BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan pelayanan pada klien. Salah satu dimensi dalam ilmu keperawatan
|
|
- Deddy Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan merupakan suatu proses holistik dan komprehensif dalam memberikan pelayanan pada klien. Salah satu dimensi dalam ilmu keperawatan yang menangani anak adalah keperawatan anak (pediatric nursing). Pemberian layanan keperawatan pada anak tidak hanya berhenti pada lingkup anak saja, tetapi juga mencakup orangtua, keluarga, dan lingkungan sekitar anak, termasuk lingkungan sekolah (Woodring et al., 1996). Sekolah merupakan salah satu tempat yang memiliki fungsi sebagai pengembangan potensi dan penyelenggaraan pendidikan untuk anak. Sekolah juga dapat menjadi tempat munculnya stresor yang dapat mengganggu perkembangan anak, baik fisik maupun psikis. Salah satu stresor yang dapat terjadi adalah perilaku bullying di sekolah (Rigby, 2008). Bullying di sekolah merupakan suatu tindakan yang tidak menyenangkan, bersifat menyakiti, baik fisik maupun psikis, dan biasanya dilakukan secara berulang (Rigby, 2008). Sebanyak 20% 30% anak sekolah di Amerika terlibat dalam bullying, baik sebagai pelaku maupun korban dalam bullying (Dake et al., 2003). Perkiraan tingkat bullying dan korban pada anak usia sekolah dasar di dunia berkisar antara 15% - 25% (Rigby, 2008). Hasil studi yang dilakukan oleh Hymel mengenai angka kejadian bullying bervariasi di berbagai negara (Norwegia, Inggris, dan Amerika), sekitar 9% - 73% pelajar melapor bahwa dirinya telah melakukan bullying terhadap pelajar lain dan 2% - 36% lainnya 1
2 2 menyatakan bahwa telah menjadi korban bullying (American Association of School Administrators, 2009). Satu dari 3 anak di sekolah melaporkan pernah dibully oleh teman sebayanya (Reulbach et al., 2013). Sebanyak 67% anak di Indonesia, terutama di kota besar, menyatakan bahwa pernah terjadi kasus bullying di sekolah (Eunike & Kusnadi, 2009). Data yang ada di Indonesia saat ini menyatakan bahwa 31,8% siswa sekolah dasar pernah mengalami bullying (Sejiwa, 2008). Sebanyak 59% siswa di Indonesia pernah diejek, diolok-olok, dikucilkan, dipukul, ditendang, atau didorong setidaknya sekali dalam setiap minggu di sekolah, sehingga mereka malas untuk datang ke sekolah karena trauma (Huneck cit. Indriani., 2007). Sullivan dan Stoner (2012) menyebutkan bahwa puncak risiko perilaku awal bullying pada anak dicapai saat anak berada di tengah sampai akhir sekolah dasar sampai pada sekolah menengah lanjutan (10 14 tahun). Menurut Shetgiri et al. (2013), sebanyak 56% bullying pada anak terjadi pada anak usia 8 12 tahun. Bullying yang terjadi pada anak usia 8 12 tahun terbagi menjadi 8% bersifat bullying fisik, 54% bersifat bullying verbal, dan 37% dalam bentuk non verbal & cyber bullying. Annual Bullying Survey 2014 di United Kingdom dengan melibatkan 36 sekolah mendapatkan beberapa hal penting terkait dengan bullying pada anak. Sebanyak 39% responden melaporkan tidak pernah mengatakan kepada orang lain terkait dengan bullying yang diterima, 51% menyatakan tidak puas dengan dukungan anti-bullying yang dilakukan oleh guru, 30% responden mengaku ingin melukai diri sendiri akibat dari perilaku bullying yang diterima, 10% responden
3 3 berpikir untuk bunuh diri akibat bullying yang diterima, dan sebanyak 56% responden mengatakan bullying telah mengganggu proses belajar mereka di sekolah (Hackett, 2014). Penelitian yang lain menyebutkan perilaku bullying menyebabkan anak dapat kehilangan kontrol diri dan konsep diri dalam kehidupannya (Bolle & Tackett, 2013). Bullying merupakan risiko serius untuk psikososial dan penyesuaian akademis anak (Nansel et al., 2004). Sullivan (2005) menjelaskan bahwa banyak alasan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying. Seseorang dapat menjadi pelaku bullying karena pola asuh orangtua/keluarga, kejadian/pengalaman di dalam kehidupan, pengaruh peer group, iklim sosial di sekolah, karakteristik personal, maupun gabungan antara faktor-faktor tersebut. Belsey (2005) menyebutkan bahwa anak yang pernah mengalami intimidasi (bullying) memiliki risiko melakukan hal yang sama pada orang lain. Hal lain yang dapat menjadi penyebab perilaku bullying pada anak adalah pencapaian dan prestasi akademik yang kurang (Masten et al., 2005; Eisenberg et al., 2008; Cook, 2010). Monks et al. (2009) menyebutkan bahwa anak dengan jumlah saudara lebih banyak memiliki risiko menjadi pelaku bullying lebih besar dibandingkan dengan anak dengan jumlah saudara lebih sedikit. Faktor selanjutnya yang dapat meningkatkan risiko perilaku bullying anak adalah hubungan yang tidak baik dengan teman sebaya (Shetgiri et al., 2013). Andina (2014) menyebutkan bahwa iklim sekolah yang diartikan sebagai keadaan lingkungan sekolah juga berpengaruh pada perilaku bullying yang dilakukan anak, karena iklim sekolah berperan sebagai pembatas perilaku bullying tersebut. Faktor terakhir adalah frekuensi melihat
