BAB I PENDAHULUAN. masalah penyesuaian diri lainnya Damon dkk (dalam Santrock, 2003). Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang dan dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

2015 PROGRAM BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya menghadirkan situasi dan peristiwa baru yang tidak terduga dan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yayasan bernardus yang Terakreditasi A. SMA Theresiana Weleri terdiri dari 2

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja. hubungan lebih matang dengan teman sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kekerasan, terutama pada remaja. Sekolah seharusnya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rasa. Keduanya saling mempengaruhi. Oleh karena itu, kondisi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN BULLYING PADA SD PADAMU NEGERI MEDAN. Reflina Sinaga Surel:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam

PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mengingat pentingnya pendidikan pemerintah membuat undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal small-group yang berupaya secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang evaluasi dirinya sendiri. Konsep

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (2010) remaja. merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh antara pendidik dengan yang di didik (Sukmadinata, 2011).

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan pelayanan pada klien. Salah satu dimensi dalam ilmu keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya berusia

BAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka

BAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik maupun mental. Semua perubahan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial yang

PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS X YANG MENGALAMI DAN TIDAK MENGALAMI PERILAKU BULLYING DI SMA THERESIANA WELERI

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAUMANTULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdampingan, manusia membutuhkan adanya interaksi sosial.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PERILAKU AGRESIVITAS SISWA KELAS VIII SMP N I SUMOWONO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan kunci untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan pribadi, pekerjaan dan sosial. Di dalam kehidupan setiap individu akan mengalami perubahan dalam berbagai hal, lingkungan yang baru, teman-teman baru dan tidak semua individu dapat menyesuaikan perubahan-perubahan yang ada disekitarnya. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam proses penyesuain diri di lingkungan yang baru akan tetapi sering sekali individu tidak dapat menyesuaikan diri dikarenakan kurangnya rasa percaya diri yang ada didalam individu dan akibatnya individu jadi murung, menyendiri dan tidak mau mengeluarkan pendapat. Rendahnya rasa percaya diri bagi beberapa remaja dapat menimbulkan masalah. Rendahnya rasa percaya diri dapat menyebabkan depresi, bunuh diri dan masalah penyesuaian diri lainnya Damon dkk (dalam Santrock, 2003). Menurut Rutter dkk (dalam Santrock, 2003) tingkat percaya diri yang rendah berhubungan proses perpindahan sekolah atau kehidupan keluarga yang sulit, atau dengan kejadian-kejadian yang membuat tertekan, masalah yang muncul dalam remaja akan menjadi lebih meningkat. Robinson (dalam Puspitasari 2007) setiap siswa memiliki potensi untuk menghadapi masalah (baik disadari maupun tidak), namun pada batas tertentu siswa dapat menyelesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain, atau memang tidak 1

mampu menyadari bahwa sesungguhnya mereka memerlukan bantuan orang lain. Meskipun siswa tidak mengatakan permasalahannya apa sebaiknya sebagai guru pembimbing membantu mereka yang benar-benar memerlukannya. Salah satu yang sering menghambat perkembangan siswa adalah rasa percaya diri yang kurang, sehingga dalam hal ini siswa membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius. Kepercayaan diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri (Santrock (2003). Sedangkan menurut Angelis (2003) percaya diri adalah suatu yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan. Menurut Perry (2005) kepercayaan diri merupakan keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya mampu mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapi sehingga individu merasa mampu mencapai tujuan dalam hidupnya. Namun pada kenyataannya pada saat peneliti melakukan wawancara pada guru Bimbingan Konseling SMA Theresiana Weleri masih banyak siswa yang memiliki percaya diri rendah, yang disebabkan salah satunya karena perilaku dari teman sebaya atau senioritas yang melakukan kekerasan fisik/psikis yang sering disebut dengan istilah bullying. Perilaku bullying dapat merubah karakter atau kepribadian siswa termasuk berpengaruh terhadap rasa kepercayaan diri dari siswa tersebut. Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan sadar oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang atau sekelompok orang 2

