan pelaksanaan upaya-upaya realistis, diharapkan Kemampuan Tempur TNI AU di masa depan akan meningkat ditinjau dari dua aspek Kesiapan Tempur yakni Aspek Personel dan Aspek Pelatihan. a. Aspek Personel. Penekanan pada aspek ini adalah pada pembinaan kemampuan penerbang F-16 Skadron Udara 3 Wing 3 Lanud Iswahjudi dari segi aircraft handling dan air combat tactics skill. Dengan mengaplikasikan teknologi flight simulation yang tepat pada Simulator F-16A diharapkan para penerbang tersebut dapat memperoleh sense yang lebih realistis sehingga memudahkan dalam mengendalikan pesawat F-16. Perbedaan sense walaupun hanya sepersekian detik di Simulator F-16A dengan di pesawat F-16 dapat memberikan persepsi yang salah dan dapat berakibat fatal saat menerbangkan pesawat F-16. Dengan Simulator F-16A yang sangat realistis akan berdampak positif pada peningkatan aircraft handling dan air combat tactics skill serta pada saat yang bersamaan mereka dapat menambah jam terbang untuk mengkompensasi kekurangan di pesawat F-16. Dengan jumlah alokasi jam terbang rata-rata Simulator F-16A sebanyak 1.680 jam per TA, diharapkan setiap penerbang dapat / membukukan..

20 membukukan minimal 10 jam terbang per bulan 1 dan bila diakumulasi dengan jumlah jam terbang yang diperoleh di pesawat F-16 maka setiap penerbang setidaknya dapat mengumpulkan 15 jam terbang per bulan. b. Aspek Pelatihan. Aspek ini difokuskan pada pengembangan (development) fasilitas Full Mission Simulator F-16A agar mampu memenuhi latihan (exercise) yang diperlukan para penerbang Skadron Udara 3 Wing 3 Lanud Iswahjudi untuk meningkatkan aircraft handling dan air combat tactics skill. Keahlian ini diperlukan untuk mendukung mereka agar mampu melaksanakan misinya dengan sukses (mission accomplished) baik latihan maupun operasi udara. Dengan upaya-upaya yang akan dilaksanakan diharapkan keterbatasan yang ada saat ini dapat diatasi sehingga akan diperoleh : 1) Database Flying Area. Database flying area Simulator F-16A diharapkan dapat mencakup seluruh wilayah udara nasional Indonesia dari Sabang sampai Merauke hingga ke batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sehingga dimungkinkan simulasi pertahanan udara area dan pelibatan tempur pada Palagan I seperti diperlihatkan pada gambar 2 2. Pengembangan database flying area lebih lanjut dapat digunakan untuk / mensimulasikan.. 1 1.680 jam per TA/12 bulan = 140 jam/bulan. Tiap penerbang akan mendapat alokasi 140/15 penerbang = 9,333 jam 10 jam terbang simulator per bulan. 2 http://www.mapquest.com

21 mensimulasikan gerakan operasi serangan udara strategis ke daerah lawan yakni negara-negara tetangga yang diyakini mempunyai indikasi mempunyai kemampuan untuk melakukan invasi ke wilayah kedaulatan NKRI khususnya melalui media udara. Gambar 2. Database flying area Simulator F-16A TNI AU masa depan. / 2) Integrated..

22 2) Integrated Flight Simulator Complex. Dalam kaitan peningkatan kemampuan air combat tactics para penerbang Skadron Udara 3 yang diaplikasikan pada suatu operasi udara mandiri maupun operasi gabungan, teknologi flight simulation diaplikasikan dalam integrasi Simulator F-16A (Integrated Flight Simulator) dengan flight simulator TNI AU lainnya di dalam suatu Integrated Flight Simulator Complex (IFSC). Ada dua hal yang diharapkan di masa depan yakni : a) Jangka Pendek. Untuk jangka pendek IFSC difokuskan untuk mendukung latihan Air-to-Air Combat yakni dengan mengintegrasikan Simulator F-16A dengan Simulator Hawk Mk-209 sehingga latihan Dissimilar Air Combat Tactics (DACT) dapat disimulasikan sebelum dilaksanakan di Air Combat Maneuvering Range (ACMR) Pekanbaru. Dengan mensimulasikan latihan ini, seorang penerbang dapat tahu lebih awal mempelajari kelemahan dan kelebihan lawan sehingga ia dapat menentukan taktik terbaik untuk mengalahkan lawannya dengan kelemahan dan kelebihan pesawat yang diterbangkannya. IFSC akan semakin lengkap bila semua tipe pesawat tempur TNI AU dilengkapi dengan flight simulator-nya seperti pesawat F-5E, A-4 Skyhawk dan Hawk Mk-53. / b) Jangka..

23 b) Jangka Panjang. Untuk jangka panjang IFSC dapat dilengkapi dengan tipe flight simulator lain seperti Simulator C-130, Simulator SA- 330 dan Simulator C-130 BT Tanker sehingga diharapkan integrated simulation latihan operasi udara gabungan dapat dilakukan sebelum dipraktekkan di kondisi nyata. Sebagai contoh di dalam operasi udara gabungan pesawat Hawk 200 bertindak sebagai bomber atau striker dengan dikawal (escort) oleh pesawat F-16 yang juga bertindak sebagai sweeper. Setelah melaksanakan pengeboman, pesawat Hawk 200 melakukan air refueling dari pesawat C-130 BT di ARCP. Konsep IFSC diperlihatkan pada gambar 3 3 berikut ini. Gambar 3. Konsep Integated Flight Simulator Complex. 3 http://lisar.larc.nasa.gov