4 4 televisi yang terlalu lama berpotensi untuk memunculkan perilaku bullying pada anak. Anak dengan kebiasaan melihat televisi yang memperlihatkan tayangan kekerasan dapat memunculkan risiko lebih besar untuk melakukan tindakan bullying (Tinsey, 2002 cit. Dwipayati & Indrawati, 2014). Kasus-kasus bullying pada anak mengharuskan perawat lebih waspada terhadap indikator perilaku bullying pada anak yang khususnya ketika mengkaji anak (Engel, 2008). Salah satu fokus dari asuhan keperawatan anak adalah mendeteksi masalah-masalah keperawatan yang muncul pada anak usia sekolah. Pengkajian terhadap masalah keperawatan yang muncul dapat dilakukan dengan mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku bullying pada anak di lingkungan sekolah. Menurut Engel (2008), masalah keperawatan yang dapat muncul pada korban dari perilaku bullying anak adalah hambatan komunikasi verbal, kecemasan, ketidakefektifan koping keluarga, dan harga diri rendah, sehingga muncul ketakutan dalam diri anak untuk menjadi target bullying di sekolah (Woodring et al., 1996). Pendeteksian dan penatalaksanaan keperawatan dalam kasus bullying pada anak hendaknya dilakukan sejak dini, yaitu saat anak berada di bangku sekolah dasar (Sullivan & Stoner, 2012). Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki keunikan dalam konteks sosial budaya karena falsafah Jawa yang dianut sangat kental, namun masih maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pelecehan, dan tindakan bullying di sekolah pada anak membuat hal ini menjadi permasalahan serius di DIY (Bappeda DIY, 2013). Berdasarkan Survei Lembaga Plan Indonesia dan Yayasan Sejiwa sejak tahun 2008, Yogyakarta merupakan salah satu di antara 3
5 5 kota besar di Indonesia yang memiliki risiko bullying paling tinggi, terdapat 67% dari anak dan remaja yang terlibat dalam kasus bullying (Sejiwa, 2008). Data yang lainnya berdasarkan pada survei yang dilakukan oleh Juwita (2009) menyebutkan bahwa Yogyakarta memiliki angka tertinggi mengenai kasus bullying pada anak di sekolah dibandingkan dengan Kota Jakarta dan Surabaya, yaitu sebanyak 70,65%. Saptandari (2009) menyebutkan bahwa berdasarkan survei pada guru di 39 sekolah di Yogyakarta didapatkan sebanyak 89,2% guru mengetahui atau pernah mendapat laporan terkait dengan bullying di sekolahnya. Penelitian Ndari (2011) di beberapa sekolah dasar Kota Yogyakarta, mendapatkan hasil sebagian besar anak laki-laki mengaku pernah terlibat dalam perilaku bullying di sekolah. Studi pendahuluan dengan salah seorang pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Rekso Dyah Utami Kota Yogyakarta menyebutkan bahwa kasus bullying pada anak tidak terlapor dalam lembaga perlindungan anak, namun kejadian bullying banyak ditemukan di beberapa sekolah di wilayah Kota Yogyakarta. Perilaku yang biasanya ditemui pada anak usia sekolah dasar di beberapa sekolah, baik negeri maupun swasta, adalah menendang, meminta uang saku dengan paksa, sampai dengan mengolokolok/mengejek (Fasilitator P2TPA Rekso Dyah Utami, 2015). Hal yang sama diungkapkan oleh pengurus reintegrasi dan pemulangan P2TPA Rekso Dyah Utami bahwa banyak kasus bullying yang terjadi pada anak di sekolah, baik anak dengan prestasi yang baik maupun anak dengan prestasi kurang baik. Data bullying pada anak di sekolah memang tidak tercatat karena tidak adanya laporan,
6 6 namun sering ditemukan saat pengurus P2TPA melakukan kunjungan ke sekolah di wilayah Kota Yogyakarta, sehingga pihak P2TPA merekomendasikan beberapa sekolah yang pernah terobservasi untuk perilaku bullying anak di sekolah. Studi pendahuluan selanjutnya dilakukan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bagian Pendidikan Dasar (Dikdas), hasil wawancara terhadap salah seorang kepala bagian dalam Dikdas menyebutkan bahwa laporan terkait dengan bullying anak di sekolah ada beberapa yang sampai ke dinas, namun tidak banyak, sekitar kurang dari 5 laporan untuk tiap tahunnya. Sebenarnya, fenomena bullying di sekolah seperti gunung es, banyak kasus yang terjadi, namun sedikit yang sampai pada dinas (Kepala Bagian Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, 2015), sehingga Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta juga memberikan beberapa rekomendasi sekolah dasar yang pernah melaporkan kejadian bullying di sekolah. Hasil studi pendahuluan selanjutnya dilakukan oleh peneliti pada salah satu sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas V, ada beberapa anak yang sering membuat kegaduhan sampai menyebabkan teman-temannya menangis. Salah satu siswa mengatakan bahwa teman-teman sekelasnya sering mengolok-olok teman lain dengan nama orangtuanya dan sampai dibuat dalam lagu/nyanyian. Sekitar 50% anak dalam satu kelas sering melakukan hal tersebut, terutama anak laki-laki. Selain mengolok dengan sebutan orangtua, terdapat pula siswa yang sering menjuluki temannya dengan bentuk tubuh (gendut). Siswa yang lain mengaku pernah dengan sengaja mengancam anak lain sampai menangis. Salah seorang siswa perempuan mengaku pernah diganggu oleh siswa laki-laki dengan meletakkan hewan kecoa
