BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan pelayanan pada klien. Salah satu dimensi dalam ilmu keperawatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan pelayanan pada klien. Salah satu dimensi dalam ilmu keperawatan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan merupakan suatu proses holistik dan komprehensif dalam memberikan pelayanan pada klien. Salah satu dimensi dalam ilmu keperawatan yang menangani anak adalah keperawatan anak (pediatric nursing). Pemberian layanan keperawatan pada anak tidak hanya berhenti pada lingkup anak saja, tetapi juga mencakup orangtua, keluarga, dan lingkungan sekitar anak, termasuk lingkungan sekolah (Woodring et al., 1996). Sekolah merupakan salah satu tempat yang memiliki fungsi sebagai pengembangan potensi dan penyelenggaraan pendidikan untuk anak. Sekolah juga dapat menjadi tempat munculnya stresor yang dapat mengganggu perkembangan anak, baik fisik maupun psikis. Salah satu stresor yang dapat terjadi adalah perilaku bullying di sekolah (Rigby, 2008). Bullying di sekolah merupakan suatu tindakan yang tidak menyenangkan, bersifat menyakiti, baik fisik maupun psikis, dan biasanya dilakukan secara berulang (Rigby, 2008). Sebanyak 20% 30% anak sekolah di Amerika terlibat dalam bullying, baik sebagai pelaku maupun korban dalam bullying (Dake et al., 2003). Perkiraan tingkat bullying dan korban pada anak usia sekolah dasar di dunia berkisar antara 15% - 25% (Rigby, 2008). Hasil studi yang dilakukan oleh Hymel mengenai angka kejadian bullying bervariasi di berbagai negara (Norwegia, Inggris, dan Amerika), sekitar 9% - 73% pelajar melapor bahwa dirinya telah melakukan bullying terhadap pelajar lain dan 2% - 36% lainnya 1

2 2 menyatakan bahwa telah menjadi korban bullying (American Association of School Administrators, 2009). Satu dari 3 anak di sekolah melaporkan pernah dibully oleh teman sebayanya (Reulbach et al., 2013). Sebanyak 67% anak di Indonesia, terutama di kota besar, menyatakan bahwa pernah terjadi kasus bullying di sekolah (Eunike & Kusnadi, 2009). Data yang ada di Indonesia saat ini menyatakan bahwa 31,8% siswa sekolah dasar pernah mengalami bullying (Sejiwa, 2008). Sebanyak 59% siswa di Indonesia pernah diejek, diolok-olok, dikucilkan, dipukul, ditendang, atau didorong setidaknya sekali dalam setiap minggu di sekolah, sehingga mereka malas untuk datang ke sekolah karena trauma (Huneck cit. Indriani., 2007). Sullivan dan Stoner (2012) menyebutkan bahwa puncak risiko perilaku awal bullying pada anak dicapai saat anak berada di tengah sampai akhir sekolah dasar sampai pada sekolah menengah lanjutan (10 14 tahun). Menurut Shetgiri et al. (2013), sebanyak 56% bullying pada anak terjadi pada anak usia 8 12 tahun. Bullying yang terjadi pada anak usia 8 12 tahun terbagi menjadi 8% bersifat bullying fisik, 54% bersifat bullying verbal, dan 37% dalam bentuk non verbal & cyber bullying. Annual Bullying Survey 2014 di United Kingdom dengan melibatkan 36 sekolah mendapatkan beberapa hal penting terkait dengan bullying pada anak. Sebanyak 39% responden melaporkan tidak pernah mengatakan kepada orang lain terkait dengan bullying yang diterima, 51% menyatakan tidak puas dengan dukungan anti-bullying yang dilakukan oleh guru, 30% responden mengaku ingin melukai diri sendiri akibat dari perilaku bullying yang diterima, 10% responden

