Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

dokumen-dokumen yang mirip
Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:


KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

Provinsi Nusa Tenggara Timur

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

Transkripsi:

i

Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411. Fax : 0717 422311 Gambar cover: Pantai Pulau Lengkuas (lokasi : Belitung) cover depan Dok. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Bangka Belitung Wisata Bawah Laut (lokasi : Belitung) cover belakang Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung ii

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya n Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2015 Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Pangkalpinang, Februari 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Bayu Martanto Deputi Direktur iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... viii INDIKATOR EKONOMI... xii RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung... xiii BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 1 1.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha... 2 1.2. PDRB Menurut Pengeluaran... 11 Suplemen A : Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Pangkalpinang Triwulan IV 2015 Menurun.... 17 Suplemen B : Sistem Logistik dan Infrastruktur Pangan dan Antisipasi Potensi Tekanan kenaikan Harga Pangan di Awal Tahun... 20 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI... 23 2.1. Inflasi Kepulauan Bangka Belitung... 23 2.2. Disagregasi Inflasi... 26 2.3. Pengendalian Inflasi Bangka Belitung... 28 2.4. Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera... 29 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN... 33 3.1. Perkembangan Bank Umum... 33 3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum... 34 3.3. Penyaluran Kredit Bank Umum... 36 3.4. Loan to Deposit Ratio/LDR... 40 3.5. Kualitas Kredit/Pembiayaan... 40 3.6 Kelonggaran Tarik... 41 3.7. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung... 41 iv

3.8. Bank Umum Syariah... 42 3.9. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)... 43 3.10. Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)... 44 3.11. Perkembangan Sistem Pembayaran... 45 BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 49 4.1. APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung... 49 4.2. APBD Kabupaten Belitung... 52 4.3. APBD Kabupaten Bangka Barat... 54 4.4. APBD Kabupaten Bangka Tengah... 55 4.5. APBD Kabupaten Bangka... 57 4.6. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan... 59 BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN... 61 5.1. Kondisi Ketenagakerjaan... 61 5.2. Kondisi Kesejahteraan Petani.....64 5.3. Inflasi Pedesaan.....65 5.4. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen... 66 5.4.1. Indikator Ketenagakerjaan... 66 5.4.2. Indikator Penghasilan... 68 BAB 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 71 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia... 71 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Nasional... 72 6.3. Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung... 73 6.4. Inflasi Bangka Belitung... 77 Suplemen C : UMP Bangka Belitung Naik, Pengaruh Kepada Dunia Usaha Perlu Diperhatikan... 81 v

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy)... 3 Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy)... 11 Tabel A.1 Perbandingan Penetapan UMP 2016 Antar Provinsi Se-Sumatera... 17 Tabel 2.1 Inflasi Bulanan (% mtm)... 23 Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy)... 30 Tabel 3.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar)... 39 Tabel 3.2 Perkembangan Bank Umum Syariah... 42 Tabel 3.3 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung... 44 Tabel 3.4 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung... 46 Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung... 50 Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung... 51 Tabel 4.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung... 53 Tabel 4.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat... 54 Tabel 4.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah... 56 Tabel 4.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka... 58 Tabel 4.7 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan... 60 Tabel 5.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, 2013-2015 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung... 62 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung... 62 Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung... 63 Tabel 5.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor... 64 Tabel 5.5 Inflasi Pedesaan... 65 Tabel 5.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat ini (2014-2015)... 67 Tabel 5.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD (2014-2015)... 67 Tabel 5.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini (2014-2015)... 68 Tabel 5.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD (2014-2015)...69 vi

Tabel C.1 Arah Kebijakan Umum Dalam Pembangunan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2017... 83 Tabel C.2 Alokasi Pendanaan Pembangunan Infrastruktur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016... 89 vii

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK 2010... 1 Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Triwulanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK 2010... 1 Grafik 1.3 Pertumbuhan dan Share Lapangan Usaha... 2 Grafik 1.4 Struktur PDRB triwulan IV 2015... 2 Grafik 1.5 Grafik Andil Pertumbuhan Ekonomi Babel TW IV 2015... 3 Grafik 1.6 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan (%yoy dan qtq)... 4 Grafik 1.7 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (%)... 4 Grafik 1.8 Perkembangan Harga Lada Internasional... 5 Grafik 1.9 Perkembangan Harga Karet Internasional... 5 Grafik 1.10 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung... 5 Grafik 1.11 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran,dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor... 6 Grafik 1.12 Kendaraan Baru (roda 4)... 6 Grafik 1.13 Kendaraan Baru (roda 2)... 6 Grafik 1.14 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian... 7 Grafik 1.15 Produksi dan Harga Timah... 7 Grafik 1.16 Harga Timah BKDI VS LME... 7 Grafik 1.17 Pertumbuhan Lapangan Usaha Kontruksi... 8 Grafik 1.18 Konsumsi Semen Bangka Belitung... 8 Grafik 1.19 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan... 8 Grafik 1.20 Arus Penumpang Angkutan Udara... 9 Grafik 1.21 Arus Penumpang Angkatan Laut... 9 Grafik 1.22 Arus Bongkar Muat... 9 Grafik 1.23 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas... 10 Grafik 1.24 Pelanggan VS Penjualan Listrik... 10 Grafik 1.25 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum... 10 Grafik 1.26 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan Wisatawan... 10 Grafik 1.27 Likert Scale Kapasitas Utilisasi... 12 Grafik 1.28 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor... 12 Grafik 1.29 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama... 12 viii

Grafik 1.30 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen... 12 Grafik 1.31 Likert Scale Investasi... 14 Grafik 1.32 Likert Scale Kapasitas Utilisasi... 14 Grafik 1.33 Perkembangan Ekspor... 15 Grafik 1.34 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Timah... 15 Grafik 1.35 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung... 16 Grafik 1.36 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen)... 16 Grafik 1.37 Impor Luar Negeri Bangka Belitung... 16 Grafik 1.38 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung... 16 Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulanan 2012-2015... 17 Grafik A.2 IKK, IKE, IEK Triwulanan 2012-2015... 18 Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen 2012-2015... 18 Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen 2012-2015... 19 Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan... 19 Grafik 2.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional... 23 Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi Kelompok... 24 Grafik 2.3 Historis Inflasi Bangka Belitung... 25 Grafik 2.4 Inflasi Umum Tahunan dan Disagresasi Inflasi... 25 Grafik 2.5 Perkembangan Curah Hujan Bangka Belitung... 26 Grafik 2.6 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan... 26 Grafik 2.7 Perkembangan Stok Beras Bulog... 26 Grafik 2.8 Perkembangan Tinggi Gelombang... 26 Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bangka Belitung... 27 Grafik 2.10 Likert Scale Biaya Bangka Belitung... 27 Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang... 27 Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan... 28 Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung... 33 Grafik 3.2 Perkembangan DPK Perbankan di Bangka Belitung... 35 Grafik 3.3 Komposisi DPK Perbankan di Bangka Belitung... 36 Grafik 3.4 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung... 37 Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan IV 2015... 37 Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Sektor Rumah Tangga... 38 Grafik 3.7 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR... 40 Grafik 3.8 Perkembangan NPL Perbankan Bangka... 40 Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga... 41 ix

Grafik 3.10 Perkembangan Suku Bunga Kredit Sektoral... 41 Grafik 3.11 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit KPR... 43 Grafik 3.12 Perkembangan DPK BPR... 43 Grafik 3.13 Pangsa DPK BPR... 44 Grafik 3.14 Perkembangan LDR BPR... 44 Grafik 3.15 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral... 45 Grafik 3.16 Perkembangan Kredit dan NPL UMKM... 45 Grafik 3.17 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral... 45 Grafik 3.18 Perkembangan Inflow Outflow... 46 Grafik 3.19 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung... 47 Grafik4.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung... 50 Grafik4.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Belitung... 53 Grafik4.3 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat.. 55 Grafik4.4 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah 57 Grafik 4.5 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka... 59 Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran... 61 Grafik 5.2 Perkembangan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan... 61 Grafik 5.3 Likert Scale Biaya Bangka Belitung... 63 Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani... 65 Grafik 5.5 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan... 65 Grafik 5.6 Indeks Penghasilan....66 Grafik 5.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan....66 Grafik 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global....72 Grafik 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung 2016....74 Grafik 6.3 Perkembangan Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang... 75 Grafik 6.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah... 76 Grafik 6.5 Volatilitas Rupiah dan Peers... 76 Grafik 6.6 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung 2016... 77 Grafik 6.7 Pergerakan Harga 3 dan 6 Bulan Mendatang... 78 Grafik 6.8 Indeks Utama Survei Konsumen... 78 Grafik 6.9...79 Grafik C.1 Peta Kerentanan Pangan Indonesia... 82 Grafik C.2 Luas Panen dan Produksi Padi... 82 Grafik C.3 Arus Bongkar Muat Pelabuhan... 85 Grafik C.4 Porsi Kewenangan Pengembangan Sarana Irigasi... 87 x

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xi

INDIKATOR EKONOMI 2014 2015 Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015 I II III IV I II III IV PDRB (%, yoy) 5.89 6.90 5.50 5.20 4.34 4.84 4.78 4.70 4.67 4.10 3.97 3.97 4.28 4.08 Sektor 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.26 8.94 6.47 6.85 12.74 11.32 8.87 4.37 9.22 3.59 4.52 6.31 8.98 5.86 2. Pertambangan dan Penggalian 0.80 3.06 0.10-0.64-2.51-0.71 5.02 6.39 1.99 5.57 3.39 0.45-2.21 1.74 3. Industri Pengolahan 3.34 3.72 3.04 3.45 0.44 1.34 1.27 2.15 1.30 1.71 1.73 1.15 0.82 1.35 4. Pengadaan Listrik, Gas 4.52 13.22 10.19 4.80-1.84 1.33 11.00 26.48 9.29 14.55 11.75-0.08-0.59 5.77 5. Pengadaan Air 12.22 7.82 5.73 4.19 3.47 3.55 4.50 8.18 4.95 7.11 7.25 5.27 3.55 5.75 6. Konstruksi 12.88 8.94 13.61 8.96-0.07 2.96 4.71 8.35 4.00 7.60 5.74 4.46 4.50 5.54 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.29 9.35 7.09 5.76 4.77 5.34 3.72 3.94 4.44 2.94 3.35 4.77 5.19 4.07 8. Transportasi dan Pergudangan 7.92 9.53 8.80 7.23 4.68 6.94 6.22 5.97 5.96 5.88 6.31 5.00 5.96 5.78 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11.57 8.83 7.75 6.89 6.64 7.88 7.62 7.72 7.47 5.53 3.59 1.38 3.29 3.42 10. Informasi dan Komunikasi 11.15 8.11 8.64 8.97 5.80 7.51 6.34 7.72 6.85 7.81 7.77 6.49 7.34 7.34 11. Jasa Keuangan 3.07 16.38 7.35 16.68 13.07 5.27 1.78 1.70 5.26 2.47-2.76 9.98 7.60 4.35 12. Real Estate 9.92 11.28 10.68 7.98 10.12 10.83 5.02 5.26 7.72 3.32 2.20 1.96 3.94 2.85 13. Jasa Perusahaan 9.24 9.88 7.82 6.80 7.99 7.44 6.62 6.07 7.01 5.35 5.11 3.00 2.70 4.02 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9.96 11.33 5.34 7.55 10.54 7.35 6.02 5.72 7.33 5.04 10.01 11.21 12.58 9.78 15. Jasa Pendidikan 13.05 6.99 8.76 9.98 8.80 8.03 6.03 5.58 7.06 9.35 9.07 8.59 11.90 9.75 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10.01 10.29 11.43 7.31 6.04 6.94 5.46 5.54 5.98 7.88 7.72 6.12 3.35 6.23 17. Jasa lainnya 9.08 7.61 7.87 6.84 9.39 9.01 7.49 6.06 7.95 5.68 7.93 8.23 10.52 8.12 Permintaan 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.83 4.87 5.46 6.20 5.67 6.47 5.60 6.56 6.07 6.10 5.67 5.46 5.96 5.80 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 9.54 7.74 10.34 9.94 13.51 14.15 12.87 10.85 12.81 7.47 4.68 5.88 10.04 7.03 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8.45 8.19 6.11 5.68 5.92 5.95 3.04 8.42 5.88 4.34 6.08 5.64 2.14 4.45 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.06 8.40 4.95 4.91 0.88 4.87 5.43 8.08 4.87 9.21 5.24 2.76 0.83 4.36 5. Perubahan Inventori 15.99-25.88-23.34 3.38 35.37 5.64-3.99 17.73 10.91-3.58 8.48 36.71-58.47-1.20 6. Ekspor Luar Negeri -3.44 44.16-10.57 6.73-10.25 30.01 70.62-6.22 14.69-6.81-30.28-19.91-15.84-19.56 7. Impor Luar Negeri 14.98 20.03-10.00-26.77-2.92-8.94 39.49 23.76 13.82 6.84-30.53-5.62 50.09 6.86 8. Net Ekspor Antar Daerah -9.99 57.84-17.98 11.71-15.11 43.79 134.98-6.22 21.78-7.24-37.07-26.54-29.25-27.17 Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 1518.37 2531.61 2144.99 2040.12 420.54 665.64 401.88 416.12 1904.17 343.86 337.48 237.94 334.88 1254.16 Volume Ekspor Non Migas (USD Juta) 860.13 700.00 415.02 289.81 132.75 99.24 73.45 113.44 418.87 88.67 94.96 85.91 111.52 381.06 Indeks Harga Konsumen Bangka Belitung (TD = 2012) 133.04 139.69 101.86 110.72 112.25 112.93 117.02 121.26 121.26 119.81 120.70 125.60 125.23 125.23 Pangkalpinang (TD = 2012) 133.04 139.69 101.86 110.72 110.52 111.10 114.82 118.26 118.26 117.77 117.90 123.38 123.77 123.77 Tanjungpandan (TD = 2012) 115.43 116.28 121.10 126.82 126.82 123.59 125.91 129.71 127.94 127.94 Laju Inflasi Bangka Belitung 9.36 5.00 6.57 8.71 8.24 6.11 6.23 9.04 9.04 6.73 6.90 7.33 3.28 3.28 Pangkalpinang 9.36 5.00 6.57 8.71 5.60 4.14 4.29 6.81 6.81 6.56 6.12 7.46 4.66 4.66 Tanjungpandan 13.24 9.77 9.79 13.14 13.14 7.07 8.28 7.11 0.88 0.88 Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 8.56 10.88 12.75 11.83 12.24 13.29 13.43 13.14 13.14 13.46 14.36 14.49 14.23 14.23 Giro (Rp Triliun) 1.40 1.79 2.30 1.48 1.78 2.55 2.41 1.62 1.62 2.01 2.55 2.61 1.64 1.64 Tabungan (Rp Triliun) 4.80 5.95 7.15 7.05 6.72 6.78 6.85 7.24 7.24 6.79 6.60 6.87 7.81 7.81 Deposito (Rp Triliun) 2.36 3.14 3.29 3.30 3.74 3.96 4.17 4.29 4.29 4.66 5.21 5.00 4.78 4.78 Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 4.43 7.36 8.61 11.98 11.42 12.11 12.79 13.64 13.64 13.66 14.42 14.48 14.26 14.26 Modal Kerja (Rp Triliun) 2.14 3.48 3.96 6.22 5.64 6.36 6.92 7.62 7.62 7.14 7.75 7.75 7.35 7.35 Investasi (Rp Triliun) 0.76 1.34 1.43 1.94 1.86 1.74 1.72 1.78 1.78 2.24 2.32 2.31 2.39 2.39 Konsumsi (Rp Triliun) 1.52 2.54 3.22 3.83 3.92 4.01 4.15 4.24 4.24 4.28 4.35 4.42 4.51 4.51 LDR Lokasi Proyek (%) 51.70 67.66 67.52 101.31 93.35 91.18 95.21 103.80 103.80 101.49 100.44 99.98 100.21 100.21 NPL Gross (%) 0.92 0.82 0.77 1.42 1.71 2.11 2.54 2.09 2.09 2.62 2.84 2.82 4.00 4.00 xii

RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung I. Perkembangan Makro Ekonomi Regional Perekonomian Bangka Belitung Triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 4,28% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 3,97% (yoy), yang didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan Lembaga Profit Non Rumah Tangga (LNPRT). Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 meningkat dari 3,97% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,28% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional Dari sisi pengeluaran, perlambatan disebabkan meningkatnya konsumsi Rumah Tangga dan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga Pada triwulan IV 2015, perekonomian Bangka Belitung yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp11.731 miliar atau tumbuh sebesar 4,28% (yoy) dari triwulan sebelumnya 3,97% (yoy). Pertumbuhan bersumber dari lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sementara itu, lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan tumbuh tidak terlalu besar. Sebagaimana triwulan sebelumnya, lapangan usaha pertambangan dan penggalian masih mengalami kontraksi. Penerapan Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah menyebabkan beberapa industri pengolahan timah (smelter) sempat tidak berproduksi sehingga industri pengolahan tumbuh relatif kecil pada triwulan ini. Walaupun meningkat, capaian pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tercatat sebesar 4,56% (yoy) dan nasional 5,04% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung dipicu oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi Lembaga Non profit Rumah Tangga (LNPRT). Secara triwulanan, konsumsi rumah tangga meningkat dari 5,46% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 5,96% (yoy). Konsumsi LNPRT meningkat terkait konsumsi lembaga keagamaan, organisasi sosial dan partai politik yang aktivitasnya meningkat menjelang pelaksanaan Pilkada serentak di empat kabupaten pada bulan Desember 2015. Sementara ekspor membaik walaupun masih mengalami kontraksi sebesar 15,84% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam 19,91% (yoy). Menurunnya ekspor disebabkan oleh turunnya nilai ekspor komoditas unggulan Bangka Belitung yaitu timah akibat pemberlakuan Permendag No.33 tahun 2015, penurunan ekspor komoditas kelapa sawit dan melemahnya perekonomian global. Di sisi lain, konsumsi pemerintah tumbuh melambat dari 5,64% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 2,14% (yoy) xi

disebabkan realisasi penyerapan anggaran pemerintah tidak sebesar yang diperkirakan antara lain disebabkan permasalahan nomenklatur dan keterlambatan pelaksanaan tender proyek-proyek infrastruktur. II. Perkembangan Inflasi Pada triwulan IV 2015 inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 3,28% (yoy) yang merupakan inflasi terendah sejak 2009 dan berada dalam rentang sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1% (yoy). Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurun dari 7,33% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 3,28% (yoy) Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di triwulan IV 2015 sebesar 3,28% (yoy) lebih rendah dari triwulan III 2015 sebesar 7,33% (yoy) dan inflasi tahun sebelumnya sebesar 9,04%. Kondisi ini didorong oleh meredanya tekanan inflasi pada kelompok inti, volatile food, dan administered prices. Seluruh kelompok barang/jasa mengalami penurunan inflasi dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok transportasi, jasa, keuangan dan kelompok bahan makanan. Pencapaian inflasi Bangka Belitung tersebut lebih rendah di banding inflasi nasional sebesar 3,35 % (yoy). III. Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Stabilitas sistem keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Triwulan III masih terjaga, yang tercermin dari indikator fungsi intermediasi dan kualitas kredit yang cukup baik Total aset perbankan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Penghimpunan DPK meningkat disebabkan pertumbuhan pada komponen DPK. Penyaluran kredit perbankan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya Secara umum, volume usaha perbankan Bangka Belitung masih tumbuh positif. Secara tahunan, aset perbankan Bangka Belitung tumbuh 7,94% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,11% (yoy). Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,28% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,83% (yoy). Peningkatan DPK terutama terjadi pada komponen tabungan, sementara giro dan deposito tumbuh melambat. Kredit menurut lokasi proyek tumbuh 4,53% (yoy), jauh lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 13,23% (yoy). Perlambatan ini terjadi pada kredit produktif maupun non-produktif. Fungsi intermediasi perbankan sedikit menguat dengan naiknya Loan to Deposit Ratio (LDR) yakni 100,21%, dari 99,98% pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, rasio Non-Performing-Loan (NPL) sedikit meningkat dari 2,82% menjadi 4,00% pada triwulan laporan, namun masih di bawah ambang batas 5%. xii

Transaksi sistem pembayaran melalui RTGS dan tunai meningkat. Transaksi non tunai melalui kliring mengalami penurunan. Sementara itu, sistem pembayaran tunai pada triwulan laporan mengalami net outflow. Kondisi ini terjadi seiring dengan momen liburan dan perayaan Tahun Baru Islam, Maulid Nabi Muhammad S.A.W., Hari Raya Natal, dan Tahun Baru 2016. IV. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi pendapatan daerah rata-rata di atas 95%, sedangkan realisasi belanja sebesar 80% - 95% Realisasi pendapatan daerah triwulan IV 2015 rata-rata di atas 95% sementara realisasi belanja masih di berkisar 80%-95% Realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sampai dengan triwulan IV 2015 rata-rata diatas 95%, sementara realisasi belanja berkisar 80% - 95%. Selain APBD, dana yang bersumber dari APBN yakni dana Dekonsentrasi hingga triwulan IV 2015 terealisasi 79,20% dari pagu. Sedangkan realisasi Tugas Pembantuan 73,95% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebesar 75,82% dari total pagu. V. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat. Sementara itu, inflasi pedesaan dan Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung meningkat. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kepulauan Bangka Belitung pada Agustus 2015 naik dibandingkan Agustus 2014 dari 65,45% menjadi 66,71%. Sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) kepulauan Bangka Belitung menunjukkan kenaikan dari 5,14% pada Agustus 2014 menjadi 6,29% pada Agustus 2015. Naiknya tingkat pengangguran diakibatkan perlambatan ekonomi khususnya pada sektor utama yang dipengaruhi harga komoditas yang belum membaik. NTP dan Inflasi pedesaan turun NTP menurun dan inflasi pedesaan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP), pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 103,90 menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 106,30. Sementara, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 1,73% (yoy) menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,76% (yoy) xiii