7 7 di lengan siswa perempuan tersebut sampai menangis. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: faktor-faktor apa yang menyebabkan perilaku bullying pada anak usia sekolah di wilayah Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara pengalaman intimidasi/dibully sebelumnya dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. b. Mengetahui hubungan antara capaian akademik anak dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. c. Mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. d. Mengetahui hubungan antara jumlah saudara kandung dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta.
8 8 e. Mengetahui hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. f. Mengetahui hubungan antara iklim sekolah dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. g. Mengetahui hubungan antara frekuensi melihat TV dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber dalam pengembangan konsep tentang bullying pada anak usia sekolah dasar, sehingga dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. 2. Manfaat praktis Penelitian ini menjadi informasi penting dalam pembuatan asuhan keperawatan pada anak usia sekolah yang terlibat dalam bullying, sehingga perawat dapat memahami cara menekan bullying pada anak. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian Pangestuti pada tahun 2011 dengan judul Konsep Diri Pelaku Bullying pada Siswa di SMP Y Jawa Tengah. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi adanya perbedaan bermakna antara konsep diri positif dan negatif berdasar kecenderungan menjadi pelaku bullying pada siswa di SMP Y
9 9 Jawa Tengah. Tempat penelitian di Kabupaten Magelang. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 161 responden dengan metode sampling diambil secara random sampling dengan kriteria inklusi. Instrumen penelitian berupa kuesioner data pribadi responden, kuesioner bullying yang didapat dari Bullying Olweus Questionnaire, dan kuesioner konsep diri. Analisis data menggunakan analisis univariabel, bivariabel, dan multivariabel. Hasil dari penelitian tersebut adalah aspek-aspek konsep diri secara bermakna berhubungan dengan kecenderungan sebagai pelaku pada siswa di SMP Y Jawa Tengah. Perbedaan dengan penelitian saat ini terletak pada judul penelitian, yaitu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan bullying pada anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif cross sectional dan wawancara untuk penguatan data. Lokasi dan sasaran penelitian yang akan dilakukan adalah anak usia sekolah dasar sejumlah 120 anak. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner perilaku bullying yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya, yaitu Bullying Olweus Questionnaire, kuesioner pola asuh orangtua, pengaruh teman sebaya, dan iklim sekolah. Persamaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada penggunaan kuesioner yang digunakan. 2. Penelitian Wang et al. (2009) dengan judul penelitian School Bullying Among Adolescents in the United States: Physical, Verbal, Relational, and Cyber yang dilakukan di Amerika dengan tujuan penelitian mengetahui hubungan antara karakteristik sosiodemografi, dukungan fasilitas orangtua, hubungan
10 10 teman sebaya dengan perilaku bullying pada anak usia 6 10 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan croos-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan metode survei dengan jumlah sampel sebanyak Instrumen yang digunakan adalah Family Affluence Scale untuk dukungan keluarga dan Olweus Bullying Questionnaire untuk kecenderungan perilaku bullying. Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah anak laki-laki lebih berisiko menjadi pelaku, pelaku-korban, serta korban bullying. Anak dengan dukungan fasilitas berlebih/tinggi memiliki risiko lebih besar menjadi pelaku dan pelaku-korban bullying. Anak yang memiliki teman kelompok (peer) lebih dari 3 orang, memiliki kecenderungan melakukan bully terhadap teman yang lain. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada instrumen perilaku bullying yang digunakan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian, yaitu penelitian saat ini menggunakan penguatan wawancara. Perbedaan yang lain terletak pada pemilihan variabelvariabel yang akan diteliti, tujuan penelitian, dan lokasi penelitian. 3. Penelitian Verlinden et al. (2014) dengan judul Television viewing through ages 2 5 years and bullying involvement in early elementary school. Penelitian dilakukan di Rotterdam, Belanda dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh paparan melihat televisi saat anak berusia 2 5 tahun dengan perilaku bullying saat anak memasuki kelas 1 sekolah dasar. Metode penelitian kuantitatif dengan rancangan cohort. Peneliti mengukur paparan melihat televisi dengan 4 kategori, yaitu: tidak pernah melihat, melihat kurang dari 0,5 jam, melihat selama 0,5 1 jam dan melihat lebih dari 1 jam. Metode