yang lain dengan tujuan menyakiti (Sullivan, 2000). Kasus bullying yang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau adanya intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelas baik fisik maupun secara non-fisik. Banyak peneliti tertarik untuk meneliti tentang perilaku bullying salah satu diantaranya Ajeng Fiste Fiftina (2010) yang meneliti tentang Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Perilaku Asertif Pada Siswa SMA Korban Bullying yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku asertif pada siswa yang mengalami perilaku bullying. Peneliti lain yaitu Vera Dwi Septiani (2010) yang menunjukan adanya perilaku bullying dikalangan siswa yang tidak berhubungan dengan kepercayaan diri. Kasus bullying merupakan permasalahan yang sudah mendunia, tidak hanya menjadi permasalahan di Indonesia saja tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang. Hasil survei yang dilakukan oleh C. S Mott Children s Hospital National diketahui bahwa bullying termasuk kedalam sepuluh masalah yang paling mengkhawatirkan pada anak (Davis, 2010). National Institute for Children and Human Development (NICHD) tahun 2001 memaparkan hasil surveynya bahwa lebih dari 16 persen murid sekolah di Amerika Serikat mengaku mengalami bullying oleh murid lain. Survey ini dilakukan pada 15.686 siswa kelas 6 hingga 10 di berbagai sekolah negeri maupun swasta di Amerika Serikat (Sejiwa, 2008). Di Indonesia sendiri sudah ada penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi UI, Yayasan Sejiwa, dan LSM Plan Indonesia pada tahun 2008. Penelitian ini melibatkan sekitar 1.233 orang siswa SD, SMP dan SMA di tiga 3

kota besar di Indonesia yakni, Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan antar siswa di tingkat SMP secara berurutan terjadi di Yogyakarta (77,5%), Jakarta (61,1%) dan Surabaya (59,8%). Perilaku bullying memiliki dampak negatif disegala aspek kehidupan (fisik, psikologis maupun sosial) individu, khususnya remaja (Sejiwa, 2008). Sehingga hal tersebut akan terus mempengaruhi perkembangan mereka selanjutnya. Hal ini erat kaitannya dengan peran dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) yang lebih berfokus pada preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan untuk pengenalan dan pencegahan atau pengendalian masalah kesehatan (Gaffar, 1999). Berdasarkan informasi yang telah didapatkan, bahwa pada usia remaja terjadi adanya perubahan karakter sebagai akibat dari bullying terhadap rasa percaya diri. Dapat terlihat dari kecenderungan remaja yang selalu merasa kurang percaya diri / minder terhadap teman sebayanya. Perubahan karakter tersebut cenderung dialami oleh siswa kelas X SMA Theresiana Weleri karena mereka baru saja beranjak dari bangku SMP dan baru mengalami puberitas. Karena perubahan karakter tersebut siswa kelas X SMA Theresiana Weleri sering dijadikan korban perilaku bullying dari senior mereka. Bentuk perilaku bullying yang dialami siswa kelas X SMA Theresiana yaitu pengompasan uang, diejek dan disuruh-suruh. Dalam hal itu para guru tidak tau jika terjadi perilaku bullying terhadap kelas X SMA Theresiana Weleri, sehingga perilaku bullying berlangsung secara terselubung. 4

Dengan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan rasa kepercayaan diri siswa kelas X yang mengalami perilaku bullying dan yang tidak mengalami di SMA Theresiana Weleri. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan Adakah perbedaan yang signifikan antara kepercayaan diri siswa kelas X yang mengalami perilaku bullying dan yang tidak mengalami di SMA Theresiana Weleri? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara kepercayaan diri siswa kelas X yang mengalami perilaku bullying dan yang tidak mengalami di SMA Theresiana Weleri. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Apabila didalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kepercayaan diri siswa kelas X dengan perilaku bullying maka sejalan dengan hasil penelitian Ajeng Fiste Fiftina fakultas psikologi Universitas Gunadarma (2010). Apabila tidak ada perbedaan yang signifikan antara 5

kepercayaan diri siswa kelas X dengan perilaku bullying maka sejalan dengan penelitian Vera Dwi Septiani Sari (2010). 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Guru Dapat memberikan informasi pada pihak sekolah dan para guru tentang adanya perilaku bullying. Selain itu juga dapat mencegah terjadinya perilaku bullying di sekolah. 2. Siswa dan Orang tua Mengingatkan siswa, agar dapat menghindari segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku bullying, mampu meningkatka rasa kepercayaan dirinya dan memberikan informasi mengenai pentingnya mengawasi perilaku anak baik di rumah maupun di sekolah, sehingga perilaku bullying dapat diwaspadai. 3. Siswa SMA Theresiana Mengingatkan siswa agar dapat menghindari segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku bullying, dan mampu meningkatkan rasa kepercayaan dirinya 1.5 Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian dibagi menjadi lima bab yaitu sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 6

Bab II Kajian teori, berisi tentang teori yang melandasi yaitu tentang Bullying, Kepeacayaan Diri, kajian hasil-hasil penelitian yang relevan, serta hipotesis penelitian. Bab III Metode penelitian, berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, tekhnik pengumpulan data, uji validitas item dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis deskriptif, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. 7