VI. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2016 diperkirakan terus meningkat didukung oleh membaiknya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi serta realisasi pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dan swasta. Namun demikian, ekspor diperkirakan masih menurun seiring dengan belum membaiknya harga komoditas timah. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dan dalam level yang terkendali. Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada Triwulan I -2016 diperkirakan tumbuh terbatas pada kisaran 4,0%- 4,4% (yoy). Sementara secara tahunan perekonomian Bangka Belitung pada 2016 tumbuh pada kisaran 4,1%-4,5% (yoy) Pada triwulan I- 2016 inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan sebesar 5,50% 5,90% (yoy) Pada triwulan I 2016, proyeksi pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung sebesar 4,0%-4,4% (yoy), tumbuh terbatas dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan didukung oleh meningkatnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan meningkatnya investasi seiring kebijakan Pemerintah mendorong investasi. Namun demikian, bencana banjir di sejumlah daerah di Pulau Bangka pada awal tahun akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Secara tahunan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,1%-4,5% (yoy). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan mengalami inflasi pada triwulan I 2016 yang sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Potensi tekanan inflasi triwulan I 2016, terutama disebabkan (i) bencana banjir di awal tahun yang mengakibatkan gangguan distribusi bahan pangan dan keterbatasan suplai bahan pangan, (ii) gelombang laut tinggi yang menganggu distribusi barang dan tangkapan ikan, (iii) meningkatnya permintaan seiring dengan perayaan Imlek dan Ceng Beng, (iv) kenaikan tarif angkutan udara jelang perayaan Ceng Beng dan event gerhana matahari total, (v) rencana pemerintah untuk mengalihkan pelanggan listrik rumah tangga dari daya 900 VA ke daya 1300 VA, (vi) potensi terbatasnya pasokan pangan akibat pergeseran musim tanam di daerah produsen. Sementara inflasi hingga akhir tahun diperkirakan masih berada pada kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1% (yoy). xiv

INDIKATOR MAKRO Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2015 % yoy Triwulan IV 2015 % yoy 3,97 4,28 5,46 5,96 5,88 10,04 5,64 2,76 2,14 0,83-19,91-15,84-5,62 50,09 xv

Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan IV 2015 meningkat terutama bersumber dari pertumbuhan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan Dari sisi pengeluaran, komponen utama yang mendorong pertumbuhan adalah konsumsi rumah tangga PERTUMBUHAN EKONOMI PROVISI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (% yoy) TW III 2015 TW IV 2015 3.97 4.28 SUMATERA (% yoy) TW III 2015 TW IV 2015 3.13 4.56 NASIONAL (% yoy) TW III 2015 TW IV 2015 4.74 5.04 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2015 sebesar 4,08% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang mencapai 4,67% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan perlambatan perekonomian nasional maupun perekonomian Sumatera pada umumnya. Sementara itu, secara triwulanan, perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan mencapai Rp11.731 miliar atau tumbuh sebesar 4,28% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 3,97% (yoy). Namun demikian, capaian tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera 4,56% (yoy). Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan triwulanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK 2010 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK 2010 Rp Miliar PDRB Babel (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy, RHS, %) % 14,000 9.00 7.61 12,000 7.75 8.00 6.44 6.40 7.00 10,000 6.30 6.08 8,000 5.93 5.11 5.48 4.77 4.84 4.78 4.70 4.40 4.10 4.28 6.00 5.00 6,000 4.23 4.34 4.00 3.97 3.97 3.00 4,000 2.00 2,000 1.00 0 0.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014* 2015** 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Rp Miliar PDRB Babel (Rp Miliar) Pertumbuhan (qtq, RHS, %) % 0 3.77-0.09 2.52-0.33 0.05 2.82 1.82 1.62 0.01 1.94 1.14 1.09 0.12 2.42 1.08 1.01-0.46 2.30 1.07 1.32 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014* 2015** 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00-0.50-1.00 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 1

Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 meningkat terutama diakibatkan pertumbuhan sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yang tumbuh sebesar 12,58% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 11,21% (yoy), diikuti jasa pendidikan sebesar 11,90% (yoy) dari 8,59% (yoy) dan jasa lainnya sebesar 10,52% (yoy) dari 8,23% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada lapangan usaha yang kontribusinya terhadap PDRB tidak terlalu besar. Penyebab tingginya laju pertumbuhan administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah, pembayaran rapel kenaikan remunerasi pada beberapa kementerian dan lembaga, serta adanya pencairan dana desa. Grafik 1.3 Pertumbuhan dan Share Lapangan Usaha Grafik 1.4 Struktur PDRB triwulan IV 2015 Pertumbuhan Share 19.84% 12.58% 11.90% 10.52% 6.11% 2.93% 0.72% 8.98% 7.60% 1.83% Administrasi Pemerintahan, Pertahanan& Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Lainnya Pertanian, Jasa Keuangan kehutanan, dan Perikanan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Struktur PDRB Kepulauan Bangka Belitung masih didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan sebesar 20,37%, pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 19,84% dan perdagangan besar eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 14,40% serta pertambangan dan penggalian sebesar 12,11%. Dari sisi laju pertumbuhannya lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 8,98% (yoy), sementara lapangan usaha perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor serta industri pengolahan tumbuh tidak terlalu besar masing-masing sebesar 5,19% (yoy) dan 0,82% (yoy). Sedangan lapangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 2,21% (yoy). Penerapan Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah menyebabkan beberapa industri pengolahan timah (smelter) sempat tidak berproduksi 2

Perkembangan Ekonomi Makro Regional sehingga industri pengolahan tumbuh relatif terbatas pada triwulan ini. Sumber utama (andil) pertumbuhan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung triwulan IV 2015 adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 1,65%, diikuti perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 0,71%. Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 0,63% dan konstruksi sebesar 0,37%. Sementara lapangan usaha lainnya memberikan andil pertumbuhan sebesar 0,92%. Grafik 1.5 Andil Pertumbuhan Ekonomi Babel Tw IV 2015 0.92 0.37 0.63 0.71 1.65 Lainnya Konstruksi Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Pertanian Kehutanan dan Perikanan TW IV 2015 Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy) No Lapangan Usaha 2014 2015 I II III IV 2014 I II III IV 2015 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12.74 11.32 8.87 4.37 9.22 3.59 4.52 6.31 8.98 5.86 2 Pertambangan dan Penggalian (2.51) (0.71) 5.02 6.39 1.99 5.57 3.39 0.45 (2.21) 1.74 3 Industri Pengolahan 0.44 1.34 1.27 2.15 1.30 1.71 1.73 1.15 0.82 1.35 4 Pengadaan Listrik, Gas (1.84) 1.33 11.00 26.48 9.29 14.55 11.75 (0.08) (0.59) 5.77 5 Pengadaan Air 3.47 3.55 4.50 8.18 4.95 7.11 7.25 5.27 3.55 5.75 6 Konstruksi (0.07) 2.96 4.71 8.35 4.00 7.60 5.74 4.46 4.50 5.54 7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.77 5.34 3.72 3.94 4.44 2.94 3.35 4.77 5.19 4.07 8 Transportasi dan Pergudangan 4.68 6.94 6.22 5.97 5.96 5.88 6.31 5.00 5.96 5.78 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.64 7.88 7.62 7.72 7.47 5.53 3.59 1.38 3.29 3.42 10 Informasi dan Komunikasi 5.80 7.51 6.34 7.72 6.85 7.81 7.77 6.49 7.34 7.34 11 Jasa Keuangan 13.07 5.27 1.78 1.70 5.26 2.47 (2.76) 9.98 7.60 4.35 12 Real Estate 10.12 10.83 5.02 5.26 7.72 3.32 2.20 1.96 3.94 2.85 13 Jasa Perusahaan 7.99 7.44 6.62 6.07 7.01 5.35 5.11 3.00 2.70 4.02 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.54 7.35 6.02 5.72 7.33 5.04 10.01 11.21 12.58 9.78 15 Jasa Pendidikan 8.80 8.03 6.03 5.58 7.06 9.35 9.07 8.59 11.90 9.75 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.04 6.94 5.46 5.54 5.98 7.88 7.72 6.12 3.35 6.23 17 Jasa lainnya 9.39 9.01 7.49 6.06 7.95 5.68 7.93 8.23 10.52 8.12 TOTAL 4.34 4.84 4.78 4.70 4.67 4.10 3.97 3.97 4.28 4.08 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 3

Perkembangan Ekonomi Makro Regional PERTUMBUHAN (% yoy) TW III 2015 1,15 TW IV 2015 0,82 Pada triwulan IV 2015, lapangan usaha industri pengolahan yang memiliki pangsa terbesar dalam struktur perekonomian Bangka Belitung pertumbuhannya melambat, dari 1,15% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi tumbuh 0,82% (yoy). Menurunnya lapangan usaha pertambangan khususnya timah sebagai komoditas utama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang disebabkan oleh menurunnya permintaan global dan harga komoditas timah yang masih rendah mengakibatkan pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan melambat. Penerapan Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah menyebabkan beberapa industri pengolahan timah (smelter) sempat tidak berproduksi karena menurunnya pasokan bahan baku timah sehingga industri pengolahan tumbuh terbatas pada triwulan ini. Grafik 1.6 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan Grafik 1.7 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, (% yoy dan qtq) Kehutanan dan Perikanan (% yoy dan qtq) % qtq % yoy % qtq % yoy 2.15 1.71 12.74 1.59 1.73 1.27 11.32 1.15 0.44 0.82 8.87 8.98 6.31 1.34 1.61 0.38 4.37 0.70 3.59 4.52 0.71 0.12 2.44 2.23 2.70 0.97 (0.85) (1.27) (1.30) 1.68 3.15 1.18 I II III IV I II III IV 2014 2015 I II III IV I II III IV 2014 2015 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung PERTUMBUHAN (% yoy) TW III 2015 6,31 TW IV 2015 8,98 Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh 8,98% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya 6,31% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian sejalan dengan program pemerintah daerah untuk mewujudkan kedaulatan pangan antara lain melalui program pencetakan sawah baru dan Program ketahanan pangan. Selain itu, pertumbuhan sektor ini disebabkan kondisi cuaca yang kondusif berdampak pada meningkatnya hasil tangkapan ikan nelayan dan meningkatnya harga lada. Sementara itu, harga komoditas perkebunan lainnya seperti karet dan CPO masih terus menurun. 4

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.8 Perkembangan Harga Lada Internasional MYR/100 kg 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 0.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Bloomberg Grafik 1.9 Perkembangan Harga Karet Internasional USD/kg) 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Bloomberg Sementara itu, di sisi lain, harga TBS turun 2,53% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang meningkat 3,53% (qtq). Namun demikian, permintaan domestik terhadap CPO masih tinggi. Grafik 1.10 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 CPO TBS Lokal (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014 2015 2500 2000 1500 1000 500 0 Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Bangka Belitung & Bloomberg Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh. Lapangan usaha PERTUMBUHAN (% yoy) TW III 2015 4,77 TW IV 2015 5,19 perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor ini pada triwulan laporan tercatat tumbuh 5,19% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,77% (yoy). Sementara secara triwulanan pertumbuhannya melambat yaitu sebesar 1,20% (qtq) dari triwulan sebelumnya sebesar 1,90% (qtq). 5

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.11 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor % qtq % yoy 4.77 5.34 3.72 3.94 2.07 0.52 0.80 0.50 (0.47) 2.94 3.35 2.48 4.77 5.19 1.90 1.20 I II III IV I II III IV 2014 2015 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Meningkatnya aktivitas perdagangan seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat jelang akhir tahun. Pembukaan pusat perbelanjaan modern pada pertengahan September 2015 turut mendorong pertumbuhan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Selain itu, musim liburan sekolah mengakibatkan meningkatnya jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ke Bangka Belitung sehingga mendorong pertumbuhan lapangan usaha perdagangan. Di sisi lain, pendaftaran kendaraan baru roda 4 (mobil dan truk) dan roda 2 pada triwulan ini sedikit membaik dimana kontraksi yang terjadi melambat. Kendaraan baru roda 4 mengalami kontraksi yang melambat dari triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 22,26% (yoy) menjadi kontraksi 16,97% (yoy). Sementara kendaraan roda 2 pada triwulan ini mengalami kontraksi sebesar 26,75% (yoy) dari triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 30,62% (yoy). Menurunnya penjualan kendaraan disebabkan menurunnya daya beli masyarakat sebagai dampak melambatnya perekonomian dan prioritas konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan selain kendaraan. Grafik 1.12 Kendaraan Baru (roda 4) Grafik 1.13 Kendaraan Baru (roda 2) Unit % 1,800 Kendaraan Roda 4 Growth (yoy, RHS) 80.00 Unit Kendaraan Roda 2 Growth (yoy, RHS) % 18,000-1,600 60.00 16,000 (5.00) 1,400 14,000 (10.00) 1,200 40.00 12,000 1,000 (15.00) 20.00 10,000 800 (20.00) 8,000 600 - (25.00) 6,000 400 (20.00) 4,000 (30.00) 200 2,000 (35.00) - (40.00) - (40.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 2013 2014 2015 Sumber: DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 6

Perkembangan Ekonomi Makro Regional PERTUMBUHAN (% yoy) TW III 2015 0,45 TW IV 2015-2,21 Lapangan usaha pertambangan dan penggalian pada triwulan ini terkontraksi sebesar 2,21% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh 0,45% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh melambatnya ekspor dan turunnya harga timah internasional dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya serta adanya pemberlakuan Permendag yang baru yaitu Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah. Grafik 1.14 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian % qtq % yoy 6.39 5.02 5.57 3.22 3.39 2.35 (0.11) 0.81 0.45 (0.37) (2.51) (0.71) (0.88) 1.09 (2.05) (2.21) I II III IV I II III IV 2014 2015 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 Ton Grafik 1.15 Produksi dan Harga Timah Produksi Bijih Timah (ton) Produksi Logam Timah (Mton) Penjualan Logam Timah (Mton) Harga Timah Internasional ($ Metric ton) LHS I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014 2015 USD/MTon 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Grafik 1.16 Harga Timah BKDI VS LME 25,000 USD/Mton LME BKDI 22,000 19,000 16,000 13,000 10,000 IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 Sumber: Bloomberg, http://www.icdx.co.id/ PERTUMBUHAN (% yoy) TW III 2015 4,46 TW IV 2015 4,50 Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi tercatat meningkat tipis yaitu 4,50% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 4,46% (yoy). Sementara secara triwulanan lapangan usaha konstruksi meningkat dari 0,70% (qtq) menjadi 3,90% (qtq). Peningkatan di lapangan usaha konstruksi seiring dengan meningkatnya realisasi proyek-proyek pemerintah di akhir tahun, yang terkonfirmasi dari permintaan semen di Bangka Belitung yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. 7

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.17 Pertumbuhan Lapangan Usaha Konstruksi % qtq % yoy 8.35 7.60 5.74 4.71 4.46 4.50 3.78 3.86 1.99 0.71 3.90 2.96 1.94 (0.07) (1.39) (2.08) I II III IV I II III IV 2014 2015 Grafik 1.18 Konsumsi Semen Bangka Belitung 120,000 Realisasi Pengadaan yoy (RHS) qtq (RHS) 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 80 60 40 20 0-20 -40-60 Lapangan usaha transportasi dan pergudangan menggeliat pada triwulan IV 2015. Lapangan usaha ini tumbuh 5,96% (yoy) dari 5,00% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Secara triwulanan sektor ini tumbuh melambat menjadi sebesar 0,57% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,94% (qtq). Meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha ini seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bangka Belitung jelang akhir tahun dan liburan sekolah. Selain itu, pertumbuhan pada lapangan usaha ini juga disebabkan meningkatnya kegiatan pergudangan seiring dengan meningkatnya permintaan dan konsumsi masyarakat pada hari raya keagamaan seperti Tahun Baru Islam. Maulid Nabi Muhammad, Hari Raya Natal dan Tahun Baru Masehi serta musim liburan sekolah. Dari sisi transportasi, arus penumpang angkutan laut di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan secara tahunan masih mengalami kontraksi sebesar 34,62% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 19,99% (yoy). Hal tersebut ditengarai disebabkan oleh adanya alternatif moda transportasi udara yang relatif murah sehingga penumpang angkutan laut menurun dan kemungkinan disebabkan tingginya gelombang laut pada akhir tahun. Sementara penumpang angkutan udara meningkat signifikan sebesar 58,97% (yoy) seiring musim liburan akhir tahun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 7,27% (yoy) akibat kabut asap. 8

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.19 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan 4.68 % qtq % yoy 6.94 6.22 5.97 5.88 6.31 5.00 3.21 4.56 4.99 1.94 5.96 0.57 (1.47) (0.34) (1.55) I II III IV I II III IV 2014 2015 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - Grafik 1.20 Arus Penumpang Angkutan Udara Kedatangan Total Keberangkatan % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014 Sumber : PT Angkasa Pura II Bandara Depati Amir dan DisHub Bandara H.AS. Hanandjoeddin, diolah 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 Grafik 1.21 Arus Penumpang Angkutan Laut Orang Kedatangan Pergi Total % yoy (RHS) % qtq (RHS) % 120,000 250 100,000 200 80,000 150 100 60,000 50 40,000 0 20,000-50 - -100 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Grafik 1.22 Arus Bongkar Muat Ton % 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Bongkar Muat % Bongkar (yoy) % Muat (yoy) 120 100 80 60 40 20 0-20 -40-60 -80 Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 0,59% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,08% (yoy). Secara triwulanan lapangan usaha ini mengalami pertumbuhan sebesar 13,19% (qtq) sementara triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 0,27% (qtq). Namun demikian. 9

Perkembangan Ekonomi Makro Regional berdasarkan data PLN, penjualan listrik pada triwulan IV 2015 tumbuh sebesar 9,34% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,66% (yoy). Grafik 1.23 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Grafik 1.24 Pelanggan VS Penjualan Listrik % qtq % yoy 26.48 11.00 13.77 14.55 11.75 13.19 (1.84) 1.33 11.54 (0.08) (0.59) (2.32) 2.03 (0.46) (0.27) (11.53) I II III IV I II III IV 2014 2015 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Penjualan (Ribu Kwh) Penjualan (% yoy) 250,000,000 200,000,000 150,000,000 100,000,000 50,000,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: PLN Wilayah Bangka Belitung 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 - Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan minum tumbuh meningkat. Lapangan usaha ini tumbuh meningkat sebesar 3,29% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,38% (yoy). Secara triwulanan lapangan usaha ini mengalami pertumbuhan sebesar 2,93% (qtq) sementara triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 1,19% (qtq). Pertumbuhan lapangan usaha akomodasi dan penyediaan makan dan minum terkonfirmasi oleh jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bangka Belitung yang masih mengalami pertumbuhan meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah wisatawan meningkat sebesar 13,98% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,90% (yoy). Jumlah wisatawan pada triwulan IV 2015 sebanyak 82.235 orang, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 71.532 orang. Peningkatan jumlah wisatawan pada triwulan ini diakibatkan oleh kondisi cuaca yang kondusif dan musim liburan sekolah jelang Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) mengalami peningkatan di triwulan IV 2015 dari 27,80% menjadi 30,40%. Grafik 1.25 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan % qtq % yoy 6.64 1.56 7.88 7.62 3.99 Penyediaan Makan Minum 0.96 1.03 7.72 5.53 (0.50) 3.59 2.07 1.38 (1.19) I II III IV I II III IV 2014 2015 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 3.29 2.93 Grafik 1.26 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Orang Wisatawan Total Wisatawan g Total Wisatawan (yoy,rhs) TPK I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014 2015 % 120 100 80 60 40 20 0-20 -40 10

