BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

Pemerintah Kabupaten Batang Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 BAB I PENDAHULUAN

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA BUKITTINGGI

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN 2014

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679). Penyusunan laporan keuangan daerah merupakan wujud akuntabilitas penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah. Laporan keuangan yang disusun ini meliputi : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya Lampiran I SAP basis akrual dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Daerah. Pelaporan keuangan daerah adalah/ laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomi yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Batang selama satu periode pelaporan. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektifitas dan 1

efisiensi pemerintah Kabupaten Batang, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Pelaporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang disusun untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan: 1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; 2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan; 3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan Pemerintah Kabupaten Batang serta hasil-hasil yang telah dicapai; 4. Menyediakan informasi mengenai upaya Pemerintah Kabupaten Batang dalam mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kas; 5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; 6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah daerah mengenai kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan; 7. Menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih / kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit Laporan Operasional ( LO ) aset, kewajiban, ekuitas dan arus kas Pemerintah Daerah. 1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 disusun berdasarkan: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4286); 2

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 4028); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 4575); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Repubilk Indonesia Tahun 2005 Nomor 4578); 9. Peratutan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4540); 3

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4614); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5165); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 4219); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5 ); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; 4

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 24. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 12); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Batang tahun 2015 Nomor 6); 27. Peraturan Bupati Batang Nomor 54 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015; 28. Peraturan Bupati Batang Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang tahun 2015 (Berita Daerah Kabupaten Batang tahun 2014 Nomor 68) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Batang Nomor 41 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belaja Daerah Kabupaten Batang tahun Anggaran 2015 (Berita Daerah kabupaten Batang tahun 2015 Nomor 41); 29. Peraturan Bupati Batang Nomor 59 tahun 2015 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang tahun anggaran 2015 (Berita Daerah Kabupaten Batang tahun 2015 Nomor 59). 30. Peraturan Bupati Batang Nomor 69 tahun 2015 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang ( Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 69 ); 31. Peraturan Bupati Batang Nomor 70 Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang ( Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 70 ); 5

1.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 1.3.1. Unsur Laporan Keuangan. LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas dalam Pemerintah Kabupaten Batang, yang terdiri dari PPKD (BUD), SKPD dan BLUD. LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 terdiri dari : A. Laporan Realisasi Anggaran ( LRA ) LRA memuat informasi mengenai Pendapatan, Belanja, Transfer dan Pembiayaan Daerah. Data/informasi Keuangan mengenai Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal didasarkan pada LRA SKPD dan data / informasi keuangan mengenai Pendapatan Transfer, Lain-lain pendapatan yang sah, Belanja Bunga, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Bantuan Keuangan, Belanja Tak terduga, Transfer dan Pembiayaan ( penerimaan dan pengeluaran ) didasarkan pada LRA PPKD (BUD). B. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih adalah Laporan yang menyajikan informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal, Silpa/Sikpa, koreksi dan Saldo Akhir. C. Neraca Neraca memuat informasi mengenai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Pada Neraca SKPD disajikan mengenai Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Lainnya, Kewajiban dan Ekuitas. Neraca BLUD menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas. Neraca PPKD (BUD) menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas. D. Laporan Arus Kas (LAK) Laporan arus kas disusun berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang dikelola oleh PPKD sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD) selama Tahun Anggaran 2015. E. Laporan Operasional Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas yang tercermin dalam pendapatan LO, beban dan surplus/ defisit operasional dari suatu entitas yang penyajiannya dibandingkan dengan periode sebelumnya. 6

F. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit LO, koreksi dan ekuitas akhir. G. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Catatan Atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan dan daftar mengenai nilai suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 disusun berdasarkan penggabungan antara laporan keuangan SKPD, Laporan Keuangan BLUD dan Laporan Keuangan PPKD (BUD). Laporan Keuangan SKPD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan BLUD terdiri dari Laporan realisasi Anggaran, Laporan operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keauangan, sedangkan Laporan Keuangan PPKD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Opersional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan. 1.3.2. Perubahan Kebijakan Akuntansi. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 disusun dan disajikan berdasarkan basis akrual, dimana pada tahun-tahun sebelumnya disusun dan disajikan berdasarkan basis kas menuju akrual. Perubahan basis akuntansi ini sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Pemerintahan pada Pemerintah Daerah dan Peraturan Bupati Batang Nomor 70 Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang. 7

Perubahan penerapan kebijakan akuntansi mengakibatkan adanya penyajian kembali (restatement) untuk pos-pos yang ada pada pos Neraca. Berdasarkan identifikasi maka perlu disajikan kembali antara lain untuk akun sebagai berikut : Piutang yang menampilkan nilai wajar setelah dikurangi penyisihan piutang. Beban dibayar dimuka, sebelumnya diakui seluruhnya sebagai belanja, apabila belum dimanfaatkan seluruhnya, maka disajikan sebagai akun beban dibayar. Aset Tetap, yang menampilkan nilai buku setelah dikurangi akumulasi penyusutan Aset tidak Berwujud, yang menampilkan nilai buku setelah dikurangi akumulasi amortisasi Utang Bunga, perlu disajikan kembali terkait dengan akrual utang bunga akibat adanya utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Pendapatan Diterima Dimuka, perlu disajikan kembali karena pada periode sebelumnya belum disajikan. Ekuitas, perlu disajikan kembali karena kebijakan yang digunakan dalam pengklasifikasian entitas berbeda. Penerapan basis akrual pertama kali juga menghasilkan Laporan operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Perubahan SAL. Untuk membandingkan dengan laporan sebelumnya, kami sajikan juga Laporan Operasional Tahun 2014 dan Laporan Perubahan Ekuitas 2014. 8

1.4. Sistematika Penulisan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 memuat penjelasan dan atau catatan atas laporan keuangan dalam periode Tahun Anggaran 2015 yang disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan 1.1. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan 1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 1.3.1. Unsur Laporan Keuangan. 1.3.2. Perubahan Kebijakan Akuntansi 1.4. Sistematika Penulisan. Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD 2.1. Ekonomi Makro 2.2. Kebijakan Keuangan 2.3. Indikator pencapaian target kinerja APBD. Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah 3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan 3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan. Bab IV Kebijakan Akuntansi 4.1. Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah 4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah 4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah 4.4. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam SAP pada Pemerintah Daerah. Bab V Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan 5.1. Laporan Realisasi Anggaran 5.1.1 Pendapatan LRA 5.1.2 Belanja 5.1.3 Pembiayaan 5.1.4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 9

5.2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 5.2.1. Saldo Anggaran Lebih Awal 5.2.2. Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan 5.2.3. Sisa lebih / kurang pembiayaan Anggaran 5.2.4. Koreksi Kesalahan pembukuan tahun sebelumnya 5.2.5. Saldo Anggaran Akhir 5.3. Neraca 5.3.1. Aset 5.3.2. Kewajiban 5.3.3. Ekuitas 5.4. Laporan Arus Kas 5.4.1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi 5.4.2. Arus Kas dari Investasi Aset Non Keuangan 5.4.3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 5.4.4. Arus Kas dari Aktivitas Transitoris 5.4.5. Saldo Akhir Kas 5.5. Laporan Operasional 5.5.1. Pendapatan LO 5.5.2. Beban 5.5.3. Surplus / Defisit Kegiatan Operasional 5.5.4. Surplus / Defisit dari Kegiatan Non Operasional 5.5.5 Pos Luar Biasa 5.5.6 Surplus / Defisit Laporan Operasional 5.6. Laporan Perubahan Ekuitas 5.6.1. Ekuitas Awal 5.6.2. Surplus / Defisit LO 5.6.3. Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan / Kesalahan Mendasar 5.6.4. Ekuitas Akhir Bab VI Penjelasan atas Informasi informasi Non Keuangan. Bab VII Penutup. 10

BAB II EKONOMI MAKRO KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD 2.1. EKONOMI MAKRO Kabupaten Batang yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 Tahun 1965 tanggal 14 Juli 1965 berada pada jalur utara yang menghubungkan Jakarta-Surabaya. Luas daerah Kabupaten Batang adalah 78.864,16 ha dan mempunyai batas-batas wilayah: a. Sebelah utara : Laut Jawa b. Sebelah selatan : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara c. Sebelah barat : Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan d. Sebelah Timur : Kabupaten Kendal Sebagai daerah agraris dimana sektor pertanian dan perkebunan merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk, luas pemanfaatan lahan pertanian adalah sebagai berikut: a. Tanah sawah : 22.411,08 Ha b. Tanah Perkebunan : 7.909,11 Ha c. Tegal/Huma : 19.250,75 Ha d. Padang Rumput : 89,95 Ha Potensi tanaman di sektor ini yang cukup menonjol untuk tanaman pangan adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis tanaman sayur-sayuran yang banyak diusahakan adalah bawang merah, bawang daun, kentang, kubis dan cabai. Sedangkan untuk buah-buahan adalah durian, rambutan, nangka, mangga, jeruk dan pisang. Untuk jenis tanaman perkebunan adalah kelapa, tebu, teh, coklat, kopi dan cengkeh. Potensi perikanan Kabupaten Batang dapat dilihat dari letak geografis di tepi pantai Laut Jawa dengan garis pantai sepanjang 38,75 km dan lebar 4 mil merupakan potensi yang sangat strategis untuk pengembangan perikanan laut maupun perikanan darat yang terdiri dari tambak (air payau) dengan potensi lahan seluas 1.429,2 ha, kolam air tawar dengan potensi lahan seluas 300 ha dan perairan umum (sungai, waduk, sawah, dan genangan air). 11

2.1.1. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu daerah/wilayah menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah/wilayah terhadap kemampuan produksi dari setiap sektor ekonomi. Struktur ekonomi terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor. Dengan melihat kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB, maka dapat diketahui seberapa besar peran suatu sektor dalam menunjang perekonomian daerah. Struktur perekonomian di Kabupaten Batang dapat ditunjukkan oleh besarnya kontribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB Kabupaten. Menurut harga berlaku, pada Tahun 2014 sektor industri pengolahan memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Batang yaitu sebesar 27,43%, disusul sektor Pertanian sebesar 23,80%. Kontribusi terbesar ketiga diberikan oleh sektor Perdagangan, hotel dan Rumah Makan sebesar 17,81%. Sektor Pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan terkecil yaitu hanya 1,30%. 2.1.2. PDRB Per kapita PDRB perkapita dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur atau menilai indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah/wilayah. PDRB per kapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah (PDRB) dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya penduduk berpengaruh terhadap nilai PDRB per kapita. Sedang besar kecilnya nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor yang terdapat di daerah tersebut. Perkembangan pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku setiap tahun mengalami peningkatan. Kenaikan pendapatan per kapita terbesar lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2014 sebesar 11,97%. Sedangkan berdasarkan harga konstan kenaikan pendapatan perkapita tertinggi lima tahun terakhir juga terjadi pada tahun 2011 sebesar 4,88%. 12

Tabel II.1. Rata-rata Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Batang Tahun 2010-2014 Tahun Pendapatan perkapita adh berlaku (Rp) Pertumbuhan (% ) Pendapatan perkapita adh konstan 2000 (Rp) Pertumbuhan (% ) 2010 6.503.164 11,87 2.917.243 4,98 2011 7.213.164 10,92 3.059.693 4,88 2012 7.927.043 9,70 3.182.878 4,42 2013 8.781.768 10,78 3.195.062 4,77 2014 9.832.841 11,97 3.504.015 4,68 Sumber : BPS Kabupaten Batang Nilai PDRB Per kapita Kabupaten Batang atas dasar harga berlaku sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan secara terus-menerus. Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita tercatat sebesar Rp6.503.164.000.000,00, dan secara nominal terus mengalami kenaikan hingga tahun 2014 mencapai Rp9.832.841.000.000,00. Kenaikan PDRB per kapita secara riil dapat dilihat dari nilai PDRB berdasarkan harga konstan 2000. Secara riil, Ternyata dari nilai PDRB per kapita sejak tahun 2010 terus mengalami kenaikan dari sebesar Rp2.917.243.000.000,00 menjadi Rp3.504.015.000.000,00 di tahun 2014. 2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan produk domestik yang mencerminkan kinerja perekonomian suatu daerah. Andil terhadap pertumbuhan ekonomi dapat diamati secara sektoral, spasial, dan penggunaan nilai tambah, sehingga pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan pada sektor, wilayah atau komponen penggunaan apa yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang. 13

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang pada Tahun 2014 mencapai 5,16 persen, turun sekitar 0,01 poin dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 yang sebesar 5,17 persen. Tabel II.2. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Batang 2010-2014 (%) Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 1. Pertanian 2,95 2,38 1,62 3,03 2,91 2. Pertambangan & Penggalian 4,4 3,51 5,28 5,01 4,97 3. Industri Pengolahan 4,83 5,72 4,71 4,95 4,98 4. Listrik, Gas dan Air bersih 5,87 2,96 5,59 5,9 5,47 5. Bangunan 4,04 3,92 5,64 5,87 5,89 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,33 5,89 7,36 7,49 6,91 7. Angkutan dan Telekomunikasi 7,16 7,25 5,83 5,59 5,96 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,56 6,69 7,79 8,89 7,01 9. Jasa-jasa 8,63 9,17 7,74 5,03 6,15 PDRB 4,97 5,26 5,02 5,17 5,16 Sumber : BPS Kabupaten Batang Andil sektoral yang terbesar dalam laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang pada Tahun 2014 disumbang oleh sector Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 7,01 persen. Pada posisi berikutnya, oleh sektor Perdagangan, hotel dan Restoran dan sektor Jasa-jasa yang masing-masing mempunyai pertumbuhan sebesar 6,91 persen dan 6,15 persen. Laju inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting. Laju inflasi Kabupaten Batang pada Tahun 2014 7,66 persen lebih rendah dari inflasi tahun 2013 sebesar 8,08 persen. Untuk Tahun 2014 ini laju inflasi tertinggi pada sektor Bahan Makanan sebesar 13,64% disusul sektor Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 7,89.%. Kumulatif inflasi tahun 2014 sebesar 7,66%. 14

