TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Monyet Ekor Panjang

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

ANATOMI SKELET TUNGKAI MONYET EKOR PANJANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis)

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI DEPAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) VIAN PUPUT WIJAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l.

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Beruk Morfologi Beruk

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET APENDIKULAR BUAYA SENYULONG (Tomistoma schlegelii) ALIF RAHMAN RAHIM PUARADA

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI UMUM DAN KHUSUS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI BELAKANG BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) DIANA ASRIASTITA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

OSTEOLOGI

ANATOMI OTOT OTOT KAKI BELAKANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) : DAERAH CRURIS DAN DIGIT FEBRYANA PERMATA FANAMA

OSTEOLOGI VERTEBRAE I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

ANATOMI OTOT DAERAH PANGGUL DAN PAHA TRENGGILING JAWA (Manis javanica) SINGGIH PRATIKNYO SUNDAWA

I. PENDAHULUAN. tailed macaque) (Lekagul dan Mcneely, 1977). Macaca fascicularis dapat ditemui di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

Judul : Myologi ext superior dan inferior (dr Hj.Ny.Harfiah

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS)

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS TRENGGILING JAWA (Manis javanica) CATUR FAJRIE DIAH ASTUTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha)

OSTEOLOGI

2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Napier dan Napier (1967), klasifikasi ilmiah simpai sebagai berikut :

MATERI PERKULIAHAN. Pengantar Anatomi - Overview. Pengantar Anatomi - Istilah Anatomi Syndesmology - Skeleton & Joint. Skeleton Axiale - Ossa Cranii

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

OSTEOLOGI

CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi

PEMBULUH NADI ANGGOTA BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

ANATOMI FISIOLOGI TULANG dan PERSENDIAN. by : Hasty Widyastari

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) HILDA SUSANTI

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BERUK (Macaca nemestrina) WAHID FAKHRI HUSEIN

Perbandingan Tulang dan Lokomosi. pada Quadrupedal dan Bipedal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT

ARTHROLOGI UMUM DAN ARTHROLOGI KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah asli Indonesia serta turunan asli dari banteng ( Bibos banteng) yang telah

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH

IDENTIFIKASI TULANG BELULANG

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang.

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: ( Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

PEMBAHASAN. Struktur Anatomi Tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: ini mempunyai caput, collum dan corpus.

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN TULANG

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Morfologi Umum Primata

Sistem Struktur Tubuh Unggas

HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

V. Anatomi Secara makroskopis struktur tulang terdiri dari substantia compacta dan substantia spongiosa. Pada os Longum substantia compacta berada di

BAB I ISTILAH ILMU GERAK

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Monyet Ekor Panjang MEP merupakan spesies monyet dengan nama latin Macaca fascicularis yang termasuk ke dalam sub famili Cercopithecinae dari famili Cercopithecidae. Seperti halnya beruk, MEP juga termasuk dalam superfamili Cercopithecoidea, subordo Anthropoidea, dan ordo Primata (Bennett et al. 1995). Secara sederhana, taksonomi MEP sebagai berikut: Kelas : Mamalia Ordo : Primata Subordo : Anthropoidea Superfamili : Cercopithecoidea Famili : Cercopithecidae Subfamili : Cercopithecinae Genus : Macaca Spesies : Macaca fascicularis Penyebaran Habitat Monyet Ekor Panjang MEP merupakan salah satu primata bukan-manusia yang paling berlimpah dan tersebar luas (Wheatley et al. 1999). Habitat MEP adalah di Asia Tenggara (Myanmar bagian selatan, Thailand bagian selatan dan timur, Kamboja, Laos, Vietnam bagian selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia bagian barat). Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan kepulauan NTT merupakan habitat hewan ini di Indonesia (Gambar 1) (Wheatley et al. 1999). 4

Gambar 1 Daerah distribusi (dalam arsiran) dari Macaca fascicularis (Sumber: Corbet dan Hill 1992) MEP dapat bertahan hidup di berbagai jenis habitat tropis, oleh karena itu disebut sebagai ecologically diverse. Hewan ini dikenal menghuni hutan-hutan bakau, hutan nipa, hutan pantai, hutan pinggiran sungai, baik di hutan primer maupun hutan sekunder (VanSchaik et al. 1996). Hewan ini mampu beradaptasi pada lingkungan baru yang ekstrim maupun lingkungan yang dirubah secara drastis (Wheatley et al. 1999). Karakteristik Monyet Ekor Panjang MEP merupakan kelompok monyet dunia lama (Old World Monkey) dengan bobot badan yang bervariasi antara 3-12 kg pada jantan dan 3-10 kg pada betina (Putra et al. 2006) dengan lama hidup 25-30 tahun, serta umur dewasa kelamin 4,5-6,5 tahun (Poirier dan Smith 1974). Warna utama rambut hewan ini yakni coklat keabu-abuan hingga kemerah-merahan dengan berbagai variasi warna menurut musim, umur dan lokasi (Lekagul dan McNelly 1977). Disamping itu, perbedaan habitat mempengaruhi warna rambut, individu yang menghuni kawasan hutan umumnya 5