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Lapangan usaha non-dominan lainnya yakni lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada periode laporan. Lapangan usaha tersebut tumbuh sebesar 12,58% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 11,21% (yoy) yang disebabkan meningkatnya belanja pemerintah, pembayaran rapel kenaikan remunerasi pada beberapa kementerian atau lembaga, serta adanya pencairan dana desa, diikuti jasa pendidikan sebesar 11,90% (yoy) dari 8,59% (yoy) dan jasa lainnya sebesar 10,52% (yoy) dari 8,23% (yoy). Sementara lapangan usaha jasa keuangan dan jasa kesehatan mengalami pertumbuhan yang melambat masing-masing sebesar 7,60% (yoy) dan 3,35% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,98% (yoy) dan 6,12% (yoy). 1.2. PDRB Menurut Pengeluaran Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy) 2014 2015 P E N G G U N A A N 2014 I II III IV I II III IV 2015 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.67 6.47 5.60 6.56 6.07 6.10 5.67 5.46 5.96 5.80 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 13.51 14.15 12.87 10.85 12.81 7.47 4.68 5.88 10.04 7.03 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5.92 5.95 3.04 8.42 5.88 4.34 6.08 5.64 2.14 4.45 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.88 4.87 5.43 8.08 4.87 9.21 5.24 2.76 0.83 4.36 5. Perubahan Inventori 35.37 5.64-3.99 17.73 10.91-3.58 8.48 36.71-58.47-1.20 6. Ekspor Luar Negeri -10.25 30.01 70.62-6.22 14.69-6.81-30.28-19.91-15.84-19.56 7. Impor Luar Negeri -2.92-8.94 39.49 23.76 13.82 6.84-30.53-5.62 50.09 6.86 8. Net Ekspor Antar Daerah -15.11 43.79 134.98-6.22 21.78-7.24-37.07-26.54-29.25-27.17 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 4.34 4.84 4.78 4.70 4.67 4.10 3.97 3.97 4.28 4.08 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 sebesar 4,28% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan III 2015 sebesar 3,97% (yoy). Secara triwulanan perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tumbuh 1,32% (qtq), sementara pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 1,07% (qtq). Pertumbuhan terjadi pada beberapa komponen pengeluaran, kecuali pada perubahan inventori, ekspor luar negeri, dan net ekspor antar daerah yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar 58,47%, 15,84%, dan 29,25%. Penurunan ekspor luar negeri disebabkan menurunnya ekspor timah Bangka Belitung dan minyak nabati. Komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah impor luar negeri barang dan jasa yaitu sebesar 50,09%, diikuti pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit 11

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 10,04%, dan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,96%. Dari sisi pengeluaran, komponen utama yang mendominasi adalah pengeluaran adalah konsumsi rumah tangga dengan pangsa sebesar 54,68%, diikuti oleh ekspor luar negeri dengan pangsa 33,42% dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan pangsa 23,93% serta pengeluaran konsumsi pemerintah dengan pangsa 11,55%. Sementara impor luar negeri dan net ekspor antar daerah yang menjadi pengurang PDRB memberikan kontribusi masing-masing sebesar 3,13% dan 21,84%. Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat yakni 5,96% (yoy) dari triwulan sebelumnya 5,46% (yoy). Peningkatan konsumsi KONSUMSI RUMAH TANGGA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (% yoy) TW III 2015 5,46 TW IV 2015 5,96 rumah tangga tersebut sebagai akibat meningkatnya kebutuhan konsumsi seiring dengan momen liburan sekolah, Tahun Baru Islam, Maulid Nabi Muhammad, Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2016, Momen tersebut menyebabkan meningkatnya konsumsi rumah tangga di tengah menurunnya daya beli masyarakat. 1.5 Grafik 1.27 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Kapasitas Utilisasi Konsumsi Rumah Tangga (PDRB % yoy)/rhs 10% Grafik 1.28 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor 2.5 2 Domestik Ekspor 1 0.5 0 8% 6% 4% 2% 1.5 1 0.5 0-0.5-1 -1.5-0.5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 0% -2-2.5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 140 120 100 80 60 40 20 0 Grafik 1.29 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama 115 132 130 109 103 98 121 102 113 97 99 101 94 88 79 69 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 180 140 100 60 Grafik 1.30 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 12

Perkembangan Ekonomi Makro Regional KONSUMSI PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (% yoy) TW III 2015 5,64 TW IV 2015 2,14 PMTB PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (% yoy) TW III 2015 2,76 TW IV 2015 0,83 Konsumsi pemerintah tumbuh melambat. Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh melambat dari 5,64% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 2,14% (yoy). Perlambatan konsumsi pemerintah disebabkan realisasi penyerapan anggaran pemerintah pada triwulan laporan yang tidak sebesar yang diperkirakan antara lain disebabkan permasalahan nomenklatur dan keterlambatan pelaksanaan tender proyek-proyek infrastruktur. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 0,83% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,76% (yoy). Investasi tumbuh lebih rendah dibandingkan investasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh melambatnya kondisi ekonomi seiring dengan melambatnya perekonomian global. Sementara secara triwulanan PMTB tumbuh sebesar 1,98% (qtq) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,99% (qtq). Berdasarkan hasil liaison, secara umum pelaku usaha di Bangka Belitung menunda kegiatan investasi pada triwulan IV 2015. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : (i) Fluktuasi nilai tukar cukup tinggi sehingga pelaku usaha melihat peningkatan resiko dalam berinvestasi, (ii) menurunnya daya beli masyarakat yang masih terus berlanjut sehingga mempengaruhi pendapatan omzet usaha, (iii) proses replanting di sektor perkebunan secara umum masih berlanjut, namun dengan penurunan harga komoditas yang masih berlanjut maka pelaku usaha menghitung ulang besaran investasi yang dilakukan. PMTB masih tumbuh disebabkan adanya pekerjaan pembangunan konstruksi seperti pelebaran dan perbaikan jalan, pembangunan talud, rumah sakit, gedung pemerintah, tempat ibadah, dan perumahan. Sementara itu, berdasarkan hasil liaison, investasi yang dilakukan oleh beberapa pelaku usaha di triwulan ini yakni berupa pekerjaan lanjutan perpanjangan landas pacu bandara HAS Hanandjoeddin Belitung, pembangunan pembangkit listrik di Bangka dan Belitung yang dilakukan untuk meningkatkan pasokan listrik, penambahan kamar dengan tipe standar, pembelian kendaraan operasional serta investasi rutin berupa pemeliharaan. 13

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.31 Likert Scale Investasi Grafik 1.32 Likert Scale Kapasitas Utilisasi 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Likert Scale Investasi PMTB (% yoy RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Sumber : Bank Indonesia SKDU Ekspor luar negeri mengalami kontraksi sebesar 15,84% EKSPOR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (% yoy) TW III 2015-19,91 TW IV 2015-15,84 (yoy) membaik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam sebesar 19,91% (yoy). Di sisi lain, secara triwulanan ekspor tumbuh sebesar 10,93% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 22,04% (qtq). Salah satu penyebab menurunnya ekspor luar negeri adalah menurunnya harga dan ekspor komoditas timah yang menjadi andalan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akibat melemahnya permintaan global dan adanya pemberlakuan Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah. Pemberlakuan Permendag baru betujuan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup, mendorong peningkatan nilai tambah dan kegiatan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan peran Indonesia dalam penentuan harga timah dunia. Timah masih menjadi komoditas dengan pangsa ekspor terbesar secara nilai yakni 77,60% dari total ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, menurunnya ekspor luar negeri untuk komoditas ikan, lada, dan karet akibat lesunya perekonomian global mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melambat. Tingginya penjualan logam timah mendorong surplus ekspor pada triwulan ini, yang juga disebabkan oleh masih tingginya komoditas ekspor tambang lainnya seperti pasir kwarsa, kaolin, tanah liat serta komoditas ekspor perkebunan dan industri pengolahan seperti CPO. 14

Perkembangan Ekonomi Makro Regional 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Grafik 1.33 Perkembangan Ekspor Ekspor (Rp miliar) Pertumbuhan (%, yoy, RHS) I II III IV I II III IV 2014 2015 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 80 60 40 20 0-20 -40 Grafik 1.34 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Timah 600,000 Nilai (Ribu USD) 500,000 Volume (Ton) 400,000 300,000 200,000 100,000 0 I II III IV I II III IV 2014 2015 Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.35 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung Likert Scale 1.5 1 0.5 0-0.5-1 -1.5 Ekspor -2-2.5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Grafik 1.36 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen) 0.67 0.32 0.57 Malaysia 1.33 2.43 1.26 Singapura Vietnam 13.62 55.77 India 6.20 Jepang 3.34 Korea Selatan 7.33 Pakistan RRC 1) 4.52 Taiwan 6.89 Belanda 3.31 Italia Germany Other EU 1.25 USA Latin America Sumber : Bank Indonesia SKDU IMPOR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (% yoy) TW III 2015 50,09 TW IV 2015-5,62 Impor luar negeri tumbuh sebesar 50,09% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 5,62% (yoy), sementara net ekspor antar daerah mengalami kontraksi lebih dalam yaitu sebesar 29,25% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 26,54% (yoy). Impor luar negeri pada triwulan ini didorong oleh tumbuhnya impor bahan bakar mineral, barang dari karet, serta berbagai barang buatan pabrik untuk keperluan rumah tangga. 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Grafik 1.37 Impor Luar Negeri Bangka Belitung Impor (Rp Miliar) Pertumbuhan (%, yoy, RHS) I II III IV I II III IV 2014 2015 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 60 50 40 30 20 10 0-10 -20-30 -40 Grafik 1.38 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung 0-1,000-2,000-3,000-4,000-5,000-6,000-7,000-8,000 2014 2015 I II III IV I II III IV Net Ekspor Antar Daerah (Rp Miliar) Pertumbuhan (%, yoy, RHS) 160 140 120 100 80 60 40 20 0-20 -40-60 15

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh meningkat, dari 5,88% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 10,04% (yoy). Pengeluaran konsumsi LNPRT disebabkan adanya perayaan Hari Besar keagamaan seperti Tahun Baru Islam, Maulid Nabi Muhammad, Natal, dan Tahun Baru berpengaruh pada peningkatan pengeluaran konsumsi LNPRT untuk lembaga keagamaan. Selain itu, peningkatan kegiatan organisasi sosial dan partai politik dimana terdapat pelaksanaan Pilkada serentak di empat kabupaten pada awal bulan Desember berpengaruh pada peningkatan pengeluaran konsumsi LNPRT. 16

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen A. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Pangkalpinang Triwulan IV 2015 Meningkat Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan IV 2015 Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat Kota Pangkalpinang pada triwulan IV 2015 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Ratarata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV 2015 masih menunjukkan pesimisme yakni sebesar 95 meski meningkat dibanding triwulan sebelumnya dengan indeks 91. Rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menunjukkan sedikit optimisme yakni sebesar 110, naik dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 101. Komponen pembentuk IEK meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya disebabkan peningkatan ekspektasi konsumen pada kegiatan usaha dan penghasilan enam bulan mendatang dibanding saat ini yang masing-masing meningkat menjadi 112 dan 128 dibandingkan triwulan III 2015 yaitu 99 dan 126. Sementara, indeks perkiraan ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang masih menunjukkan pesimisme sebesar 89 dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 78. Demikian pula Indeks Kondisi Ekonomi saat Ini (IKE) pada triwulan laporan sebesar 81, relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya 82. Hal tersebut antara lain disebabkan peningkatan indeks pada komponen penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu naik dari 100 menjadi 110. Sementara, indeks komponen ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan enam bulan lalu meningkat meski masih menunjukkan pesimisme yaitu dari 44 menjadi 49. Perkembangan IKK dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik A.1. Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulanan 2012-2015 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) 149 137 136 128 128 133 124 120 120 114 114 107 110 121 137 158 91 95 150 145 137 117 141 81 124 133 127 115 123 101 110 91 107 118 124 119 139 128 130 103 100 125 107 113 97 71 82 81 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 17

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Komponen Indeks Keyakinan Konsumen Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumen selama triwulan IV 2015 menunjukkan kecenderungan meningkat. Selama triwulan IV 2015, posisi terendah IKK berada pada bulan Oktober yaitu sebesar 91,2. Berdasarkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK,meningkatnya rata-rata IKK pada triwulan IV 2015 terutama diakibatkan oleh meningkatnya komponen pembentuk IEK dan IKE dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik A.2 IKK, IKE dan IEK Triwulanan 2012-2015 180 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) 140 100 60 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat, tercermin dari naiknya indeks ke level optimisme menjadi 110 pada triwulan IV 2015 dari triwulan sebelumnya 100. Peningkatan tersebut diikuti naiknya optimisme konsumen terhadap penghasilan enam bulan mendatang dibanding saat ini yang meningkat menjadi 128 pada triwulan IV 2015 dari triwulan sebelumnya 126. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap kinerja ekonomi yang meningkat yang berdampak pada peningkatan omset usaha, peningkatan gaji/upah dan peningkatan tambahan pendapatan. 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen 2012-2015 Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Perkiraan Kegiatan Usaha 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 18

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen 2012-2015 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Hasil dari survei konsumen akan ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan IV 2015 menunjukkan peningkatan pesimisme konsumen. Tingkat keyakinan konsumen terhadap indeks ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu pada triwulan IV 2015 sebesar 78 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 96, hal tersebut sejalan dengan melambatnya perekonomian. Demikian pula dengan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan menunjukkan penurunan tercermin dari indeks rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan enam bulan yang akan datang semakin menunjukkan pesimisme yaitu sebesar 64, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 781. Alasan konsumen yang menyebabkan menurunnya tingkat keyakinan terhadap ketersediaan lapangan kerja yakni masih menurunnya harga komoditas terutama timah yang menjadi sumber penghasilan utama masyarakat Bangka Belitung. Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 19

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen B. UMP Bangka Belitung 2016 Naik, Pengaruh Kepada Dunia Usaha Perlu Diperhatikan Penetapan UMP 2016 Perubahan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang terlalu signifikan akan berdampak negatif pada dunia usaha di Bangka Belitung ditengah perlambatan ekonomi. Namun disisi lain, rendahnya UMP akan semakin menyengsarakan kehidupan pekerja. Dua hal ini yang menjadi perhatian Pemerintah Provinsi dalam penetapan upah tahun 2016 tidak merugikan salah satu pihak. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah PP. No. 78/2015 tentang pengupahan. Pada peraturan tersebut ditetapkan bahwa formula baku upah minimum dibuat berdasarkan pada laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Formula ini nantinya akan menjadi acuan setiap Kepala Daerah untuk menentukan upah minimum buruh setiap tahun. Selain itu, peraturan ini akan memberikan kepastian kepada para pengusaha untuk menentukan proyeksi bisnisnya. Upah minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri dari upah tanpa tunjangan dan upah pokok termasuk tunjangan tetap. Perhitungan upah minimum ini diperuntukan kepada buruh yang memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun, sedangkan untuk buruh yang bekerja lebih dari 1 tahun dirundingkan secara bipatrit antara buruh dan pengusaha. Penetapan upah minimum ini juga memperhatikan kebutuhan layak hidup, produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu poin penting dari peraturan tentang pengupahan ini adalah perubahan jangka waktu penetapan pengupahan menjadi 5 tahun. UMP Bangka Belitung Merupakan Yang Tertinggi Di Sumatera Dalam 2 Tahun Terakhir Mekanisme penetapan UMP 2016 dilakukan berdasarkan PP No. 78 Tahun 2015 dengan menggunakan angka inflasi nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional sebagai variabel utama perhitungan kenaikan upah minimum. Dengan formula itu maka penetapan upah minimum yang sebelumnya dapat disempurnakan karena formula penetapan upah sebelumnya telah mengundang perdebatan tiga pihak yaitu Pemerintah, Pengusaha dan Buruh. UMP tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami kenaikan sebesar 11,5% dan 20

Perkembangan Ekonomi Makro Regional merupakan UMP tertinggi di Sumatera. Tabel B.1 Perbandingan Penetapan UMP 2016 Antar Provinsi Se-Sumatera UMP No PROVINSI 2015 (Rp) 2016 (Rp) % Growth UMP 2016 1 Babel 2,100,000 2,341,500 11.50 2 Sumsel 1,974,000 2,206,000 11.75 3 Kep. Riau 1,954,000 2,178,710 11.50 4 Aceh 1,900,000 2,118,500 11.50 5 Riau 1,878,000 2,095,000 11.55 6 Jambi 1,710,000 1,906,650 11.50 7 Sumut 1,625,000 1,811,875 11.50 8 Sumbar 1,615,000 1,800,725 11.50 9 Lampung 1,581,000 1,763,000 11.51 10 Bengkulu 1,500,000 1,605,000 7.00 Rata-rata Sumatera 1,783,700 1,982,696 11.16 Beberapa dunia usaha diperkirakan akan terkena dampak kenaikan UMP tersebut, terutama dunia usaha yang bersifat padat karya karena kondisi omzet penjualan/volume usaha yang sedang menurun akibat daya beli konsumen yang menurun dan juga harga jual yang turun khususnya komoditas pertanian. Kenaikan UMP tersebut akan mendorong kenaikan biaya produksi yang pada akhirnya akan menaikan harga jual. Namun demikian, beberapa pengusaha berharap peningkatan UMP ini hendaknya diimbangi dengan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL). Dengan turunnya harga BBM dan TDL akan mengurangi biaya operasional perusahaan. Disamping itu, para pekerja berharap agar Pemerintah dapat menekan inflasi sehingga penetapan UMP tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. 21

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan IV 2015 mencapai 3,28% (yoy) yang merupakan inflasi terendah sejak tahun 2009 dan berada dalam rentang sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1% (yoy). 2.1. Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung triwulan IV tahun 2015 mencapai 3,28% (yoy) lebih rendah dari triwulan III 2015 sebesar 7,33% (yoy) dan inflasi tahun sebelumnya sebesar 9,04%. Kondisi ini di dorong oleh meredanya tekanan inflasi pada kelompok inti, volatile food dan administered prices. Seluruh kelompok barang/jasa mengalami penurunan laju inflasi dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok transportasi, jasa, keuangan dan kelompok bahan makanan. Capaian inflasi tahun 2015 tersebut terendah sejak tahun 2009 dan berada dalam rentang sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1%. Inflasi tahun 2015 tersebut juga lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 3,35% (yoy) meski sedikit lebih tinggi dibanding inflasi Sumatera sebesar 3,05% (yoy). % yoy 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 Grafik 2.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Inflasi Babel Inflasi Sumatera Inflasi Nasional I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 Sumber: BPS, Diolah 3.35 3.28 3.05 Sementara itu, perkembangan inflasi bulanan di triwulan IV 2015 diwarnai dengan volatilitas yang rendah. Setelah terjadi deflasi selama dua bulan berturut-turut dari bulan Oktober dan November sebesar 0,84% (mtm) dan 0,88% (mtm), kemudian pada bulan Desember Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 1,44% (mtm). Tabel 2.1 Inflasi Bulanan (% mtm) OKTOBER 2015 NOVEMBER 2015 DESEMBER 2015-0,84-0,88 1.44 Sumber : BPS (diolah) 23

Umum BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LIS TRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIK ASI DAN JASA KEUANGAN Perkembangan Inflasi Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Secara umum tekanan inflasi yang meningkat pada bulan Desember disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (i) Pola seasonal peningkatan permintaan masyarakat menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Bbaru, (ii) Siklus bisnis penerbangan yang memasuki peak season mendorong maskapai penerbangan meningkatkan harga tiket mendekati batas atas yang telah ditetapkan oleh pemerintah; (iii) kondisi geografis berupa kepulauan dan tingkat ketergantungan pasokan barang dari luar daerah yang tergolong tinggi, (iv) gelombang laut yang tinggi pada akhir tahun sehingga mengganggu distribusi barang dan tangkapan ikan, (v) penyesuaian tarif listrik rumah tangga golongan 1300 VA dan 2200 VA sesuai dengan keekonomiannya yang berlaku sejak 1 Desember 2015 untuk pelanggan listrik pra bayar. Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi Kelompok TW III 2015 TW IV 2015 3.28 6.78 8.42 4.91 2.27 3.45 7.33 8.11 8.79 5.87 2.11 3.41 7.45 8.52 7.75 (1.13) Sumber: BPS, Diolah Berdasarkan kelompok, pada triwulan IV 2015, seluruh kelompok mengalami penurunan inflasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, bahkan kelompok transportasi, komunikasi, jasa keuangan mengalami deflasi. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi yang lebih rendah yaitu sebesar 2,27% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi 8,11% (yoy). Meningkatnya inflasi kelompok bahan pangan seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan pangan saat Hari Raya Natal dan perayaan tahun baru. Namun demikian, permintaan triwulan ini tidaklah setinggi triwulan sebelumnya, terjaganya pasokan serta distribusi bahan pangan menyebabkan inflasi triwulan ini relatif terkendali. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sudah lebih siap dalam menghadapi gejolak akhir tahun Sementara itu, deflasi juga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dari 7,75% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -1,13% (yoy). Komoditas yang dominan memberikan sumbangan/andil inflasi yaitu tarif angkutan udara, harga bahan bakar minyak dan harga bahan bakar rumah tangga. 24

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Perkembangan Pembayaran Inflasi 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Kelangkaan pasokan Musim angin barat Puasa, Lebaran Kelangkaan pasokan Bawang merah tarif angkutan udara Grafik 2.3 Historis Inflasi Bangka Belitung Kenaikan Inflasi Umum, mtm (%) BBM (Okt),TDL Puasa, Lebaran (Nov), Angkutan Udara (Des) (Juli-Agt) Angkutan udara Kenaikan Kenaikan BBM LPG 12 Kg (Jan) TDL, LPG 12 kg TDL, LPG 12 kg, bencana asap Angkutan Udara, Puasa, (Sept) Lebaran (Juli-Agt), Biaya Pendidikan (September) Kenaikan BBM (21 Juni), Puasa Lebaran (Juli-Agt) Pembatasan Impor Holtikultura Tarif Angkutan Udara -1.00-2.00 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 2012 2013 2014 2015 Sumber: BPS, Diolah 2.2. Disagregasi Inflasi Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. DISAGREGASI INFLASI Provinsi Bangka Belitung INFLASI INTI (% yoy) TW III 2015 8,11 TW IV 2015 6,37 VOLATILE FOOD (% yoy) TW III 2015 7,04 TW IV 2015 3,09 ADMINISTERED PRICES (% yoy) TW III 2015 9,11 TW III 2015 1,76 Grafik 2.4 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi % yoy 20.00 Umum Core Volatile Food Adm. Priced 15.00 10.00 5.00 0.00-5.00 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 2013 2014 2015 Sumber: BPS, Diolah Kelompok inflasi inti menurun dari 8,11% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,37% (yoy). Penurunan inflasi inti sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, harga komoditas yang relatif rendah, dan ekspektasi inflasi yang terkendali. Selain itu, penurunan harga emas dunia pada akhir Oktober 2015, mengakibatkan penurunan harga pada komoditas emas dan perhiasan. Komoditas Inti yang turun yaitu ikan kerisi dan ikan bulat. Inflasi kelompok volatile food meningkat dari 7,04% (yoy) menjadi 3,09% (yoy). Menurunnya inflasi volatile food didorong oleh menurunnya permintaan dan terjaganya pasokan serta distribusi bahan pangan. Penurunan harga disebabkan oleh koreksi harga 25