2.2. KEBIJAKAN KEUANGAN Kebijakan keuangan daerah mengacu pada dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang merupakan kesepakatan bersama antara Bupati Batang dengan DPRD Kabupaten Batang. Kebijakan keuangan mencakup kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun 2015. Berikut uraian kebijakan keuangan tersebut. 2.2.1. Kebijakan Pendapatan Daerah Perencanaan terhadap target pendapatan daerah seyogyanya memperhatikan kondisi perekonomian saat ini. Hal ini perlu diperhatikan, karena kondisi saat ini ada kemungkinan bisa memberikan dampak pada Tahun Anggaran 2015. Untuk memperkuat pelaksanaan otonomi daerah, maka Kabupaten Batang harus berupaya menggali berbagai potensi pendapatan daerah tanpa harus membebani masyarakat. Hal ini dicanangkan dengan harapan secara bertahap, Kabupaten Batang mampu meningkatkan kemampuannya dalam kemandirian keuangan daerah, utamanya dalam memenuhi pembiayaan pembangunan daerah. Beberapa langkah yang ditempuh dapat dilakukan melalui intensifikasi pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada dan dikelola secara lebih efisien dan efektif. Selanjutnya langkah lainnya adalah melalui ekstensifikasi pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan potensi melalui pembukaan peluang-peluang pendapatan baru yang mempunyai potensi besar. Dalam melaksanakan kegiatan operasional, pelaksanaan pendapatan daerah selama ini lebih banyak diperoleh baik dari kewenangan yang dimiliki daerah sebagai bentuk dari adanya kewenangan daerah otonomi. A. Kebijakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Perkembangan kondisi perekonomian saat ini, secara langsung maupun tidak langsung juga sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro dan global. Dampaknya, kondisi ini tentu memberikan pengaruh terhadap kelangsungan kondisi keuangan di Kabupaten Batang pada tahun anggaran 2015. 15

Hingga saat ini dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi nasional maupun daya beli masyarakat tentu berpengaruh pada capaian PAD di masing-masing daerah, tidak terkecuali di Kabupaten Batang. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Batang diharapkan tidak menerapkan kebijkan yang memberatkan dunia usaha dan masyarakat. Bahkan sebaliknya perlu ada kebijakan yang bisa memberikan rangsangan atau insentif untuk menarik agar perekonomian masyarakat stabil dan meningkat. Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisinsi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk mencapai target pendapatan daerah, diperlukan langkah-langkah dan arah kebijakan keuangan daerah sebagai berikut: 1. Optimalisasi berbagai sumber-sumber pendapatan daerah khususnya sumber-sumber Pendapatan asli daerah melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan retribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan maupun regulasi yang terkait lainnya. 2. Melakukan intensifikasi terhadap pungutan pajak dan retribusi daerah. 3. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kesadaran untuk membayar pajak dan retribusi daerah. 4. Penyederhanaan terhadap sistem dan prosedur administrasi, terutama sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, pemberian insentif atau rasionalisasi pajak/retribusi daerah, melakukan peningkatan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah, serta melakukan peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan Pendapatan Asli Daerah yang diikuti dengan peningkatan mutu, kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan. 5. Mengoptimalkan pendapatan dengan tidak menaikkan tarif pajak maupun menaikkan tarif retribusi / penyesuaian retribusi khusus retribusi parkir. 6. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung mobilitas bagi pemungut penerimaan daerah maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan. 7. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah. 16

8. Melakukan peninjauan kembali terhadap berbagai kebijakan pemerintah Kabupaten Batang, terutama yang terkait dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah, memberikan respon positif terhadap Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru. 9. Melakukan penetapan terhadap pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, mempertimbangkan hasil dari nilai kekayaan daerah yang disertakan sesuai dengan tujuan dan fungsi penyertaan modal. 10. Menaikkan tarif pajak dan retribusi daerah. B. Kebijakan Dana Perimbangan Pelaksanaan proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 sudah dimulai sejak bulan Juni 2014. Sedangkan penetapan alokasi Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2015 secara definitif belum ditetapkan. Oleh karena itu, maka penentuan besarnya dana perimbangan menggunakan pagu perkiraan. Guna mencapai target Pendapatan dalam meningkatkan dana perimbangan, upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Batang antara lain: a. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik; b. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap berbagai sumber pendapatan yang bersumber dari Bagi hasil pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah. 2.2.2. Kebijakan Belanja Daerah A. Kebijakan terkait dengan Perencanaan Belanja Daerah Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Batang harus mempunyai daya dan upaya dalam menetapkan target capaian baik dalam konteks daerah, satuan kerja dan kegiatan yang senada, senafas dan sejalan dengan urusan yang menjadi kewenangannya. Selain itu, perlu ada upaya-upaya kreatif dan inovatif supaya Belanja Langsung mendapat porsi alokasi yang lebih 17

besar dari Belanja Tidak Langsung, dan Belanja Modal mendapat porsi alokasi yang lebih besar dari Belanja Barang dan Jasa. B. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. Untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, mutasi dan penambahan PNSD perlu diperhitungkan accress yang besarnya dibatasi maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai (gaji pokok dan tunjangan). Kebijakan yang diambil dalam menentukan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga dituangkan dalam program kegiatan adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi masalah mendesak dan diperlukan oleh masyarakat luas scara langsung, agar tercipta stabilitas ekonomi dan daerah. 2. Kebijakan yang berhubungan dengan tumpuan hajat hidup sebagaian besar masyarakat. 3. Kebijakan yang secara nyata akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 4. Kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. 5. Kebijakan yang secara nyata dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia. 6. Kebijakan yang secara nyata dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat. 7. Kebijakan yang dapat mendorong penyerapan tenaga kerja setempat. 8. Mengalokasikan belanja pendamping kegiatan Dana Alokasi Daerah. 9. Mengalokasikan belanja bunga loan ADB, belanja subsidi pelayanan puskesmas, belanja hibah dan sosial serta bantuan kepada desa. 10. Anggaran belanja tidak terduga untuk estimasi kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah serta tidak biasa/tanggap darurat, yang mendesak dan tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan tahun berjalan. 18

11. Menghapus/menghilangkan belanja jasa administrasi keuangan secara proporsional (jasa pelayanan SPMU/SP2D). 12. Jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa. 13. Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan dan penghargaan atas suatu prestasi. 14. Penganggaran pengadaan barang ( termasuk aset tetap ) yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa. 15. Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja, studi banding dan bimbingan teknis atau sejenisnya, dilakukan secara selektif, dengan mempertimbangkan asepek-aspek urgensi dan kompetetnsi serta memperhatikan target kinerja dan manfat dari perjalanan dinas dimaksud. 16. Penganggaran belanja perjalanan dinas di luar kegiatan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi maksimal 20% dari anggaran kegiatan yang bersangkutan. 2.3. KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Pembiayaan merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Kebijakan pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. 2.3.1. Kebijakan penerimaan pembiayaan Penerimaan pembiayaan direncanakan berasal dari SILPA tahun sebelumnya. 2.3.2. Kebijakan pengeluaran pembiayaan Pengeluaran pembiayaan daerah terdiri dari penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, dan pembentukan dana cadangan. 19

2.4. PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 disajikan secara ringkas sebagai berikut: APBD Tahun 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Surplus Penerimaan/Sisa Pengeluaran 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan 1.380.012.662.978,00 1.396.266.245.120,81 16.253.582.142,81 Belanja dan Transfer 1.511.870.197.037,99 1.368.164.749.165,57 143.705.447.872,42 Surplus/(Defisit) (131.857.534.059,99) 28.101.495.955,24 159.959.030.015,23 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 137.485.386.559,99 137.474.382.139,99 (11.004.420,00) Pengeluaran Pembiayaan 5.627.852.500,00 5.627.459.063,00 393.437,00 Pembiayaan Netto 131.857.534.059,99 131.846.923.076,99 (10.610.983,00) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran - 159.948.419.032,23 159.948.419.032,23 Dari data di atas, realisasi pendapatan melampaui target 1,18% yaitu sebesar Rp16.253.542.142,81 dan Belanja yang tidak terserap 9,50% yaitu sebesar Rp143.705.447.872,42. Pencapaian kinerja menurut urusan Pemerintahan Daerah dapat kami sajikan tersendiri dalam bentuk buku matrik sebagai hasil kompilasi pencapaian kinerja keuangan SKPD se-kabupaten Batang yang telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2015. Dalam CaLK ini akan kami sajikan ringkasan pencapaian kinerja atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam berbagai urusan yang telah dilaksanakan selama Tahun 2014 baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang diringkas dari Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2015. Target Kinerja yang telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Batang disajikan dalam Buku LKPJ Bupati Tahun 2015. 20

BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 3.1. IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN 3.1.1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2015 Anggaran daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemenuhan sumber-sumber keuangan daerah. Realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan Tahun Anggaran 2015 secara ringkas adalah sebagai berikut: 1. Realisasi pendapatan sebesar Rp1.396.266.245.120,81 lebih besar Rp16.253.542.142,81 yaitu 1,18% dibandingkan dengan target sebesar Rp1.380.012.662.978,00. 2. Realisasi belanja sebesar Rp1.368.164.749.165,57 lebih rendah Rp143.705.447.872,42 atau 9,51 % dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp1.511.870.197.037,99. 3. Pada realisasi APBD Tahun Anggaran 2015 terjadi surplus sebesar Rp28.101.495.955,24 Sedangkan pada pembiayaan terdapat pembiayaan netto sebesar Rp 131.846.923.076,99 sehingga terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp159.948.419.032,23 Realisasi sasaran kinerja fiskal Pemerintah Kabupaten Batang selama tahun anggaran 2015 dapat dilihat pada tabel III.1. berikut ini : Tabel III.1. Ikhtisar Target dan Realisasi Kinerja Fiskal Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 APBD Tahun 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Surplus Penerimaan/Sisa Pengeluaran 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan 1.380.012.662.978,00 1.396.266.245.120,81 16.253.582.142,81 Belanja dan Transfer 1.511.870.197.037,99 1.368.164.749.165,57 143.705.447.872,42 Surplus/(Defisit) (131.857.534.059,99) 28.101.495.955,24 159.959.030.015,23 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 137.485.386.559,99 137.474.382.139,99 (11.004.420,00) Pengeluaran Pembiayaan 5.627.852.500,00 5.627.459.063,00 393.437,00 Pembiayaan Netto 131.857.534.059,99 131.846.923.076,99 (10.610.983,00) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran - 159.948.419.032,23 159.948.419.032,23 21

Dengan menggunakan anggaran sebagai tolok ukur kinerja, SILPA Tahun Anggaran 2015 berasal dari over target pendapatan sebesar Rp16.253.542.142,81 atau 1,18%; sisa anggaran belanja sebesar Rp143.705.447.872,42 atau 9,50%; dan dari sisa pembiayaan netto sebesar (Rp10.610.983,00) atau 0,008%. Rekapitulasi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan Tahun Anggaran 2015 beserta realisasinya untuk setiap SKPD disajikan pada Lampiran 1a dan 1b. Sebagaimana disajikan pada lampiran tersebut, terdapat realisasi pendapatan di beberapa SKPD yang tidak memiliki anggaran pendapatan. Beberapa SKPD tersebut dinas dan badan yang bukan merupakan penghasil pendapatan, antara lain Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta dinas dan badan lainnya. Hal ini dikarenakan adanya penerimaan pendapatan melalui SKPD tersebut yang berasal dari Lain-lain PAD Yang Sah, diantaranya berasal dari pendapatan pengembalian belanja tahun lalu, dan pendapatan jasa giro pemegang kas. 3.1.2 Realisasi Anggaran Tahun 2014 Dibandingkan dengan Tahun 2015 Dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, pendapatan Tahun 2015 meningkat Rp185.049.254.793,89 atau 15,28%. Belanja Tahun 2015 meningkat sebesar Rp155.883.696.455,64 atau 12,86%. Pembiayaan netto tahun 2015 menurun Rp6.702.525.866,01 atau 4,84%. Sedangkan SILPA meningkat Rp22.463.032.472,24 atau 16,34% dengan perhitungannya sebagai berikut: 2015 (Rp) 2014 (Rp) Rp % 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan 1.396.266.245.120,81 1.211.216.990.326,92 185.049.254.793,89 15,28 Belanja dan Transfer 1.368.164.749.165,57 1.212.281.052.709,93 155.883.696.455,64 12,86 Surplus/(Defisit) 28.101.495.955,24 (1.064.062.383,01) 29.165.558.338,25 (2.740,96) 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 137.474.382.139,99 146.693.658.753,00 (9.219.276.613,01) (6,28) Pengeluaran Pembiayaan 5.627.459.063,00 8.144.209.810,00 (2.516.750.747,00) (30,90) Pembiayaan Netto 131.846.923.076,99 138.549.448.943,00 (6.702.525.866,01) (4,84) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Realisasi Realisasi 2015-Realisasi 2014 159.948.419.032,23 137.485.386.559,99 22.463.032.472,24 16,34 22