3 3 berpikir untuk bunuh diri akibat bullying yang diterima, dan sebanyak 56% responden mengatakan bullying telah mengganggu proses belajar mereka di sekolah (Hackett, 2014). Penelitian yang lain menyebutkan perilaku bullying menyebabkan anak dapat kehilangan kontrol diri dan konsep diri dalam kehidupannya (Bolle & Tackett, 2013). Bullying merupakan risiko serius untuk psikososial dan penyesuaian akademis anak (Nansel et al., 2004). Sullivan (2005) menjelaskan bahwa banyak alasan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying. Seseorang dapat menjadi pelaku bullying karena pola asuh orangtua/keluarga, kejadian/pengalaman di dalam kehidupan, pengaruh peer group, iklim sosial di sekolah, karakteristik personal, maupun gabungan antara faktor-faktor tersebut. Belsey (2005) menyebutkan bahwa anak yang pernah mengalami intimidasi (bullying) memiliki risiko melakukan hal yang sama pada orang lain. Hal lain yang dapat menjadi penyebab perilaku bullying pada anak adalah pencapaian dan prestasi akademik yang kurang (Masten et al., 2005; Eisenberg et al., 2008; Cook, 2010). Monks et al. (2009) menyebutkan bahwa anak dengan jumlah saudara lebih banyak memiliki risiko menjadi pelaku bullying lebih besar dibandingkan dengan anak dengan jumlah saudara lebih sedikit. Faktor selanjutnya yang dapat meningkatkan risiko perilaku bullying anak adalah hubungan yang tidak baik dengan teman sebaya (Shetgiri et al., 2013). Andina (2014) menyebutkan bahwa iklim sekolah yang diartikan sebagai keadaan lingkungan sekolah juga berpengaruh pada perilaku bullying yang dilakukan anak, karena iklim sekolah berperan sebagai pembatas perilaku bullying tersebut. Faktor terakhir adalah frekuensi melihat

4 4 televisi yang terlalu lama berpotensi untuk memunculkan perilaku bullying pada anak. Anak dengan kebiasaan melihat televisi yang memperlihatkan tayangan kekerasan dapat memunculkan risiko lebih besar untuk melakukan tindakan bullying (Tinsey, 2002 cit. Dwipayati & Indrawati, 2014). Kasus-kasus bullying pada anak mengharuskan perawat lebih waspada terhadap indikator perilaku bullying pada anak yang khususnya ketika mengkaji anak (Engel, 2008). Salah satu fokus dari asuhan keperawatan anak adalah mendeteksi masalah-masalah keperawatan yang muncul pada anak usia sekolah. Pengkajian terhadap masalah keperawatan yang muncul dapat dilakukan dengan mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku bullying pada anak di lingkungan sekolah. Menurut Engel (2008), masalah keperawatan yang dapat muncul pada korban dari perilaku bullying anak adalah hambatan komunikasi verbal, kecemasan, ketidakefektifan koping keluarga, dan harga diri rendah, sehingga muncul ketakutan dalam diri anak untuk menjadi target bullying di sekolah (Woodring et al., 1996). Pendeteksian dan penatalaksanaan keperawatan dalam kasus bullying pada anak hendaknya dilakukan sejak dini, yaitu saat anak berada di bangku sekolah dasar (Sullivan & Stoner, 2012). Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki keunikan dalam konteks sosial budaya karena falsafah Jawa yang dianut sangat kental, namun masih maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pelecehan, dan tindakan bullying di sekolah pada anak membuat hal ini menjadi permasalahan serius di DIY (Bappeda DIY, 2013). Berdasarkan Survei Lembaga Plan Indonesia dan Yayasan Sejiwa sejak tahun 2008, Yogyakarta merupakan salah satu di antara 3

5 5 kota besar di Indonesia yang memiliki risiko bullying paling tinggi, terdapat 67% dari anak dan remaja yang terlibat dalam kasus bullying (Sejiwa, 2008). Data yang lainnya berdasarkan pada survei yang dilakukan oleh Juwita (2009) menyebutkan bahwa Yogyakarta memiliki angka tertinggi mengenai kasus bullying pada anak di sekolah dibandingkan dengan Kota Jakarta dan Surabaya, yaitu sebanyak 70,65%. Saptandari (2009) menyebutkan bahwa berdasarkan survei pada guru di 39 sekolah di Yogyakarta didapatkan sebanyak 89,2% guru mengetahui atau pernah mendapat laporan terkait dengan bullying di sekolahnya. Penelitian Ndari (2011) di beberapa sekolah dasar Kota Yogyakarta, mendapatkan hasil sebagian besar anak laki-laki mengaku pernah terlibat dalam perilaku bullying di sekolah. Studi pendahuluan dengan salah seorang pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Rekso Dyah Utami Kota Yogyakarta menyebutkan bahwa kasus bullying pada anak tidak terlapor dalam lembaga perlindungan anak, namun kejadian bullying banyak ditemukan di beberapa sekolah di wilayah Kota Yogyakarta. Perilaku yang biasanya ditemui pada anak usia sekolah dasar di beberapa sekolah, baik negeri maupun swasta, adalah menendang, meminta uang saku dengan paksa, sampai dengan mengolokolok/mengejek (Fasilitator P2TPA Rekso Dyah Utami, 2015). Hal yang sama diungkapkan oleh pengurus reintegrasi dan pemulangan P2TPA Rekso Dyah Utami bahwa banyak kasus bullying yang terjadi pada anak di sekolah, baik anak dengan prestasi yang baik maupun anak dengan prestasi kurang baik. Data bullying pada anak di sekolah memang tidak tercatat karena tidak adanya laporan,