Perkembangan Inflasi Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran bawang merah dan aneka cabai akibat panen raya di daerah pemasok, koreksi harga daging ayam ras dan daging sapi. Disisi lain, tekanan dari kelompok volatile food bersumber dari kenaikan harga beras relatif terbatas seiring dengan terjaganya pasokan dan pendistribusian raskin oleh BULOG yang tepat waktu. Grafik 2.5 Perkembangan Curah Hujan Bangka Belitung 1200.0 1000.0 800.0 600.0 400.0 200.0 0.0 Curah Hujan Hari Hujan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Bangka Belitung 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 Grafik 2.6 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Ton % 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Bongkar Muat % Bongkar (yoy) % Muat (yoy) Sumber : PT Pelindo Cabang Pangkalbalam 120 100 80 60 40 20 0-20 -40-60 -80 Grafik 2.7 Perkembangan Stok Beras Bulog Grafik 2.8 Perkembangan Tinggi Gelombang Stock Awal Jumlah Persediaan Raskin Jumlah Penyaluran Stock Operasional 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 Beras (Kg) I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 Sumber : Bulog Sub Divre Bangka meter 2.50 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi KLAS II Kenten Palembang Tekanan inflasi pada kelompok administered prices menurun. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 1,76% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 9,11% (yoy). Meredanya tekanan inflasi disebabkan koreksi pada komoditas angkutan udara, Bahan Bakar Minyak, dan bahan bakar rumah tangga yaitu LPG 12 kg. 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Selat Bangka Bagian Utara Selat Bangka Bagian Selatan Selat Gelasa I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 26

Umum BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Perkembangan Perbankan Daerah dan Perkembangan Sistem Pembayaran Inflasi 14 12 10 8 6 4 2 0-2 -4 Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bangka Belitung Babel (%, yoy) Tanjungpandan (%,yoy) Babel (%, mtm) I II III IV I II III IV 2014 2015 Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah Pangkalpinang (%,yoy) Pangkalpinang (%, mtm) Tanjungpandan (%, mtm) 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0-0.5-1 -1.5 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Grafik 2.10 Likert Scale Biaya Bangka Belitung Likert Scale II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 Biaya Bahan Baku Biaya Energi Tingkat Upah Inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dihitung berdasarkan penghitungan inflasi di Kota Pangkalpinang dan Kota Tanjungpandan. Kota Pangkalpinang mencatat inflasi 4,66% (yoy), sementara Kota Tanjungpandan mengalami inflasi 0,88% (yoy). Kota Pangkalpinang mencatat inflasi 4,66% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 7,46% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Berdasarkan kelompok, inflasi pada triwulan ini dipicu oleh peningkatan inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 8,62% (yoy) dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 7,92% (yoy), dan kelompok bahan makanan sebesar 6,63% (yoy). 7.46 4.66 Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang 8.35 9.91 8.55 7.92 8.79 6.63 6.41 5.50 3.74 4.40 2.60 8.62 5.96 TW III 2015 TW IV 2015-2.04 Kota Tanjungpandan mengalami inflasi 0,88% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 7,11% (yoy). Berdasarkan kelompok, inflasi tertinggi dicapai oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 8,07% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 8,04% (yoy). Kemudian diikuti oleh makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 4,63% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 9,25% (yoy), Sementara kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 4,52% (yoy) dari triwulan sebelumnya inflasi sebesar 7,70% (yoy) 27

Umum BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,G AS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Perkembangan Inflasi Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan 7.11 7.70 0.88 TW III 2015 TW IV 2015 9.25 4.63 4.91 2.91 1.70 1.26 3.87 3.28 8.04 10.90 8.07 0.42-4.52 2.3. Pengendalian Inflasi Bangka Belitung Inflasi sepanjang tahun 2015 menurun seiring dengan penurunan daya beli masyarakat akibat penurunan harga komoditas andalan daerah seperti timah, sawit dan karet yang disebabkan perlambatan ekonomi dunia. Di sisi lain, Inflasi di Bangka Belitung relatif dapat terkendali karena suplai pasokan bahan pangan dapat memenuhi permintaan. Koordinasi dan kerja sama yang baik antara pemangku kepentingan di Provinsi Bangka Belitung selama tahun 2015 juga memberikan kontribusi kepada pengendalian harga di Bangka Belitung. Kesadaran, perhatian, dukungan dan upaya Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam rangka upaya pengendalian inflasi selama tahun 2015 juga semakin baik. Salah satu bentuk perhatian dan dukungan pemerintah daerah dalam pengendalian inflasi adalah pembentukan 4 (empat) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baru selama 2015, sehingga semua TPID di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah terbentuk yaitu 7 TPID Kota/Kabupaten dan 1 TPID Provinsi. Selama 2015 terdapat beberapa kegiatan TPID yang berkontribusi positif terhadap pengendalian inflasi daerah antara lain yang dilakukan oleh TPID Bangka Tengah melalui program penjualan daging sapi subsidi kepada rumah tangga miskin (RTM) selama bulan Ramadhan. RTM hanya membayar Rp40 ribu per kg daging dan kegiatan ini telah direalisasikan sebanyak 5.000 kg selama 2015. Selain itu, pada momen tertentu seperti bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri TPID Kabupaten/Kota melalui SKPD terkait melakukan operasi pasar dan sidak pasar. Pelindo dan Bulog sebagai anggota TPID juga telah membantu masing-masing melalui layanan prioritas bongkar muat pelabuhan untuk komoditas sembako dan penyaluran beras raskin secara tepat waktu. Terkait program sosialisasi kepada masyarakat, TPID 28

Perkembangan Perbankan Daerah dan Perkembangan Sistem Pembayaran Inflasi Pangkalpinang telah secara aktif mempublikasikan informasi harga kebutuhan masyarakat dan program edukasi masyarakat di media massa. Di samping itu, ada beberapa program pemerintah daerah/skpd yang mendukung upaya pengendalian inflasi adalah program pencetakan sawah baru dalam rangka mendukung program swasembada pangan yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi. Selama Tahun 2015, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menjalankan itu program ketahanan pangan melalui program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) dengan memanfaatkan pekarangan rumah yang juga berkontribusi dalam pengendalian inflasi daerah tahun 2015. Bank Indonesia dalam hal ini juga ikut mendukung dan berperan melalui pembentukan klaster cabai di Belitung dan dukungan pembiayaan P2KP pemanfaatan pekarangan di Kabupaten Bangka Tengah, maupun Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang senilai lebih dari Rp1 miliar. 2.4. Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN NASIONAL (% yoy) TW III 2015 6,83 TW IV 2015 3,35 SUMATERA (% yoy) TW III 2015 6,79 TW IV 2015 3,05 Secara agregat laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 3,05% (yoy), di bawah laju inflasi nasional sebesar 3,35% (yoy). Laju inflasi triwulan IV 2015 di Pulau Sumatera lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung memiliki laju inflasi lebih rendah daripada inflasi nasional. Sementara Provinsi Kepulauan Riau dan Lampung memiliki laju inflasi di atas Nasional. 1,53 Dibawah Nasional Diatas Nasional 3,24 2,65 1,08 1,37 3,25 3,10 4,34 3,28 29

Perkembangan Inflasi Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy) 30 2014 2015 2014 2015 2014 2015 Periode Umum BAHAN MAKANAN Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHA N,AIR,LISTRI K,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG Kota Pangkalpinang KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,K OMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1 12.06 21.86 12.22 7.5 4.78 6.24 4.99 9.46 2 8.81 12.5 12.23 4.88 3.16 7.07 4.99 8.99 3 5.6-2.74 12.21 4.97 3.83 7.71 5.37 14.36 4 6.18 2.15 11.9 5.34 4.44 7.9 6.1 8.24 5 5.26-1.26 9.83 4.54 4.81 7.54 6.25 12.04 6 4.14-3.21 7.61 5.67 5.88 4.33 6.16 9.43 7 2.98-2.92 7.23 5.56 6.75 4.06 5.98 2.12 8 2.38-0.53 7.29 5.74 5.53 4.21 6.71-6.07 9 4.29 1.93 9.42 6.08 5.02 3.36 6.81-1.3 10 3.12-1.94 9.03 6.46 5.3 6.55 6.51-3.1 11 5.01 2.6 9.55 6.42 5.28 6.53 6.51 0.53 12 6.81 3.39 8.63 8.85 6.61 8.13 6.56 6.98 1 3.88-2.13 5.39 8.55 7.09 9.17 6.46 2.62 2 5.17 3.51 5.28 8.91 7.38 8.55 6.63-0.15 3 6.56 6.90 7.61 9.54 7.16 7.32 6.20-0.15 4 5.83 2.93 7.61 9.29 6.88 7.13 5.48 2.60 5 6.52 4.95 8.42 9.22 6.94 7.00 5.35 2.71 6 6.12 3.58 8.59 9.08 5.32 7.13 5.35 2.86 7 7.50 6.51 10.29 8.27 4.67 7.12 5.15 6.54 8 7.93 9.76 10.43 7.76 3.06 8.29 4.89 4.84 9 7.46 8.35 8.55 6.41 4.40 9.91 8.79 5.96 10 7.96 11.22 8.55 5.66 3.82 6.81 8.74 6.86 11 5.71 5.63 8.00 5.35 4.01 6.97 8.73 2.49 12 4.66 6.63 7.92 3.74 2.60 5.50 8.62-2.04 Kota Tanjungpandan 1 16.22 29.91 9.56 13.43 9.34 17.42 7.28 10.09 2 15.70 27.77 9.16 14.71 10.40 17.46 7.32 7.46 3 13.24 18.25 8.75 14.73 11.07 17.53 7.32 8.58 4 11.13 15.14 8.14 9.84 12.41 18.28 7.33 7.95 5 12.02 18.24 8.46 9.59 12.99 18.28 7.33 8.04 6 9.77 14.95 4.32 9.16 14.62 12.67 3.79 7.14 7 9.60 17.14 2.36 8.23 15.24 12.89 14.04 1.00 8 11.03 21.23 2.19 8.28 14.95 12.39 13.51 4.03 9 9.79 18.54 2.06 6.24 14.07 8.48 15.11 5.2 10 9.51 15.38 2.92 7.04 14.32 9.2 15.06 6.82 11 10.92 16.86 4.51 7.44 13.94 9.12 15.39 12.02 12 13.14 21.36 6.91 6.87 12.03 4.11 15.35 20.47 1 10.73 16.32 7.32 6.52 8.26 3.66 14.69 13.08 2 8.10 10.25 8.67 5.05 7.68 4.32 14.65 6.74 3 7.07 7.75 8.09 4.85 7.59 4.26 14.29 5.91 4 8.12 7.46 8.53 5.88 7.27 4.17 14.28 13.34 5 8.44 8.02 8.78 6.32 7.55 4.17 14.68 12.98 6 8.28 9.83 8.65 6.11 1.36 4.00 14.42 11.75 7 5.39 1.04 8.74 5.74 1.64 3.32 2.47 15.23 8 5.72 2.75 9.22 5.41 0.86 3.36 9.39 10.75 9 7.11 7.70 9.25 4.91 1.70 3.28 8.04 10.90 10 5.15 2.95 8.34 4.03 1.49 2.66 8.32 9.66 11 2.86-1.66 7.53 3.45 0.86 3.95 8.00 3.98 12 0.88-4.52 4.63 2.91 1.26 3.87 8.07 0.42 Kepulauan Bangka Belitung 1 13.50 24.70 11.28 9.57 6.39 10.18 5.78 9.68 2 11.20 17.73 11.14 8.27 5.68 10.73 5.79 8.45 3 8.25 4.28 10.98 8.33 6.35 11.17 6.04 12.27 4 7.90 6.50 10.56 6.93 7.21 11.56 6.52 8.14 5 10.39 5.26 9.35 6.32 7.65 11.31 6.62 10.61 6 6.12 2.92 6.43 6.91 8.99 7.29 5.32 8.61 7 5.30 3.80 5.47 6.51 9.76 7.20 8.84 1.73 8 5.38 6.92 5.47 6.64 8.80 7.10 9.06 (2.69) 9 6.22 7.64 6.80 6.14 8.15 5.20 9.68 0.96 10 5.35 4.09 6.87 6.67 8.42 7.50 9.45 0.27 11 7.09 7.69 7.77 6.78 8.29 7.46 9.57 4.45 12 9.04 9.74 8.02 8.13 8.51 6.61 9.60 11.61 1 6.29 4.32 6.06 7.81 7.50 7.08 9.32 6.27 2 6.21 5.97 6.46 7.50 7.47 6.95 9.41 2.23 3 6.73 7.18 7.78 7.83 7.30 6.16 9.01 1.95 4 6.63 4.55 7.94 8.04 7.00 6.00 8.52 6.31 5 7.20 6.06 8.55 8.16 7.14 5.92 8.57 6.28 6 6.90 5.92 8.61 8.01 3.85 5.97 8.48 5.97 7 6.74 4.46 9.75 7.36 3.55 5.71 4.16 9.55 8 7.12 7.04 10.01 6.92 2.25 6.46 6.51 6.96 9 7.33 8.11 8.79 5.87 3.41 7.45 8.52 7.75 10 6.94 8.03 8.48 5.07 2.97 5.29 8.59 7.87 11 4.67 2.80 7.84 4.67 2.86 5.87 8.47 3.04 12 3.28 2.27 6.78 3.45 2.11 4.91 8.42 (1.13)

Perkembangan Inflasi Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran INDIKATOR MAKRO Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Triwulan IV 2015 15.86 + 9.11% yoy 15.41 + 7.94% yoy 14.48 + 13.23% yoy 14.26 + 4.53% yoy 14.49 + 7.83% yoy 14.23 + 8.23% yoy 3.31-0.26% yoy 3.49 + 0.86% yoy 99,98 100,21 2.82 4.00 31

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 32

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Stabilitas sistem keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan IV masih terjaga, yang tercermin dari stabilnya indikator fungsi intermediasi dan kualitas kredit yang cukup baik. Namun demikian, perlambatan penyaluran kredit pada triwulan laporan perlu mendapat perhatian. 3.1 Perkembangan Bank Umum Aset bank umum di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami sedikit melambat. Aset perbankan Bangka Belitung pada triwulan IV 2015 sebesar Rp15,41 triliun atau naik 7,94% PERTUMBUHAN (% yoy) TW III 2015 TW IV 2015 9,11 7,94 (yoy), sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,11% (yoy). Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp14,23 triliun atau tumbuh 8,28% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,83% (yoy). Kenaikan DPK terjadi pada komponen tabungan, sementara komponen giro dan deposito tumbuh melambat. Kredit pada triwulan IV tahun 2015 mencapai Rp14,26 triliun atau tumbuh 4,53% (yoy), melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,23 % (yoy). Komponen kredit investasi dan konsumsi mengalami perlambatan, sedangkan kredit modal kerja mengalami kontraksi yang disebabkan menurunnya kegiatan usaha akibat perlambatan ekonomi. Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Rp Miliar Aset (Rp Miliar) yoy (%) (%) 18,000 30.00% 16,000 25.00% 14,000 12,000 20.00% 10,000 15.00% 8,000 10.00% 6,000 5.00% 4,000 2,000 0.00% 0-5.00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Sumber: Bank Indonesia Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan akhir periode triwulan IV 2015 sebanyak 28 bank yang terdiri dari 24 Bank Umum/BUS dan 4 BPR/S. Jaringan kantor bank umum pada triwulan IV 2015 yakni 26 Kantor Cabang (KC), 55 Kantor Cabang Pembantu 33

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran (KCP), 53 Kantor Unit Desa (KUD), 36 Kantor Kas (KK), 15 Kas Mobil (KM), 20 Loket Pelayanan dan 403 ATM. Sedangkan jaringan kantor BPR yakni 3 kantor Pusat (KP), 3 Kantor Cabang (KC) dan 2 Kantor Kas (KK). Jaringan kantor BPRS sebanyak 1 Kantor Pusat, 7 Kantor Cabang, dan 21 Kantor Kas. Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan mengalami peningkatan, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit berdasarkan lokasi proyek mencapai 100,21%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 99,98%. Dari sisi rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar 4,00% meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,82%. RASIO GROWTH 4,00% 100,21% 4,53% 8,28% 3.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penghimpunan DPK yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito pada akhir triwulan IV 2015 mencapai Rp14,23 triliun atau PERTUMBUHAN (% yoy) TW III 2015 TW IV 2015 7,83 8,28 tumbuh 8,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,83% (yoy). Pertumbuhan terjadi pada komponen tabungan sedangkan komponen giro dan deposito mengalami perlambatan. Giro tercatat meningkat terbatas sebesar Rp.1,64 triliun, atau tumbuh sebesar 1,44% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 7,91% (yoy). Sejalan dengan giro, komponen deposito mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 11,40% (yoy) atau menjadi senilai Rp.4,78 triliun. Sedangkan tabungan mengalami peningkatan menjadi sebesar sebesar Rp.7,81 triliun atau tumbuh 7,95% (yoy). Penurunan pertumbuhan giro disebabkan oleh kontraksi giro Bank Swasta Nasional sebesar 15,35% (yoy) dan kontraksi giro Bank Pemerintah Daerah sebesar 9,93% (yoy). Sementara itu, giro Bank Persero mengalami pertumbuhan sebesar 22,26% (yoy), berbanding terbalik jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 5,63% (yoy). 34

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Komponen tabungan mengalami pertumbuhan pada Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional dan Bank Persero masing-masing sebesar 16,72% (yoy), 10,73% (yoy) dan 5,03% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari periode sebelumnya yang tercatat masingmasing sebesar 4,04% untuk Bank Pemerintah Daerah, 0,62% untuk Bank Swasta Nasional dan kontraksi sebesar 0,61% untuk Bank Persero. Kecenderungan peningkatan tabungan ini disebabkan karena pengalihan likuditas perusahaan dari likuiditas jangka panjang ke likuiditas jangka pendek untuk pemenuhan kewajiban jangka pendek. Sementara penurunan pertumbuhan DPK BPD dari sebesar 20,41% (yoy) pada triwulan III menjadi sebesar 9,57% (yoy) diperkirakan karena adanya realisasi belanja pemerintah pada akhir tahun. Rp 4,78 Triliun + 11,40% yoy Rp 7,81 Triliun + 7,95 % yoy Rp 1,64 Triliun + 1,44 % yoy Dari sisi dana pihak ketiga golongan individu dan korporasi mengalami kontraksi sebesar 9,32% (yoy), berbanding terbalik dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 27,74% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan karena masyarakat masih menahan ekspansi usaha seiring dengan perlambatan ekonomi. Selain itu, penurunan dana pihak ketiga tersebut juga disebabkan karena adanya peningkatan kebutuhan seiring dengan perayaan pada akhir tahun dan adanya peningkatan kebutuhan likuiditas dari dunia usaha untuk membiayai aktivitas bisnisnya di akhir tahun. Kontraksi juga terjadi pada nasabah pemerintah daerah yang mengalami kontraksi sebesar 1,56% (yoy) yang sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 25,87% (yoy). Penurunan tersebut diperkirakan karena adanya peningkatan realisasi anggaran belanja pemerintah pada akhir tahun Grafik 3.2 Perkembangan DPK Perbankan di Bangka Belitung 16,000 14,000 DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO DPK (% yoy) GIRO (% yoy) TABUNGAN (% yoy) DEPOSITO (% yoy) Rp Miliar (%) 40.00 30.00 12,000 20.00 10,000 10.00 8,000 0.00 6,000-10.00 4,000-20.00 2,000-30.00 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -40.00 Sumber: Bank Indonesia 2012 2013 2014 2015 35

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik 3.3 Komposisi DPK Perbankan di Bangka Belitung Deposito 33.59% Giro 11.53% Tabungan 54.88% Sumber: Bank Indonesia 3.3 Penyaluran Kredit Bank Umum Kredit bank umum menurut lokasi proyek tercatat sebesar Rp14,26 triliun atau tumbuh 4,53% (yoy), lebih rendah dari kredit PERTUMBUHAN (% yoy) TW III 2015 TW IV 2015 13,23 4,53 triwulan sebelumnya sebesar Rp14,48 triliun atau tumbuh 13,23% (yoy). Perlambatan ini terjadi pada kredit produktif dan kredit nonproduktif seiring dengan melambatnya perekonomian. Kredit produktif tercatat mencapai Rp9,75 triliun atau tumbuh 3,73% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,46% (yoy). Sementara kredit non produktif juga tumbuh melambat sebesar 6,32% dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,52% (yoy). Perlambatan kredit produktif terutama terjadi pada kredit modal kerja yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 3,46% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,89% (yoy). Sementara untuk kredit investasi sedikit melambat menjadi sebesar 34,45% (yoy), dari triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan 34,91%. Sejalan dengan, kredit konsumsi tumbuh 6,32% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 6,52% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pangsa terbesar disalurkan untuk kredit modal kerja sebesar 51,58%. Sedangkan kredit investasi sebesar 16,81% dan kredit konsumsi sebesar 31,61%. 36