mempunyai warna lebih gelap dan mengkilap, sedangkan individu yang menghuni kawasan pantai pada umumnya mempunyai warna lebih cerah. Hal ini dipengaruhi oleh udara lembab yang mengandung garam dan sinar matahari (Medway 1969). Secara umum, warna rambut bagian ventral lebih cerah, pada bagian punggung lebih gelap. Rambut kepala agak pendek tertarik ke belakang dahi, dengan rambut-rambut sekeliling wajahnya berbentuk jambang yang lebat dengan ekor tertutup rambut yang halus (Napier dan Napier 1967). Disamping itu, rambut pada bagian pipi monyet jantan lebih tebal dibandingkan pada monyet betina (Krisnawan 2000). Perilaku Makan Monyet Ekor Panjang MEP merupakan jenis hewan diurnal yaitu aktif dari fajar sampai dengan matahari terbenam. Hewan ini biasanya mencari makanan pada pagi hari, beristirahat/tidur pada siang hari dan aktif kembali pada sore hari. Kadang-kadang hewan ini makan di atas pohon (Wheatley et al. 1999), atau secara teratur turun ke tanah untuk makan (Fittinghoff dan Lindberg 1980). Keragaman perilaku makan ini bergantung pada ketersediaan pakan dan kesukaannya di daerah jelajah pada musim tertentu. Sekitar 60-90% kebutuhan nutrisi MEP berasal dari buah-buahan. Selain buah-buahan, MEP juga memakan bermacam-macam makanan termasuk daun, kulit pohon, tunas, bunga, biji dan serangga, sehingga hewan ini dikategorikan sebagai hewan omnivora (Poirier dan Smith 1974). Telah dilaporkan pula bahwa MEP sangat menyukai makan kepiting, crustacean, kerang-kerangan, serta binatang laut lainnya (Lekagul dan McNeely 1977) sehingga MEP disebut juga sebagai crab eating monkey. Hewan ini akan duduk di dekat lubang kepiting menunggu sampai kepiting keluar, lalu menangkap dan mengelupas cangkang kepiting dengan jari-jari tangannya, selanjutnya memakan kepiting tersebut (Crocket dan Wilson 1978). MEP juga diketahui memakan lempung/tanah liat, hal ini dimungkinkan untuk mendapatkan mineral-mineral sejenis fosfor yang dikandungnya. 6

Perilaku Sosial MEP merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok dengan jumlah antara 6-100 ekor (Nowaks 1995). Sementara Wheatley et al (1999). menggambarkan bahwa pada umumnya kelompok hewan ini berjumlah antara 20-50 ekor. Ukuran kelompok hewan ini mencerminkan ketersediaan pakan, tekanan pemangsa serta mudah tidaknya terpengaruh oleh penyakit (Bercovitch dan Huffman 1999). Umumnya MEP memiliki ukuran kelompok yang lebih besar di habitat-habitat yang terganggu aktivitas manusia dibandingkan di hutan primer. Kelompok MEP adalah multi-jantan dan multi-betina dengan seekor jantan yang dominan dan beberapa ekor betina yang dominan. Monyet betina memiliki suatu hierarchy matrineal yakni individu-individu betina yang menduduki ranking lebih tinggi dapat memperoleh makanan yang lebih banyak, mendapat perlindungan dari jantan-jantan, serta memiliki tingkat kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan monyet betina yang lainnya (Bonadio 1999). Interaksi sosial dapat dilihat pada saat hewan ini sedang bersantai. Pada MEP, aktivitas ini umum dilakukan di kalangan hewan betina dan biasanya hewan betina yang memiliki tingkat hirarki yang lebih tinggi akan menjadi gromee (yang dilayani), sedangkan yang mempunyai hirarki yang lebih rendah menjadi gromeer (yang melayani) (Bonadio 1999). MEP merupakan hewan yang polyestrous dengan siklus menstruasi ± 28 hari, dan betina secara alami akan mengalami menopause (Thorndike dan Turner 1998). Umumnya individu betina melahirkan satu atau dua tahun sekali. Produktivitas seksual MEP sekitar umur 4,5 tahun dan dapat hidup sampai diatas umur 25 tahun, meskipun umur maksimal dari MEP di dalam laboratorium/habitat nonalami dapat mencapai 37 tahun. Fungsi Tungkai Primata mempunyai aktivitas lokomosi yang lebih bervariasi dibandingkan dengan mamalia lainnya, seperti berayun dan meloncat. Selain itu, primata juga memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam hal penggunaan tungkai dan sikap 7