6 6 namun sering ditemukan saat pengurus P2TPA melakukan kunjungan ke sekolah di wilayah Kota Yogyakarta, sehingga pihak P2TPA merekomendasikan beberapa sekolah yang pernah terobservasi untuk perilaku bullying anak di sekolah. Studi pendahuluan selanjutnya dilakukan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bagian Pendidikan Dasar (Dikdas), hasil wawancara terhadap salah seorang kepala bagian dalam Dikdas menyebutkan bahwa laporan terkait dengan bullying anak di sekolah ada beberapa yang sampai ke dinas, namun tidak banyak, sekitar kurang dari 5 laporan untuk tiap tahunnya. Sebenarnya, fenomena bullying di sekolah seperti gunung es, banyak kasus yang terjadi, namun sedikit yang sampai pada dinas (Kepala Bagian Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, 2015), sehingga Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta juga memberikan beberapa rekomendasi sekolah dasar yang pernah melaporkan kejadian bullying di sekolah. Hasil studi pendahuluan selanjutnya dilakukan oleh peneliti pada salah satu sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas V, ada beberapa anak yang sering membuat kegaduhan sampai menyebabkan teman-temannya menangis. Salah satu siswa mengatakan bahwa teman-teman sekelasnya sering mengolok-olok teman lain dengan nama orangtuanya dan sampai dibuat dalam lagu/nyanyian. Sekitar 50% anak dalam satu kelas sering melakukan hal tersebut, terutama anak laki-laki. Selain mengolok dengan sebutan orangtua, terdapat pula siswa yang sering menjuluki temannya dengan bentuk tubuh (gendut). Siswa yang lain mengaku pernah dengan sengaja mengancam anak lain sampai menangis. Salah seorang siswa perempuan mengaku pernah diganggu oleh siswa laki-laki dengan meletakkan hewan kecoa

7 7 di lengan siswa perempuan tersebut sampai menangis. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: faktor-faktor apa yang menyebabkan perilaku bullying pada anak usia sekolah di wilayah Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara pengalaman intimidasi/dibully sebelumnya dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. b. Mengetahui hubungan antara capaian akademik anak dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. c. Mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. d. Mengetahui hubungan antara jumlah saudara kandung dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta.

8 8 e. Mengetahui hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. f. Mengetahui hubungan antara iklim sekolah dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. g. Mengetahui hubungan antara frekuensi melihat TV dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber dalam pengembangan konsep tentang bullying pada anak usia sekolah dasar, sehingga dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. 2. Manfaat praktis Penelitian ini menjadi informasi penting dalam pembuatan asuhan keperawatan pada anak usia sekolah yang terlibat dalam bullying, sehingga perawat dapat memahami cara menekan bullying pada anak. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian Pangestuti pada tahun 2011 dengan judul Konsep Diri Pelaku Bullying pada Siswa di SMP Y Jawa Tengah. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi adanya perbedaan bermakna antara konsep diri positif dan negatif berdasar kecenderungan menjadi pelaku bullying pada siswa di SMP Y

9 9 Jawa Tengah. Tempat penelitian di Kabupaten Magelang. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 161 responden dengan metode sampling diambil secara random sampling dengan kriteria inklusi. Instrumen penelitian berupa kuesioner data pribadi responden, kuesioner bullying yang didapat dari Bullying Olweus Questionnaire, dan kuesioner konsep diri. Analisis data menggunakan analisis univariabel, bivariabel, dan multivariabel. Hasil dari penelitian tersebut adalah aspek-aspek konsep diri secara bermakna berhubungan dengan kecenderungan sebagai pelaku pada siswa di SMP Y Jawa Tengah. Perbedaan dengan penelitian saat ini terletak pada judul penelitian, yaitu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan bullying pada anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif cross sectional dan wawancara untuk penguatan data. Lokasi dan sasaran penelitian yang akan dilakukan adalah anak usia sekolah dasar sejumlah 120 anak. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner perilaku bullying yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya, yaitu Bullying Olweus Questionnaire, kuesioner pola asuh orangtua, pengaruh teman sebaya, dan iklim sekolah. Persamaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada penggunaan kuesioner yang digunakan. 2. Penelitian Wang et al. (2009) dengan judul penelitian School Bullying Among Adolescents in the United States: Physical, Verbal, Relational, and Cyber yang dilakukan di Amerika dengan tujuan penelitian mengetahui hubungan antara karakteristik sosiodemografi, dukungan fasilitas orangtua, hubungan