3.2. HAMBATAN DAN KENDALA DALAM PENCAPAIAN TARGET YANG TELAH DITETAPKAN Permasalahan yang menghambat dan menjadi kendala dalam pencapaian target pendapatan maupun upaya optimalisasi belanja daerah antara lain sebagai berikut: 3.2.1. Hambatan dan Permasalahan Utama dalam Pendapatan Daerah Secara umum tidak terdapat kendala dalam upaya memperoleh pendapatan sesuai dengan target pendapatan yang telah ditetapkan. Pada kelompok Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah melebihi yang ditargetkan. Sedangkan pada kelompok Dana Perimbangan realisasi pendapatan di bawah target yang ditetapkan. Adapun hambatan dan permasalahan utama dalam pendapatan daerah adalah sebagai berikut: Terbatasnya SDM baik kualitas maupun kuantitas dalam menangani pemungutan pajak; Kurangnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak; Banyak terjadi peralihan hak atas tanah namun tidak diikuti dengan permohonan mutasi SPPT sehingga subyek pajak sudah berubah; Kesulitan penagihan PBB tanah mrancang karena Wajib Pajak di luar kota alamatnya tidak jelas dan tidak ada nomor telpon/hp yang bisa dihubungi. 3.2.2. Hambatan dan Permasalahan Utama dalam Belanja Daerah Realisasi belanja Tahun 2015 mencapai 90,50%. Untuk belanja langsung, yakni untuk belanja dalam rangka pelaksanaan kegiatan, realisasinya mencapai 88,49%. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan belanja daerah diantaranya: Realisasi penyerapan anggaran di SKPD tidak berdasarkan pada anggaran kas yang sudah direncanakan, sehingga pencairan dana menumpuk di akhir tahun; Adanya persepsi dari SKPD pengajuan pencairan Ganti Uang (GU) jika uang persediaan sudah dipertanggungjawabkan 100%, sedangkan di Juknis pengelolaan APBD Tahun 2015 menyebutkan bahwa penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran apabila dana uang persediaan (UP) telah 23

dipertanggungjawabkan sekurang-kurangnya 50% dari dana UP yang diterima; Kualitas dan profesionalisme SDM aparatur belum memadai. Belum maksimalnya koordinasi intern di SKPD antara pelaku yang terkait kegiatan, pengelola keuangan dan pengelola barang di SKPD; Kurang dapat mengimplementasikan peraturan perundang-undangan yang tiap tahun mengalami perubahan; Penerima bantuan sosial dan hibah tidak memenuhi persyaratan sebagaimana regulasi; SKPD pengampu belanja hibah dan bantuan sosial mengajukan pencairannya terlambat di penghujung akhir tahun sehingga tidak terproses pencairannya. Pengadaan alat peraga (DAK Pendidikan) gagal lelang, dikarenakan pada waktu proses pelelangan penawaran tidak memenuhi syarat. 24

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1 ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan perundangundangan wajib meyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas pelaporan dalam LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 adalah Pemerintah Kabupaten Batang. Selain itu Pemerintah Kabupaten Batang memiliki entitas akuntansi yang terdiri dari SKPD dan PPKD (BUD) yang menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya. Entitas akuntansi adalah unit pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kabupaten Batang meliputi dinas, badan, sekretariat daerah, sekretariat DPRD, kantor, kecamatan, dan kelurahan. Tabel 4.1 Entitas Akuntansi Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 No. Kode SKPD 1. 1.01.1.0 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga 2. 1.02.1.1 Dinas Kesehatan 3. 1.02.2.1 Rumah Sakit Umum Daerah (APBD dan BLUD) 4. 1.03.1.1 Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air 5. 1.05.1.1 Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Energi Sumber Daya Mineral 6. 1.06.1.1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 7. 1.07.1.1 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 8. 1.08.1.1 Badan Lingkungan Hidup 9. 1.10.1.1 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 10. 1.12.1.1 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 11. 1.13.1.1 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 12. 13. 1.16.1.1 1.17.1.1 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu 14. 1.19.1.1 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 25

No. Kode SKPD 15. 1.19.2.1 Satuan Polisi Pamong Praja 16. 1.20.1.1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 17. 1.20.2.1 Bupati dan Wakil Bupati 18. 1.20.3.1 Bagian Pemerintahan Desa 19. 1.20.3.2 Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol 20. 1.20.3.3 Bagian Hukum 21. 1.20.3.4 Bagian Pengendalian Pembangunan 22. 1.20.3.5 Bagian Kesejahteraan Rakyat 23. 1.20.3.6 Bagian Perekonomian 24. 1.20.3.7 Bagian organisasi 25. 1.20.3.8 Bagian Umum 26. 1.20.3.9 Bagian Tata Pemerintahan 27. 1.20.4.1 Sekretariat DPRD 28. 1.20.5.1 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 29. 1.20.6.1 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKD) 30. 1.20.7.1 Inspektorat 31. 1.20.8.1 Badan Kepegawaian Daerah 32. 1.20.14.1 Kecamatan Batang 33 1.20.15.1 Kecamatan Tulis 34. 35. 1.20.16.1 1.20.17.1 Kecamatan Subah Kecamatan Gringsing 36. 1.20.18.1 Kecamatan Limpung 37. 1.20.19.1 Kecamatan Tersono 38. 1.20.20.1 Kecamatan Reban 39. 1.20.21.1 Kecamatan Bawang 40. 1.20.22.1 Kecamatan Bandar 41. 1.20.23.1 Kecamatan Blado 42. 1.20.24.1 Kecamatan Wonotunggal 43. 1.20.25.1 Kecamatan Warungasem 44. 1.20.26.1 Kecamatan Kandeman 45. 1.20.27.1 Kecamatan Pecalungan 46. 1.20.28.1 Kecamatan Banyuputih 47. 1.20.29.1 Kelurahan Proyonanggan Selatan 26

No. Kode SKPD 48. 1.20.30.1 Kelurahan Proyonanggan Tengah 49. 1.20.31.1 Kelurahan Proyonanggan Utara 50. 1.20.32.1 Kelurahan Kauman 51. 1.20.33.1 Kelurahan Watesalit 52. 1.20.34.1 Kelurahan Sambong 53. 1.20.35.1 Kelurahan Kasepuhan 54. 1.20.36.1 Kelurahan Karangasem Utara 55. 1.20.37.1 Kelurahan Karangasem Selatan 56. 1.21.1.1 Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan 57. 1.22.1.1 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 58. 1.26.1.1 Kantor Perpustakaan danarsip 59. 2.01.1.1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan 60. 2.02.1.1 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 61. 2.04.1.1 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 62. 2.05.1.1 Dinas Kelautan dan Perikanan 63. 2.07.1.1 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi 4.2 BASIS AKUNTANSI YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian LKPD Kabupaten Batang tahun anggaran 2015 adalah basis akrual untuk pengakuan Pendapatan LO dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Basis kas untuk pengakuan Pendapatan LRA, Belanja, Transfer dan Pembiayaan. Penyusunan dan penyajian LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 telah mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan ( SAP ) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, Peraturan Bupati Batang Nomor 70 tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang. 27

4.3. BASIS PENGUKURAN YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Basis pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan meliputi basis pengukuran pendapatan LRA, belanja, transfer, pembiayaan, pendapatan LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas A. Pengukuran Pendapatan LRA Pendapatan LRA adalah semua penerimaan rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menambah hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan Daerah diklasifikasikan menurut kelompok pendapatan yang terdiri dari : 1. Pendapatan Asli Daerah ; 2. Dana Perimbangan; dan 3. Lain-lain Pendapatan daerah yang sah Pengukuran Pendapatan LRA dicatat berdasarkan penerimaan bruto dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah netto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). B. Pengukuran Belanja. Belanja adalah semua pengeluaran dari Kas Umum Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode saldo anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. 1. Belanja dicatat sebesar nilai nominal pengeluaran uang dari Rekening Umum Kas Daerah; 2. Pengeluaran belanja dalam bentuk barang dan jasa diakui pada saat serah terima barang dan jasa sebesar nilai yang tercantum dalam Berita Acara ( BA ) serah terima. 3. Apabila dalam BA serah terima tidak dicantumkan nilai barang dan jasa tersebut, maka dapat dilakukan penaksiran atas nilai barang dan jasa yang bersangkutan. Adapun Klasifikasi Belanja yang digunakan: a. Belanja Operasi Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja 28

operasi antara lain meliputi belanja pegawai (belanja langsung maupun belanja tidak langsung), belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. b. Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset tetap berwujud dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi antara lain belanja untuk pengadaan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan aset lainnya. c. Belanja Lain-lain/Tak Terduga Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah Kabupaten Batang. C. Pengukuran Pembiayaan Pembiayaan ( financing ) adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Keuangan Kabupaten Batang, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran Pemerintah Kabupaten Batang terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan dicatat sebesar nominal penerimaan atau pengeluaran. D. Pengukuran Pendapatan LO. Pendapatan LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Akuntansi pendapatan LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran). Pendapatan LO diukur dengan nilai nominal yaitu aliran masuk yang telah diterima oleh pemerintah daerah dan aliran yang akan diterima oleh pemerintah daerah. Aliran masuk yang diterima oleh Pemerintah Daerah, contoh pajak dengan metode self assesment. Aliran yang akan diterima oleh Pemerintah Daerah dengan metode official assesment. 29

Pengukuran Pendapatan Hibah LO adalah : 1. Pendapatan hibah dalam bentuk kas dicatat sebesar nilai kas yang diterima; 2. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang menyertakan nilai hibah dicatat sebesar nilai nominal pada saat terjadinya penerimaan hibah; 3. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang tidak menyertakan nilai hibah, dilakukan penilaian dengan berdasarkan : a. Menurut biayanya; b. Menurut harga pasar; atau c. Menurut perkiraan/taksiran harga wajar. Apabila pengukuran atas pendapaan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang tidak menyertakan nilai hibah tidak dapat dilakukan, maka nilai hibah dalam bentuk barang/jasa/ surat berharga cukup diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. E. Pengukuran Beban. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Beban diukur dan dicatat berdasarkan nilai perolehan dan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang dikeluarkan dan atau akan dikeluarkan. Beban yang diukur dengan mata uang asing dikonversikan ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia ) pada saat pengakuan beban. Beban terdiri dari beban pegawai, beban persediaan, beban jasa, beban pemeliharaan, beban perjalanan dinas, beban penyusutan dan beban lain-lain. F. Pengukuran Aset Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Tidak termasuk pengertian sumber daya ekonomis adalah sumber daya alam seperti hutan, sungai, danau/rawa, kekayaan di dasar laut, dan kandungan 30

pertambangan dan harta peninggalan sejarah. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan dan /atau penguasaannya berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar dan Aset Non Lancar. 1. Aset Lancar Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pengukuran Aset lancar sebagai berikut: a. Kas dicatat sebesar nilai nominal; b. Setara kas dinilai sebesar harga perolehan, tidak termasuk bunga/hasil yang diharapkan akan diperoleh; c. Kas dan setara kas dalam valuta asing dijabarkan ke dalam rupiah dengan kurs pada tanggal neraca; d. Untuk beberapa jenis investasi jangka pendek, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi jangka pendek yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat, atau nilai wajar lainnya. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka pendek dicatat sebesar biaya perolehan.apabila investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka investasi jangka pendek dinilai berdasarkan nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi jangka pendek tersebut. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. e. Piutang. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan / atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya bedasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah. Piutang 31

dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai rupiah piutang yang belum dilunasi. Terhadap piutang dilakukan penyisihan piutang tak tertagih. Dasar perhitungan penyisihan piutang tak tertagih adalah berdasarkan umur piutang. Penilaian dan penyajian piutang sebesar nilai bersih yang apat direalisasikan (net realizable value), yaitu dalam penilaian piutang di laporan keuangan harus dikurangkan dengan penyisihan piutang tak tertagih ( allowance for doubtful account). Perhitungan penyisihan piutang tak tertagih dilakukan dengan prosentase tertentu dari saldo piutang yang ada, dengan meneliti jatuh tempo umur piutang sebagai berikut : 1) Lancar, apabila umur piutang kurang dari 1 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 0,5% 2) Kurang Lancar, apabila umur piutang 1 tahun dan kurang dari 3 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 10% 3) Diragukan, apabila umur piutang 3 tahun dan kurang dari 5 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 50% 4) Macet, apabila umur piutang 5 tahun atau lebih, penyisihan piutang tak tertagih 100% f. Persediaan. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah Daerah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/ atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun waktu 12 ( dua belas) bulan mendatang. Pengukuran Persediaan dilakukan sebagai berikut: 1) Persediaan yang berasal dari pembelian dicatat dengan biaya perolehan; 2) Persediaan yang berasal dari kegiatan produksi pada SKPD dicatat sebesar harga pokok produksi; 3) Persediaan yang berasal dari hibah atau donasi dicatat sebesar nilai wajar persediaan. Persediaan Pemerintah Kabupaten Batang dicatat secara periodik, berdasarkan hasil inventarisasi fisik 32

2. Aset Non Lancar Aset non lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan aset lainnya. a. Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi non permanen dan investasi permanen. 1) Investasi non permanen yang berupa dana yang disisihkan Pemerintah Kabupaten Batang dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergilir kepada kelompok masyarakat, dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Reliazable Value ). Nilai bersih bersih yang dapat direalisasikan adalah jumlah yang benar-benar dapat ditagih yaitu sebesar harga perolehan dikurangi perkiraan jumlah tak tertagih ditambahkan dengan perguliran dana yang berasal dari pendapatan dana bergulir. 2) Investasi Permanen Investasi permanen yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualkan, tetapi untuk mendapatkan devidn dan / atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan / atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen dapat berupa : Investasi jangka panjang yang bersifat permanen seperti penyertaan modal Pemerintah Daerah, dicatat sebesar biaya perolehan yang meliputi harga transaksi investasi jangka panjang ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi jangka panjang tersebut. b. Aset Tetap Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan digunakan untuk kegiatan Pemerintah Kabupaten Batang atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 33

1) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan; Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. 1. Aset Tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. 2. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset yang dapat disusutkan (depreciable asset) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Metode Penyusutan yang digunakan Pemerintah Kabupaten Batang adalah metode garis lurus dengan rumus : Nilai perolehan ( penilaian ) Masa Manfaat Pelaksanaan penyusutan dilakukan bersamaan dengan penerapan basis akrual terhitung sejak tahun perolehannya. Selain tanah, konstruksi dalam pengerjaan dan aset tetap lainnya berupa hewan, tanamandan buku perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik. Masa manfaat atau umur ekonomis yang digunakan sebagai dasar perhitungan penyusutan berdasarkan pada Keputusan Bupati Batang Nomor 940/690/2015 tentang Masa Manfaat Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Batang. 2) Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk memperoleh aset tetap sehingga siap dipakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut. Besaran nilai minimum kapitalisasi aset tetap tersebut adalah sebagai berikut: Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat/perlengkapan olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). 34

Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh aset tetap gedung dan bangunan baru yang nilainya samadengan dan atau lebih dari Rp. 10.000.000,00 diakui sebagai aset tetap gedung dan bangunan dalam neraca; Pengeluaran pemeliharaan untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap pengeluaran tanah, jalan/irigasi/jaringan dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Pengeluaran-pengeluaran sama dengan atau lebih dari Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah ) yang bisa dikategorikan sebagai barang pecah belah dan rawan hilang diklasifikasikan sebagai barang habis pakai. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Pengeluaran yang dikategorikan sebagai pemeliharaan tidak berpengaruh terhadap nilai aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran setelah perolehan awal aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja dan memenuhi nilai batasan kapitalisasi harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang besangkutan. c. Dana Cadangan. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar sehingga menjadi tidak proporsional apabila kebutuhan tersebut dipenuhi hanya melalui penerimaan daerah dalam satu tahun anggaran. Pembentukan maupun peruntukan dana cadangan harus diatur dengan Peraturan Daerah, sehingga dana cadangan tidak dapat digunakan untuk peruntukan yang lain. 35

d. Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya terdiri atas tagihan piutang penjualan angsuran, tagihan tuntutan perbendahraan, tuntutan Ganti kerugian daerah, aset kemitraan dengan pihak ketiga, aset tak berwujud dan aset lain-lain. Pengukurannya sebagai berikut: Tagihan Piutang penjualan angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu jumlah yang akan diterima pada tanggal jatuh tempo; Tagihan tuntutan perbendaharaan dicatat sebesar nilai nominal dalam surat ketetapan pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas daerah; Tuntutan ganti kerugian daerah dicatat sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas daerah; Aset Kemitraan dengan pihak ketiga dicatat sebesar nilai bersih yang tercatat atau nilai bersih yang tercatat pada saat aset tersebut diserahkan; Aset tak berwujud dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi. Aset lain-lain. Pos aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, kemitraan dengan pihak ketiga dan aset yang sudah tidak bermanfaat. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif Pemerintah Daerah yang telah diajukan ke pengelola barang. 36

G. Pengukuran Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah Kabupaten Batang. Kewajiban diklasifikasikan dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu 12 ( dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang mencakup semua kewajiban yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari 12 ( dua belas ) bulan mendatang. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal; Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunkanan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. H. Pengukuran Ekuitas Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah Kabupaten Batang yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Batan pada tanggal pelaporan; Saldo ekuitas di neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada laporan perubahan ekuitas. 37

4.4. PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG BERKAITAN DENGAN KETENTUAN YANG ADA DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) PADA PEMERINTAH KABUPATEN BATANG. 1. Pengakuan Pendapatan LRA Pengakuan pendapatan LRA ditentukan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh RKUN/RKUD sebagai salah satu tempat penampungannya. Oleh karena itu pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah perlu diinterpretasikan sebagai berikut: Pendapatan kas yang telah diterima pada Rekening Kas Umum Daerah; Pendapatan kas diakui saat diterima oleh bendahara penerimaan sebagai pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke Rekening Umum Kas Daerah, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan bagian dari Bendahara Umum Daerah; Pendapatan kas diakui saat diterima Unit SKPD, Satuan Kerja /SKPD dan digunakan langsung tanpa disetor ke Rekening Kas Umum Daerah, dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan daerah; Pendapatan kas yang berasal dari hibah langsung dalam/luar negeri yang digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan ; Pendapatan kas yang diterima entitas lain di luar entitas pemerintah berdasarkan otoritas yang diberikan oleh BUD dan BUD mengakuinya sebagai pendapatan; Jika bendahara penerimaan tersebut bukan merupakan bagian dari BUD maka pendapatan yang diterima oleh bendahara SKPD yang belum disetorkan ke kas daerah diakui sebagai pendapatan ditangguhkan. Dalam hal Badan Layanan Umum Daerah, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Badan Layanan Umum Daerah. Pengembalian atas penerimaan LRA yang terjadi pada periode berjalan diakui sebagai pengurang Pendapatan LRA pada tahun terjadinya pengembalian pendapatan. Pengembalain pendapatan LRA pada tahun berikutnya setelah 38

laporan keuangan disampaikan ke DPRD, yang bersifat normal dan berulang dicatat sebagai pengurang pendapatan LRA pada tahun terjadinya pengembalian. Koreksi dan pengembalian pendapatan LRA pada tahun berikutnya bsetelah laporan keuangan disampaikan ke DPRD, yang bersifat tidak normal dan tidak berulang, dicatat sebagai pengurang saldo anggaran lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. 2. Pengakuan Belanja Belanja menurut basis kas diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan yang telah dipertanggungjawabkan; Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan di SKPKD; Penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode berjalan dicatat sebagai pengurang belanja tahun berjalan; Penerimaan kembali belanja pada tahun anggaran berikutnya dicatat sebagai penerimaan lain-lain LRA 3. Pengakuan Pembiayaan Pengakuan penerimaan pembiayaan ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh Rekening Kas Umum Daerah sebagai salah satu tempat penampungan. Pengakuan pengeluaran pembiayaan ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh Rekening Kas Umum Daerah sebagai salah satu sumber pengeluaran. 4. Pengakuan Pendapatan LO Pendapatan LO diakui pada saat : a. Pemerintah Daerah memiliki hak atas pendapatan; b. Pemerintah Daerah menerima kas yang berasal dari Pendapatan. Pendapatan LO yang diperoleh untuk beberapa periode, maka pengakuannya dialokasikan untuk setiap periode pelaporan, kecuali pendapatan LO yang berasal daro ijin gangguan (HO), IMB dan ijin trayek maka pendapatan tersebut diakui seluruhnya pada saat kas diterima oleh Kas Daerah; 39

Pendapatan LO yang berasal dari BPJS diakui pada saat pengajuan claim ke BPJS dan jika claim yang diterima tidak sesuai pengajuan maka dibuatkan jurnal koreksi; Pendapatan sekolah yang berasal dari APBD Propinsi, APBN, Komite Sekolah dan BOS diakui oleh Pemerintah Daerah pada saat dana tersebut masuk ke rekening sekolah. Pengakuan pendapatan pajak yang dipungut dengan metode self assesment diakui pada saat realisasi kas diterima di kas daerah tanpa terlebih dahulu diterbitkannya surat ketetapan. Pengakuan pendapatan pajak yang dipungut dengan metode official assesment diakui pada saat telah diterbitkannya surat ketetapan yang mempunyai kekuatan hukum. Pendapatan transfer diakui bersamaan dengan diterimanya kas pada rekening kas umum daerah. 5. Pengakuan Beban. Beban diakui pada saat : 1) Timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah 2) Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset non kas dalam kegiatan operasional Pemerintah. 3) Terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu, contoh penyusutan atau amortisasi. 6. Pengakuan Aset a. Pengakuan Aset Lancar sebagai berikut : 1) Kas dan setara kas diakui pada saat diterima atau dibayarkan atau pada saat kepemilikan dan/atau penguasaannya berpindah. 2) Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi jangka pendek apabila memenuhi salah satu kriteria : a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoeh Pemerintah Daerah b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 40

3) Pengakuan Piutang terjadi pada saat penerbitan Surat Ketetapan tentang piutang; dan/atau telah diterbitkan surat penagihan tdan telah dilaksanakan penagihan; dan/atau belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan. 4) Pengakuan persediaan pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/kepenguasaannya berpindah b. Aset non lancar 1) Pengakuan investasi jangka panjang. Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria : Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh Pemerintah; Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 2) Pengakuan Aset Tetap Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Berwujud; Mempunyai manfaat lebih dari 12 ( dua belas ) bulan; Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal ; Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. 3) Pengakuan Aset Lainnya. Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/kemitraan, yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset kerjasama/kemitraan. Aset kerjasama/kemitraan berupa gedung dan /atau sarana berikut fasilitasnya, dalam rangka kerjasama BSG, diakui pada saat pengadaan / pembangunan Gedung dan / atau sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk digunakan/ dioperasikan. 41

Aset tak berwujud diakui jika, dan hanya jika : a) Kemungkinan besar aset tersebut akan memberikan manfaat ekonomis dan / atau manfaat sosial di masa depan kepasa entitas pelaporan atau entitas akuntansi; b) Mempunyai masa manfat lebih dari 12 bulan; c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal 4) Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat sekarang dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan handal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/ atau pada saat itu kewajiban timbul. 42

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Bab ini membahas secara rinci mengenai akun-akun yang terdapat pada laporan keuangan yang terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. 5.1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran terdiri atas akun pendapatan, belanja dan pembiayaan. Rekapitulasi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan untuk masing-masing SKPD disajikan pada lampiran 1.a dan 1.b. Uraian selengkapnya masing-masing akun laporan realisasi anggaran adalah sebagai berikut : 5.1.1. PENDAPATAN LRA Pada tahun anggaran 2015 Pendapatan Daerah dianggarkan sebesar Rp1.380.012.662.978,00 dan direalisasikan sebesar Rp1.396.266.245.120,81 atau 101,18% dari target yang telah ditetapkan. Perbandingan antara anggaran dan realisasi pendapatan dalam Tahun Anggaran 2015 serta realisasi Tahun Anggaran 2014 adalah sebagai berikut: Tahun 2015 Tahun 2014 Pendapatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Pendapatan Asli Daerah 168.613.116.039,00 179.721.273.967,81 172.638.212.951,92 2 Pendapatan Transfer 1.090.054.629.939,00 1.096.477.395.839,00 996.496.836.760,00 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 121.344.917.000,00 120.067.575.314,00 42.081.940.615,00 1.380.012.662.978,00 1.396.266.245.120,81 1.211.216.990.326,92 Berdasarkan rincian di atas terlihat realisasi Pendapatan Daerah tahun 2015 bila dibandingkan dengan realisasi pendapatan Daerah Tahun 2014 lebih besar Rp185.049.254.793,89 atau 15,28 %. 43

Grafik V.I Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2015 Lain-lain Pendapatan yang Sah 8,58% 12,89% Pendapatan Asli Daerah 78,53% Pendapatan Transfer Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang Sah Penjelasan untuk masing-masing jenis pendapatan daerah diuraikan sebagai berikut: 5.1.1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas: 1) pendapatan pajak daerah; 2) retribusi daerah; 3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain PAD yang sah. Realisasi PAD Tahun 2015 serta perbandingannya dengan realisasi Tahun 2014 adalah sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Pajak Daerah 48.432.250.000,00 51.482.053.384,00 42.714.336.489,00 2 Hasil Retribusi Daerah 14.171.059.120,00 16.211.683.279,00 25.247.348.616,00 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Berdasarkan rincian di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi PAD Tahun 2015 lebih besar Rp11.108.157.928,81 atau 6,59%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi PAD Tahun 2015 lebih besar Rp7.083.061.015,89 atau meningkat 2014 7.067.239.187,00 7.070.429.150,00 6.617.718.234,00 4 Lain-lain PAD yang Sah 98.942.567.732,00 104.957.108.154,81 98.058.809.612,92 2015 168.613.116.039,00 179.721.273.967,81 172.638.212.951,92 44

4,10%. Adapun penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PAD yaitu Lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan kontribusi 58,40%. Realisasi masing-masing jenis PAD Tahun Anggaran 2015 dan 2014 diuraikan sebagai berikut: 5.1.1.1.1 Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Pajak Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Batang dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Realisasi PAD selama TA 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut: 2015 2014 Pendapatan Pajak Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Pajak Hotel 307.000.000,00 319.577.750,00 296.457.875,00 Pajak Restoran 1.426.000.000,00 1.565.033.348,00 1.465.708.525,00 Pajak Hiburan 375.750.000,00 436.584.450,00 226.388.400,00 Pajak Reklame 995.000.000,00 1.142.398.350,00 997.225.350,00 Pajak Penerangan Jalan 18.500.000.000,00 18.987.341.479,00 16.029.130.753,00 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 150.000.000,00 165.035.000,00 204.919.000,00 Pajak Parkir 16.500.000,00 19.495.000,00 16.800.000,00 Pajak Air Tanah 355.000.000,00 399.995.049,00 389.547.391,00 Pajak Sarang Burung Walet 57.000.000,00 61.150.000,00 65.910.000,00 Pajak Bumi dan Bangunan P2 18.250.000.000,00 18.659.567.943,00 17.038.292.291,00 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 8.000.000.000,00 9.725.875.015,00 5.983.956.904,00 48.432.250.000,00 51.482.053.384,00 42.714.336.489,00 Berdasarkan rincian pendapatan pajak daerah di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan pajak daerah Tahun 2015 lebih besar Rp3.049.803.384,00 atau naik 6,30%. Kenaikan terbesar ada pada Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan yaitu sebesar 21,57% dari anggarannya. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pendapatan pajak daerah tahun 2015 lebih besar Rp8.767.716.895,00 atau meningkat 20.53%. Pendapatan pajak daerah tersebut termasuk pendapatan 2015 dan baru disetor tahun 2016 yang berada pada bendahara penerimaan DPPKAD sebesar Rp.3.151.000,00. 45

Grafik VI.2. Perbandingan Realisasi Pajak Daerah TA 2014-2015 (dalam milyar rupiah) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 18,99 18,76 17,04 16,03 9,725 5,983 1,562 0,436 1,142 0,319 2. Retribusi 1,465 0,165 0,019 0,399 0,296 0,226 Daerah 0,997 0,204 0,016 0,3890,061 0,659 Retribusi Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Retribusi Daerah dikelola oleh masing-masing SKPD penghasil, dengan realisasi pada Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut: 2015 2014 46