tubuh, misalnya beberapa spesies dapat menggunakan kedua tungkai untuk berjalan (bipedalism) sedangkan spesies lainnya menggunakan keempat tungkainya (quadrupedalism). Hal ini digunakan oleh primata untuk mempertahankan atau beradaptasi dengan habitat arborealnya di hutan (Napier dan Napier 1985). Monyet menggunakan tungkai depan (tangan) untuk berjalan (quadrupedalism), memanjat, berlari, melompat, mengambil makanan dan menjangkau benda. Pada manusia, aktivitas berjalan hanya menggunakan kaki sedangkan tangan (tungkai depan) sama sekali tidak digunakan untuk berjalan (Marzke 1971). Fungsi Manus Daerah manus dapat melakukan pergerakan angular seperti fleksio, ekstensio, abduksio dan aduksio. Fleksio merupakan gerakan yang mengecilkan sudut suatu persendian akibat kontraksi otot-otot tertentu, misalnya otot-otot fleksor yang membengkokkan siku, lutut dan lain-lain. Ekstensio merupakan gerakan yang membesarkan sudut persendian akibat kontraksi otot-otot ekstensor misalnya meluruskan lengan atau kaki setelah fleksio. Abduksio merupakan gerakan bagian tungkai menjauhi bidang median tubuh, sedangkan abduksio pada jari berarti gerakan yang menjauhi garis memanjang di jari tengah misalnya gerakan ibu jari menjauhi daerah palmar (volar). Adapun aduksio merupakan gerakan bagian tungkai mendekati bidang median tubuh (Getty 1975). Primata mampu melakukan gerakan prehensile, yaitu kemampuan tangan dalam memegang benda. Gerakan prehensile dibagi atas dua tipe yang dikenal sebagai power grip dan precision grip. Power grip merupakan gerakan yang dilakukan antara permukaan bawah jari dan palmar misalnya menekan, menggenggam dan lain-lain, pada MEP gerakan ini sering dilakukan untuk menggenggam dahan pada saat bergelantungan. Sedangkan precision grip merupakan suatu gerakan yang memerlukan ketepatan, kehalusan dan ketelitian antara jari dan ibu jari, misalnya memasukkan benang pada jarum atau memegang pensil yang sering dilakukan pada manusia (Gambar 2), sedangkan pada MEP gerakan ini digunakan untuk mengambil kutu atau benda-benda kecil saat 8

melakukan grooming. Precision grip ini memerlukan peranan ibu jari. Kemampuan ibu jari beroposisi ditunjukkan dengan gerakan ibu jari berputar pada sendi metacarpal dan tulang phalanx proximal. Kemampuan ini menyebabkan ibu jari dapat menyilang daerah palmar yang berarti ujung ibu jari akan bertemu dengan ujung dari jari-jari yang lain (Napier dan Napier 1985). A B Gambar 2 Skema kemampuan tangan melakukan (A) precision grip (B) power grip (Palastanga et al. 2002) Peranan Tungkai Belakang dalam Lokomosi dan Perilaku Monyet Ekor Panjang Secara umum primata mampu melakukan empat macam gerakan dasar yaitu: (1) vertical clinging and leaping, (2) quadrupedalism, (3) brachiation dan (4) bipedalism (Napier dan Napier 1985). MEP termasuk primata yang dapat melakukan gerak semi brachiation (melompat dan kadang-kadang berayun dengan tangan), quadrupedalism (berjalan menggunakan keempat tungkainya) dan sewaktu-waktu melakukan bipedalism (berjalan menggunakan kedua tungkai belakangnya) pada saat kedua tungkai depannya digunakan untuk keperluan lain. Dalam melakukan lokomosi, tungkai belakang MEP digunakan sebagai tenaga pendorong utama dalam gerakan, sedangkan tungkai depan sebagai penyeimbang. Selain sebagai alat lokomosi, tungkai belakang MEP juga digunakan sebagai alat manipulasi (menggaruk, berayun) (Napier dan Napier 1985). Skelet Appendiculare Skelet appendiculare secara keseluruhan terdiri dari beberapa susunan tulang yang terbagi antara ossa membri thoracici (tungkai depan) dan ossa membri pelvini (tungkai belakang) (Getty 1975). Secara umum, susunan 9

