Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 5 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, 2) Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

Seminar Pendidikan Serantau 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

ABSTRACT. Keywords: Achievement, Learning Cycle, Process Skills PENDAHULUAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN

Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar pada Alat Optik Siswa SMA

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 MALANG ARTIKEL OLEH JUMADI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERAIF TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII-G SMP NEGERI 9 MALANG ARTIKEL

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

BAB III METODE PENELITIAN

Bambang Supriyanto 36

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI KOGNITIF IPA MELALUI MODEL LEARNING CYCLE KELAS V SDN PODOSOKO

*Korespondensi, tel : ,

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains Melalui Metode Eksperimen di Kelas VI SDN 21 Ampana

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 2 SIAK HULU

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Meningkatkan Hasil Pembelajaran Ipa Melalui Strategi Pembelajaran Induktif Siswa Kelas IV SDN 6 Watuoge

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR

Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship

OLEH : AINUR ROKHMAH NIM : P

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sekolah MA AL-FALAH Limboto khususnya kelas XI IPS dengan jumlah siswa

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Kelas IV SDN Tolole

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Keperluan korespondensi, HP: ,

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Elies Septiana Sari, Asim, Yudyanto Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang

Penerapan Teknik Pembelajaran Probing -Prompting Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Banawa Tengah

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIII A SMPN 2 MARAWOLA ABSTRAK

Siska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. masing siklus terdiri dari empat kegiatan yakni perencanaan, tindakan,

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal classroom action research.

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI GERAK KELAS VII SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

ABSTRACT. Keywords: Learning Cycle, Mastery of concepts, Basic Skill of Scientific Works. PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 BARON KABUPATEN NGANJUK Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang e-mail: titis.arisanti@yahoo.com ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di kelas VIII- A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk, diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran yanga digunakan masih konvensional. Praktikum jarang dilakukan sehingga sulit untuk melakukan penilaian terhadap kerja ilmiah. Dari 31 siswa hanya 15 siswa saja yang mencapai nilai KKM. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Learning cycle 5E adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dengan tahaptahap yang diorganisasi, sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Desain penelitian ini mengikuti model Kemmis dan Mc. Taggart dengan subjek penelitian terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan materi Cahaya. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E, kerja ilmiah, dan prestasi belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran learning cycle 5E dapat meningkatkan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk. Keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada siklus I yaitu 64,48% meningkat pada siklus II menjadi 79,02%. Jumlah siswa yang tuntas kerja ilmiah pada siklus I yaitu 67,74% meningkat pada siklus II menjadi 83,87%. Jumlah siswa yang tuntas prestasi belajar pada siklus I yaitu 61,29% meningkat pada siklus II 80,65%. Kata Kunci: model pembelajaran learning cycle 5E, kerja ilmiah, prestasi belajar Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru IPA yang dilakukan SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk diperoleh informasi bahwa kegiatan pembelajaran siswa masih belum optimal. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah dan menerangkan. Guru masih menjadi pusat kegiatan pembelajaran. Guru menyampaikan konsep di depan kelas, kemudian siswa mendengarkan sambil mencatat apa yang disampaikan oleh guru dan mengerjakan soal-soal dari guru. Apabila ada konsep yang belum dimengerti siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru. Proses keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran masih kurang karena siswa hanya cenderung memperhatikan penjelasan dari guru. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan mengerjakan soal. Guru mengatakan bahwa, jarang melibatkan siswa dalam mengidentifikasi suatu masalah melalui praktikum, misalnya pada materi gelombang hanya dilakukan sekali 1

praktikum untuk menentukan periode dan frekuensi. Penilaian terhadap kerja ilmiah belum pernah dilakukan secara tersendiri, sehingga sulit untuk memperoleh informasi komponen kerja ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kerja ilmiah siswa masih rendah pada kompetensi melakukan pengamatan, menggunakan alat praktikum, melakukan praktikum, mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun dan melaporkan hasil praktikum dan diskusi. Oleh karena itu, kerja ilmiah siswa perlu ditingkatkan. Prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk dirasa kurang. Menurut guru IPA, banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM yaitu 75. Siswa yang mencapai nilai KKM pada materi Gelombang hanya 48,39% siswa dari jumlah keseluruhan siswa. Oleh karena itu, prestasi belajar siswa perlu ditingkatkan. Learning Cycle merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa serta didasarkan pada pandangan kontruktivisme yaitu: (1) pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa, (2) informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu, (3) orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah (Fajaroh dan Dasna, 2008). Pada mulanya model ini terdiri dari tiga tahap, yaitu exploration, concep interduction dan concep aplication. Tiga tahap tersebut saat ini berkembang menjadi lima tahap yang terdiri atas engagement, exploration, explanation, elaboration serta evaluation. Learning Cycle dengan lima tahap ini dikenal dengan Learning Cycle 5E. Pada tahap engagement, guru berusaha membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari, hal ini dapat dilakukan guru dengan mengaitkan materi pembelajaran pada kehidupan sehari-hari, sehingga dapat membantu siswa dalam memahami atau mengidentifikasi masalah-masalah yang akan mereka hadapi. Tahap exploration, dan explanation memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri dan mengungkapkan kembali konsep yang telah mereka peroleh dengan bahasa mereka. Konsep ini yang nantinya akan mereka gunakan sebagai bekal dalam merencanakan pemecahan masalah. Pada tahap elaboration, siswa secara individu maupun kelompok, berlatih menerapkan konsep yang telah mereka peroleh sebelumnya untuk memecahkan masalah. Hal ini membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Sedangkan pada tahap terakhir, yakni evaluation, siswa dimungkinkan untuk mengevaluasi tahapan yang telah dilaksanakan. 2