5.1.1.1.2 Realisasi Retribusi Daerah Retribusi Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Retribusi Daerah dikelola oleh masing-masing SKPD penghasil, dengan realisasi pada tahun anggaran 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut: 2015 2014 Hasil Retribusi Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Retribusi Jasa Umum Retribusi Pelayanan Kesehatan 4.576.500.000,00 4.945.055.777,00 12.113.265.350,00 Retribusi Pelayanan persampahan/ 420.034.400,00 392.455.800,00 206.259.200,00 kebersihan Retr bi cetak KK,KTP & akte Capil 48.787.000,00 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jln 300.000.000,00 300.452.000,00 250.000.000,00 Retribusi Pelayanan Pasar 1.712.751.400,00 1.724.992.805,00 1.660.147.066,00 Retribusi Pengujian Kendrn Bermotor 200.005.000,00 311.625.500,00 297.939.500,00 Retribusi Pengendalian Menara 424.261.100,00 286.223.620,00 585.246.234,00 7.633.551.900,00 7.960.805.502,00 15.161.644.350,00 Retribusi Jasa Usaha Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 1.730.431.320,00 2.023.162.600,00 1.627.580.700,00 Retribusi Tempat Pelelangan 1.600.000.000,00 2.202.602.696,00 1.565.740.746,00 Retribusi terminal 176.727.900,00 177.957.800,00 159.597.300,00 Retribusi Tempat Khusus Parkir 169.628.000,00 165.783.500,00 123.131.500,00 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedot Kakus 20.000.000,00 20.640.000,00 15.180.000,00 Retribusi Rumah Potong Hewan 73.050.000,00 73.117.000,00 73.098.000,00 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan 25.000.000,00 25.422.700,00 8.394.000,00 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga 863.800.000,00 1.141.847.250,00 795.182.500,00 Retribusi Siaran Radio Abirawa 40.000.000,00 43.250.909,00 39.816.720,00 4.698.637.220,00 5.873.784.455,00 4.407.721.466,00 Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 565.040.000,00 645.461.550,00 658.814.900,00 Retribusi Izin Gangguan/Keramaian 1.190.000.000,00 1.618.564.372,00 4.999.437.900,00 Retribusi Izin Trayek 17.830.000,00 22.075.000,00 17.980.000,00 Retribusi Izin Usaha 6.000.000,00-1.750.000,00 Retribusi IMTA 60.000.000,00 90.992.400,00 1.838.870.000,00 2.377.093.322,00 5.677.982.800,00 Jumlah Hasil Retribusi Daerah 14.171.059.120,00 16.211.683.279,00 25.247.348.616,00 47

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi hasil retribusi daerah Tahun 2015 lebih besar Rp2.040.624.159,00 atau 14,40%. Bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi retribusi daerah Tahun 2015 lebih kecil Rp9.035.665.337,00 atau turun 35,79%. Pada tahun angaran 2015 hampir semua retribusi realisasinya melebihi 100%, kecuali beberapa obyek pendapatan yang tidak mencapai target yang ditetapkan adalah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi pengendalian menara telekomunikasi dan retribusi tempat khusus parkir. Untuk retribusi pengendalian menara telekomunikasi yang tidak mencapai target secara signifikan (terealisasi 67,46%) hal ini disebabkan karena adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-XII/2014 yang mengabulkan gugatan pemohon seluruhnya ( PT Kame Komunikasi Indonesia ) dan menyatakan bahwa penjelasan pasal 124 UU PDRD yang menyatakan bahwa tarif retribusi ditetapkan paling tinggi 2% ( dua persen ) dari NJOP PBB menara telekomunikasi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Adapun realisasi Pendapatan Retribusi Tahun 2015 secara rinci untuk masing-masing SKPD adalah sebagai berikut: No Keterangan Retribusi (Rp) 1 DINAS KESEHATAN 4.945.055.777,00 2 DINAS BINA MARGA DAN SDA 139.602.000,00 3 DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN ESDM 854.436.550,00 4 DINAS PERHUBUNGAN, KOMINFO 1.330.445.420,00 5 BADAN LINGKUNGAN HIDUP 1.618.564.372,00 6 DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 90.992.400,00 7 BAGIAN TATA PEMERINTAHAN 1.399.400.000,00 8 BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL 43.250.909,00 9 DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH 44.850.000,00 48

No Keterangan Retribusi (Rp) 10 11 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 73.117.000,00 1.286.147.250,00 12 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 2.252.275.396,00 13 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI 2.133.546.205,00 JUMLAH 16.211.683.279,00 Dilihat dari tabel di atas, maka retribusi yang terbesar adalah Dinas Kesehatan sebesar Rp4.945.055.777,00, kemudian disusul Dinas Kelautan dan Perikanan sebesar Rp2.252.275.396,00 dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi sebesar Rp2.133.546.205,00. Pendapatan retribusi sebagaimana tersebut di atas termasuk pendapatan Tahun 2015 dan baru disetor tahun 2016 berada pada bendahara penerimaan SKPD berikut: 1. Dinas Kelautan dan Perikanan sebesar Rp38.836.360,00 merupakan retribusi tempat pelelangan ikan. 2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebesar Rp23.140.000,00 merupakan pendapatan retribusi tempat rekreasi dan olah raga dan retribusi tempat khusus parkir. 3. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika sebesar Rp500.000,00 yang terdiri dari retribusi terminal dan retribusi parkir. 5.1.1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, merupakan penerimaan PAD yang berasal dari hasil penyertaan modal Pemerintah Kabupaten berupa bagian laba dari lembaga keuangan bank dan bukan bank adalah sebagai berikut: 49

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan: 2015 2014 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagian Laba atas Penyertaan Modal Perusahaan Daerah Air Minum 3.312.775.666,00 3.312.775.666,00 2.947.708.981,00 Perusda Aneka Usaha 22.459.271,00 22.459.271,00 139.682.510,00 BPR/BKK Batang 878.212.757,00 878.212.759,00 482.903.677,00 Koperasi Serba Usaha Batang - 3.189.961,00 3.654.000,00 Cemerlang Bank Jateng - Deviden Bank Jateng 2.853.791.493,00 2.853.791.493,00 3.043.769.066,00 -AMU Bank Jateng 7.067.239.187,00 7.070.429.150,00 6.617.718.234,00 Realisasi bagian laba atas penyertaan modal berdasarkan kas yang masuk ke rekening Kas Daerah (STS). Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan lebih besar Rp3.189.963,00 atau 0,05%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi Tahun 2015 tersebut lebih besar Rp452.710.916,00 atau menurun 6,84%. Realisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tersebut dicatat berdasarkan basis kas, yakni diakui seluruhnya sebagai pendapatan atas semua penerimaan ke Kas Daerah pada Tahun 2015. 5.1.1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah merupakan PAD dari berbagai sumber yang bersifat tidak tetap/rutin. Bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi Lain-lain PAD yang Sah Tahun Anggaran 2015 lebih besar Rp 6.014.540.422,81 atau melebihi 6,08% dari yang dianggarkan, dengan rincian sebagai berikut: 50

2015 2014 Lain-lain PAD yang Sah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Hasil Penjualan Aset Daerah Tidak Dipisahkan 616.810.000,00 672.923.500,00 518.598.800,00 Penerimaan Jasa Giro 2.075.457.942,00 2.716.853.177,00 2.383.839.888,00 Penerimaan Bunga Deposito 11.000.000.000,00 15.677.483.883,00 13.003.451.617,00 Tuntutan Ganti Rugi Daerah 5.870.272,00 11.030.472,00 25.519.359,00 Denda Atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 36.750.255,00 437.950.523,00 512.231.883,00 Pendapatan Denda Retribusi 8.382.360,00 10.509.790,00 63.712.500,00 Pendapatan Denda Pajak - 102.413.284,00 116.905.333,00 Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan - - 998.922.560,00 Pendapatan Dari 957.478.903,00 1.120.565.589,00 448.453.196,00 Pengembalian Fasilitas Sosial dan fasilitas 34.500.000,00 34.660.000,00 30.500.000,00 umum Pendapatan BLUD 61.500.000.000,00 60.345.297.807,25 64.707.964.012,75 Pendapatan BPJS Keshtn 22.707.318.000,00 23.827.420.129,56 15.248.710.464,17 98.942.567.732,00 104.957.108.154,81 98.058.809.612,92 Dari tabel tersebut terlihat bahwa obyek pendapatan penyumbang terbesar lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Kabupaten Batang sebesar Rp60.345.297.807,25, disusul dengan Pendapatan BPJS Kesehatan sebesar Rp23.827.460.129,56 dan Penerimaan bunga deposito sebesar Rp15.677.483.883,00. Sedangkan secara prosentase, obyek pendapatan yang melebihi anggaran terbesar adalah dari Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yaitu sebesar 1.091,69%. Dari tabel dapat diketahui bahwa realisasi lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Tahun 2015 jika dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar Rp6.898.298.541,89 atau sebesar 7,03%. Pada tahun anggaran 2015 terdapat realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang tidak diterima di rekening Kas Umum Daerah karena penerimaan tersebut diatur tersendiri oleh peraturan yang berlaku, yaitu (1) Dana Kapitasi JKN yang diatur oleh Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik 51

Pemerintah Daerah dan (2) Pendapatan BLUD (RSUD Kabupaten Batang) yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaaan Keuangan Badan layanan Umum sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2012. Berikut ini penjelasan masing-masing obyek pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah: a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan sebesar Rp672.923.500,00 terdiri atas: 1) Hasil penjualan peralatan/perlengkapan kantor tidak terpakai sebesar Rp81.100.000,00. 2) Hasil penjualan drum bekas sebesar Rp33.840.000,00. 3) Penjualan hasil penebangan pohon sebesar Rp. 7.350.000,00 4) Hasil penjualan bahan-bahan bekas bangunan sebesar Rp188.500.000,00. 5) Penjualan hasil pertanian sebesar Rp312.103.500,00. 6) Penjualan hasil perikanan sebesar Rp50.030.000,00. b. Penerimaan Jasa Giro sebesar Rp2.716.853.177,00 terdiri atas: 1) Penerimaan Jasa Giro Kas Daerah sebesar Rp2.526.262.153,00. 2) Penerimaan Jasa Giro Bendahara sebesar Rp190.591.024,00. c. Pendapatan bunga deposito sebesar Rp15.677.483.883,00 merupakan pendapatan dari penempatan kas daerah pada deposito dengan jangka waktu satu bulan. Penempatan dana kas daerah dalam bentuk deposito merupakan bagian dari manajemen kas daerah yang bertujuan memperoleh hasil maksimal atas kas menganggur (idle cash). d. Penerimaan tuntutan ganti kerugian daerah sebesar Rp11.030.472,00 berasal dari: 1) Penerimaan dari kerugian uang daerah Rp1.250.000,00. 2) Penerimaan dari kerugian barang daerah Rp9.780.472,00. e. Penerimaan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sebesar Rp437.950.523,00 terdiri atas: 1) Bidang Pendidikan sebesar Rp8.066.329,00 2) Bidang Pekerjaan Umum sebesar Rp299.329.559,00 3) Bidang Perhubungan dan Pariwisata sebesar Rp9.034.970,00 4) Bidang Kelautan Rp40.090.709,00 5) Bidang Pertanian dan peternakan Rp2.041.274,00 52

6) Bidang Kesehatan Rp79.387.682,00 f. Pendapatan denda retribusi sebesar Rp10.509.790,00 terdiri atas : 1) Pendapatan denda retribusi perijinan tertentu sebesar Rp8.412.690,00. 2) Pendapatan denda keterlambatan pengembalian buku Rp.2.097.100,00. g. Pendapatan denda pajak sebesar Rp102.413.284,00 h. Pendapatan dari pengembalian sebesar Rp1.120.565.589,00 terdiri dari: 1) Sisa pembebanan anggaran sebesar Rp1.037.394.836,00. 2) Lain-lain penerimaan sebesar Rp83.400.603,00. i. Fasilitas Sosial dan fasilitas umum sebesar Rp34.660.000,00, berasal dari sewa MCK di lokasi pasar-pasar. j. Pendapatan BLUD sebesar Rp60.345.297.807,25 berasal dari: 1) Pendapatan jasa layanan sebesar Rp59.577.419.277,00. 2) Pendapatan hasil kerja sama dengan pihak lain sebesar Rp143.087.300,00. 3) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah sebesar Rp624.791.230,25. k. Pendapatan BPJS Kesehatan sebesar Rp23.827.420.129,56 merupakan BPJS kapitasi. 5.1.1.2 PENDAPATAN TRANSFER Pendapatan Transfer berasal dari Pemerintah Pusat dan Provinsi, meliputi Transfer Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan dan transfer lainnya serta Transfer Pemerintah Provinsi. Realisasi pendapatan transfer Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut: 2015 2014 Pendapatan Transfer Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan 822.197.668.176,00 814.899.907.343,00 766.582.242.761,00 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 199.918.922.000,00 199.918.922.000,00 164.824.223.000,00 Transfer Pemerintah Provinsi 67.938.039.763,00 81.658.566.496,00 65.090.370.999,00 1.090.054.629.939,00 1.096.477.395.839,00 996.496.836.760,00 53

Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan transfer Tahun 2015 lebih tinggi Rp6.422.765.900,00 atau 0,59%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi Tahun 2015 lebih besar Rp99.980.559.079,00 atau 9,11%. Adapun penjelasan masing-masing pendapatan transfer adalah sebagai berikut: 5.1.1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Perimbangan terdiri atas Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus dengan rincian sebagai berikut: Transfer Pemerintah Pusat- Dana Perimbangan: 2015 2014 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Dana Bagi Hasil Pajak 28.885.616.000,00 21.614.628.717,00 25.217.998.330,00 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 7.031.406.176,00 7.004.632.626,00 7.004.750.431,00 (Sumber Daya Alam) Dana Alokasi Umum 706.782.246.000,00 706.782.246.000,00 682.182.894.000,00 Dana Alokasi Khusus 79.498.400.000,00 79.498.400.000,00 52.176.600.000,00 822.197.668.176,00 814.899.907.343,00 766.582.242.761,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan dana perimbangan Tahun Anggaran 2015 lebih kecil Rp7.297.760.833,00 atau 0,89%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pendapatan dana perimbangan Tahun 2014 lebih besar Rp48.317.664.582,00 atau meningkat 6,30%. Rincian obyek pendapatan dana perimbangan Tahun 2015 yang tidak memenuhi target adalah dari dana bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam. Dan jika dibandingkan dengan Tahun 2014 realisasi dana bagi hasil pajak lebih kecil Rp117.805,00 dan realisasi dana bagi hasil bukan pajak dari anggarannya lebih kecil Rp26.773.550,00 atau kurang sebesar 0,38%. Adapun rincian Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 54