tulang pada spesies tertentu memiliki variasi sesuai umur dan jenis kelamin hewan (Getty 1975). Perbedaan bentuk tungkai beserta ototnya pada setiap hewan secara keseluruhan mengalami modifikasi sesuai dengan perilaku, fungsi dan kebiasaan hewan tersebut (Hildebrand 1960). Hewan pelari dengan kecepatan yang tinggi berkaitan dengan tulang yang panjang, cara menapak pada bidang tanah dan tingkat melangkah yang tinggi. Tenaga-tenaga kekuatan pada tulang berasal dari kontraksi otot yang bertaut padanya ataupun dari berat tubuh hewan (Getty 1975). Ossa Membri Thoracici (Tulang-tulang tungkai depan) Monyet Ekor Panjang Ossa membri thoracici merupakan tulang-tulang tungkai depan MEP yang disusun oleh beberapa tulang, yaitu os scapula, os humerus, ossa radius-ulna, dan skeleton manus (Getty 1975). Os scapula Os scapula merupakan tulang tungkai depan yang berada paling proximal, tulang ini berbentuk datar, dan bagian distalnya mengadakan persendian dengan os humerus. Bagian yang berbatasan dengan dinding dada memiliki bentuk yang agak cekung (Getty 1975). Os scapula memiliki dua facies (permukaan), yaitu facies lateralis dan facies medialis (Gambar 3). Facies lateralis terbagi menjadi dua yaitu fossa supraspinata (memiliki luasan lebih sempit) dan fossa infraspinata (memiliki luasan yang lebih luas), kedua fossa ini dipisahkan oleh spina scapulae. Di bagian distal spina scapulae terdapat penjuluran yang disebut acromion yang merupakan penjuluran yang besar dan mengarah craniodistal (Palastanga et al. 2002). Pada anjing, fossa supraspinata dan fossa infraspinata memiliki luasan yang hampir sama. Fossa supraspinata dan infraspinata masing-masing merupakan tempat bertautnya m. supraspinatus dan m. infraspinatus. Sedangkan facies medialis os scapula terdapat fossa subscapularis yang berhubungan dengan ossa costalis dan merupakan origo dari m. subscapularis. Pada hewan domestik, seperti kuda, kerbau dan karnivora, fossa ini diapit oleh permukaan yang kasar yaitu facies serrata yang merupakan tempat bertautnya m. serratus ventralis (Getty 1975). 10

Fossa supraspinata Acromion Cavitas glenoidalis Spina scapulae Fossa subscapularis Fossa infraspinata Facies serrata A Gambar 3 Os scapula kanan gorilla tampak (A) lateral dan (B) medial (Atkinson et al. 1950) Pada margo caudalis dari os scapula terdapat bagian yang lebih tebal dari bagian yang lainnya. Cavitas glenoidalis adalah suatu lekukan yang mengarah ke craniolateral di bagian distal dari os scapula. Cavitas glenoidalis ini mengadakan persendian dengan caput dari os humerus dan membentuk persendian bahu (Palastanga et al. 2002). B Os clavicula Os clavicula adalah tulang yang berjalan horizontal dari sternum ke acromion. Tulang ini berfungsi sebagai penyangga dari os scapula. Os scapula dan os clavicula bersama-sama membentuk bidang dada (Palastanga et al. 2002). Sedangkan pada karnivora dan ungulata, tulang ini mengalami rudimenter sehingga dapat menunjang pergerakan dan panjang langkah hewan (Dyce et al. 2002). Os humerus Os humerus adalah tulang lengan atas dan merupakan tulang terbesar dari tungkai depan (tangan). Os humerus merupakan tulang panjang yang memiliki corpus dan dua extremitas. Extremitas proximal merupakan ujung proximal yang terdiri dari caput, collum, dan tuberculum. Extremitas proximal os humerus akan 11

bersendi dengan cavitas glenoidalis os scapula membentuk sendi bahu. Pada bagian distal dari caput, terdapat bagian yang menyempit disebut sebagai collum. Pada bagian ini sering terjadi fraktura terutama pada usia tua. Corpus dari os humerus hampir silinder pada bagian proximal dan membentuk segitiga pada bagian distal, extremitas distal bersendi dengan os radius dan os ulna membentuk sendi siku. Pada bagian distal dari os humerus terdapat fossa olecrani yang dalam untuk mengadakan persendian dengan olecranon os ulna saat siku melakukan gerakan ekstensio (Gambar 4) (Palastanga et al. 2002). Caput humeri Tuberculum majus Tuberositas deltoidea Sulcus intertubercularis Fossa olecrani Fossa coronoidea Epicondylus lateralis A Gambar 4 Os humerus kanan gorilla tampak (A) volar dan (B) dorsal (Palastanga et al. 2002) B 12