Implementasinya dalam kerja ilmiah dan prestasi belajar, siswa dapat mengecek kembali langkah-langkah yang telah dilakukan serta menginterpretasikan penyelesaian yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Dengan demikian, penerapan model ini dalam pembelajaran IPA diharapkan dapat meningkatkan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E di kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk dapat meningkatkan kerja ilmiah dan presatasi belajar? dan Seberapa tinggi peningkatan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E?. Dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E diharapkan dapat meningkatkan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), dengan menggunakan model Kemmis dan Mc. Tanggart. Model Kemmis dan Mc. Tanggart terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana paparannya berisi tentang keterlaksanaan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E, kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk dengan jumlah siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Materi yang disampaikan adalah materi IPA dengan pokok bahasan Cahaya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E, kerja ilmiah dan prestasi belajara siswa. Dengan data yang diperoleh, maka akan didapatkan hubungan model pembelajaran tersebut terhadap peningkatan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan dan tes belajar. Adapun prosedur dalam penelitian ini masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. 3

Analisa data dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengelola data mentah, menyajikan data, menarik kesimpulan dan melakukan refleksi. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data keterlaksanaan pembelajaran, kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa. Selain itu juga diperoleh data pendukung tentang kegiatan guru dan siswa dalam catatan lapangan. Teknik analisa data untuk keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dilaksanakan dengan teknik persentase, dengan menggunakan rumus: P = X Y x 100 % dengan : P =Keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E X =Jumlah rencana tindakan yang terlaksa Y =Jumlah rencana tindakan keseluruhan (Arikunto, 2007) Keberhasilan keterlaksanaan pembelajaran tercapai apabila persentase keterlaksanaan pembelajarannya meningkat dari siklus I ke siklus II. Indikator keberhasilan keterlaksanaan pembelajaran adalah jika persentase keterlaksanaannya 75%. Teknik analisa data untuk kerja ilmiah siswa dilakukan dengan membandingkan skor kerja ilmiah siswa dengan skor total kerja ilmiah kemudian dikali seratus. Siswa dikatakan tuntas melakukan kerja ilmiah apabila mempunyai nilai kerja ilmiah 70, sedangkan untuk mencari persentase ketuntasan kerja ilmiah siswa secara klasikal dapat menggunakan rumus: Ketuntasan Kerja Ilmiah = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 x 100% Jumlah total siswa Indikator keberhasilan dari kerja ilmiah adalah jika jumlah siswa yang mencapai ketuntasan kerja ilmiah 75%, berarti kelas tersebut secara keseluruhan telah terampil terhadap kerja ilmiah yang dilatihkan. Teknik analisa data untuk prestasi belajar siswa dilakukan dengan membandingkan skor prestasi belajar siswa dengan skor total prestasi belajar siswa dikali seratus. Siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila mempunyai nilai tes 75, sedangkan untuk mencari persentase ketuntasan belajar secara klasikal dapat menggunakan rumus: 4

Ketuntasan Belajar = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 x 100% Jumlah total siswa Indikator keberhasilan prestasi belajar adalah jika jumlah siswa yang mencapai ketuntasan prestasi belajar 75%, berarti kelas tersebut secara keseluruhan telah memahami materi yang dibelajarkan dengan baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan 2 siklus dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam proses pembelajaran. Siklus I terdiri dari dua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan Pemantulan Cahaya. Siklus II terdiri dari dua RPP dengan pokok bahasan Pemantulan Cahaya. Setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit dan di setiap siklus dilakukan tes untuk mengetahui prestasi belajar. Pelaksanaan observasi keterlaksanaan pembelajaran pada kegiatan guru maupun siswa, dan sikap ilmiah dilakukan oleh dua observer pada setiap pertemuan. Setelah penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E didapatkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar. Tabel 1. Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E pada Siklus I dan II Tahap Pembelajaran Siklus I (%) Siklus II (%) Peningkatan (%) Engagement 67,49 76,88 9,39 Eksploration 70,00 85,63 15,63 Eksplanation 61,46 77,09 15,63 Elaboration 68,76 82,82 14,06 Evaluation 54,69 72,66 17,97 Rata-rata 64,48 79,02 14,54 Taraf Keberhasilan Baik Baik Berdasarkan Tabel 1 di atas, terlihat bahwa, penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E mengalami peningkatan pada setiap tahap. Rata-rata keterlaksanaan tindakannya meningkat. Peningkatan disebabkan karena guru dan siswa telah melaksanakan pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang diterapkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk memecahkan masalah yang dipelajari melalui pengamatan secara langsung. Siswa antusias dengan pembelajaran yang diterapkan. Siswa juga bersungguh-sungguh dalam praktikum, diskusi dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Cohen dan Cloug (dalam Fajaroh dan Dasna, 2008) 5