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Rp 4,51 T -3,46% yoy Rp 2,39 T 34,45 % yoy Rp 7,35 T 6,32 % yoy Grafik 3.4 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan IV 2015 Konsumsi 31.61% Modal Kerja 51.58% Investasi 16.81% Kredit konsumtif pada akhir triwulan laporan tercatat mencapai Rp.4,50 triliun atau tumbuh 6,32% (yoy), turun tipis dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,52% (yoy). Sementara itu, pelonggaran ketentuan rasio Loan To Value (LTV) atau rasio Financing To Value (FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti menjadi 80% berdampak pada meningkatnya realisasi kredit konsumsi untuk kredit kepemilikan rumah yang tumbuh sebesar 4,86% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,19% (yoy). Sedangkan pelonggaran ketentuan uang muka kendaraan bermotor untuk kredit kepemilikan kendaraan 37

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran bermotor belum berdampak pada peningkatan kredit kendaraan bermotor yang mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 8,67% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 1,87%. Sementara kredit multiguna tumbuh melambat sebesar 2,62% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,75% (yoy) seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat. Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Sektor Rumah Tangga 2,500 KPR, KPA, Ruko,/Rukan Multiguna KKB gkpr, KPA, Ruko/Rukan, RHS gkkb, RHS gmultiguna, RHS Rp Miliar (%) 200 2,000 150 1,500 100 1,000 50 500 0 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015-50 Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbesar disalurkan yakni ke sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa 24,25%, diikuti oleh kredit perdagangan, hotel, dan restoran 20,66%, kredit industri pengolahan sebesar 7,24% dan kredit sektor pertanian 6,33%. Sementara itu kredit lainnya memiliki pangsa sebesar 31,61%. Perlambatan penyaluran kredit berdasarkan sektoral antara lain ke sektor industri pertanian, perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kredit ke sektor pertanian tumbuh 81,03% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 97,30% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit ke sektor pertanian disebabkan karena risiko penyaluran kredit pertanian yang masih tinggi mengingat harga komoditas yang masih rendah dan potensi dampak cuaca pada sektor pertanian. Kredit ke sektor pertambangan dan penggalian yang mempunyai pangsa terbesar mengalami kontraksi sebesar 6,80% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,88% (yoy). Penurunan kredit ke sektor pertambangan dan penggalian seiring dengan penurunan produksi timah yang menjadi komoditas utama. Secara triwulanan, kredit ke sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi sebesar 12,61% (qtq) lebih dalam jika dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 0,94% (qtq). 38

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kredit ke sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami kontraksi sebesar 5,07%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang masih tumbuh sebesar 9,69% (yoy). Penurunan kredit ke sektor ini dipicu oleh belum pulihnya aktivitas bisnis dan pendapatan seiring dengan perlambatan ekonomi. Secara triwulanan, kredit ke sektor ini tumbuh sebesar 6,66% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,24% (qtq). Sementara itu, kredit ke sektor industri pengolahan mengalami peningkatan dari tumbuh 7,95% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 11,04% (yoy) pada triwulan IV 2015. Secara triwulanan kredit ke sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 4,20% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 6,21% (qtq). Naiknya kredit ke sektor industri pengolahan seiring dengan meningkatnya produksi industri logam timah dan olahan timah, industri karet, barang dari karet, dan plastik. Kredit ke sektor bangunan tumbuh sebesar 3,57% (yoy) pada triwulan IV 2015 melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,08% (yoy). Sementara secara triwulanan kredit ke sektor ini mengalami kontraksi sebesar 18,35% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,67% (qtq). Perlambatan disebabkan rendahnya realisasi pelaksanaan proyek-proyek pada triwulan ini. Kredit ke sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 33,78% (yoy) lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 65,83% (yoy). Sementara secara triwulanan tumbuh sebesar 5,55% (qtq) lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,11% (qtq). Tabel 3.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) SEKTOR EKONOMI 2013 2014 2015 I II III IV I II III IV I II III IV Total Kredit 8,687 9,684 11,027 11,983 11,425 12,114 12,790 13,644 13,662 14,421 14,483 14,263 Kredit Lapangan Usaha/Sektoral 5,316 6,099 7,269 8,158 7,507 8,100 8,638 9,404 9,383 10,070 10,060 9,754 Pertanian 626 695 655 572 434 509 478 499 937 896 944 902 Pertambangan dan Penggalian 957 1,224 1,810 2,631 2,239 3,255 3,570 3,711 3,647 3,995 3,958 3,459 Industri Pengolahan 654 637 946 971 913 675 919 931 957 1,057 992 1,033 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6 7 7 7 7 175 174 166 165 344 336 372 Bangunan 320 428 452 485 463 304 293 254 259 314 322 263 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,762 2,112 2,247 2,381 2,343 2,461 2,518 3,104 2,667 2,729 2,762 2,946 Pengangkutan dan Komunikasi 380 439 488 476 451 289 261 245 231 205 173 182 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 305 385 484 449 459 259 244 319 336 358 404 427 Jasa-jasa 304 172 180 187 198 171 181 175 184 172 168 169 Lainnya 3,371 3,585 3,759 3,825 3,918 4,014 4,153 4,241 4,279 4,352 4,423 4,509 39

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.4 Loan to Deposit Ratio / LDR Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan mengalami peningkatan, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit berdasarkan lokasi proyek mencapai 100,21%, lebih tinggi TW III 2015 99,98 dari triwulan sebelumnya yang mencapai 99,98%. TW IV 2015 100,21 Grafik 3.7 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR Rp Miliar DPK Kredit LDR (%) 16,000 100,21% 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 120 100 80 60 40 20 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014 2015-3.5 Kualitas Kredit/Pembiayaan Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung tercatat meningkat dari 4,00% pada triwulan TW III 2015 TW IV 2015 5%. 2,82 4,00 sebelumnya yang mencapai 2,82%. Hal ini menunjukkan, risiko kredit perbankan Bangka Belitung meningkat walaupun masih terkendali karena masih di bawah ambang batas aman NPL yakni Grafik 3.8 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Rp Juta NPL % NPL (%) 600,000 4.50% 500,000 400,000 4.00 4.00% 3.50% 3.00% 300,000 2.50% 2.00% 200,000 1.50% 100,000 1.00% 0.50% - 0.00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 40 Sumber: Bank Indonesia

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Peningkatan rasio NPL terjadi pada beberapa sektor antara lain sektor listrik, gas dan air bersih, PHR dan pertambangan dan penggalian. Kontribusi tertinggi NPL perbankan Bangka Belitung berada pada sektor listrik, gas dan air. Sementara sektor pertambangan yang memiliki pangsa kredit terbesar memiliki NPL sebesar 3,01% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,24%. 3.6 Kelonggaran Tarik Undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp. 2,00 triliun. Nilai undisbursed loan tersebut mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp. 1,80 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 67,71% (yoy) dan 11,30% (qtq). Peningkatan undisbursed load ini antara lain disebabkan oleh sikap dunia usaha yang masih wait and see dalam merealisasikan pinjamannya ditengah perlambatan ekonomi. 3.7 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan di bank umum pada triwulan berjalan sebesar 3,39%, menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,52%. Suku bunga giro dan deposito pada triwulan laporan mengalami penurunan, pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,54% dan 6,92%, dari 1,72% dan 7,11% pada triwulan sebelumnya. Sedangkan untuk suku bunga tabungan mengalami sedikit peningkatan menjadi 1,54% dari triwulan sebelumnya sebesar 1,47%. Demikian pula, tingkat suku bunga pinjaman secara rata-rata tercatat sebesar 11,89% pada triwulan IV 2015 atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,21%. Sektor ekonomi yang mengalami penurunan rata-rata suku bunga tertimbang antara lain sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan. Namun demikian, terdapat sektorsektor yang mengalami kenaikan suku bunga tertimbang yaitu sektor perikanan dan sektor pertanian. Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga 9 (%) DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO 8 7 6.92 6 5 4 3.39 3 2 1.54 1 1.54 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013 2014 2015 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Grafik 3.10 Perkembangan Suku Bunga Kredit Sektoral PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN SBT PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SBT PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN SBT (%) PERIKANAN SBT INDUSTRI PENGOLAHAN SBT I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 41

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.8 Bank Umum Syariah Growth % (yoy) TW III 2015-0,71 25,66-1,48 335,08 1.04 TW IV 2015 12,41 20,16-8,75 363,21 1.96 Total aset Bank Umum Syariah (BUS) pada triwulan IV 2015 mencapai Rp309,11 miliar atau tumbuh sebesar 12,41% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 0,71% (yoy). Peningkatan aset BUS sejalan dengan pertumbuhan DPK yang tumbuh lebih besar dibandingkan dengan penyaluran kredit yang mengalami kontraksi. Sisi penghimpunan dana masih mengalami pertumbuhan sebesar 20,16%, melambat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 25,66%. Pertumbuhan penghimpunan dana terjadi pada komponen giro dan tabungan masing-masing sebesar 11,46% (yoy) dan 16,75% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 460,04% (yoy) dan 11,91% (yoy). Deposito juga mengalami pertumbuhan sebesar 29,39% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 10,88% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, rasio FDR (Finance-to-Deposit Ratio) meningkat dari 335,08% pada triwulan III 2015 menjadi 363,21% pada triwulan IV 2015. Sementara itu, tingkat NPF (Non Performing Financing Ratio) pada triwulan laporan mengalami peningkatan dari 1,04% menjadi 1,96%, namun masih berada di level yang aman. Tabel 3.2 Perkembangan Bank Umum Syariah INDIKATOR 2014 2015 Pertumbuhan (Rp Juta) I II III IV I II III IV % qtq % yoy ASET 334,311 300,499 306,671 274,995 312,868 307,775 304,488 309,115 1.52% 12.41% DPK 177,470 197,435 197,266 185,344 179,209 176,993 247,877 222,711-10.15% 20.16% Giro 16,269 13,449 9,921 11,081 9,863 9,277 55,562 12,351-77.77% 11.46% Tabungan 81,380 106,140 111,233 119,610 119,284 117,766 124,483 139,642 12.18% 16.75% Deposito 79,821 77,846 76,112 54,653 50,061 49,951 67,831 70,718 4.26% 29.39% PEMBIAYAAN 1,259,707 793,913 843,063 886,523 874,430 838,109 830,577 808,919-2.61% -8.75% Modal Kerja 492,183 186,497 239,542 298,806 299,535 295,279 326,731 321,720-1.53% 7.67% Investasi 371,441 220,231 217,767 223,784 230,023 210,499 184,061 182,729-0.72% -18.35% Konsumsi 396,083 387,184 385,754 363,933 344,872 332,330 319,784 304,469-4.79% -16.34% NPF (%) 2.66 4.08 3.64 0.46 0.74 1.30 1.04 1.96 Sumber : Bank Indonesia 42

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.9 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Growth % (yoy) TW III 2015 34,70 38,70 42,62 58,70 TW IV 2015 31,93 31,96 18,97 59,90 Aset BPR di Bangka Belitung sebesar Rp120,04 miliar, tumbuh sebesar 31,93% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 34,70% (yoy). Melambatnya pertumbuhan aset BPR ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp86,53 miliar atau tumbuh sebesar 31,96% (yoy) lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 38,70% (yoy). Melambatnya pertumbuhan DPK dipicu oleh perlambatan pertumbuhan tabungan hanya tumbuh 19,90% (yoy), melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 35,63% (yoy). Deposito juga tumbuh melambat sebesar 34,49% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 39,19% (yoy). Berdasarkan pangsanya, deposito mendominasi yaitu sebesar 84,27%, sedangkan tabungan dengan pangsa 15,73%. Sementara itu, total penyaluran kredit BPR tercatat sebesar Rp44,05 miliar atau tumbuh melambat sebesar 18,97% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 42,62% (yoy). Fungsi intermediasi BPR meningkat, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit mencapai 59,90%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 58,70%. Grafik 3.11. Perkembangan Aset, DPK dan Kredit BPR Rp Miliar Aset DPK Kredit 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - I II III IV I II III IV 2014 2015 Grafik 3.12 Perkembangan DPK BPR Tabungan Deposito DPK Rp Miliar 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - I II III IV I II III IV 2014 2015 43

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik 3.13 Pangsa DPK BPR Grafik 3.14 Perkembangan LDR BPR Deposito 84.27% Tabungan 15.73% 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 - (%) 52.77 57.43 57.09 56.46 57.28 62.57 58.70 50.90 I II III IV I II III IV 2014 2015 3.10 Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) PERTUMBUHAN (% yoy) TW III 2015 TW IV 2015-0,26% 0.86% Penyaluran kredit UMKM pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit sebesar 24,49% pada triwulan IV 2015 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,82%. Pada akhir triwulan IV 2015, penyaluran kredit UMKM mencapai Rp3,49 triliun atau meningkat sebesar 0,86% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang yang sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,26% (yoy). Sedangkan secara triwulanan kredit UMKM tumbuh terbatas sebesar 0,86% (qtq) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,65% (qtq). Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM pada triwulan IV 2015 masih disumbang oleh penyaluran kepada sektor perikanan dan industri pengolahan. Penyaluran kredit kepada sektor tersebut masing-masing sebesar Rp81,21 miliar dan Rp210,55 miliar atau mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 31,15% (yoy) dan 20,34% (yoy). Sementara itu pertumbuhan kredit kepada sektor pertambangan dan penggalian dan sektor perdagangan besar dan eceran mengalami kontraksi masing-masing sebesar 6,86% (yoy) dan 1,96% (yoy). Secara sektoral pangsa kredit UMKM di dominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 58,21%, diikuti sektor pertanian sebesar 8,16%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 6,39%, sektor industri pengolahan sebesar 6,03%, sektor perikanan sebesar 2,33%, dan sektor lainnya sebesar 18,88%. Sementara itu NPL UMKM pada triwulan IV tahun 2015 relatif stabil yaitu sebesar 6,39%. Tabel 3.3 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung 2013 2014 2015 Kredit UMKM I II III IV I II III IV I II III IV Kredit UMKM 2,421,635 2,751,050 2,856,836 2,992,186 2,994,347 3,283,480 3,314,345 3,462,861 3161533 3,296,325 3,305,655 3,492,567 Pertumbuhan (% yoy) 18.86 11.06 41.95 14.83 23.65 19.35 16.01 15.73 5.58 0.39 (0.26) 0.86 Rasio terhadap kredit (%) 27,88 28,41 25,91 24,97 26,21 27,10 25,91 25,38 23,14 22,86 22,82 24.49 44

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik 3.15 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Grafik 3.16 Perkembangan Kredit dan NPL UMKM 4000 Rp Miliar Kredit UMKM Pertumbuhan (% yoy), RHS Rasio NPL (%), RHS (%) 70.00 3500 60.00 3000 50.00 2500 40.00 2000 30.00 1500 20.00 1000 10.00 500-0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 (10.00) Grafik 3.17 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Menengah 39% Mikro 21% Kecil 40% 3.11 Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi sistem pembayaran non-tunai khususnya kliring di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan. Nilai transaksi kliring selama triwulan IV 2015 mencapai Rp1,066 triliun atau naik 0,87%(yoy) dibanding triwulan III 2015 sebesar Rp1,056 triliun. Dari sisi warkat mengalami peningkatan yakni 39.923 lembar dibanding triwulan III 2015 sebesar 39.012 lembar. Perputaran kliring per hari pada triwulan IV 2015 mencapai Rp17,20 miliar, naik 2,49%(yoy) dibanding triwulan III 2015 yang sebesar Rp16,77 miliar. Sedangkan dari sisi jumlah warkat per hari naik menjadi 644 warkat dari 619 warkat pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, penolakan cek/bg tahun triwulan IV 2015 mencapai Rp27,279 miliar atau sebanyak 885 lembar, meningkat dibanding triwulan sebelumnya Rp19,29 miliar atau sebanyak 764 lembar. Sehingga rasio penolakan warkat cek/bg triwulan IV 2015 meningkat menjadi sebesar 2,22% dibandingkan triwulan III 2015 sebesar 1,96%. 45

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Tabel 3.4 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung KETERANGAN 2014 2015 2014 I II III IV I II III IV 2015 1 Perputaran Kliring a. Nominal (Rp Juta) 1,178,580 1,182,544 1,240,220 1,305,731 4,907,075 1,107,876 1,060,525 1,056,939 1,066,090 4,291,430 b. Warkat (lembar) 38,726 41,349 40,132 42,414 162,621 40,246 38,479 39,012 39,923 157,660 2 Perputaran Per Hari a. Nominal (Rp Juta) 19,009 20,746 19,080 20,088 19,707 17,869 17,386 16,777 17,195 17,304 b. Warkat (lembar) 625 725 617 653 653 649 631 619 644 636 3 Penolakan Cek/BG a. Nominal (Rp Juta) 23,307 19,652 22,377 27,481 92,817 20,934 24,977 19,289 27,274 92,474 b. Warkat (lembar) 532 597 611 819 2,559 735 1,049 764 885 3,433 Jumlah Hari 62 57 65 65 249 62 61 63 62 248 4 Penolakan Cek/BG a. Nominal (%) 1.98% 1.66% 1.80% 2.10% 1.89% 1.89% 2.36% 1.83% 2.56% 2.15% b. Warkat (%) 1.37% 1.44% 1.52% 1.93% 1.57% 1.83% 2.73% 1.96% 2.22% 2.18% Sumber: Bank Indonesia Dari sisi sistem pembayaran tunai, pengedaran uang dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami net outflow, pada triwulan laporan, inflow tercatat sebesar Rp242,94 miliar dan outflow sebesar Rp583,90 miliar sehingga terjadi net outflow sebesar Rp341,06 miliar. Sementara, pada triwulan sebelumnya terjadi net outflow yang lebih besar yaitu sebesar Rp456,38 miliar dimana inflow tercatat sebesar Rp396,30 miliar dan outflow sebesar Rp852,68 miliar. Net outflow pada triwulan ini sebagai dampak dari kebutuhan masyarakat untuk Hari Raya Natal dan pembayaran proyek Pemerintah. Dalam rangka clean money policy, Bank Indonesia melakukan kegiatan kas keliling selama Triwulan IV 2015 yang dilakukan di Pangkalpinang, Toboali, Koba, Kelapa, Jebus, Belinyu, Manggar dan Tanjungpandan. 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 - Grafik 3.18 Perkembangan Inflow Outflow Inflow (Rp Juta) Outflow (Rp Juta) Inflow (% yoy)) Outflow (% yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% Selama Triwulan IV 2015, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 148 lembar atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 209 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan 46

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Rp100.000,00 sejumlah 54 lembar, pecahan Rp50.000,00 sejumlah 36 lembar, pecahan Rp20.000,00 sejumlah 56 lembar dan pecahan Rp.5.000,00 sejumlah 2 lembar. Grafik 3.19 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lembar 250 209 200 150 146 148 100 50 42 0 I II III IV 2015 47

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 48

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB. 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Selama tahun 2015 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata diatas 95%, sementara realisasi belanja baru berkisar 80% - 95% Rendahnya realisasi belanja terutama diakibatkan masih rendahnya realisasi belanja modal 4.1 APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 4.1.1 Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada tahun 2015 sebesar Rp1,90 triliun atau 99,38% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2015 sebesar Rp1,91 triliun. Sementara realisasi belanja pada tahun 2015 sebesar Rp1,89 triliun atau tercapai 84,90% dari total rencana belanja daerah. 4.1.2 Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Kep. Bangka Belitung Triwulan IV 2015 PAD Rp 558 M Pendapatan Transfer Rp1.359 M Lain-lain Rp - M Total Rp 1.918 M Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kep. Bangka Belitung Triwulan IV 2015 PAD Rp 590 M Pendapatan Transfer Rp 1.906 M Lain-lain Rp - M Total Rp 1.906 M perimbangan. Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan pangsa sebesar 59,28% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp1,13 triliun atau 95,84% dari target tahun 2015. Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp897,88 miliar atau 79,38% dari total dana Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada tahun 2015 mencapai 105,71% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 101,28%. Pos dalam PAD yang realisasinya tertinggi dibandingkan yang dianggarkan adalah lain-lain PAD yang sah sebesar Rp67,20 miliar atau telah terealisasi 159,33%. Sementara kontributor realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp506,94 miliar atau dengan pangsa 85,79% dari total realisasi PAD. Secara keseluruhan, sampai dengan triwulan IV 2015, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 0,83%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 6,53%. 49