Ossa radius-ulna Dua tulang lengan bawah yaitu os radius pada bagian lateral dan os ulna di medial. Kedua tulang ini dihubungkan oleh membran interosseus yang kuat. Pada primata, pergerakan yang mungkin terjadi pada kedua tulang tersebut adalah pronasio dan supinasio sehingga menyebabkan lengan atas dapat digerakkan lebih leluasa (Palastanga et al. 2002), sedangkan pada ungulata, seperti babi, kerbau dan kuda pergerakan yang terjadi pada kedua tulang ini hampir tidak ada (Dyce et al. 2002). A B Gambar 5 Os radius dan os ulna saat (A) pronasio dan (B) supinasio (Simons 2007) Os radius disebut juga tulang pengumpil, terdiri dari corpus dan dua extremitas. Pada ungulata, tulang ini lebih kokoh dibandingkan os ulna (Dyce et al. 2002). Pada primata, extremitas proximal akan bersendi dengan os humerus, sedangkan pada distal tulang ini bersendi dengan os scaphoideum yang berbentuk semilunar (setengah bulan) dari baris proximal tulang pergelangan tangan. Os ulna disebut juga tulang hasta. Diantara os radius dan os ulna terdapat suatu lekah yang membatasi kedua tulang ini yaitu spatium interosseum. Pada karnivora, lekah ini panjang, sedangkan pada babi dan kuda lekah ini sangat sempit. Persendian yang sempit antara os ulna dan os radius pada kuda dan babi menyebabkan tidak dapat bergerak supinasio dan pronasio (Dyce et al. 2002). 13

Pada kerbau terdapat dua buah spatium interosseum yaitu di proximal (spatium interosseum proximale) dan di distal (spatium interosseum distale). Os ulna lebih besar pada bagian proximal dengan bagian distal yang lebih kecil. Pada primata os ulna tidak bersendi secara langsung dengan tulang pergelangan tangan. Os ulna hanya bersendi pada bagian lateral dari ossa carpi. Os triquetrum adalah tulang yang bersendi dengan os ulna di bagian distal (Palastanga et al. 2002). Skeleton Manus Menurut WAVA (2005), skeleton manus tersusun atas ossa carpi, ossa metacarpalia dan ossa phalanges. Modifikasi skeleton manus biasanya melibatkan penyatuan tulang. Modifikasi yang jelas terjadi yaitu pengurangan jumlah digit yang terjadi pada ungulata, karena terkait dengan kebutuhan hewan untuk bisa berlari cepat (Dyce et al. 2002). Hewan unguligradi berjalan pada empat, tiga, dua atau bahkan hanya satu jari pada setiap kaki. Ossa carpi Tulang pergelangan tungkai depan primata terdiri dari delapan tulang yang terpisah tetapi umumnya digambarkan membentuk dua baris yang masing-masing terdiri atas empat tulang. Tiga tulang pada baris proximal bersendi dengan os radius yang sering disebut sebagai sendi radiocarpal, sementara di distal tulang ini terdapat satu tulang yang bersendi dengan baris distal. Empat tulang carpal baris distal bersendi dengan lima basis ossa metacarpale dan membentuk sendi carpometacarpal (Palastanga et al. 2002). 14