11 11 pengambilan data menggunakan parental report terkait dengan paparan melihat televisi saat anak berusia 2 5 tahun dan kuesioner keterlibatan bullying anak dari guru dan teman-teman anak di sekolah. Jumlah sampel penelitian sebanyak anak dengan rata-rata usia 7,6 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan paparan melihat televisi (TV) saat berusia 2 5 tahun memiliki risiko tinggi keterlibatan sebagai pelaku bullying saat anak berada di kelas 1 sekolah dasar, namun karakteristik sosiodemografi anak juga terlibat dalam perilaku bullying tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian, lokasi dan metode penelitian yang digunakan. Penelitian ini juga menggunakan variabel frekuensi melihat TV dalam faktor penyebab bullying anak, namun metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Sadinejad et al. (2015) dengan judul penelitian Frequency of Aggressive Behaviors in a Nationally Representative Sample of Iranian Children and Adolescents: The CASPIAN-IV Study. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bullying yang biasanya dilakukan oleh anak usia 6 18 tahun di sekolah serta hubungan karakteristik anak dengan perilaku bullying yang dilakukan. Penelitian dilakukan di 30 provinsi di Iran dengan menggunakan metode penelitian cross-sectional. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei, anak mengisi kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Kuesioner kecenderungan perilaku bullying di sekolah didapat dari World Health Organization Global School Health Survey. Anak diminta untuk melaporkan keterlibatan dalam bullying di sekolah selama 12 bulan
12 12 sebelumnya. Jumlah sampel pada penelitian ini adala siswa. Hasil penelitian mendapatkan bahwa tingkat keterlibatan dalam perilaku bullying anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan dengan jenis yang paling sering dilakukan sampai pada perkelahian atau jenis bullying fisik. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian, yaitu menggunakan penguatan wawancara sebagai tambahan dalam pengumpulan data. Kuesioner yang digunakan dalam mendeteksi bullying anak juga berbeda, penelitian ini menggunakan kuesioner dari Olweus yang telah dimodifikasi. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Rezapour et al. (2014) dengan judul penelitian Epidemiological Pattern of Bullying among School Children in Mazandaran Province, Iran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat dan sifat perilaku bullying di sekolah pada siswa menengah di Iran Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah disain penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 834 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan teknik survei, dengan siswa mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti. Kuesioner kecenderungan pelaku bullying menggunakan Olweus Bullying Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata perilaku bullying yang terjadi di sekolah selama 1 bulan adalah 2 3 kali dengan 5,4% anak sebagai pelaku, 22,1% sebagai korban dan 11% bertindak sebagai pelaku sekaligus korban. Anak laki-laki lebih cenderung terlibat dalam perilaku bullyng dibandingkan dengan anak perempuan. Prevalensi bullying yang paling sering terjadi adalah bullying verbal. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada penggunaan kuesioner
13 13 pelaku bullying yang digunakan, yaitu Olweus bullying questionnaire. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian dan variabel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan lebih banyak variabel yang diteliti untuk mencari faktor penyebab perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan dalam beberapa hal dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian ni adalah mengetahui faktor-faktor penyebab bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Yogyakarta menggunakan metode pendekatan rancangan cross sectional dengan penambahan wawancara untuk pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan di 8 lokasi penelitian berdasarkan laporan kasus bullying ke Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan hasil observasi oleh P2TPA Rekso Dyah Utami Yogyakarta. Subjek penelitian sebanyak 403 anak yang terbagi dalam 8 wilayah lokasi penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah menjadi lingkungan pada siswa atau murid dalam proses untuk berinteraksi sosial secara langsung dengan teman sebaya atau guru. Akan tetapi, sekarang ini banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global depresi merupakan penyebab nomor satu penyakit dan kecacatan pada remaja usia 10-19 tahun (WHO, 2014). Depresi adalah gangguan suasana perasaan, perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kekerasan bukanlah fenomena baru yang mewarnai kehidupan sosial individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan siswa salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat disini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya yang cukup marak akhir-akhir ini adalah kasus kekerasan atau agresivitas baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Masa anak usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dari keluarga ke teman-teman sebayanya. Pada masa sekolah anak lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja diakui sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas dan ambang dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur
Lebih terperinciINTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran (http://www.sekolahdasar.net). Sekolah adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah penyesuaian diri lainnya Damon dkk (dalam Santrock, 2003). Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan kunci untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan pribadi, pekerjaan dan sosial. Di dalam kehidupan setiap individu akan mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap negara pasti memerlukan generasi penerus untuk menggantikan generasi lama. Bangsa yang memiliki generasi penerus akan tetap diakui keberadaannya, oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan kekerasan, terutama pada remaja. Sekolah seharusnya menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, sekolah sering diberitakan dengan permasalahan kekerasan, terutama pada remaja. Sekolah seharusnya menjadi lingkungan aman, nyaman dan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah perempuan dalam keluarga utuh (dua orangtua) sebagai tenaga kerja berbayar, meningkat secara drastis dalam 50 terakhir (Frediksen-Goldsen & Scharlach, 2001).
Lebih terperinciSELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)
Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh
23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini, dunia pendidikan di Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang menghadang di hadapannya.dari masalah yang ringan seperti mencontek
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.
12 BAB I Pendahuluan I.A Latar Belakang Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja tidak termasuk golongan anak tetapi tidak pula golongan dewasa. Remaja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses penting dalam usaha mengembangkan potensi pada anak. Melalui proses pendidikan, seorang anak diharapkan dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin meningkat. Media massa seperti televisi, radio, dan koran ramai membicarakan masalah kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia terlahir memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya, dan hal tersebut yang menjadikan manusia sebagai makluk yang unik. Manusia memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya dengan wilayah yang luas, jumlah penduduk yang besar, dan sumberdaya alam yang melimpah. Namun dengan ketiga potensi yang dimilikinya tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 1.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi operasional Konformitas adalah perilaku ikut-ikutan individu terhadap individu atau kelompok lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan dapat menimpa siapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak pertengahan. Pada masa ini terjadi perubahan yang beragam pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN jiwa yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak 255.461.686 jiwa yang terdiri atas 128.366.718 jiwa penduduk laki-laki dan 127.094.968 jiwa penduduk perempuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau masyarakat yang mengkonsumsinya. Merokok dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan dibentuk belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal diharapkan akan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Menonton Televisi Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi untuk anak 10.5 menit/jam dalam satu minggu dan 12 menit/jam pada akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak penelitian yang mencoba memahami fenomena ini (Milletich et. al, 2010; O Keefe, 2005; Capaldi et. al,
Lebih terperinciThe Relations between Bullies and Academic Achievement in Adolescents Aged Years in Yogyakarta
The Relations between Bullies and Academic Achievement in Adolescents Aged 12-15 Years in Yogyakarta Hubungan antara Pelaku Bullying dengan Prestasi Belajar pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Yogyakarta Nesya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk memberikan pengajaran kepada siswa atau murid di bawah pengawasan guru dan kepala sekolah. Di dalam sebuah institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan era globalisasi saat ini telah memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan industrialisasi di masyarakat. Perubahan masyarakat menjadi masyarakat industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterikatan antarmanusia adalah wujud harfiah yang telah ditetapkan sebagai makhluk hidup. Hal demikian ditunjukkan dengan sifat ketergantungan antara satu individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah sekaligus anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Oleh karena itu setiap anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying. 1. Pengertian bullying. Menurut Priyatna (2010), bullying merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku kepada korban yang terjadi secara berulang-ulang