5.1.1.2.1.a Dana Bagi Hasil Pajak Pendapatan bagi hasil pajak dari pemerintah pusat terdiri atas bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bagi hasil pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 dan bagi hasil pajak penghasilan pasal 21`dengan rincian sebagai berikut: 2015 2014 Dana Perimbangan-Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Pasal 25 dan 29 Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Pasal 21 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 16.271.392.000,00 14.046.094.317,00 15.795.590.015,00 655.249.000,00 393.149.400,00 575.378.225,00 11.958.975.000,00 7.175.385.000,00 8.847.030.090,00 28.885.616.000,00 21.614.628.717,00 25.217.998.330,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak Tahun 2015 kurang Rp7.270.987.283,00 atau 25,17%. Hal ini disebabkan semua obyek pendapatan dana perimbangan bagi hasil pajak tidak terealisasi sebagaimana yang telah dianggarkan. Dan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pendapatan bagi hasil pajak Tahun 2015 meningkat sebesar Rp3.603.369.613,00 atau 14,29%. 5.1.1.2.1.b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak terdiri atas Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam, dengan rincian sebagai berikut: Dana Perimbangan-Bagi Hasil Bukan Pajak: 2015 2014 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan 910.613.360,00 435.467.810,00 1.338.745.394,00 Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan 977.791.933,00 703.264.033,00 383.182.410,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi 81.675.000,00 57.172.500,00 237.468.039,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi 32.091.000,00 22.463.700,00 56.578.713,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi 16.195.697,00 11.570.897,00 13.602.070,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Umum 32.095.186,00 26.900.686,00 91.481.558,00 Bagi Hasil Cukai Tembakau 4.980.944.000,00 5.747.793.000,00 4.883.692.247,00 7.031.406.176,00 7.004.632.626,00 7.004.750.431,00 55

Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan bagi hasil bukan pajak Tahun 2015 lebih rendah Rp26.773.550,00 atau 0,38 %. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pendapatan bagi hasil bukan pajak Tahun 2015 lebih rendah Rp117.805,00. 5.1.1.2.1.c Dana Alokasi Umum (DAU) DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Alokasi DAU Tahun 2015 ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2015. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, alokasi DAU untuk Kabupaten Batang adalah sebesar Rp706.782.246.000,00. Alokasi DAU Tahun Anggaran 2015 untuk Kabupaten Batang telah diterima seluruhnya pada Tahun Anggaran 2015. Penerimaan DAU Tahun 2015 ini lebih tinggi Rp24.599.352.000,00 dari penerimaan DAU Tahun 2014 atau 3,61%. 5.1.1.2.1.d Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) DAK merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Alokasi DAK Tahun 2015 ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 162 tahun 2014 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah tahun 2015 dan Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan tahun 2015. 56

Dana DAK untuk Kabupaten Batang meliputi 11 ( sebelas) bidang, dengan rincian sebagai berikut: 2015 2014 Dana Alokasi Khusus: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) DAK Bidang Pendidikan 31.100.230.000,00 31.100.230.000,00 18.246.750.000,00 DAK Bidang Kesehatan 20.449.060.000,00 20.449.060.000,00 4.056.470.000,00 DAK Infrastruktur Jalan 6.612.180.000,00 6.612.180.000,00 4.747.480.000,00 DAK Infrastruktur Irigasi 4.297.200.000,00 4.297.200.000,00 4.009.040.000,00 DAK Infrastruktur Air Minum 2.285.130.000,00 2.285.130.000,00 1.390.920.000,00 DAK Infrastruktur Sanitasi 2.187.870.000,00 2.187.870.000,00 1.392.660.000,00 DAK Kelautan dan Perikanan 3.431.980.000,00 3.431.980.000,00 4.466.440.000,00 DAK Pertanian 4.763.110.000,00 4.763.110.000,00 7.298.490.000,00 DAK Lingkungan Hidup 1.116.040.000,00 1.116.040.000,00 965.660.000,00 DAK Keluarga Berencana 1.434.920.000,00 1.434.920.000,00 1.007.960.000,00 DAK Kehutanan 1.286.420.000,00 1.286.420.000,00 993.730.000,00 DAK Keselamatan dan Transportasi 534.260.000,00 534.260.000,00 435.890.000,00 DAK Perdagangan Pasar 1.836.990.000,00 DAK Rujukan 1.328.120.000,00 Jumlah 79.498.400.000,00 79.498.400.000,00 52.176.600.000,00 Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2015 telah diterima seluruhnya oleh Pemerintah Kabupaten Batang. Jika dibandingkan dengan realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2014, maka realisasi pada Tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar Rp27.321.800.000,00 atau 52,36%. 5.1.1.2.2 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Pendapatan transfer pemerintah pusat lainnya terealisasi sebesar Rp.199.918.922.000,00 atau 100% dari anggarannya berasal dari dana penyesuaian. 5.1.1.2.2.a Dana Otonomi Khusus Dana Otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah.sehingga Pemerintah Kabuapaten Batang tidak menganggarkan dan tidak merealisasikannya. 5.1.1.2.2.b Dana Penyesuaian Pendapatan yang berasal dari dana penyesuaian terdiri dari tunjangan profesi guru PNSD sebesar Rp196.228.922.000,00 dan Dana Tambahan Penghasilan guru PNSD sebesar Rp.3.690.000.000,00 57

5.1.1.2.3 Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi Pendapatan transfer pemerintah provinsi terdiri atas bagi hasil pajak dan bagi hasil lainnya dengan perincian sebagai berikut: Dari tabel di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan transfer Pemerintah Provinsi lebih besar Rp13.720.526.733,00 atau 20,20%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi Tahun 2015 lebih tinggi Rp16.568.195.497,00 atau meningkat 25,45%. 5.1.1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Lain-lain Pendapatan Yang Sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Transfer meliputi bantuan keuangan dari provinsi dengan realisasi Tahun 2015 dan 2014 sebagai berikut: Berikut ini penjelasan masing-masing obyek Lain-lain Pendapatan yang Sah: 1. Dana hibah diberikan Pemerintah pusat kepada Pemerintah Kabupaten Batang sebagai 2015 2014 Transfer Pemerintah Provinsi: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagi Hasil Pajak: Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor 9.180.809.250,00 12.866.812.824,00 11.989.114.005,00 Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan 20.258.590.500,00 15.099.328.130,00 18.596.165.355,00 Bermotor Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan 21.326.757.750,00 24.413.789.613,00 21.263.233.090,00 Bermotor Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan 11.383.500,00 17.790.015,00 18.198.615,00 Pemanfaatan Air Permukaan Bagi hasil dari pajak rokok 17.160.498.763,00 29.260.845.914,00 13.223.659.934,00 67.938.039.763,00 81.658.566.496,00 65.090.370.999,00 2015 2014 Lain-lain Pendapatan yang Sah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Pendapatan Hibah 3.000.000.000,00 3.000.000.000,00 2.000.000.000,00 Pendapatan Lainnya 118.344.917.000,00 117.067.575.314,00 40.081.940.615,00 Jumlah 121.344.917.000,00 120.067.575.314,00 42.081.940.615,00 dana pengganti atas pelaksanaan kegiatan peningkatan akses penyediaan air minum bagi masyarakat yang belum memiliki akses sambungan air minum perpipaan, dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pedoman Pengelolaan 58

Program Hibah Air Minum yang ditetapkan pada tahun 2013 oleh Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. Pemerintah memberikan dana hibah kepada Pemerintah Kabupaten Batang sesuai dengan Surat Menteri Keuangan tentang Persetujuan Penerusan hibah Luar Negeri untuk Program Hibah Air Minum kepada Pemerintah Kabupaten Batang Nomor S-153/MK.7/2013 tanggal 11 April 2013. Dana hibah sebagaimana dimaksud diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Batang berdasarkan capaian kinerja atas pelaksanaan kegiatan pemasangan sambungan Rumah (SR) baru yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada Tahun 2015 mendapatkan Dana Hibah sebesar Rp3.000.000.000,00 untuk pembangunan lebih dari 1000 SR. 2. Pendapatan lainnya sebesar Rp117.067.575.314,00 terdiri atas: a. Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya sebesar Rp.50.236.399.987,00 FEDEP sebesar Rp85.000.000,00. TMMD sebesar Rp330.000.000,00. Penyusunan sistem informasi profil daerah sebesar Rp50.000.000,00. Primatani berbasis pekarangan sebesar Rp125.000.000,00. Pendidikan Untuk Semua (PUS) sebesar Rp50.000.000,00. TKPKD sebesar Rp. 50.000.000,00 Bantuan sarana prasarana sebesar Rp40.200.000.000,00. Bantuan pendidikan sebesar Rp9.186.381.540,00. Bantuan Keuangan Desa Pemula dan Desa Prakarsa sebesar Rp.100.000.000,00 Bantuan keuangan bersifat umum dari retribusi daerah tera dan tera ulang sebesar Rp.38.393.447,00 Bantuan keuangan bersifat umum dari Retribusi Daerah ijin Usaha Perikanan sebesar Rp.21.625.000,00 b. Pendapatan Dana Desa sebesar Rp. 66.579.163.000,00 c. Kompensasi atas Pembayaran Pajak PPh pasal 21 sebesar Rp252.012.327 59

5.1.2. BELANJA Belanja daerah merupakan pengeluaran daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Belanja Daerah terdiri atas belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga. Anggaran dan realisasi belanja Tahun 2015 untuk masing-masing SKPD disajikan pada lampiran 2. Anggaran dan realisasi belanja daerah Tahun Anggaran 2015 serta realisasi Tahun Anggaran 2014, adalah sebagai berikut: 2015 2014 Belanja Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Operasi 1.133.807.605.844,99 1.026.867.185.066,57 1.010.380.256.054,93 Belanja Modal 227.518.251.414,00 193.435.878.499,00 157.304.196.255,00 Belanja Tidak Terduga 2.000.000.000,00 86.163.000,00 761.450.400,00 Transfer 148.544.339.779,00 147.775.522.600,00 43.835.150.000,00 1.511.870.197.037,99 1.368.164.749.165,57 1.212.281.052.709,93 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja Tahun 2015 lebih rendah Rp143.705.447.872,42 atau 9,50%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi belanja Tahun 2015 lebih besar Rp155.883.696.455,64 atau 12,86%. Berikut penjelasan untuk masing-masing kelompok belanja: 5.1.2.1 BELANJA OPERASI Belanja operasi meliputi pengeluaran untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah yang memberikan manfaat jangka pendek. Belanja Operasi terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja bantuan sosial, dan belanja bantuan keuangan, dengan rincian sebagai berikut: 2015 2014 Belanja Operasi: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Pegawai 780.439.282.063,99 711.289.300.333,00 695.121.258.351,00 Belanja Barang 304.728.924.146,00 273.351.994.394,57 246.774.866.536,93 Bunga 45.000.000,00 24.239.434,00 43.599.157,00 Hibah 30.200.966.000,00 26.078.153.700,00 36.203.606.000,00 Bantuan Sosial 17.583.500.000,00 15.486.936.091,00 31.458.697.989,00 Bantuan Keuangan 809.933.635,00 636.561.114,00 778.228.021,00 1.133.807.605.844,99 1.026.867.185.066,57 1.010.380.256.054,93 60

Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja operasi Tahun 2015 lebih rendah Rp106.940.420.778,42 atau 9,43%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi belanja operasi Tahun 2015 lebih besar Rp16.486.929.011,64 atau 1,63%. 5.1.2.1.1. Belanja Pegawai Belanja pegawai terdiri atas belanja langsung dan belanja tidak langsung dengan rincian anggaran dan realisasi Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut : Belanja Pegawai: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Tidak Langsung: Gaji dan Tunjangan 479.264.952.083,99 467.117.084.438,00 97,47 (12.147.867.645,99) (2,53) Tambahan Penghasilan PNS 223.025.009.350,00 170.250.956.400,00 76,34 (52.774.052.950,00) (23,66) Belanja Lain Pimpinan dan anggota DPRD serta KDH/WKDH 3.962.000.000,00 3.962.000.000,00 100,00 - - Biaya Pemungutan Pajak Daerah 2.879.902.395,00 2.653.387.736,00 92,13 (226.514.659,00) (7,87) 709.131.863.828,99 643.983.428.574,00 90,81 (65.148.435.254,99) (9,19) Belanja Langsung: Honorarium PNS 25.925.835.050,00 23.616.064.138,00 91,09 (2.309.770.912,00) (8,91) Honorarium Non PNS 19.823.749.900,00 19.181.105.980,00 96,76 (642.643.920,00) (3,24) Uang Lembur 2.322.849.000,00 2.110.882.534,00 90,87 (211.966.466,00) (9,13) Belanja pegawai BLUD 23.234.984.285,00 22.397.819.107,00 96,40 (837.165.178,00) (3,60) 71.307.418.235,00 67.305.871.759,00 94,39 (4.001.546.476,00) (5,61) 780.439.282.063,99 711.289.300.333,00 91,14 (69.149.981.730,99) (8,86) Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa realisasi belanja pegawai tahun 2015 sebesar Rp. 711.289.300.333 ( 91,14% ) dengan sisa anggaran sebesar Rp.69.149.981.730,99 (8,86%). Realisasi belanja pegawai yang tidak terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan sebesar Rp. 643.983.428.574,00, diantaranya diperuntukkan bagi pembayaran gaji dan tunjangan PNS dan CPNS (termasuk guru), gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD dan biaya pemungutan pajak daerah. Realisasi belanja pegawai yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan sebesar Rp.67.305.871.759,00, diantaranya dalam bentuk honorarium panitia pelaksana kegiatan, honorarium tim dan honorarium tenaga ahli. 61