Trapezoideum Capitatum Metacarpale Hamatum Trapezium Pisiforme Scaphoideum Lunatum Eulemur Triquetrum Macaca Gambar 6 Ossa carpi dengan sembilan elemen carpal pada Eulemur dan Macaca dengan delapan carpal (Simons 2007) Setiap tulang memiliki struktur, fungsi, dan ciri khas tersendiri. Ossa carpi pada kuda terdapat tujuh tulang, tersusun menjadi dua baris. Kerbau hanya memiliki enam buah tulang ossa carpi, karena os carpal I tidak ada, dan os carpale II dan III bersatu menjadi tulang yang bentuknya segi empat (os trapezoideocapitatum), sedangkan pada babi terdapat delapan buah tulang. Anjing memiliki ossa carpi sebanyak tujuh buah tulang, os carpi radiale dan os carpi intermedium bersatu (Getty 1975). Ossa metacarpalia Ossa metacarpalia merupakan tulang panjang dan penamaan tulang ini sesuai dengan penomoran tulang yang dihitung dari medial ke lateral, yaitu ossa metacarpale I-V. Bagian proximal dari os metacarpale I memiliki bentuk yang sesuai dengan os trapezium untuk mengadakan persendian, begitu pula dengan os metacarpale II dan III yang memiliki bentuk yang sesuai dengan os trapezoideum dan os capitatum. Sedangkan pada os metacarpale IV dan V bagian proximal mengadakan persendian dengan os hamatum (Palastanga et al. 2002). Pada kuda, ossa metacarpalia terdiri dari tiga tulang yaitu os metacarpale II, III dan IV dengan bentuk silindris, untuk menahan sebagian besar berat tubuh kuda. Os metacarpale III kuda merupakan os metacarpale yang paling berkembang, fungsional dan kuat sehingga bentuknya lebih besar 15

dibandingkan yang lain. Pada anjing, terdapat lima ossa metacarpalia yaitu os metacarpale I berukuran paling kecil, os metacarpale III et IV berbentuk kotak dan berukuran besar yang diapit oleh os metacarpale II et V. Babi memiliki empat ossa metacarpalia, yaitu os metacarpale II et V lebih kecil dan os metacarpale III et IV berukuran lebih besar. Sedangkan ossa metacarpalia pada pemamah biak berjumlah tiga tulang. Os metacarpale III et IV menyatu, sedangkan os metacarpale V memiliki ukuran sangat kecil dan terletak lebih lateral (Getty 1975). Ossa phalanges Terdapat 14 ossa phalanges di masing-masing tungkai depan pada primata, tiga untuk masing-masing digit II-V dan dua untuk digit I. Os phalanx merupakan tulang panjang dengan masing-masing os phalanx memiliki corpus, dan di proximal os phalanx memiliki luasan yang lebih besar dan pada distal yang lebih sempit. Os phalanx digit I lebih pendek dan lebih luas dari pada digit yang lainnya. Os phalanx proximal pada bagian proximalnya memiliki celah cekung untuk bersendi dengan caput os metacarpale (Palastanga et al. 2002). Pemamah biak mempunyai dua digit pada setiap tungkainya, digit ke III dan ke IV tumbuh subur dan masing-masing terdiri atas tiga ossa phalanges. Sedangkan digit ke II dan ke V berukuran sangat kecil. Pada kuda hanya dijumpai satu digit saja pada masing-masing tungkai (Getty 1975). Gerakan ossa phalanges Gerakan terutama terjadi pada sendi interphalangeal distal. Kisaran fleksi di interphalangeal proximal dan distal adalah sekitar 90 untuk semua jari (Palastanga et al. 2002). 16

Fleksor Ekstensor Fleksor Ekstensor A B Gambar 7 Fleksor dan ekstensor (A) sendi interphalanx dan (B) sendi metacarpale pada manusia (Palastanga et al. 2002) Sama dengan manusia, gerakan fleksi primata pada sendi proximal interphalangeal terutama karena aksi m. flexor digitorum superficialis, dibantu oleh m. flexor digitorum profundus. Oposisi digit I yang dapat bergerak berlawan arah dengan digit lainnya sangat penting sehingga penggunaannya dapat digunakan sebagai menggenggam suatu benda (Palastanga et al. 2002). Ossa Membri Pelvini (Tulang-tulang tungkai belakang) Os coxae Os coxae merupakan tulang yang besar karena merupakan gabungan dari tiga tulang, jenis sambungan tidak dibangun untuk mobilitas melainkan untuk stabilitas bahkan dapat mengeras di usia tua. Terdapat symphysis pada os coxae dimana normalnya adalah sempit namun pada sementara waktu dapat melonggar selama proses kelahiran pada betina. Adapun tiga tulang yang membentuk os coxae tersebut adalah os ilium, os ischii, dan os pubis. Di tengah pertemuan ketiga tulang ini terdapat suatu lekukan yang disebut acetabulum, dimana kedalaman dan luas cekungan ini tergantung pada besarnya caput os femur yang akan mengadakan persendian dengan acetabulum tersebut (Simons 2007). Acetabulum pada kerbau memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan pada kuda. Pada babi, letak acetabulum terletak mengarah ke punggung dibandingkan pada kerbau (Getty 1975). 17