10 10 teman sebaya dengan perilaku bullying pada anak usia 6 10 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan croos-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan metode survei dengan jumlah sampel sebanyak Instrumen yang digunakan adalah Family Affluence Scale untuk dukungan keluarga dan Olweus Bullying Questionnaire untuk kecenderungan perilaku bullying. Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah anak laki-laki lebih berisiko menjadi pelaku, pelaku-korban, serta korban bullying. Anak dengan dukungan fasilitas berlebih/tinggi memiliki risiko lebih besar menjadi pelaku dan pelaku-korban bullying. Anak yang memiliki teman kelompok (peer) lebih dari 3 orang, memiliki kecenderungan melakukan bully terhadap teman yang lain. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada instrumen perilaku bullying yang digunakan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian, yaitu penelitian saat ini menggunakan penguatan wawancara. Perbedaan yang lain terletak pada pemilihan variabelvariabel yang akan diteliti, tujuan penelitian, dan lokasi penelitian. 3. Penelitian Verlinden et al. (2014) dengan judul Television viewing through ages 2 5 years and bullying involvement in early elementary school. Penelitian dilakukan di Rotterdam, Belanda dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh paparan melihat televisi saat anak berusia 2 5 tahun dengan perilaku bullying saat anak memasuki kelas 1 sekolah dasar. Metode penelitian kuantitatif dengan rancangan cohort. Peneliti mengukur paparan melihat televisi dengan 4 kategori, yaitu: tidak pernah melihat, melihat kurang dari 0,5 jam, melihat selama 0,5 1 jam dan melihat lebih dari 1 jam. Metode

11 11 pengambilan data menggunakan parental report terkait dengan paparan melihat televisi saat anak berusia 2 5 tahun dan kuesioner keterlibatan bullying anak dari guru dan teman-teman anak di sekolah. Jumlah sampel penelitian sebanyak anak dengan rata-rata usia 7,6 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan paparan melihat televisi (TV) saat berusia 2 5 tahun memiliki risiko tinggi keterlibatan sebagai pelaku bullying saat anak berada di kelas 1 sekolah dasar, namun karakteristik sosiodemografi anak juga terlibat dalam perilaku bullying tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian, lokasi dan metode penelitian yang digunakan. Penelitian ini juga menggunakan variabel frekuensi melihat TV dalam faktor penyebab bullying anak, namun metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Sadinejad et al. (2015) dengan judul penelitian Frequency of Aggressive Behaviors in a Nationally Representative Sample of Iranian Children and Adolescents: The CASPIAN-IV Study. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bullying yang biasanya dilakukan oleh anak usia 6 18 tahun di sekolah serta hubungan karakteristik anak dengan perilaku bullying yang dilakukan. Penelitian dilakukan di 30 provinsi di Iran dengan menggunakan metode penelitian cross-sectional. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei, anak mengisi kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Kuesioner kecenderungan perilaku bullying di sekolah didapat dari World Health Organization Global School Health Survey. Anak diminta untuk melaporkan keterlibatan dalam bullying di sekolah selama 12 bulan

12 12 sebelumnya. Jumlah sampel pada penelitian ini adala siswa. Hasil penelitian mendapatkan bahwa tingkat keterlibatan dalam perilaku bullying anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan dengan jenis yang paling sering dilakukan sampai pada perkelahian atau jenis bullying fisik. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian, yaitu menggunakan penguatan wawancara sebagai tambahan dalam pengumpulan data. Kuesioner yang digunakan dalam mendeteksi bullying anak juga berbeda, penelitian ini menggunakan kuesioner dari Olweus yang telah dimodifikasi. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Rezapour et al. (2014) dengan judul penelitian Epidemiological Pattern of Bullying among School Children in Mazandaran Province, Iran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat dan sifat perilaku bullying di sekolah pada siswa menengah di Iran Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah disain penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 834 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan teknik survei, dengan siswa mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti. Kuesioner kecenderungan pelaku bullying menggunakan Olweus Bullying Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata perilaku bullying yang terjadi di sekolah selama 1 bulan adalah 2 3 kali dengan 5,4% anak sebagai pelaku, 22,1% sebagai korban dan 11% bertindak sebagai pelaku sekaligus korban. Anak laki-laki lebih cenderung terlibat dalam perilaku bullyng dibandingkan dengan anak perempuan. Prevalensi bullying yang paling sering terjadi adalah bullying verbal. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada penggunaan kuesioner