5.1.2.1.2 Belanja Barang Anggaran dan realisasi belanja barang Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut: Belanja Barang: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Bahan Pakai Habis 17.497.007.529,00 16.153.683.405,00 92,32 (1.343.324.124,00) (7,68) Belanja Bahan/Material 14.117.589.525,00 13.586.360.510,00 96,24 (531.229.015,00) (3,76) Belanja Jasa Kantor 33.162.580.145,00 30.903.506.935,00 93,19 (2.259.073.210,00) (6,81) Belanja Premi Asuransi 1.197.105.281,00 1.109.533.236,00 92,68 (87.572.045,00) (7,32) Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 12.265.539.642,00 10.469.631.506,00 85,36 (1.795.908.136,00) (14,64) Belanja Cetak Dan Penggandaan 8.891.533.915,00 8.445.456.290,00 94,98 (446.077.625,00) (5,02) Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 4.886.293.500,00 4.382.275.935,00 89,69 (504.017.565,00) (10,31) Belanja Makan Minum 11.176.978.000,00 10.169.104.910,00 90,98 (1.007.873.090,00) (9,02) Belanja Pakaian Dinas Dan Atributnya 3.262.233.700,00 3.195.502.635,00 97,95 (66.731.065,00) (2,05) Belanja Perjalanan Dinas 16.565.892.248,00 14.432.051.567,00 87,12 (2.133.840.681,00) (12,88) Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi Dan Bimbingan Teknis 6.867.382.750,00 6.000.255.983,00 87,37 (867.126.767,00) (12,63) PNS Belanja perjalanan pindah tugas - - #DIV/0! Belanja Pemeliharaan 55.696.136.689,00 52.496.166.070,00 94,25 (3.199.970.619,00) (5,75) Belanja Jasa konsultasi 8.350.463.772,00 7.864.069.908,00 94,18 (486.393.864,00) (5,82) Belanja Survey dan Penyusunan Design Enginering 513.416.000,00 466.790.500,00 90,92 (46.625.500,00) (9,08) Belanja Barang dan Jasa BLUD 43.940.670.690,00 41.274.389.257,00 93,93 (2.666.281.433,00) (6,07) Belanja Barang yang Akan Diserahkan kepada 23.243.072.160,00 20.636.190.900,00 88,78 (2.606.881.260,00) (11,22) Masyarakat/Pihak Ketiga Belanja Barang dan Jasa Dana JKN 29.195.503.600,00 18.602.216.097,57 63,72 (10.593.287.502,43) (36,28) Uang untuk diberikan kpd masy/pihak ketiga 7.660.125.000,00 7.345.405.000,00 95,89 (314.720.000,00) (4,11) Belanja jasa narasumber /instruktur/tenaga ahli/pembicara 6.239.400.000,00 5.819.403.750,00 93,27 (419.996.250,00) (6,73) Jumlah 304.728.924.146,00 273.351.994.394,57 89,70 (31.376.929.751,43) (10,30) Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa belanja barang pada tahun 2015 direalisasikan sebesar Rp. 273.351.994.394,57 atau 89,70% dari anggaran yang telah ditetapkan dengan sisa anggaran sebesar Rp. 31.376.929.751,43 atau 10,30%. Pada tahun 2015 terdapat realisasi Belanja Barang yang tidak melalui Rekening Kas Umum Daerah karena pengeluaran belanja tersebut diatur tersendiri oleh peraturan yang berlaku, yaitu (1) pengeluaran untuk dana kapitasi JKN yang diatur oleh Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014 tentang pengelolaan dan pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik 62

Pemerintah Daerah dan (2) pengeluaran belanja BLUD (RSUD) Kabupaten Batang yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2012. 5.1.2.1.3 Belanja Bunga Belanja bunga digunakan untuk membayar bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka panjang. Realisasi belanja bunga tahun 2015 sebesar Rp. 24.239.434,00 dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp. 45.000.000,00, realisasi bunga utang pinjaman lebih rendah Rp20.760.566,00 atau 46,13%. 5.1.2.1.4 Belanja Subsidi Belanja Subsidi adalah pengeluaran pemerintah daerah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat. Pemerintah Kabupaten Batang tidak menganggarkan dan tidak merealisasikan belanja dimaksud. 5.1.2.1.5 Belanja Hibah Belanja hibah digunakan untuk pemberian uang, barang dan atau jasa dari pemerintah daerah kepada perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Dari yang dianggarkan sebesar Rp30.200.966.000,00 tidak terserap sebesar Rp4.122.812.300,00 atau 13,65%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan Tahun 2014 maka realisasi Tahun 2014 lebih kecil Rp10.125.452.300,00 atau 27,97%. Anggaran dan realisasi belanja hibah Tahun 2015 serta perbandingannya dengan realisasi Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 63

Belanja Hibah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) hibah kepada badan/lembaga/organisasi hibah kepada kelompok /anggota masyarakat 2015 2014 20.530.309.000,00 18.767.996.700,00 17.246.680.000,00 9.670.657.000,00 7.310.157.000,00 18.956.926.000,00 30.200.966.000,00 26.078.153.700,00 36.203.606.000,00 Belanja hibah tersebut belum termasuk realisasi belanja barang dan realisasi belanja modal dari SKPD yang dihibahkan kepada desa dan masyarakat. 5.1.2.1.6 Belanja Bantuan Sosial Bantuan sosial merupakan pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus-menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pada Tahun 2015 realisasi bantuan sosial sebesar Rp15.486.936.091,00 lebih kecil Rp2.096.563.909,00 atau 11,92% dari anggarannya. Dan jika dibandingkan dengan Tahun 2014 maka realisasi belanja bantuan sosial turun sebesar Rp15.971.761.898,00 atau 50,78% sebagaimana tampak dalam tabel di bawah ini: Bantuan Sosial Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bant.sosial kpd kelompok masyarakat Bant.sosial kpdanggota masyarakat Bantuan sosial kepada anggota masyarakat meliputi : 1. Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni (RTLH) sebesar Rp.4.188.000.000,00. 2. Bantuan beasiswa untuk masyarakat berprestasi sebesar Rp.127.050.000,00 2015 2014 - - 15.095.937.400,00 17.583.500.000,00 15.486.936.091,00 16.362.760.589,00 17.583.500.000,00 15.486.936.091,00 31.458.697.989,00 3. Bantuan Penyandang Masalah sosial sebesar Rp. 465.825.000,00 64

4. Bantuan tunjangan kesejahteraan Guru TK, RA dan BA sebesar Rp.838.200.000,00 5. Bantuan tunjangan kesejahteraan guru TPQ dan Madin sebesar Rp.3.268.800.000,00 6. Bantuan Yatim Piatu sebesar Rp. 115.000.000,00 7. Jamkesda sebesar Rp. 4.753.661.091,00 8. BP SPAMS sebesar Rp. 50.000.000,00 9. Lumbung desa sebesar Rp. 36.000.000,00 10. Rehab pasar desa sebesar Rp. 80.000.000,00 11. Modal Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED SP) sebesar Rp.75.000.000,00 12. Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah sebesar Rp.864.000.000,00 13. Pemberian Makanan Tambahan Posyandu sebesar Rp. 21.600.000,00 14. Modal UP2K PKK sebesar Rp. 51.000.000,00 15. Bantuan Idul Fitri/Kaum Dhuafa sebesar Rp. 150.000.000,00 16. Bantuan Asistensi orang dengan kecacatan sebesar Rp.252.000.000,00 17. Bantuan Kegiatan PKK sebesar Rp. 32.000.000,00 18. Bantuan THR tenaga medis pusat sebesar Rp. 118.800.000,00 5.1.2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan. Belanja bantuan keuangan berupa bantuan keuangan kepada partai politik, realisasinya sebesar Rp. 636.561.114,00 dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp.809.933.635,00 lebih rendah sebesar Rp. 173.372.521,00 atau 21,41%. 5.1.2.2 BELANJA MODAL Belanja modal mencakup pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta aset tetap lainnya yang terdiri atas: 65

Tahun 2015 Tahun 2014 Belanja Modal: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Tanah 3.945.140.550,00 3.296.302.600,00 2.491.894.515,00 Belanja Peralatan dan Mesin 56.357.169.331,00 46.780.624.061,00 50.242.625.237,00 Belanja Gedung dan Bangunan 112.517.315.735,00 90.831.466.980,00 75.185.274.393,00 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 54.178.602.198,00 52.066.414.183,00 22.663.077.560,00 Belanja Aset Tetap Lainnya 520.023.600,00 461.070.675,00 1.660.879.155,00 Belanja Aset Lainnya 5.060.445.395,00 227.518.251.414,00 193.435.878.499,00 157.304.196.255,00 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja modal Tahun 2015 lebih rendah Rp34.082.372.915,00 atau 14,98%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2014, realisasi belanja modal Tahun 2015 lebih besar Rp.36.131.682.244,00 atau 22,97%. Realisasi belanja modal sudah termasuk biaya administrasi perkantoran yang melekat pada biaya perolehan modal tersebut. Grafik V.3. Perbandingan realisasi Belanja Modal Realisasi belanja modal berdasarkan obyek belanja disajikan pada tabel berikut: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Modal Pengadaan Tanah 3.945.140.550 3.296.302.600 83,55 (648.837.950) (16,45) Belanja Modal Peralatan dan Mesin: Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Berat 838.845.000 719.310.000 85,75 (119.535.000) (14,25) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Angkutan 9.586.582.225 9.137.609.613 95,32 (448.972.612) (4,68) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Bengkel 109.866.500 105.246.800 95,80 (4.619.700) (4,20) Belanja Modal Pengadaan Alat-AlatPertanian Dan Peternakan 144.380.000 143.631.970 99,48 (748.030) (0,52) Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kantor Rumah Tangga 9.569.718.656 8.876.461.763 92,76 (693.256.893) (7,24) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Studio 496.271.500 432.182.980 87,09 (64.088.520) (12,91) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Komunikasi 187.591.000 218.503.000 116,48 30.912.000 16,48 Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Ukur 722.725.750 688.288.200 95,24 (34.437.550) (4,76) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran 29.737.369.500 23.318.747.785 78,42 (6.418.621.715) (21,58) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Laboratorium 4.764.269.200 2.943.141.950 61,78 (1.821.127.250) (38,22) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Persenjataan/Keamanan 199.550.000 197.500.000 98,97 (2.050.000) (1,03) 56.357.169.331 46.780.624.061 83,01 (9.576.545.270) (16,99) 66

Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian 112.517.315.735 90.831.466.980 80,73 (21.685.848.755) (19,27) Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan: Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan 27.673.990.998 27.203.335.639 98,30 (470.655.359) (1,70) Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan 24.427.322.200 22.844.888.499 93,52 (1.582.433.701) (6,48) Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air - Belanja Modal Pengadaan Penerangan Jalan, Taman 2.077.289.000 2.018.190.045 97,15 (59.098.955) (2,85) Dan Hutan Kota Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik Dan Telepon - 54.178.602.198 52.066.414.183 96,10 (2.112.188.015) (3,90) Belanja Modal Aset Tetap Lainnya: Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan 110.273.600 107.644.975 97,62 (2.628.625) (2,38) Belanja Modal Pengadaan Barang Bercorak Kesenian, 70.675.000 69.425.000 98,23 (1.250.000) (1,77) Kebudayaan Belanja Modal Pengadaan Hewan/T ernak Dan Tanaman 339.075.000 284.000.700 83,76 (55.074.300) (16,24) 520.023.600 461.070.675 88,66 (58.952.925) (11,34) Belanja Modal Aset Lainnya: - - - Jumlah Belanja Modal 227.518.251.414 193.435.878.499 85,02 34.082.372.915 14,98 5.1.2.2.1 Belanja Modal Tanah Belanja modal tanah pada tahun 2015 terealisasi sebesar Rp3.296.302.600,- atau 83,55% dari anggaran sebesar Rp3.945.140.550.Pengeluaran belanja atas tanah terinci pada SKPD tercantum dalam lampiran 3. 5.1.2.2.2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja modal peralatan dan mesin pada tahun 2015 terealisasi sebesar Rp46.780.624.061,00 - atau 83,01% dari anggaran sebesar Rp56.357.169.331,00.Pengeluaran belanja atas peralatan dan mesin terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 3. 5.1.2.2.3 Belanja Modal Bangunan dan Gedung Belanja modal bangunan dan gedung pada tahun 2015 terealisasi sebesar Rp90.831.466.980,00- atau 80,73% dari anggaran sebesar Rp112.517.315.735,00.Pengeluaran belanja modal bangunan dan gedung terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 3. 5.1.2.2.4 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Anggaran belanja modal jalan, iriasi dan jaringan pada tahun 2015 adalah sebesar Rp54.178.602.198,00 terealisasi sebesar Rp52.066.414.183,00 67

atau 96,10%.Pengeluaran belanja modal jalan, irigasi dan jaringan terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 3. 5.1.2.2.4 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Anggaran belanja modal aset tetap lainnya meliputi buku dan kepustakaan, barang bercorak seni dan hewan ternak dan tanaman pada tahun 2015 adalah sebesar Rp520.023.600,00 terealisasi sebesar Rp461.070.675,00 atau 88,66%.Pengeluaran belanja modal aset tetap lainnya terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 3. 5.1.2.2.4 Belanja Modal Aset Lainnya Anggaran dan realisasi belanja modal aset lainnya tahun 2015 sebesar Rp0,00. 5.1.2.3 BELANJA TAK TERDUGA Belanja Tak Terduga (BTT) adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bantuan sosial dan pengeluaran tak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah. Pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan adalah pengeluaranpengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang berhubungan langsung dengan masyarakat, tetapi anggarannya tidak tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Realisasi belanja tidak terduga sebesar Rp86.163.000,00 atau 4,31% dari anggaran sebesar Rp2.000.000.000,00. Dibandingkan dengan Tahun 2014 maka realisasi Tahun 2015 turun sebesar Rp675.287.400,00 atau 88,68%. Realisasi belanja tersebut dipergunakan untuk penanganan bencana kebakaran pasar Simbang Desa Kecamatan Tulis, pekerjaan Los Pasar Darurat Pasar Simbang desa. 5.1.2.4 BELANJA TRANSFER Akun transfer digunakan untuk menampung pengeluaran uang dari Pemerintah Kabupaten Batang ke entitas pelaporan lain. Pada tahun 2015 Pemerinah Kabupaten Batang mengalokasikan pengeluaran transfer ke Desa sebesar Rp148.544.339.779,00 dan direalisasikan sebesar Rp147.775.522.600,00 (99,48%). Sedangkan bila dibandingkan dengan 68