Os ilium merupakan tulang yang paling besar, bersendi dengan os sacrum (Getty 1975). Tulang ini berfungsi sebagai tempat insersio m. gluteus profundus yang tebal berjalan menuju os femoris. Os ilium terdiri dari dua permukaan (facies pelvina dan facies glutea) dan tiga tepi (cranial, medial, dan lateral). Facies pelvina berbentuk konveks mempunyai bidang yang kasar untuk pertautan dengan os sacrum (facies auricularis). Facies glutea merupakan permukaan yang mengarah ke dorsolateral dan ke caudal. Facies ini lebar dan konkaf, disilang oleh linea glutea. Facies glutea merupakan tempat bertautnya m. gluteus medius et profundus (Getty 1975). Os pubis merupakan tulang tebal, berukuran paling kecil diantara dua tulang lainnya. Tulang ini terletak di medial dan membentuk sisi cranial pada dasar pelvis (Getty 1975). Os pubis terdiri dari dua facies (facies pelvina dan facies ventralis). Facies pelvina merupakan permukaan yang menghadap ke ruang panggul, konveks pada kuda jantan, dan konkaf serta licin pada kuda betina. Facies ventralis merupakan permukaan yang konveks dan kasar, untuk tempat pertautan otot-otot. Pada os pubis ditemukan sebuah foramen obturatum yang terletak diantara os pubis dan os ischii. Gambar 8 Os coxae yang terdiri dari tiga gabungan tulang dan ketiga tulang tersebut bertemu di tengah acetabulum (Simons 2007) Os ischii mempunyai dua permukaan, yaitu facies pelvina dan facies ventralis. Facies pelvina merupakan permukaan yang menghadap ruang panggul, berbentuk konkaf dan licin. Facies ventralis memiliki permukaan yang kasar untuk pertautan otot-otot (Getty 1975). 18

Os femur Os femur merupakan tulang yang mentransmisikan berat dari os ilium ke proximal os tibia. Os femur merupakan tulang terpanjang dan terkuat dalam tubuh, memiliki corpus dan dua extremitas. Extremitas proximalis os femur terdiri dari caput, collum, dan trochanter major et minor. Caput berbentuk semilunar yang permukaannya sangat halus. Trochanter major terletak pada lateralis di bagian proximal corpus dari collum. Trochanter minor berbentuk kerucut dan terletak di medial, yang lebih kecil dari trochanter major (Palastanga et al. 2002). Pada domba, trochanter major hanya sedikit lebih tinggi dari caput os femur, sedangkan pada anjing dan babi bungkul ini ketinggiannya melebihi caput os femur. Pada kuda bungkul ini terdiri atas dua bagian yaitu pars cranialis dan pars caudalis sedangkan pada kerbau hanya mempunyai satu bungkul saja dan memiliki fossa trochanterica yang dalam (Getty 1975). Caput ossis femoris Collum ossis femoris Condylus lateralis Trochlea ossis femoris Fossa intercondylaris Epicondylus lateralis anterior posterior Gambar 9 Os femur tampak dari anterior dan posterior (Palastanga et al. 2002) 19

Os patella Os patella merupakan os sesamoideum terbesar, bersendi dengan trochlea dari os femur. Bentuk os patella kuda dan sapi menyerupai prismatik, segi empat seperti layang-layang dengan empat sudut. Os patella kerbau berukuran panjang dan sangat tebal. Pada anjing, tulang ini berbentuk menyerupai bulat telur (Dyce et al. 2002). Os patella terdiri dari apex, basis, serta dua facies, yaitu facies cranialis dan facies articularis. Apex patella berada pada bagian distal mempunyai sudut yang tumpul. Basis patella adalah sudut dorsal os patella. Sudut ini lebih tumpul dibandingkan dengan apex yang terletak di distal. Sudut medial lebih kecil dibanding sudut lateral. Facies cranialis merupakan permukaan bebas yang berbentuk konveks, menghadap cranial dengan permukaan yang kasar sebagai tempat pertautan m. biceps femoris dan mm. quadriceps femoris (m. rectus femoris, m. vastus lateralis, m. vastus medialis, m. vastus intermedius) dan ligamenta (ligamentum patellae laterale, ligamentum patellae intermedium, ligamentum patellae mediale dan ligamentum femoropatellae) (Getty 1975). Ossa tibia-fibula Pada primata, os tibia adalah tulang panjang yang mentransmisikan berat badan dari medial dan lateral condylus os femur. Pada os tibia dan os fibula terdapat suatu lekah yaitu spatium interosseum, lekah ini diisi oleh membran interosseum yang kuat (Palastanga et al. 2002). Pada anjing, os tibia memiliki panjang yang sama dengan os femoris dan os fibula relatif lebih panjang dan lebih besar (Getty 1975). Os fibula pada primata merupakan tulang ramping yang panjang, bagian proximal lebih besar dari bagian distal. Os fibula bervariasi dalam bentuk sesuai dengan otot-otot yang melekat padanya (Palastanga et al. 2002). Pada babi, tulang ini relatif panjang sedangkan pada kuda, tulang ini berbentuk langsing (Getty 1975). 20