Perkembangan Perbankan Keuangan Daerah dan Sistem Pembayaran Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Neto s.d Triwulan IV 2015 % 99.38 84.27 0.83 100.00 s.d Triwulan III 2015 % 80.52 55.39 22.98 143.14 s.d Triwulan II 2015 % 54.01 26.23 45.63 100.00 s.d Triwulan I 2015 % 27.4 11.09 54.69 100.00 s.d Triwulan IV 2014 % 99.89 83.79 6.53 100.00 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung, diolah Grafik 4.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung Rp Miliar Triwulan IV 2015 Triwulan III 2015 Triwulan II 2015 Triwulan I 2015 521.39 1,027.81 1,532.43 236.24 558.85 1,180.21 512.64 696.46 1,906.11 285.14 227.5 1,380.29 227.50 468.96 325.65 677.86 352.21 15.89 320.65 336.55 Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto Silpa Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 4.1.3 Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan IV 2015 mencapai Rp1.890 M atau 84,90% dari target belanja tahun 2015. Total realisasi belanja sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp1,89 triliun dari total belanja yang direncanakan sebesar Rp2,22 triliun. Dari total realisasi belanja tersebut, sebesar Rp1,14 triliun merupakan belanja operasi atau secara pangsa realisasi sebesar 60,65%. Sedangkan sisanya merupakan belanja modal, belanja tak terduga dan transfer dengan pangsa 39,35% dari total belanja. Realisasi belanja operasional terbesar yaitu belanja barang sebesar Rp485,72 miliar atau 42,36% dan realisasi belanja pegawai sebesar Rp402,15 miliar atau 35,07% dari total belanja 50

Perkembangan Perbankan Daerah Perkembangan dan Sistem Keuangan Pembayaran Daerah operasional. Sementara itu, realisasi belanja modal adalah Rp233,70 miliar atau 16,93% dari total belanja. Transfer bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota yang berasal dari bagi hasil pajak terealisasi sebesar Rp509,92 miliar atau 86,66% dari target transfer bagi hasil pajak ke kabupaten/kota. Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 51

Perkembangan Keuangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 4.2. APBD Kabupaten Belitung 4.2.1 Gambaran Umum Realisasi pendapatan Kabupaten Belitung sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp847,13 miliar atau 97,51% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2015 sebesar Rp868,74 miliar. Nilai realisasi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 99,48%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp874,81 miliar atau tercapai 85,17% dari total anggaran 2015 sebesar Rp1.027,20 miliar. Secara persentase realisasi belanja pada triwulan laporan sedikit lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 80,41%. 4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Belitung Triwulan IV 2015 PAD Rp 115 M Pendapatan Transfer Rp 677 M Lain-lain Rp 75 M Total Rp 868 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Belitung Triwulan IV 2015 PAD Rp 126 M Pendapatan Transfer Rp 650 M Lain-lain Rp 70 M Total Rp 847 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Kabupaten Belitung dengan pangsa sebesar 67,81% dari total pendapatan daerah meskipun pangsa dana perimbangan tersebut sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 70,15%. Realisasi dana perimbangan sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp574,52 miliar dengan pangsa terbesar adalah pos Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp442,34 miliar atau 76,99% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada triwulan laporan sebesar Rp126,06 miliar atau 14,88% dari total pendapatan. Capaian tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,24%. Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan pendapatan pajak daerah masing-masing yaitu sebesar Rp62,81 miliar dan Rp51,65 miliar atau 49,82% dan 40,97% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan, sampai dengan triwulan IV 2015, realisasi APBD mengalami defisit sebesar -3,27%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 8,29%. 52

Perkembangan Perbankan Daerah Perkembangan dan Sistem Keuangan Pembayaran Daerah Tabel 4.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan IV 2015 % 97.51 85.17-3.27 100.00 s.d Triwulan III 2015 % 76.35 44.28 47.83 103.16 s.d Triwulan II 2015 % 50.17 24.95 47.76 134.52 s.d Triwulan I 2015 % 19.01 9.32 48.49 138.63 s.d Triwulan IV 2014 % 99.48 0.80 8.29 86.58 Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah Grafik 4.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Belitung Rp Miliar Triwulan IV 2015 Triwulan III 2015 Triwulan II 2015 Triwulan I 2015 165.15 470.10 85.07 663.25 227.69 454.79 248.54 847.13 874.81 Pendapatan Daerah 405.87 80.09 168.45 242.42 163.45 163.45 371.90 208.45 158.45 130.77 Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Neto Silpa Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung 4.2.3 Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Belitung Triwulan IV 2015 Belanja Operasi Rp 753 M Belanja Modal Rp 270 M Tidak Terduga Rp 3 M Transfer Rp - M Total Rp 1027 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Belitung Triwulan IV 2015 Belanja Operasi Rp 627 M Belanja Modal Rp 247 M Tidak Terduga Rp - M Transfer Rp - M Total Rp 874 M Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan IV 2015 mencapai 85,17% dari target belanja tahun 2015. Total realisasi belanja sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp874,81 miliar. Realisasi belanja didominasi belanja operasional sebesar Rp627,49 miliar dengan pangsa 71,72% dari total belanja. Realisasi belanja operasional terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp363,16 miliar atau 57,87% dari total belanja operasional. Sedangkan realiasi belanja modal mempunyai pangsa sebesar 28,27% dengan realisasi sebesar Rp247,31 miliar atau 91,52% dari rencana. Realisasi belanja modal terbesar yaitu realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp113,87 miliar atau 46,04% dari total belanja modal. 53

Perkembangan Keuangan Daerah Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 4.3. APBD Kabupaten Bangka Barat 4.3.1 Gambaran Umum Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp742,87 miliar atau 94,40% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2015 sebesar Rp786,96 miliar. Nilai realisasi tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 92,49%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp759,84 miliar atau tercapai 91,09% dari anggaran 2015 sebesar Rp834,21 miliar. Realisasi belanja tersebut lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 87,12%. 4.3.2 Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Barat Triwulan IV 2015 PAD Rp 35 M Pendapatan Transfer Rp 674 M Lain-lain Rp 77 M Total Rp 786 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Barat Triwulan IV 2015 PAD Rp 36 M Pendapatan Transfer Rp 645 M Lain-lain Rp 61 M Total Rp 742 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah kabupaten Bangka Barat dengan pangsa sebesar 79,03% dari total pendapatan daerah. Pangsa dana perimbangan tersebut sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 81,55%. Realisasi dana perimbangan sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp587,12 miliar dimana kontribusi terbesar berasal dari pos dana alokasi umum sebesar Rp424,31 miliar atau 72,27%. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah hanya tercapai sebesar Rp36,32 miliar atau 4,88% dari total pendapatan, namun sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,46%. Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari lain-lain pendapatan asli daerah dan pendapatan pajak daerah masing-masing yaitu sebesar Rp15,64 miliar (43,08%) dan Rp12,18 miliar (33,55%) dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan, sampai dengan triwulan IV 2015, realisasi APBD mengalami defisit sebesar -2,28%, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mengalami defisit sebesar -0,68%. Tabel 4.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Neto s.d Triwulan IV 2015 % 94.40 91.09-2.28 98.80 s.d Triwulan III 2015 % 75.42 49.11 30.97 100.43 s.d Triwulan II 2015 % 48.30 27.61 39.40-1.83 s.d Triwulan I 2015 % 22.88 7.39 65.99 0.27 s.d Triwulan IV 2014 % 92.49 87.12-0.68 105.68 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat 54

Perkembangan Perbankan Perkembangan Daerah dan Sistem Keuangan Pembayaran Daerah Grafik 4.3 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat Rp Miliar Triwulan IV Triwulan III Triwulan II Triwulan I 180.09 380.11 593.52 61.61 230.35 409.7 118.61 742.87 759.84 118.48 148.90 149.76 0.13 183.82 47.44 231.27-16.97 46.67 29.71-0.86 Pendapatan Belanja Daerah Surplus/ Defisit Pembiayaan Neto Silpa Daerah Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat 4.3.3 Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Bangka Barat Triwulan IV 2015 Belanja Operasi Rp 637 M Belanja Modal Rp 194 M Tidak Terduga Rp 1 M Transfer Rp 1.8 M Total Rp 834 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Bangka Barat Triwulan IV 2015 Belanja Operasi Rp 585 M Belanja Modal Rp 172 M Tidak Terduga Rp 0.1 M Transfer Rp 1.8 M Total Rp 759 M Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp759,84 miliar atau 91,09% dari target belanja tahun 2015 sebesar Rp834,21 miliar. Pangsa terbesar pada anggaran belanja tahun 2015 adalah belanja operasi sebesar Rp585,89 miliar dengan pangsa 77,10% dari total belanja. Realisasi belanja operasi terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp308,34 miliar atau 52,62% dari total belanja operasi. Sementara itu, pangsa anggaran belanja modal adalah Rp172,04 miliar atau 22,64% dari total belanja 2015. Realisasi belanja modal terbesar yaitu realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp111,31 miliar atau 64,69% dari total belanja modal. 4.4. APBD Kabupaten Bangka Tengah 4.4.1 Gambaran Umum Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp763,71 miliar atau 93,76% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2015 sebesar Rp814,50 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 96,23%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp801,15 miliar atau tercapai 87,58% dari anggaran 2015 sebesar Rp914,71 miliar. Realisasi belanja tersebut lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 82,46%. 55

Perkembangan Keuangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 4.4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Tengah Triwulan IV 2015 PAD Rp 70 M Dana Perimbangan Rp 601 M Lain-lain Rp 142 M Total Rp 814 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Tengah Triwulan IV 2015 PAD Rp 66 M Pendapatan Transfer Rp 583 M Lain-lain Rp 113 M Total Rp 763 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah kabupaten Bangka Tengah dengan pangsa sebesar 76,40% dari total pendapatan daerah, pangsa dana perimbangan tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 66,50%. Realisasi dana perimbangan sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp583,50 miliar. Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp404,28 miliar atau 69,28%. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp66,34 miliar atau 8,68% dari total pendapatan, sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,02%. Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan pendapatan pajak daerah masing-masing yaitu sebesar Rp28,87 miliar (43,52%) dan Rp27,30 miliar (41,15%) dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan sampai dengan triwulan IV 2015, realisasi APBD mengalami defisit sebesar -4,90%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 8,81%. Tabel 4.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Neto s.d Triwulan IV 2015 % 93.76 87.58-4.90 102.49 s.d Triwulan III 2015 % 72.55 49.89 22.77 104.49 s.d Triwulan II 2015 % 55.7 32.04 36.26 100.00 s.d Triwulan I 2015 % 12.30 11.24 56.00 139.63 s.d Triwulan IV 2014 % 96.23 82.46 8.81 101.10 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah 56

Perkembangan Perbankan Perkembangan Daerah dan Sistem Keuangan Pembayaran Daerah Grafik 4.4 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah Rp Miliar Triwulan IV Triwulan III Triwulan II Triwulan I 199.08 391.52 87.58 249.55 590.95 456.38 763.71 801.15 Pendapatan Daerah 111.5 106.21 106.21 141.97 105.21 106.21 104.71 106.21 134.57 102.71 106.21-37.44 Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Neto Silpa Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah 4.4.3. Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Bangka Tengah Triwulan IV 2015 Belanja Tdk Langsung Rp 394 M Belanja Langsung Rp 519 M Total Rp 914 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Bangka Tengah Triwulan IV 2015 Belanja Tdk Langsung Rp 347 M Belanja Langsung Rp 453 M Total Rp 801 M Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp801,15 miliar atau 87,58% dari target belanja tahun 2015 sebesar Rp914,71 miliar. Realisasi belanja tersebut 56,65% merupakan belanja langsung dan 43,34% merupakan belanja tidak langsung. Realisasi belanja langsung mencapai Rp453,91 miliar atau 56,65% dari total belanja daerah, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 55,30%. Pangsa terbesar dari belanja langsung adalah belanja modal yang mencapai 52,77% dari total belanja langsung. Realisasi belanja tidak langsung mencapai Rp347,23 miliar atau 43,34% dari total belanja daerah, menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44,69%. Pangsa terbesar dari belanja tidak langsung adalah belanja pegawai yang mencapai 75,63% dari total belanja tidak langsung. 4.5. APBD Kabupaten Bangka 4.5.1 Gambaran Umum Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp1.073,81 miliar atau 101,57% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2015 sebesar Rp1.057,17 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 96,25%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp968,30 miliar atau tercapai 88,84% 57

Perkembangan Keuangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran dari anggaran 2015 sebesar Rp1.089,95 miliar. Realisasi belanja tersebut lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 85,03%. 4.5.2 Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Triwulan IV 2015 PAD Rp 100 M Pendapatan Transfer Rp 918 M Lain-lain Rp 38 M Total Rp 1.057 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Belitung Triwulan IV 2015 PAD Rp 116 M Pendapatan Transfer Rp 924 M Lain-lain Rp 33 M Total Rp 1.073 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah kabupaten Bangka dengan pangsa sebesar 71,86% dari total pendapatan daerah, pangsa dana perimbangan tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 74,17%. Realisasi dana perimbangan sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp771,74 miliar. Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp500,00 miliar atau 64,85%. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp116,08 miliar atau 10,80% dari total pendapatan, sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,69%. Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan pendapatan pajak daerah masing-masing yaitu sebesar Rp70,31 miliar (60,57%) dan Rp33,82 miliar (29,14%) dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan sampai dengan triwulan IV 2015, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 2,48%, sedikit lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 3,17%. Tabel 4.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan IV 2015 % 101.60 88.84 2.48 99.25 s.d Triwulan III 2015 % 82.47 51.23 30.18 101.92 s.d Triwulan II 2015 % 51.37 27.61 40.89 134.52 s.d Triwulan I 2015 % 24.20 10.04 56.26 103.27 s.d Triwulan IV 2014 % 96.25 85.42 3.17 100.10 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka 58

Perkembangan Perbankan Perkembangan Daerah dan Sistem Keuangan Pembayaran Daerah Grafik 4.5 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Rp Miliar Triwulan IV Triwulan III Triwulan II Triwulan I 255.79 543.10 871.88 109.40 300.95 558.43 260.13 338.46 1073.81 143.93 968.3 222.08 116.20 116.38 377.81 263.13 114.68 26.58 111.67 138.25 Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Neto Silpa Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka 4.5.3. Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Bangka Triwulan IV 2015 Belanja Operasi Rp 818 M Belanja Modal Rp 270 M Tidak Terduga Rp 1.7 M Transfer Rp 79 M Total Rp 1.169 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Bangka Triwulan IV 2015 Belanja Operasi Rp 726 M Belanja Modal Rp 240 M Tidak Terduga Rp 1 M Transfer Rp 78 M Total Rp 1.047 M Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan IV 2015 sebesar Rp1.047,23 miliar atau 89,53% dari target belanja tahun 2015 sebesar Rp1.169,68 miliar. Realisasi belanja didominasi belanja operasional sebesar Rp726,62 miliar dengan pangsa 69,38% dari total belanja. Realisasi belanja operasional terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp414,52 miliar atau 57,04% dari total belanja operasional. Realisasi belanja modal mencapai Rp240,58 miliar atau 22,97% dari total belanja daerah, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 18,11%. Pangsa terbesar dari belanja modal adalah belanja jalan, irigasi, dan jaringan yang mencapai 49,16% dari total belanja modal. 4.6. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Selain bersumber dari APBD, pendanaan pembangunan di Triwulan IV 2015 daerah juga bersumber dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Dana Dekonsentrasi Rp 76.82 M Tugas Pembantuan Rp 138.25 M Pembantuan (TP). Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Total Rp 215.07 M pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Sedangkan TP adalah penugasan-penugasan dari Pemerintah kepada 59

Perkembangan Keuangan Perbankan Daerah Daerah dan Sistem Pembayaran daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Pagu Dana Dekonsentrasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp150,36 miliar dan Tugas Pembantuan Rp 272,62 miliar. Sehingga Pagu Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebesar Rp422,98 miliar. Tabel 4.7 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Kewenangan Pagu Realisasi Bulanan 2015 Jumlah Realisasi % (Miliar Rp) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des (Miliar Rp) Realisasi Dekonsentrasi 150.36 0.02 0.04 1.13 3.57 4.60 6.15 8.85 6.32 11.56 15.67 20.40 40.75 119.08 79.20 Tugas Pembantuan 272.62 0.06 0.27 5.26 2.18 4.22 7.05 8.95 7.26 28.11 14.21 36.87 87.17 201.62 73.95 Jumlah 422.98 0.08 0.31 6.40 5.75 8.82 13.20 17.80 13.59 39.67 29.88 57.27 127.93 320.70 75.82 Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung Realisasi dana dekonsentrasi hingga triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp119,08 miliar atau 79,20% dari pagu. Sedangkan realisasi tugas pembantuan Rp201,62 miliar atau 73,95% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebesar Rp320,70 miliar atau 75,82% dari total pagu sebesar Rp422,98 miliar. 60

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Indikator ketenagakerjaaan dan kesejahteraan menunjukkan tingkat pengangguran meningkat. Sementara ingkat inflasi pedesaan dan Nilai Tukar Petani (NTP) menurun. 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kepulauan Bangka Belitung pada Agustus 2015 naik dibandingkan Agustus 2014 dari 65,45% menjadi 66,71%. Walaupun terdapat kenaikan TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan kenaikan dari 5,14% pada periode Agustus 2014 menjadi 6,29% pada periode Agustus 2015. Hasil survei konsumen yang rutin dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga mengkonfirmasi penurunan ketersediaan lapangan kerja. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Aug 2014 Aug 2015 5,14 6,29 Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran 68.9 68.4 68.1 65.7 71.1 TPAK % TPT % Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 62.9 66.8 65.45 70.2 66.71 3.25 3.61 2.78 3.49 3.3 3.7 2.67 5.14 3.35 6.29 2 8 2 8 2 8 2 8 2 8 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 5.2 Perkembangan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 2012 2013 2014 2015 Sumber : Survey Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Pada bulan Agustus 2015, TPAK meningkat dibandingkan dengan Agustus 2014 yaitu dari 65,45% menjadi 66,71% yang berarti jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami peningkatan. Sedangkan dilihat dari sisi pengangguran yang terlihat dari besaran TPT, tingkat pengangguran di Kepulauan Bangka Belitung mengalami kenaikan dari 5,14% menjadi 6,29%. Naiknya tingkat pengangguran diakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor utama yang hal ini dikonfirmasi dengan porsi jumlah tenaga kerja di sektor industri pengolahan turun dari 28,74% (yoy) pada bulan Agustus 2014 menjadi sebesar 22,96% (yoy) pada Agustus 2015 dari total angkatan kerja menurut lapangan kerja utama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 61

Perkembangan Perkembangan Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan Daerah Daerah dan dan Kesejahteraan Kesejahteraan Tabel 5.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, 2013-2015 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kegiatan Utama Ags 2013 Feb 2014 Ags 2014 Feb 2015 Ags 2015 Angkatan Kerja 619.700 640.900 636.959 691.928 665.842 a. Bekerja 596.786 623.758 604.223 668.754 623.949 b. Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) 22.914 17.142 32.736 23.174 41.893 Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) 62,9 66,84 65,45 70,20 66,71 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3,70 2,67 5,14 3,35 6,29 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Distribusi tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2015 didominasi oleh sektor jasa (services) yakni dengan pangsa sebesar 40,41%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi pada sektor pertanian (agricultural) yang mengalami peningkatan dari 31,41% pada Agustus 2014 menjadi 36,63% pada Agustus 2015. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri (manufacturing) pada Agustus 2015 mencapai 22,96% atau turun 5,78% dibandingkan periode Agustus 2014 yang mencapai 28,74%. Sedangkan pada sektor jasa (services) cenderung stabil yakni pada Agustus 2014 sebesar 39,85% dan pada Agustus 2015 mencapai 40,41%. Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Lapangan Pekerjaan Utama Satuan Februari 2014 Agustus 2014 Februari 2015 Agustus 2015 Sector Agricultural Jml 178.017 189.774 191.547 228.578 % 28,54 31,41 28,64 36,63 Manufacturing Jml 191.673 173.672 162.114 143.281 % 30,73 28,74 24,24 22,96 Services Jml 254.068 240.777 315.093 252.090 % 40,73 39,85 47,12 40,41 Total Jml 623.758 604.223 668.754 623.949 % 100 100 100 100 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 62

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Status Pekerjaan Satuan Feb 12 Ags 12 Feb 13 Ags 13 Feb 14 Ags 14 Feb 15 Ags 15 Formal Total 253.416 300.990 323.461 319.867 301.821 295.808 331.894 286.235 Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Jml 47.008 38.932 55.783 42.046 46.430 34.740 40.300 26.648 % 7,80 6,70 8,70 7,05 7,40 5,75 6,03 4,27 Buruh Karyawan Jml 206.408 262.058 267.678 277.821 255.391 261.068 291.594 259.587 % 43,40 44,90 41,70 46,55 40,90 43,21 43,60 41,60 Informal Total 290.453 282.112 315.856 276.919 322.937 308.415 336.860 337.714 Berusaha sendiri Jml 126.379 136.707 136.577 124.202 155.472 121.589 168.258 128.247 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar % 21,00 23,40 21,30 20,81 24,90 20,12 25,16 20,55 Jml 74.818 53.4 67.602 57.570 66.717 69.543 67.999 % 21,50 9,20 10,50 9,65 10,50 11,51 10,17 12,79 Pekerja bebas Jml 12.545 31.169 24.542 28.852 26.817 41.804 24.800 46.192 % 2,10 5,30 3,80 4,83 4,30 6,92 3,71 7,40 Pekerja tak dibayar Jml 76.711 60.878 87.135 66.295 73.931 75.479 75.803 83.484 % 12,80 10,40 13,60 11,11 11,90 12,49 11,33 11,34 Jumlah total Jml 543.869 583.102 639.317 596.786 624.758 604.223 668.754 623.949 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 79.791 Berdasarkan hasil liaison di perusahaan, rendahnya permintaan mengakibatkan kinerja perusahaan menurun dan mempengaruhi ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan ini. Untuk mengatasi hal tersebut, pelaku usaha melakukan upaya efisiensi antara lain dengan mengurangi jam lembur, pengurangan shift dan menunda penggantian tenaga kerja yang pensiun. Selain itu, kenaikan UMP 2016 yang mencapai 11,5% juga memberikan tekanan pada dunia usaha untuk melakukan efisiensi. Grafik 5.3 Likert Scale Biaya Bangka Belitung 2.5 Likert Scale 2 1.5 1 0.5 0 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 Biaya Bahan Baku Biaya Energi Tingkat Upah 63