realisasi Tahun 2014, realisasi Tahun 2015 lebih tinggi Rp103.940.372.600,00 atau 237,12%.. Belanja Transfer / Bagi Hasil Ke Desa terdiri dari: 5.1.2.4.1.a Bagi Hasil Pajak Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Pajak Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0,00 5.1.2.4.1.b Bagi Hasil Retribusi Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Retribusi Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0,00 5.1.2.4.1.c Bagi Hasil Lainnya Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Lainnya Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0,00 5.1.2.4.1.d Transfer ke Desa Realisasi belanja transfer sebesar Rp147.775.522.600,00 dipergunakan untuk pengeluaran sebagai berikut: a) Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp74.047.859.600,00. b) Bantuan Dana Desa (APBN) sebesar sebesar Rp66.579.163.000,00. c) Pembangunan/Renovasi Kantor/Balai Desa sebesar Rp2.079.000.000,00. d) Sarana/prasarana desa sebesar Rp1.955.000.000,00. e) Sarana/prasarana kantor desa sebesar Rp319.000.000,00. f) Pembangunan Pasar Desa sebesar Rp25.000.000,00. g) Pembangunan Lingkungan sebesar Rp1.146.000.000,00. h) Sarana Perikanan sebesar Rp120.000.000,00. i) Lapangan Sepak Bola Desa sebesar Rp65.000.000,00 j) Pengadaan peralatan/seragam kesenian sebesar Rp35.000.000,00 k) Bidang perekonomian / simpan pinjam sebesar Rp35.000.000,00 l) Kegiatan UMKM sebesar Rp369.000.000,00 m) Sarpras Pertanian dan peternakan sebesar Rp904.500.000,00 n) Sarana peribadatan sebesar Rp96.000.000,00 69

5.1.3 PEMBIAYAAN Pembiayaan merupakan transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Defisit atau surplus terjadi apabila ada selisih antara anggaran pendapatan daerah dan belanja daerah. Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Daerah meliputi Penerimaan dan Pengeluaran, dengan anggaran dan realisasi Tahun Anggaran 2015 dan 2014 serta Pembiayaan Netto, adalah sebagai berikut: 2015 2014 Pembiayaan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Penerimaan Pembiayaan 137.485.386.559,99 137.474.382.139,99 146.693.658.753,00 2 Pengeluaran Pembiayaan 5.627.852.500,00 5.627.459.063,00 8.144.209.810,00 Pembiayaan Netto 131.857.534.059,99 131.846.923.076,99 138.549.448.943,00 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pembiayaan neto tahun 2015 lebih rendah Rp10.610.983,00 atau 0,008%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pembiayaan netto 2015 lebih rendah Rp6.702.525.866,01 atau 4,84%. 5.1.3.1 Penerimaaan Pembiayaan Penerimaan pembiayaan mencakup penerimaan kas daerah yang berasal dari penggunaan SILPA tahun lalu, pencairan dana cadangan, penerimaan pinjaman daerah, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman, dengan rincian sebagai berikut: 2015 2014 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) a Penggunaan SILPA 137.485.386.559,99 137.474.382.139,99 146.693.658.753,00 b Pencairan dana cadangan - c Penerimaan Pinjaman Daerah - d Penerimaan Kembali Pemberian - Pinjaman Daerah Penerimaan Pembiayaan 137.485.386.559,99 137.474.382.139,99 146.693.658.753,00 70

5.1.3.1.1 Penggunaan Sisa Pembiayaan Anggaran (SILPA) Penggunaan Sisa Pembiayaan Anggaran (SILPA) merupakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun 2014 yang dialokasikan untuk pembiayaan pada Tahun Anggaran 2015. Jumlah yang telah ditetapkan sebagai Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun 2014 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar anggarannya yaitu Rp137.485.386.559,99. Namun demikian realisasinya berkurang sebesar (Rp11.004.420,00) karena nilai tersebut bukan pendapatan tahun 2014, namun merupakan hutang belanja. Yaitu honor/jasa pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan yang belum diserahkan ke penerimanya. 5.1.3.1.2 Pencairan Dana Cadangan Anggaran dan Realisasi Pencairan Dana Cadangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0,00. 5.1.3.1.3 Penerimaan Pinjaman Daerah Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0,00. 5.1.3.1.4. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0,00. 5.1.3.2 Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan mencakup pengeluaran kas daerah yang dipergunakan untuk penyertaan modal, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah. Rincian dan penjelasan lebih lanjut mengenai pengeluaran pembiayaan Tahun 2015 adalah sebagai berikut: 71

Pengeluaran Pembiayaan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) a Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 5.412.000.000,00 5.412.000.000,00 5.207.000.000,00 b Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat 162.900.000,00 162.506.563,00 162.506.562,00 c Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Lainnya 52.952.500,00 52.952.500,00 2.774.703.248,00 2015 2014 5.627.852.500,00 5.627.459.063,00 8.144.209.810,00 Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari : 5.1.3.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Penyertaan Modal (Investasi ) Pemerintah Daerah pada tahun 2015 sebesar Rp5.412.000.000,00 terdiri dari : a. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Kabupaten Batang kepada PDAM Kabupaten Batang sebesar Rp3.000.000.000,00 b. Penyertaan Modal ( Investasi ) Pemerintah Daerah Kabupaten Batang kepada PT.Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Kabupaten Batang Tahun 2015 yang dikelola oleh PT Bank Jateng Cabang Batang Kabupaten Batang sebesar Rp2.412.000.000,00. 5.1.3.2.2 Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat merupakan angsuran pinjaman SLA-860/DP3/1996 Pemerintah Daerah kepada Asian Development Bank sebesar Rp162.506.563,00. 5.1.3.2.2 Pemberian Pinjaman Daerah Anggaran dan realisasi Pemberian Pinjaman Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 adalah sebesar Rp0,00 5.1.3.2.4 Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya merupakan pembayaran utang kepada pihak ketiga sebesar Rp52.952.500,00 berupa jaminan pemeliharaan atas kegiatan kontrak pembangunan di Tahun 2015 dimana pemeliharaannya dilaksanakan di Tahun 2015, antara lain berupa Pembangunan Pagar Keliling UPTD BLK tahun 2013 Kabupaten Batang 72

TA 2015, Kegiatan Pembangunan Gedung Kantor Kabupaten Batang TA 2015 yang dikelola oleh DINSOSNAKERTRANS Kab. Batang dan Pengadaan Konstruksi / Pembelian Gedung Kantor ( Rehabilitasi rumah sakit (Ruang Genset ), Kegiatan Rehab Bangunan Rumah Sakit Kab. Batang Tahun 2015, yang dikelola oleh RSUD Kabupaten Batang. 5.1.4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Akun sisa lebih pembiayaan anggaran merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan dan realisasi pengeluaran selama tahun 2015. Berikut rincian sisa lebih pembiayaan anggaran : Anggaran 2015 (Rp) Realisasi 2015 (Rp) Realisasi 2014 (Rp) 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan 1.380.012.662.978,00 1.396.266.245.120,81 1.211.216.990.326,92 Belanja dan Transfer 1.511.870.197.037,99 1.368.164.749.165,57 1.212.281.052.709,93 Surplus/(Defisit) (131.857.534.059,99) 28.101.495.955,24 (1.064.062.383,01) 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 137.485.386.559,99 137.474.382.139,99 146.693.658.753,00 Pengeluaran Pembiayaan 5.627.852.500,00 5.627.459.063,00 8.144.209.810,00 Pembiayaan Netto 131.857.534.059,99 131.846.923.076,99 138.549.448.943,00 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran - 159.948.419.032,23 137.485.386.559,99 Berdasarkan perhitungan pada laporan realisasi anggaran terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran Tahun 2015 sebesar Rp159.948.419.032,23. Namun demikian posisi uang yang ada di Pemerintah Kabupaten Batang sebesar Rp159.950.493.632,23, hal ini terjadi karena terdapat hutang pajak sebesar Rp1.017.336,00 dan hutang jangka pendek lainnya sebesar Rp1.057.264,00. Adapun Saldo Kas per 31 Desember 2015 sebesar Rp159.950.493.632,23 terdiri dari: 1. Rekening Kas di BUD/Rekening Kas Umum Daerah sebesar Rp58.884.699.610,00 sama dengan posisi saldo kas di Buku Kas Umum Daerah (BIX) per 31 Desember 2015. 2. Deposito Pemerintah kabupaten Batang sebesar Rp80.000.000.000,00 yang berada pada: 73

a. Deposito pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Batang sebesar Rp10.000.000.000,00. b. Deposito pada Bank Negara Indonesia sebesar Rp10.000.000.000,00. c. Deposito pada Bank Mandiri sebesar Rp. 60.000.000.000,00. 3. Kas di Bendahara Penerimaan SKPD se-kabupaten Batang sebesar Rp15.584.501.046,23 terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp66.220.360,00 dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (Pendapatan BPJS Kapitasi) sebesar Rp15.518.280.686,23 4. Kas di Bendahara Pengeluaran SKPD se-kabupaten Batang sebesar Rp207.481490,00. 5. Kas di BLUD RSUD Kabupaten Batang sebesar Rp5.272.754.222,00 Posisi Kas di BLUD RSUD per 31 Desember 2015 terdiri dari: a. Kas di Bendahara Penerimaan BLUD RSUD sebesar Rp5.090.386.627,00. b. Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD RSUD sebesar Rp182.367.595,00. 6. Kas lainnya sebesar Rp1.057.264,00 Di dalam SILPA sebesar Rp159.948.419.032,23 terdapat kas yang telah dibatasi penggunaannya (SILPA terikat) sebesar Rp156.179.843.561,23 dan SILPA bebas sebesar Rp3.768.575.471,00 sebagaimana tabel berikut: Uraian EX. Sd 2013 EX. Sd 2014 2015 Jumlah Dana Sertifikasi Guru - 45.039.344.330,00 49.304.468.440,00 94.343.812.770,00 Tambahan Penghasilan Guru - 1.437.600.000,00 2.351.500.000,00 3.789.100.000,00 Dana BOS 651.518.915,00 - - 651.518.915,00 BLUD RSUD - - 5.272.754.222,00 5.272.754.222,00 Dana Cukai - - 6.125.079.962,00 6.125.079.962,00 Bantuan Keuangan Propinsi - - 2.302.721.006,00 2.302.721.006,00 Sisa DAK 10.839.440.979,00 12.246.429.785,00 5.090.715.236,00 28.176.586.000,00 BPJS - - 15.518.270.686,23 15.518.270.686,23 Jumlah SILPA Terikat 11.490.959.894,00 58.723.374.115,00 85.965.509.552,23 156.179.843.561,23 Silpa Tidak Terikat - - - 3.768.575.471,00 Tota SILPA 11.490.959.894,00 58.723.374.115,00 85.965.509.552,23 159.948.419.032,23 74

5.2. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014. 5.2.1. Saldo Anggaran Lebih Awal Saldo Anggaran Lebih Awal adalah saldo anggaran lebih pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 2014. Saldo Anggaran Lebih tahun 2014 adalah sebesar Rp137.485.386.559,99 5.2.2. Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan. Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan adalah sebesar Saldo Anggaran Lebih tahun 2014 yang digunakan untuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah Tahun Anggaran 2015, yaitu sebesar Rp137.474.382.139,99 5.2.3. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran ( SILPA/SIKPA) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Batang pada Tahun Anggaran 2015 menghasilkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp159.948.419.032,23 yang berasal dari (1) pendapatan melampaui target sebesar Rp16.253.582.142,81 (2) saldo pelaksanaan belanja daerah sebesar Rp143.705.447.872,42 dan (3) saldo pembiayaan netto sebesar (Rp10.610.983,00). 5.2.4. Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya merupakan hutang belanja jasa layanan di Dinas Kesehatan sebesar Rp11.004.420,00 yang pada tahun 2014 dihitung menjadi pendapatan sehingga menjadi komponen SILPA. Sehingga pada laporan keuangan tahun 2015 menjadi pengurang penggunaan SILPA tahun 2014. 5.2.5. Saldo Anggaran Akhir Saldo anggaran lebih akhir sebesar Rp159.948.419.032,23 berasal dari transaksi Saldo Anggaran Lebih Awal ditambah /dikurangi dengan sisa lebih/kurang pembiayaan, penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan dan koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya. 75

5.3. NERACA Neraca terdiri atas asset, kewajiban dan ekuitas. Uraian selengkapnya akunakun dalam neraca adalah sebagai berikut : 5.3.1. ASET Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset Pemerintah Kabupaten Batang terbagi dalam : Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014 1. Aset Lancar 223.085.992.108,04 176.076.289.395,15 2. Investasi Jangka Panjang 80.672.727.253,01 73.842.138.472,93 3. Aset Tetap 1.815.482.433.219,79 1.625.446.964.466,02 4. Aset Lainnya 5.936.875.129,20 7.405.803.525,10 2.125.178.027.710,04 1.882.771.195.859,20 Berdasarkan rincian Aset di atas terlihat bahwa secara umum terjadi kenaikan aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Batang yaitu sebesar Rp242.406.831.850,84 atau 12,88%. Aset yang dimiliki sebagian besar terdiri dari Aset Tetap yaitu sebesar 85,43% dari keseluruhan aset yang dimiliki. Berikut komposisi Aset Pemerintah Kabupaten Batang. Investasi Jk Pjg 3.8% 10.49 Aset Tetap 85% Aset Lancar 0.28% Aset Lainnya 85.76% 76