13 13 pelaku bullying yang digunakan, yaitu Olweus bullying questionnaire. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian dan variabel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan lebih banyak variabel yang diteliti untuk mencari faktor penyebab perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan dalam beberapa hal dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian ni adalah mengetahui faktor-faktor penyebab bullying pada anak usia sekolah dasar di wilayah Yogyakarta menggunakan metode pendekatan rancangan cross sectional dengan penambahan wawancara untuk pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan di 8 lokasi penelitian berdasarkan laporan kasus bullying ke Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan hasil observasi oleh P2TPA Rekso Dyah Utami Yogyakarta. Subjek penelitian sebanyak 403 anak yang terbagi dalam 8 wilayah lokasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah menjadi lingkungan pada siswa atau murid dalam proses untuk berinteraksi sosial secara langsung dengan teman sebaya atau guru. Akan tetapi, sekarang ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global depresi merupakan penyebab nomor satu penyakit dan kecacatan pada remaja usia 10-19 tahun (WHO, 2014). Depresi adalah gangguan suasana perasaan, perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kekerasan bukanlah fenomena baru yang mewarnai kehidupan sosial individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan siswa salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat disini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya yang cukup marak akhir-akhir ini adalah kasus kekerasan atau agresivitas baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Masa anak usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dari keluarga ke teman-teman sebayanya. Pada masa sekolah anak lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas

BAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja diakui sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas dan ambang dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur

Lebih terperinci

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran (http://www.sekolahdasar.net). Sekolah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka

BAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penyesuaian diri lainnya Damon dkk (dalam Santrock, 2003). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. masalah penyesuaian diri lainnya Damon dkk (dalam Santrock, 2003). Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan kunci untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan pribadi, pekerjaan dan sosial. Di dalam kehidupan setiap individu akan mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap negara pasti memerlukan generasi penerus untuk menggantikan generasi lama. Bangsa yang memiliki generasi penerus akan tetap diakui keberadaannya, oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kekerasan, terutama pada remaja. Sekolah seharusnya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kekerasan, terutama pada remaja. Sekolah seharusnya menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, sekolah sering diberitakan dengan permasalahan kekerasan, terutama pada remaja. Sekolah seharusnya menjadi lingkungan aman, nyaman dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah perempuan dalam keluarga utuh (dua orangtua) sebagai tenaga kerja berbayar, meningkat secara drastis dalam 50 terakhir (Frediksen-Goldsen & Scharlach, 2001).

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini, dunia pendidikan di Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang menghadang di hadapannya.dari masalah yang ringan seperti mencontek

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa. 12 BAB I Pendahuluan I.A Latar Belakang Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja tidak termasuk golongan anak tetapi tidak pula golongan dewasa. Remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses penting dalam usaha mengembangkan potensi pada anak. Melalui proses pendidikan, seorang anak diharapkan dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin meningkat. Media massa seperti televisi, radio, dan koran ramai membicarakan masalah kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia terlahir memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya, dan hal tersebut yang menjadikan manusia sebagai makluk yang unik. Manusia memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya dengan wilayah yang luas, jumlah penduduk yang besar, dan sumberdaya alam yang melimpah. Namun dengan ketiga potensi yang dimilikinya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 1.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi operasional Konformitas adalah perilaku ikut-ikutan individu terhadap individu atau kelompok lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan dapat menimpa siapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak pertengahan. Pada masa ini terjadi perubahan yang beragam pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN jiwa yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak 255.461.686 jiwa yang terdiri atas 128.366.718 jiwa penduduk laki-laki dan 127.094.968 jiwa penduduk perempuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau masyarakat yang mengkonsumsinya. Merokok dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan dibentuk belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal diharapkan akan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Menonton Televisi Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi untuk anak 10.5 menit/jam dalam satu minggu dan 12 menit/jam pada akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak penelitian yang mencoba memahami fenomena ini (Milletich et. al, 2010; O Keefe, 2005; Capaldi et. al,

Lebih terperinci

The Relations between Bullies and Academic Achievement in Adolescents Aged Years in Yogyakarta