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 5.2 Kondisi Kesejahteraan Petani NILAI TUKAR PETANI TW III 2015 105.55 TW IV 2015 102.92 NILAI TUKAR USAHA PETANI (NTUP) TW III 2015 112,01 TW IV 2015 108,50 Pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani 1. NTP diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Kesejahteraan petani pada Triwulan IV 2015 mengindikasikan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari indeks NTP triwulan IV 2015 sebesar 103,90 yang sedikit menurun dari triwulan sebelumnya 106,30. Berdasarkan subsektor, penurunan NTP pada triwulan IV 2015 terutama disebabkan karena menurunnya NTP subsektor pekebun sebagai penyumbang terbesar turunnya NTP yaitu tercatat sebesar -4,06%. Di sisi lain, NTP subsektor padi palawija merupakan NTP pada triwulan ini yang mengalami peningkatan terbesar dari 96,35 pada triwulan sebelumnya menjadi 97,16. Sub Sektor Tabel 5.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor 2012 2013 2014 2015 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Umum 99.46 99.04 98.68 99.50 100.18 100.71 99.54 100.22 100.31 100.38 102.59 102.91 103.48 105.17 106.30 103.90-2.26 Padi Palawija 84.71 83.89 83.13 83.59 82.95 82.72 80.66 85.09 96.44 98.26 100.28 100.58 98.43 98.27 96.35 97.16 0.84 Horti 90.86 88.99 87.79 87.44 86.95 87.49 84.83 89.54 98.49 100.19 100.74 102.94 102.67 98.04 99.19 99.38 0.19 Pekebun 90.86 115.34 114.37 116.79 118.45 119.47 117.83 115.28 102.08 101.27 104.16 105.39 106.81 111.80 113.79 109.17-4.06 Peternak 96.18 95.76 95.53 95.13 95.95 96.16 96.97 97.39 97.23 97.75 97.46 95.12 93.26 92.12 93.06 91.43-1.75 Nelayan 89.26 89.46 90.38 89.83 90.29 90.52 90.75 94.21 101.03 104.88 101.07 101.62 101.56 99.44 100.36 100.71 0.35 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung g (%) 1 BPS dalam menjelaskan arti angka Nilai Tukar Petani 64

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 5.5 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan kelompok petani, tiga kelompok menunjukkan tren NTP yang meningkat namun tidak signifikan sementara dua kelompok menunjukkan tren NTP yang menurun cukup signifikan. Nilai NTP yang mengalami peningkatan terjadi pada petani kelompok padi palawija, nelayan dan hortikultura. Kelompok NTP yang diatas 100 adalah petani kelompok pekebun sebesar 109,17 dan petani kelompok nelayan sebesar 100,71. Sementara itu, kelompok petani dengan NTP masih dibawah 100 adalah peternak, padi palawija dan hortikultura masing-masing sebesar 91,43; 97,16, dan 99,38. 5.3. Inflasi Pedesaan Pada triwulan IV 2015, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 1,73% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,76% (yoy) (tabel 5.5). Tabel 5.5 Inflasi Pedesaan Subsektor 2014 2015 I II III IV I II III IV Umum -15.60-15.37-17.70 7.78 5.00 6.17 6.76 1.73 Bahan Makanan -19.72-19.43-21.49 8.46 5.62 6.42 7.64 1.77 Makanan Jadi -20.27-20.78-21.31 4.16 3.44 3.78 3.86 3.50 Perumahan -14.12-13.47-13.83 5.02 5.61 7.18 8.07 5.84 Sandang -15.43-14.68-14.35 4.56 3.81 4.90 5.14 3.86 Kesehatan -12.70-11.68-11.29 4.95 6.04 5.49 4.90 3.64 Pendidikan,Rekreasi & Olahraga -5.01-4.79-7.01 1.38 2.08 2.60 3.33 2.76 Transportasi dan Komunikasi 13.02 13.44 0.44 15.08 5.62 9.08 8.80-3.92 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan kelompok perumahan 5,84% (yoy), sandang 3,86% (yoy), kesehatan 3,64% (yoy), makanan jadi 3,5% (yoy), pendidikan, rekreasi dan olahraga 2,76% (yoy), serta bahan makanan 1,77% (yoy). Sedangkan satu-satunya kelompok yang mencatat deflasi yakni kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami penurunan harga sebesar 3,92% (yoy). 65

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Grafik 5.6 Indeks Penghasilan Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Grafik 5.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) 180 Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini 160 140 120 100 80 60 40 20 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, Diolah 5.4 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Survei Konsumen (SK) di Kota Pangkalpinang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 200 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan. 5.4.1 Indikator Ketenagakerjaan Kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan sedikit menurun. Hasil Survei Konsumen di kota Pangkalpinang mencatat 6,5% responden berpendapat ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan lebih baik, sedangkan responden yang berpendapat lebih buruk sebesar 48%. Sisanya atau 45,5% menyatakan kondisi saat ini tidak terlalu berbeda dengan triwulan lalu. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen beranggapan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan menurun dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Sementara itu, rumah tangga yang memperkirakan ketersediaan lapangan kerja dalam 6 bulan mendatang lebih baik sebesar 25,5% sedangkan responden yang berpendapat lebih buruk yaitu 21,5%. Realisasi proyek-proyek APBN 2016 yang dimulai pada awal tahun diharapkan akan mendorong peningkatan ketersediaan lapangan kerja dalam 6 bulan mendatang. 66

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini (2014 2015) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah 2014 2015 Jan 26 37 37 100 Feb 20.5 35 44.5 100 Mar 15.5 53.5 31 100 Apr 38 40.5 21.5 100 Mei 46 36.5 17.5 100 Juni 45.5 28 26.5 100 Juli 21.5 43 35.5 100 Agus 28.5 35 36.5 100 Sep 28.5 36.5 35 100 Okt 30 37 33 100 Nov 35.5 40 24.5 100 Des 32.5 42 25.5 100 Jan 14.5 40 45.5 100 Feb 8.5 43 48.5 100 Mar 27.5 38.5 34 100 Apr 20.5 35.5 44 100 Mei 6 33.5 60.5 100 Jun 12 41.5 46.5 100 Jul 9 22.5 68.5 100 Agus 9 26.4 64.6 100 Sept 10.5 26 63.5 100 Okt 10 34.5 55.5 100 Nov 4.5 39.8 55.7 100 Des 6.5 45.5 48 100 Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 5.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD (2014 2015) Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah 2014 2015 Jan 35 31.5 33.5 100 Feb 22 31.5 46.5 100 Mar 22.5 45 32.5 100 Apr 53.5 26 20.5 100 Mei 54 30.5 15.5 100 Juni 57 24 19 100 Juli 49.5 29.5 21 100 Agus 50 22.5 27.5 100 Sep 43.5 26.5 30 100 Okt 38.2 37.7 24.1 100 Nov 31 38.5 30.5 100 Des 31 41.5 27.5 100 Jan 26.5 34.5 39 100 Feb 30 37.5 32.5 100 Mar 40 40.5 19.5 100 Apr 29 37 34 100 Mei 18 43.5 38.5 100 Jun 23.5 51.5 25 100 Jul 21 41.5 37.5 100 Agus 13.9 43.8 42.3 100 Sept 20 40 40 100 Okt 15.1 48.2 36.7 100 Nov 20.4 43.8 35.8 100 Des 25.5 53 21.5 100 Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 67

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 5.4.2 Indikator Penghasilan Penghasilan masyarakat saat ini meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebanyak 34,5% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka lebih baik dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya, sedangkan sebanyak 53,5% menganggap penghasilan mereka stabil dan sisanya sebanyak 12% menyatakan penghasilan mereka lebih buruk. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan PDRB triwulan IV 2015 dibandingkan triwulan sebelumnya, yang berdampak pada peningkatan tingkat penghasilan masyarakat pada triwulan laporan yang ditunjukkan dengan kecenderungan peningkatan jumlah responden yang menyatakan bahwa penghasilan mereka lebih baik dibandingkan 6 bulan sebelumnya, dari 13,0% pada triwulan III 2015 menjadi 34,5% pada triwulan IV 2015. Tabel 5.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini (2014 2015) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 37.5 53 9.5 100 Feb 42.5 48 9.5 100 Mar 34 57 9 100 Apr 51 45 4 100 Mei 53 40.5 6.5 100 2014 Juni 47 46.5 6.5 100 Juli 39 48.5 12.5 100 Agus 33.5 60.5 6 100 Sep 30.5 63 6.5 100 Okt 42 50.5 7.5 100 Nov 42 52 6 100 Des 35.5 55 9.5 100 Jan 42 40.5 17.5 100 Feb 30 53.5 16.5 100 Mar 36 47 17 100 Apr 25.5 47 27.5 100 Mei 7.5 51 41.5 100 2015 Jun 8.5 59.5 32 100 Jul 42 40 18 100 Agus 26.4 45.3 28.3 100 Sep 13 52.5 34.5 100 Okt 26.5 49 24.5 100 Nov 29.9 44.3 25.9 100 Des 34.5 53.5 12 100 Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Masyarakat juga meyakini penghasilan ke depan akan sedikit membaik. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah responden yang berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan ke depan akan lebih baik dari 27,5% pada triwulan sebelumnya menjadi 38,5% pada triwulan 68

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan laporan. Sebagian besar responden yakni sebanyak 56,0% berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang sama dengan saat ini. Sementara 5,5% responden berpendapat penghasilan 6 bulan yang akan datang akan lebih buruk, menurun dari jumlah triwulan sebelumnya sebesar 13,5%. Ekspektasi masyarakat terhadap tingkat penghasilan ke depan mengindikasikan adanya perbaikan pengahasilan sejalan dengan adanya peningkatan UMP oleh pemerintah pada tahun 2016 dan perbaikan harga komoditas. Tabel 5.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD (2014 2015) Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 48.5 47.5 4 100 Feb 37.5 50 12.5 100 Mar 43.5 52 4.5 100 Apr 47 49 4 100 Mei 46 50 4 100 2014 Juni 39 58 3 100 Juli 57 40.5 2.5 100 Agus 48 50 2 100 Sep 44.5 53 2.5 100 Okt 56 41.5 2.5 100 Nov 58.5 38 3.5 100 Des 42.5 54 3.5 100 Jan 58 40 2 100 Feb 45.5 49.5 5 100 Mar 46 48.5 5.5 100 Apr 31.5 61.5 7 100 Mei 14 68 18 100 2015 Jun 19 60 21 100 Jul 45.5 44.5 10 100 Agus 35.8 58.2 6 100 Sep 27.5 59 13.5 100 Okt 36.5 51.5 12 100 Nov 36.3 54.2 9.5 100 Des 38.5 56 5.5 100 Sumber: Survei Konsumen KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 69

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 70

BAB 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2016 diperkirakan meningkat didukung membaiknya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi serta realisasi pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah dan Non Pemerintah sejak awal tahun. Namun demikian ekspor diperkirakan masih menurun seiring dengan belum membaiknya harga komoditas timah. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan sedikit menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dan dalam level yang terkendali. 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi dunia melambat dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi negara maju yang belum solid dan pertumbuhan negara berkembang yang cenderung menurun. Perekonomian Amerika Serikat masih tertahan sejalan dengan masih lemahnya indikator penjualan eceran dan personal expenditure serta masih terkontraksinya sektor manufaktur. Pemulihan ekonomi Eropa terus berlanjut didorong oleh perbaikan permintaan domestik. Sementara ekonomi Jepang masih lemah seiring dengan konsumsi yang melemah. Disisi lain, perekonomian Tiongkok melambat, di tengah berbagai upaya stimulus, baik melalui kebijakan moneter dan fiskal, serta reformasi di sisi penawaran. Harga komoditas masih terkontraksi seiring dengan masih terbatasnya pemulihan ekonomi global. Sementara itu, harga minyak mengalami penurunan, dipengaruhi oleh pasokan yang berlebih (excess supply), terutama didorong oleh meningkatnya ekspor minyak Amerika Serikat. Selain itu, pertumbuhan ekonomi negara maju yang lambat dan pelemahan ekonomi Tiongkok turut memberikan downward pressure terhadap harga minyak. Berdasarkan World Economic Outlook Januari 2016, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2015 dan 2016 diperkirakan sebesar 3,1% dan 3,4% dibandingkan proyeksi Oktober 2015 yang sebesar 3,1% dan 3,6%. Perkiraan tersebut menginformasikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2015 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di tahun 2014 sebesar 3,40% dan pertumbuhan ekonomi 2016 dikoreksi melambat 0,2% dibandingkan proyeksi Oktober 2015. Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2017 diperkirakan membaik menjadi sebesar 3,6% (yoy). Pertumbuhan ekonomi negara berkembang diproyeksikan sebesar 4,0% pada tahun 2015 dan 4,30% pada tahun 2016, perkiraan pertumbuhan ekonomi 2016 direvisi ke bawah sebesar 0,20% dibandingkan perkiraan Oktober 2015. Sementara pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 4,7%. Negara berkembang mengalami perlambatan yang disebabkan

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah beberapa faktor antara lain menurunnya harga komoditas internasional, perlambatan ekonomi Cina, menurunnya ekspor dan penurunan permintaan domestik. Penurunan harga komoditas menyebabkan menurunnya pendapatan masyarakat yang pada akhirnya menurunkan daya beli masyarakat. Grafik 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global 6.9 6.3 6.0 7.3 7.5 7.5 2015 2016 2017 2.5 2.6 2.6 1.5 1.7 1.7 1.0 0.6 0.3 2.1 1.9 2.1 4.7 4.3 4.0 3.1 3.4 3.6 AS China Eropa Jepang India Negara Maju Negara Berkembang Sumber : IMF. World Economic Outlook.Update Januari 2016 Dunia 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Nasional Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 diperkirakan mengalami moderasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 diperkirakan pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 4,79%. Meningkatnya perkiraan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 sejalan dengan perkiraan membaiknya kondisi ekonomi global. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh lebih tinggi didukung oleh meningkatnya jumlah penduduk usia produktif dan membaiknya kontribusi ekspor dibanding tahun 2015. Investasi bangunan diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan investasi tahun 2016. Hal ini terutama didasari oleh mulai berjalannya proyek-proyek infrastruktur Pemerintah dan terus membaiknya investasi swasta. Sementara itu pertumbuhan ekspor pada 2016 diperkirakan lebih baik sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan impor tahun 2016 juga meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian. Pertumbuhan ekspor diperkirakan searah lebih tinggi dari pertumbuhan impor. Namun demikian terdapat beberapa risiko yang perlu diperhatikan yaitu pelemahan ekonomi Tiongkok yang berisiko memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah dan harga komoditas di pasar internasional yang masih terus menurun. Inflasi Nasional tahun 2015 berada dalam kisaran sasaran inflasi 4±1% (yoy), Inflasi nasional tahun 2015 tercatat sebesar 3,35% (yoy), lebih rendah dari inflasi tahun sebelumnya 72

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 8,36% (yoy) dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2015 yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4±1% (yoy). Selain disebabkan pelemahan daya beli masyarakat akibat penurunan harga komoditas dunia, pencapaian tersebut tidak terlepas dari kebijakan pengendalian inflasi yang ditempuh oleh BI dan Pemerintah, termasuk semakin solidnya koordinasi yang dilakukan melalui TPI dan TPID. Pencapaian inflasi 2015 didukung oleh inflasi inti, inflasi volatile food, dan inflasi administered prices yang rendah. Risiko inflasi yang perlu diwaspadai khususnya yang bersumber dari kenaikan harga-harga administered prices dan risiko terkait efektivitas stimulus 73ector juga perlu menjadi perhatian karena merupakan kunci bagi prospek pertumbuhan ekonomi ke depan. Sementara itu, proyeksi inflasi nasional pada 2016 diperkirakan masih sesuai sasaran inflasi Nasional yakni 4% ± 1% (yoy). Pada awal tahun, tekanan inflasi diperkirakan menurun karena terdapat penurunan harga BBM, 73ector angkutan udara, dan harga LPG 12 Kg. Berdasarkan peraturan Menteri ESDM No.39 tahun 2015, Pemerintah akan menyesuaikan harga BBM (premium dan solar) sesuai dengan harga keekonomiannya setiap triwulan. Untuk bulan Januari 2016, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2K/12/MEM/2016, harga bensin turun menjadi Rp6.950/liter dan solar menjadi Rp5.650/liter. Seiring dengan penurunan tersebut, Pemerintah juga menurunkan 73ector bus Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) untuk kelas ekonomi sebesar 5%. Namun demikian, kedepan, masih terdapat risiko inflasi yang cukup besar terutama dari kelompok administered prices. Dari kelompok administered prices, risiko bersumber dari rencana Pemerintah untuk mengalihkan pelanggan listrik rumah tangga dari daya 900 VA ke daya 1300 V. Selain itu, perlu diwaspadai potensi terbatasnya produksi pangan di awal tahun akibat pergeseran musim tanam. Terjadinya El Nino pada 2015 diperkirakan berimbas pada pola tanam di beberapa daerah sentra produksi sehingga menyebabkan pergeseran panen yang diperkirakan baru terjadi pada awal triwulan II 2016. Mencermati risiko tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah perlu terus memperkuat koordinasi pengendalian inflasi baik di tingkat pusat maupun daerah agar inflasi tetap masuk dalam kisaran sasarannya. 6.3. Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada 2016 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2015. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada 2016 berada pada kisaran 4,1%-4,5% (yoy). 73

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 6.90 Grafik 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung 2015 5.50 5.20 4.67 4.08 4.50 Optimis : 4,50% Baseline : 4,32% Pesimis : 4,10% 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber: Bank Indonesia (diolah) Pada triwulan I 2016 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4,0% - 4,4% (yoy). Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2016 diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015. Pertumbuhan didorong oleh meningkatnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan meningkatnya investasi seiring dengan implementasi paket kebijakan pemerintah yang mendorong investasi dan stabilitas makroekonomi yang lebih baik. Namun demikian, bencana banjir di sejumlah daerah di Bangka Belitung yang terjadi pada awal tahun yang menyebabkan ribuan rumah terendam, akses jalan dan jembatan terputus dan ribuan hektar sawah terendam banjir diperkirakan akan menurunkan aktivitas perekonomian. Kondisi ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung. Namun demikian, secara tahunan perekonomian Bangka Belitung diproyeksikan tetap akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun 2015. Lapangan usaha pertanian diperkirakan sedikit meningkat didukung meningkatnya produksi padi dan membaiknya harga lada. Harga lada yang berangsur membaik menjadi insentif bagi pertumbuhan ekspor komoditas lada, Namun demikian, risiko perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor berpotensi menurunkan permintaan terhadap ekspor lada. Sementara itu, produktivitas padi diperkirakan meningkat seiring dengan bertambahnya luas panen dan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produksi pangan di Bangka Belitung dalam rangka menurunkan ketergantungan pasokan dari daerah lain. Khusus untuk tanaman lada, proyeksi kenaikan didukung oleh naiknya ekspor, produksi, dan luas area serta harga. Namun demikian, harga CPO yang masih belum menunjukan perbaikan signifikan, berisiko mempengaruhi kinerja 74ector74c74 tanaman perkebunan, meskipun di sisi lain, permintaan 74ector74c yang masih tinggi menjadi subtitusi di tengah belum pulihnya harga internasional. Selain itu, terjadinya El Nino pada 2015 diperkirakan berimbas pada pola tanam di beberapa daerah sentra produksi sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran panen. Beberapa program Pemerintah Daerah terkait pengembangan lapangan usaha pertanian antara 74