Skeleton pedis Skeleton pedis pada primata terdiri dari tulang-tulang kecil yang terdiri dari ossa tarsi, ossa metatarsalia dan ossa phalanges. Ossa tarsi yang terbesar adalah os calcaneus, sementara ossa metatarsalia terbesar adalah yang terletak paling medial. Digit I memiliki dua os phalanx sedangkan yang lain memiliki tiga os phalanx (Palastanga et al. 2002). Ossa tarsi Pada kuda, ossa tarsi terdiri atas enam tulang yang tersusun dalam tiga baris sedangkan pada pemamah biak terdiri atas lima tulang, os tarsale centrale bersatu dengan os tarsale IV dan os tasale II bersatu dengan os tarsale III. Pada babi dan anjing, ossa tarsi terdiri atas tujuh tulang, dua tulang tersusun pada baris proximal, lima tulang pada baris distal (Getty, 1975). Pada primata terdapat tujuh ossa tarsi yang terdiri dari os calcaneus, os talus, os naviculare, os cuboideum dan os cuneiforme medial, intermedium dan lateral. Os calcaneus terletak di posterior dan membentuk tumit. Os calcaneus adalah tulang terbesar dari ossa tarsi. Permukaan anterior os calcaneus bersendi dengan os cuboideum. Os talus terletak di proximal os calcaneus dengan caput dan collum mengarah ke anterior dan medial. Hal ini mengakibatkan transmisi berat tubuh dari os tibia ke os calcaneus dan os naviculare. Os talus terletak di antara malleoli dari os tibia dan os fibula. Os naviculare terletak di anterior caput talus. Permukaan posterior adalah cembung untuk bersendi dengan caput talus. Os cuboideum berbentuk kubus terletak di lateral, di anterior os calcaneus dan di posterior ossa metatarsalia keempat dan kelima dan bersendi dengan permukaan anterior dari os calcaneus. Os cuneiforme adalah tulang runcing yang berjumlah tiga buah (Palastanga et al. 2002). 21

Phalanx proximalis Phalanx media Phalanx distalis Ossa phalanges Metatarsale Ossa metatarsalia Cuneiform medial Cuneiform intermedium Cuboideum Cuneiform lateral Naviculare Talus Ossa tarsi Calcaneus Gambar 10 Skeleton pedis (Palastanga et al. 2002) Ossa metatarsalia Pada primata terdapat lima ossa metatarsalia pada masing-masing tungkai, os metatarsale terpendek adalah yang paling medial. Bentuk posterior dari os metatarsale pertama cekung dan bersendi dengan permukaan anterior os cuneiforme medial. Permukaan lateral memiliki suatu bidang untuk bersendi dengan dasar dari os metatarsale kedua. Bagian posterior os metatarsale kedua bersendi dengan os cuneiforme medialis dan os metatarsale I, dan pada bagian lateral bersendi dengan os metatarsale III. Os metatarsale IV dan V 22

bersendi dengan permukaan anterior os cuboideum yang berbentuk kubus. Permukaan caput ossis metatarsale biasanya halus dan berbentuk cembung. Caput ossis metatarsale yang pertama besar dan lebar berbentuk semilunar. Pada bagian dasar dari tulang ini bersendi dengan dua os sesamoideum (Palastanga et al. 2002). Kuda memiliki tiga ossa metatarsalia, os metarsale III berukuran paling besar dan berada di tengah, diapit oleh os metatarsale II et IV, sedangkan pemamah biak mempunyai tiga buah ossa metatarsalia yaitu os metatarsale III, IV dan V. Pada babi ditemukan empat buah ossa metatarsalia yaitu os metarsale II, III, IV dan V (Getty, 1975). Ossa phalanges Pada primata terdapat dua ossa phalanges pada digit I dan tiga ossa phalanges di masing-masing digit tungkai lainnya. Os phalanx merupakan tulang-tulang panjang yang berbentuk kecil yang memiliki corpus dan dua extremitas. Pada bagian posterior os phalanx memiliki permukaan yang halus dan cekung untuk bersendi dengan caput ossis metatarsale senomor (Palastanga et al. 2002). 23