The Relations between Bullies and Academic Achievement in Adolescents Aged Years in Yogyakarta The Relations between Bullies and Academic Achievement in Adolescents Aged 12-15 Years in Yogyakarta Hubungan antara Pelaku Bullying dengan Prestasi Belajar pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Yogyakarta Nesya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk memberikan pengajaran kepada siswa atau murid di bawah pengawasan guru dan kepala sekolah. Di dalam sebuah institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan era globalisasi saat ini telah memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan industrialisasi di masyarakat. Perubahan masyarakat menjadi masyarakat industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterikatan antarmanusia adalah wujud harfiah yang telah ditetapkan sebagai makhluk hidup. Hal demikian ditunjukkan dengan sifat ketergantungan antara satu individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah sekaligus anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Oleh karena itu setiap anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying. 1. Pengertian bullying. Menurut Priyatna (2010), bullying merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku kepada korban yang terjadi secara berulang-ulang dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mengingat pentingnya pendidikan pemerintah membuat undang-undang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mengingat pentingnya pendidikan pemerintah membuat undang-undang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu fasilitas pendidikan yang disediakan oleh negara sebagai wujud dari bukti HAM bagi tiap warganya khususnya anak-anak sebagai generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan seksual merupakan suatu ancaman yang sangat mengerikan saat ini terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya pemberitaan di media massa terkait dengan tindak kekerasan terhadap anak di sekolah, nampaknya semakin melegitimasi tuduhan miring soal gagalnya sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan periode perkembangan yang sangat banyak mengalami krisis dalam perkembangannya. Masa ini sering juga disebut dengan masa transisi karena remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada saat ini telah menjadi masalah kesehatan dan berhubungan dengan terjadinya peningkatan penyakit tidak menular (Bener, 2006). Prevalensi obesitas meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada remaja khususnya remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir, prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah gizi ini menjadi salah satu masalah yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan sebagaimana halnya dengan pendidikan kedokteran, kesehatan masyarakat, farmasi, kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi seperti ini, bekerja bukan hanya menjadi kemauan tetapi menjadi sebuah tuntutan. Bekerja hakekatnya merupakan bagian dari hidup manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Varibabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya : 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi merupakan gangguan mental umum yang dikarakteristikkan dengan perasaan tertekan, kehilangan minat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok sudah menjadi kebudayaan di masyarakat sehingga kegiatan merokok ini dapat kita jumpai di banyak tempat. Padahal sebagian besar masyarakat sudah mengatahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah

Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah (School Violence) Oleh : Nandang Rusmana Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan di Sekolah Faktor psikologis (hiperaktivitas, konsentrasi terhadap masalah,

Lebih terperinci

Upaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta

Upaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta Upaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta Aning Az Zahra Prodi Psikologi/Fakultas Psikologi dan Humaniora, Univarsitas Muhammadiyah Magelang Email: aningazzahra@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik

Lebih terperinci

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit mulut yang prevalensi dan morbiditasnya sangat tinggi, tidak ada satu wilayah di dunia yang bebas dari karies gigi. Karies gigi menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja akan mengalami suatu perkembangan fisik, seksual dan psikososial sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja sebagai periode pertumbuhan manusia yang terjadi setelah masa a nak-anak dan sebelum dewasa yaitu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hal ini pendidikan bukan lagi diterjemahkan sebagai bentuk pelajaran formal semata yang ditujukan untuk mengasah kemampuan berpikir saja. Pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PERAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ANNISA I ROHIMAH 201210201084 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying

BAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bullying sudah lama terjadi tetapi permasalahan ini tetap saja menjadi topik yang masih hangat diperbincangkan dan belum menemukan titik terang. Keberadaan bullying

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL Deby Priscika Putri 1, Sigid Kirana Lintang Bhima 2, Saebani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skripsi merupakan salah satu jenis karya ilmiah di perguruan tinggi yang dikerjakan oleh mahasiswa program sarjana (S1), sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global. Hipertensi diperkirakan menyumbang 4,5% dari beban penyakit global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi bagi jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi bagi jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi bagi jenjang pendidikan selanjutnya haruslah berperan dalam membentuk suatu pondasi yang kokoh berkaitan dengan watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, ekploitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2014), remaja (adolescents) adalah mereka yang berusia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2014), remaja (adolescents) adalah mereka yang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2014), remaja (adolescents) adalah mereka yang berusia antara 10-19 tahun. Populasi remaja adalah populasi yang terbesar di dunia yaitu sebanyak

Lebih terperinci