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah lain pencetakan sawah baru, pembuatan saluran irigasi, pengembangan irigasi rawa dan optimalisasi bendungan air. Sementara itu, sektor pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis timah juga diperkirakan masih akan melambat. Harga komoditas timah ke depan diperkirakan belum membaik signifikan seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang masih lesu. Kebijakan pembatasan ekspor timah dan pengetatan ekspor timah sesuai dengan Permendag No. 33 Tahun 2015 yang mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 mengatur asal-usul barang, wajib Clear and Clean (CnC), mekanisme ekspor, kewajiban melunasi iuran tetap dan royalti termasuk tunggakan sebelum ekspor timah dalam jangka pendek diperkirakan akan menurunkan kinerja timah namun dalam jangka panjang akan berdampak positif. Dari sisi permintaan, selaras dengan menurunnya kinerja sektor utama, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih lemah sejalan dengan menurunnya daya beli masyarakat. Kondisi ini terindikasi dari hasil 75ector konsumen di mana indeks pengeluaran 3 bulan mendatang mengalami penurunan dari sebesar 170 pada triwulan sebelumnya menjadi 149 pada triwulan laporan. Menurunnya kinerja sektor utama mengakibatkan mengurangi penghasilan masyarakat yang pada akhirnya mendorong terbatasnya konsumsi masyarakat. Grafik 6.3 Perkembangan Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang 171 154 179 169 177 180 168 169 167 185 167 181 172 171 170 149 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 2015 Sumber: SK, Bank Indonesia (diolah) Investasi triwulan I 2016 diperkirakan membaik didukung oleh akselerasi investasi pemerintah. Peningkatan investasi tercermin dari meningkatnya proyek-proyek pemerintah. Kegiatan investasi diharapkan meningkat seiring dengan implementasi kebijakan pemerintah yang mendorong investasi dan stabilitas makroekonomi yang semakin baik. Peningkatan investasi bangunan terindikasi dari meningkatnya penjualan semen. Peningkatan investasi terkait dengan pembangunan beberapa proyek infrastruktur antara lain pengembangan pelabuhan Tanjung Berikat, pengembangan bandara Depati Amir, dan pengembangan 75

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah pelabuhan Tanjung Batu, pembangunan rumah sakit, pembangunan hotel-hotel, pembangunan jembatan teluk kelabat, pembangunan jalan trans Bangka dan proyek infrastruktur lainnya. Sementara itu, investasi non bangunan diperkirakan masih lemah yang dipengaruhi oleh masih lemahnya investasi swasta seiring dengan menurunnya kinerja perusahaan, khususnya yang berbasis komoditas, dan masih besarnya ekses kapasitas produksi karena perlambatan ekonomi 76ector76c. Perbaikan ekspor berlangsung secara gradual seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang belum secepat perkiraan semula. Pertumbuhan ekspor nonmigas secara gradual diperkirakan didukung oleh ekspor komoditas perkebunan seperti lada dan CPO. Sementara ekspor manufaktur masih positif didukung oleh ekspor karet olahan. Ekspor timah di perkirakan meningkat seiring dengan beberapa perusahaan swasta yang telah menerapkan ketentuan Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah. Namun demikian, perbaikan ekspor terkendala harga komoditas yang masih rendah dan pemulihan ekonomi global yang lambat. Secara umum, risiko-risiko yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung antara lain : 1. Perbaikan ekonomi global diperkirakan lebih rendah dari perkiraan. 2. Perekonomian Tiongkok diperkirakan masih akan mengalami perlambatan. 3. Koreksi harga komoditas CPO, karet, timah yang lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya 4. Banjir yang terjadi di awal bulan Februari 2016 mengakibatkan perekonomian nyaris lumpuh, 76ector perdagangan dan pertanian terkena dampak paling besar 5. Kemungkinan terganggunya pembiayaan proyek Pemerintah Daerah sehubungan dengan adanya pengalihan Dana Bagi Hasil (DBH) dari tunai ke SBN 6. Perkiraan melambatnya belanja modal (capital expenditure) swasta akibat profit yang menurun di 2015 Grafik 6.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 6.5 Volatilitas Rupiah dan Peers Sumber: Bank Indonesia (diolah) 76

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 6.4. Inflasi Bangka Belitung Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2015 mencapai 3,28% (yoy) yang merupakan inflasi terendah sejak tahun 2009 dan masuk dalam rentang sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1%. Inflasi sepanjang tahun 2015 menurun seiring dengan berkurangnya daya beli masyarakat akibat penurunan harga komoditas andalan daerah seperti timah, sawit dan karet yang disebabkan perlambatan ekonomi dunia. Kesadaran, perhatian, dukungan dan upaya Pemerintah Daerah Provinsi Bangka Belitung dalam rangka upaya pengendalian inflasi selama tahun 2015 juga semakin baik. Salah satu bentuk perhatian dan dukungan pemerintah daerah dalam pengendalian inflasi adalah pembentukan pembentukan 4 (empat) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baru selama 2015, sehingga semua TPID di Bangka Belitung telah terbentuk yaitu 7 TPID Kota/Kabupaten dan 1 TPID Provinsi. Grafik 6.6 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung 2016 8.80 9.38 7.35 8.71 8.25 6.12 9.04 6.73 6.22 6.89 7.33 5.79 6.71 4.46 3.28 4.23 I II III IV I II III IV I II III IV IP IIP IIIP IVP 2013 2014 2015 2016 Sumber: Bank Indonesia (diolah) Keberhasilan pencapaian inflasi 2015 di atas semestinya tidak membuat kegiatan pengendalian inflasi 2016 berkurang intensitasnya, karena diperkirakan tekanan inflasi di tahun 2016 meningkat disertai sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. Inflasi Bangka Belitung tahun 2016 diprakirakan masih sesuai dengan sasaran yakni 4±1% (yoy). Inflasi tahun 2016 diperkirakan lebih tinggi dibanding inflasi 2015, namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 4%±1%. Beberapa tekanan inflasi pada 2016 dapat berasal dari i) gangguan cuaca hingga akhir tahun karena musim angin barat dan gelombang laut tinggi serta El nino yang lebih panjang di beberapa daerah produsen berpotensi menurunkan pasokan dan mengganggu arus distribusi; (ii) masih terbatasnya pasokan listrik; (iii) masih adanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global, (iv) dampak penyesuaian tarif listrik rumah tangga golongan 1.300 VA dan 2.200 VA untuk pelangan listrik pasca bayar pada Januari 2016, rencana pengalihan pelanggan listrik dengan daya 900VA ke daya 1.300VA pada 77

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Agustus 2016, dan (v) kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) berpotensi meningkatkan biaya produksi dan berdampak pada kenaikan harga-harga barang. Di sisi lain, risiko inflasi pada awal tahun 2016 dapat diredam sehubungan dengan kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas elpiji. Sementara itu, pada triwulan I 2016 inflasi Bangka Belitung diperkirakan sebesar 5,50% - 5,90% (yoy). Faktor pendorong inflasi antara lain (i) bencana banjir yang terjadi di awal tahun yang mengakibatkan terganggunya akses jalan yang menghubungkan antar Kota dan Kabupaten, kondisi ini mengakibatkan terhambatnya distribusi bahan pangan, (ii) naiknya harga bahan pangan seiring dengan terjadinya banjir akibat terbatasnya pasokan bahan pangan (iii) gelombang laut yang masih tinggi yang dapat mengganggu distribusi barang dan tangkapan ikan, (iv) meningkatnya permintaan seiring dengan perayaan hari raya Imlek, Ceng Beng dan perayaan Gerhana Matahari Total (v) kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan meningkatnya permintaan jelang Imlek dan Ceng Beng (vi) rencana Pemerintah untuk mengalihkan pelanggan listrik rumah tangga dengan daya 900 VA ke daya 1300 VA, (vii) potensi terbatasnya pasokan pangan di awal tahun akibat pergeseran musim tanam di daerah produsen. Sementara itu, berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi mulai menurun dan diperkirakan masih tetap terkendali. Ekspektasi harga 3 bulan mendatang diperkirakan mengalami penurunan. Penurunan tersebut diperkirakan terkait dengan penurunan tarif listrik, solar, dan LPG serta membaiknya nilai tukar rupiah. Demikian pula, upaya pemerintah untuk memperbaiki iklim usaha, mendorong permintaan masyarakat, menarik minat investasi, memperbaiki daya saing industri, stabilitasi nilai tukar melalui serangkaian paket kebijakan diyakini juga akan memperbaiki tingkat keyakinan konsumen terhadap perekonomian domestik. Namun demikian ekspektasi inflasi pada 6 bulan mendatang diperkirakan meningkat akibat meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Grafik 6.7 Pergerakan Harga 3 dan 6 Bulan Mendatang Grafik 6.8 Indeks Utama Survei Konsumen 200 175 150 125 100 75 50 25 0 200 180 160 140 120 100 80 Perkiraan perubahan harga secara umum 3 bulan mendatang dibandingkan saat 60 ini 40 Perkiraan Perubahan harga secara umum 6 bulan yang mendatang 20 dibandingkan saat ini IHK 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2014 2015 IKE IEK IKK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2014 2015 78

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Sumber: SK, Bank Indonesia (diolah) Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Januari 2016 menurun sebesar 0,88% dari indeks sebesar 102,92 menjadi 102,01. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh menurunnya NTP sektor holtikultura, tanaman perkebunan rakyat dan peternakan. Sementara itu, inflasi pedesaan tercatat sebesar 0,45% yang disebabkan oleh naiknya beberapa indeks konsumsi rumah tangga yaitu pada kelompok bahan makanan, makanan jadi, kesehatan, serta pendidikan, rekreasi dan olah raga. Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Januari 2016 yang sedikit menurun diperkirakan akan membatasi tingkat permintaan. 108 106 104 102 100 98 96 94 Grafik 6.9 Nilai Tukar Petani NTP Umum yoy (g%) mtm (g%) 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2013 2014 2015 2016 % 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00-1.00-2.00-3.00 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (diolah) Untuk mencapai sasaran inflasi tahun 2016 sebesar 4%±1% (yoy), beberapa rekomendasi upaya pengendalian inflasi di Bangka Belitung antara lain : 1. Mendorong pengurangan ketergantungan pasokan pangan antara lain melalui program swasembada pangan dengan pencetakan lahan sawah baru (ekstensifikasi). 2. Mendorong peningkatan produksi pangan (intensifikasi) melalui teknologi budidaya modern, pengaturan pola tanam, penyediaan pupuk dan alsintan yang mencukupi, serta pembinaan dan pelatihan kepada petani. 3. Mendorong terbentuknya stok pangan yang mencukupi, melalui pembangunan fasilitas pergudangan dan cold storage serta pembentukan cadangan pangan daerah. 4. Mendorong program ketahanan pangan dan penganekaragaman konsumsi bahan pangan masyarakat. 5. Mendorong perbaikan pola distribusi dengan usulan agar Babel masuk dalam Program Tol Laut, perbaikan infrastruktur, sarana dan layanan bongkar muat pelabuhan, dan kerja sama dengan stakeholder terkait. 6. Melakukan efisiensi tata niaga melalui tersedianya data untuk analisis kebijakan (data produksi, surplus defisit komoditas), kerja sama antar daerah, ketersediaan informasi hasil produk pertanian untuk mengurangi asymetric information, penghapusan aturan yang 79

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah membebani pelaku usaha, mengkaji pendirian terminal agribisnis dan Tempat Pelelangan Ikan di sentra produksi. 7. Memperluas terbentuknya Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dapat digunakan oleh pengambil kebijakan, produsen, maupun konsumen. 8. Melakukan program edukasi dan komunikasi kepada masyarakat untuk mengelola ekspektasi inflasi masyarakat. 6.5 Rekomendasi Kebijakan Untuk mendukung optimisme atas perkiraan ekonomi dan pengendalian inflasi di triwulan I 2016, diperlukan langkah-langkah strategis dari Pemerintah Daerah yaitu : 1. Mengawal implementasi Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Pusat didaerah : - Mendorong kemudahan investasi melalui simplifikasi perizinan di daerah sebagaimana yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid I dan II. - Mendorong SKPD dalam menumbuhkan wirausaha produktif. Hal ini terkait paket kebijakan jilid III untuk menurunkan suku bunga KUR dari 22% menjadi 12% per tahun serta perluasan penerima KUR kepada keluarga yang memiliki pendapatan tetap (seperti PNS yang memiliki usaha produktif). - Perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kebijakan suku bunga KUR diharapkan mendorong SKPD teknis terkait untuk meningkatkan pendampingan kepada UMKM dan bekerjasama dengan KKMB maupun Perbankan dalam menjembatani kebutuhan UMKM. - Implementasi formulasi kebijakan pengupahan yang adil, sederhana dan terproyeksi sebagaimana mendukung kebijakan ekonomi jilid IV. 2. Mendorong pelaksanaan program-program pengendalian Inflasi yang telah disepakati dalam rapat-rapat TPID. 3. Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang dan jasa. 4. Mendukung upaya Pemerintah Pusat dalam penerapan UU Mata Uang khususnya dalam transaksi pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah Daerah dengan menggunakan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah.. 80

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Suplemen C. Sistem Logistik dan Infrastruktur Pangan dan Antisipasi Potensi Tekanan Kenaikan Harga Pangan Di Awal Tahun 1. KETAHANAN PANGAN NASIONAL Ketahanan pangan menurut Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Arah kebijakan ketahanan pangan nasional masih difokuskan untuk peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi dalam negeri. Peningkatan kualitas distribusi pangan dan aksesibilitas masyarakat juga menjadi salah satu arah kebijakan. Aspek distribusi memegang peranan yang signifikan dalam ketahanan pangan di Indonesia karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat mengandalkan transportasi laut dan udara. Arah kebijakan nasional lain adalah mitigasi gangguan ketahanan pangan, peningkatan layanan jaringan irigasi dan pengelolaan rawa berkelanjutan. Lebih lanjut, ketahanan pangan merupakan hubungan dari sisi produksi pertanian, distribusi dan akses masyarakat kepada sumber pangan tersebut. Oleh karena itu, efisiensi dan efektifitas sistem logistik yang di gunakan akan sangat mempengaruhi ketahanan pangan. Kondisi ketahanan pangan dapat terganggu karena keterbatasan stok pangan sebagai akibat dari terkendalanya pasokan. Oleh karena itu, diperlukan sistem logistik yang efektif dan efisien yang berbasis pada sikronisasi, integrasi dan kolaborasi antar entitas yang berkepentingan dalam sistem logistik tersebut. Salah satu aspek yang paling rentan dalam sistem logistik ketahanan pangan di Indonesia adalah aspek pendistribusian. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga pendistribusian pangan sangat bergantung pada sarana transportasi khususnya laut yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca. 81

Gambar C.1. Peta Kerentanan Pangan Indonesia Sumber : World Food Programme, 2009 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh World Food Program pada tahun 2009, terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang rentan dari sisi ketahanan pangan. Kerentanan pangan tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya kapasitas produksi ataupun permasalahan distribusi pangan. Dari penelitian tersebut dapat terlihat bahwa wilayah Indonesia timur menjadi wilayah yang harus menjadi prioritas program ketahanan pangan. 2. KETAHANAN PANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Secara umum, kondisi ketahanan pangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih dalam kondisi aman. Stok pangan komoditas beras masih dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Bangka Belitung. Produksi beras di provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2015 mencapai 27.534 ton dengan luas panen sebesar 11.207 Ha. Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan produksi tahun 2014 yang mencapai 25.775 ton dari luas panen 9.943 Ha. Grafik C.1. Luas Panen dan Produksi Padi tahun 2008-2015 Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sebagian besar sumber pasokan kebutuhan pangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih didatangkan dari wilayah lain di luar Bangka Belitung. Hanya sekitar 12% dari kebutuhan pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dapat dipenuhi oleh pangan lokal. 82

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Minimnya produksi pangan lokal terjadi karena masih sedikitnya lahan pertanian. Pencetakan sawah baru di tahun 2015 seluas 3.690 Ha dari target sebesar 4.000 Ha diharapkan dapat menambah suplai pangan lokal. Kendala dalam pencapaian target pencetakan sawah baru antara lain (1) lahan pertanian masuk kawasan hutan produksi, (2) lahan ada yang tumpang tindih dengan izin usaha pertambangan, dan (3) tidak direkomendasikan oleh masyarakat. Selain itu, diversifikasi pola konsumsi pangan masyarakat masih terbatas. Untuk mendukung ketahanan pangan yang berkesinambungan, fokus pengembangan ketahanan pangan akan diprioritaskan pada (i) peningkatan ketersediaan pangan, (ii) pemantapan distribusi pangan, (iii) percepatan penganekaragaman pangan, (iv) pengawasan keamanan pangan. Tabel C.1. Arah Kebijakan Umum Dalam Pembangunan Ketahanan Pangan Meningkatkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan Meningkatkan dan menjamin kelangsungan produksi lokal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2012-2017 Meningkatkan sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan Mengembangkan sistim distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin stabilitas pasokan dan harga Meningkatkan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat secara sinergis dan partisipatif Mencegah dan menanggulangi kondisi rawan pangan secara dinamis Mengembangkan koordinasi sinergis lintas sektor dalam pengelolaan distribusi, harga dan akses pangan Meningkatkan peran serta kelembagaan masyarakat Mengembangkan teknologi pengolahan pangan, terutama pangan lokal non beras dan terigu. Mengembangkan keamanan pangan segar di sentra pangan Adapun anggaran APBD Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dialokasikan untuk menunjang ketahanan pangan daerah pada tahun 2016 mencapai Rp. 2,7 miliar, lebih rendah daripada tahun 2015 yang mencapai Rp.3,3 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk (i) penanganan daerah rawan pangan, (ii) penyusunan pola konsumsi dan suplai pangan (iii) pemantauan dan analisis akses pangan masyarakat (iv) pemantauan dan analisis akses harga pangan pokok (v) pengembangan cadangan pangan daerah (vi) pengembangan lumbung pangan masyarakat (vii) peningkatan mutu dan keamanan pangan (viii) pengembangan pangan lokal (ix) peningkatan ketersediaan pangan hewani (x) pemantauan harga di sentra produsen (xi) pemanatauan harga di pulau terpencil dan (xii) pemantauan pasokan harga. Untuk mendukung ketahanan pangan tersebut, tersedia anggaran APBN yang dialokasikan untuk menunjang produksi pertanian pada tahun 2016 mencapai Rp. 132 miliar dan anggaran APBD Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk program pengembangan yang sama mencapai Rp.2,4 miliar. Anggaran tersebut akan difokuskan untuk 83

penerapan teknologi Jajar Legowo seluas 3.400 Ha, pencetakan sawah baru seluas 6.800 Ha dan pengembangan irigasi rawa seluas 1.500 Ha. Namun demikian, untuk merealisasikan program peningkatan produktifitas masih terkendala dengan kondisi cuaca yang ekstrim. Selain itu, kekeringan dan kurangnya sumber air menjadi sebab terhentinya beberapa program pengembangan budidaya pertanian padi sawah dan padi ladang pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2015. Selain itu, dalam mendukung ketahanan pangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Bank Indonesia telah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota untuk mengembangkan Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dengan memanfaatkan pekarangan rumah. 3. SISTEM LOGISTIK Sistem logistik dapat didefinisikan sebagai kerangka perencanaan suatu alur proses untuk pengelolaan material, layanan, informasi dan arus modal. Perencanaan proses tersebut ditujukan untuk menekan biaya dan meminimalisir waktu yang dibutuhkan untuk pendistribusian. Efektifitas dan efisiensi sistem logistik distribusi pangan memegang peranan penting dalam ketahanan pangan. Efisiensi jalur distribusi logistik dapat dilihat dari biaya logistik yang dibutuhkan untuk melakukan transportasi barang, sedangkan efektifitas Sistem logistik dapat terlihat dari minimalnya waktu yang dibutuhkan dalam sebuah proses logistik dan penggunaan sumber daya alam serta sumber daya manusia yang optimal. Dalam sebuah alur sistem logistik, jalur distribusi juga sangat bergantung pada kondisi infrastruktur transportasi dan infrastruktur logistik lain seperti jalan, pelabuhan, gudang, sarana transportasi dan bandara. Kondisi infrastruktur yang prima akan mendukung pendistribusian pasokan pangan yang disalurkan. Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menerbitkan Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Silognas). Dalam cetak biru tersebut difokuskan untuk mendekatkan pemasok kepada end user sehingga kebutuhan konsumen dapat tersedia secara tepat waktu, tepat guna dan tepat harga. 84

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 4. SISTEM LOGISTIK PANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 4.1 Kondisi Infrastruktur Sistem Logistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kondisi infrastruktur transportasi dan logistik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum masih cukup baik. Dari sisi infrastruktur jalan, kondisi jalan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam kondisi yang baik. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.248/KPTS/M/2015, infrastruktur jalan yang terdapat di Prov. Kep. Bangka Belitung adalah sepanjang 600,40 km dengan 99,93% dalam kondisi yang baik. Pengembangan jalan raya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan lebih di fokuskan pada penambahan jalan dan konektivitas antar daerah. Sementara itu, transportasi laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih ditopang oleh lima lokasi pelabuhan utama yaitu, pelabuhan Pangkalbalam, pelabuhan Belinyu, pelabuhan, Muntok, pelabuhan Sungaiselan dan pelabuhan Tanjungpandan. Beberapa kendala yang dihadapi dalam proses bongkar muat di pelabuhan antara lain (i) keterbatasan kapasitas pelabuhan, (ii) masih belum efisiennya proses bongkar muat di pelabuhan, (iii) kapal - kapal dengan kapasitas besar hanya bisa bersandar pada saat air pasang (sekitar 7-8 jam per hari) dan (iv) keterbatasan jam operasional perusahaan bongkar muat. Namun demikian, untuk memperlancar pasokan bahan pangan, otoritas pelabuhan membuat kebijakan dengan memprioritaskan bongkar muat bahan pangan dan menyediakan fasilitas bongkar muat selama 24 jam setiap hari. Grafik C.2. Arus Bongkar Muat Pelabuhan 250000 200000 150000 100000 50000 0 Bongkar Muat Kedatangan (Rhs) Keberangkatan (Rhs) 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2011 2012 2013 2014 2015 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000-85