dan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mengingat pentingnya pendidikan pemerintah membuat undang-undang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu fasilitas pendidikan yang disediakan oleh negara sebagai wujud dari bukti HAM bagi tiap warganya khususnya anak-anak sebagai generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan seksual merupakan suatu ancaman yang sangat mengerikan saat ini terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya pemberitaan di media massa terkait dengan tindak kekerasan terhadap anak di sekolah, nampaknya semakin melegitimasi tuduhan miring soal gagalnya sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan periode perkembangan yang sangat banyak mengalami krisis dalam perkembangannya. Masa ini sering juga disebut dengan masa transisi karena remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada saat ini telah menjadi masalah kesehatan dan berhubungan dengan terjadinya peningkatan penyakit tidak menular (Bener, 2006). Prevalensi obesitas meningkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada remaja khususnya remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBULLYING. I. Pendahuluan
BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir, prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah gizi ini menjadi salah satu masalah yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan sebagaimana halnya dengan pendidikan kedokteran, kesehatan masyarakat, farmasi, kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi seperti ini, bekerja bukan hanya menjadi kemauan tetapi menjadi sebuah tuntutan. Bekerja hakekatnya merupakan bagian dari hidup manusia
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Varibabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya : 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying 2. Variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi merupakan gangguan mental umum yang dikarakteristikkan dengan perasaan tertekan, kehilangan minat terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok sudah menjadi kebudayaan di masyarakat sehingga kegiatan merokok ini dapat kita jumpai di banyak tempat. Padahal sebagian besar masyarakat sudah mengatahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka
Lebih terperinciMemahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah
Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah (School Violence) Oleh : Nandang Rusmana Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan di Sekolah Faktor psikologis (hiperaktivitas, konsentrasi terhadap masalah,
Lebih terperinciUpaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta
Upaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta Aning Az Zahra Prodi Psikologi/Fakultas Psikologi dan Humaniora, Univarsitas Muhammadiyah Magelang Email: aningazzahra@rocketmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik
Lebih terperinciberkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit mulut yang prevalensi dan morbiditasnya sangat tinggi, tidak ada satu wilayah di dunia yang bebas dari karies gigi. Karies gigi menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang
Lebih terperinciumur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja akan mengalami suatu perkembangan fisik, seksual dan psikososial sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja sebagai periode pertumbuhan manusia yang terjadi setelah masa a nak-anak dan sebelum dewasa yaitu dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hal ini pendidikan bukan lagi diterjemahkan sebagai bentuk pelajaran formal semata yang ditujukan untuk mengasah kemampuan berpikir saja. Pendidikan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN PERAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ANNISA I ROHIMAH 201210201084 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bullying sudah lama terjadi tetapi permasalahan ini tetap saja menjadi topik yang masih hangat diperbincangkan dan belum menemukan titik terang. Keberadaan bullying
Lebih terperinciPERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL Deby Priscika Putri 1, Sigid Kirana Lintang Bhima 2, Saebani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skripsi merupakan salah satu jenis karya ilmiah di perguruan tinggi yang dikerjakan oleh mahasiswa program sarjana (S1), sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global. Hipertensi diperkirakan menyumbang 4,5% dari beban penyakit global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi bagi jenjang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi bagi jenjang pendidikan selanjutnya haruslah berperan dalam membentuk suatu pondasi yang kokoh berkaitan dengan watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, ekploitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2014), remaja (adolescents) adalah mereka yang berusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2014), remaja (adolescents) adalah mereka yang berusia antara 10-19 tahun. Populasi remaja adalah populasi yang terbesar di dunia yaitu sebanyak
Lebih terperinci