menyatakan bahwa siklus belajar merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah, karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi siswa menurut Fajaroh dan Dasna (2003), penerapan siklus belajar memberi keuntungan yaitu siswa belajar secara aktif, siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa. Keberhasilan keterlaksanaan pembelajaran telah tercapai, karena persentase keterlaksanaan pembelajarannya meningkat dari siklus I ke siklus II dan persentase keterlaksanaannya 75%. Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Kerja Ilmiah Siswa pada Siklus I dan II No. Kegiatan Siklus I Siklus II Peningkatan 1. Nilai Rata-rata 74,19 78,63 4,44 2. Siswa yang Mencapai Nilai 67,74% 83,87% 16,13% Kerja Ilmiah 70 3. Siswa yang Mencapai Nilai Kerja Ilmiah <70 32,26% 16,13% Kerja ilmiah dalam penelitian ini meliputi melakukan pengamatan, menggunakan alat praktikum, melakukan praktikum, mengumpulkan data, menganalisis data, mengumpulkan dan melaporkan hasil praktikum dan diskusi. Siswa dikatakan tuntas melakukan kerja ilmiah apabila mendapatkan nilai kerja ilmiah 70. Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian, didapatkan bahwa siswa yang tuntas melakukan kerja ilmiah mengalami peningkatan. Kerja ilmiah siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, siswa yang tuntas melakukan kerja ilmiah dengan persentase sebesar 67,74% dengan keberhasilan baik, namun masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena pada pertemuan ke-1sikap ilmiah siswa masih kurang dan siswa belum pernah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan belum terlatih melakukan praktikum, sedangkan pada pertemuan ke-2 beberapa siswa menunjukkan adanya sikap ilmiah yang lebih baik dibandingkan dengan pertemuan ke- 1. 6

Pada siklus II, rata-rata siswa yang tuntas melakukan kerja ilmiah mengalami peningkatan. Persentase ketuntasan kerja ilmiah meningkat menjadi 83,87% dengan keberhasilan sangat baik. Peningkatan ini disebabkan karena siswa telah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E, siswa juga sudah terlatih dan terampil menggunakan alat praktikum, sehingga berdampak positif pada kerja ilmiah siswa. Meningkatnya kerja ilmiah siswa dipengaruhi oleh tahap-tahap yang ada pada pembelajaran ini. Pada tahap engagement, siswa dituntut untuk terlibat langsung dalam demostrasi dan melakukan pengamatan terhadap apa yang mereka lihat, pada tahap exploration, siswa dituntut untuk melakukan investigasi untuk memecahkan suatu masalah, sehingga siswa mampu melatih kerja ilmiah dalam hal mengamati, mengunakan alat, melakukan praktikum, mengambil data, dan menganalisis data. Selanjutnya pada tahap exploration, siswa dituntut untuk mengkomunikasikan apa yang didapatnya pada tahap sebelumnya, sehingga kerja ilmiah dalam hal mengumpulkan dan mengkomunikasikan hasil praktikum akan meningkat. Fajaroh dan Dasna (2008), menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman sendiri melalui investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Azizah (2008) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan kemampuan bekerja ilmiah/ sikap ilmiah siswa karena siswa terlibat aktif dalam proses pencarian pengetahuan. Meningkatnya kerja ilmiah pada siklus II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan kerja ilmiah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk. Indikator keberhasilan kerja ilmiah telah tercapai, karena jumlah siswa yang mencapai ketuntasan kerja ilmiah 75%. Kelas tersebut secara keseluruhan telah terampil terhadap kerja ilmiah yang dilatihkan. Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. 7

Tabel 3. Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I dan II No. Kegiatan Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II 1. Nilai Rata-rata 72,32 74,48 78,99 2. Siswa yang Mencapai 48,39% 61,29% 80,65% Nilai di Atas KKM 3. Siswa yang Mencapai Nilai di Bawah KKM 51,61% 38,71% 19,36% Model pembelajaran Learning Cycle 5E menuntut siswa untuk secara aktif menemukan sendiri konsep-konsep dari materi yang dipelajari, oleh karena itu pada siklus I, siswa masih kurang aktif dalam mengeluarkan (mengeksplor) pengetahuan yang mereka miliki. Hal tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar, sehingga pada siklus I ini siswa yang mencapai nilai 75/KKM tergolong masih sebagian saja (61,29%). Abraham (1997), menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan pencapaian belajar lebih besar didalam pembelajaran sains dibandingkan dengan pembelajaran tradisional yaitu pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, sikap siswa dalam pembelajaran sains lebih baik serta dapat memperbaiki kemampuan menjawab permasalahan siswa. Model pembelajaran Learning Cycle 5E mendorong siswa mengembangkan sendiri pemahaman konsep ilmu pengetahuan, menggali dan memperdalam pemahamannya dan kemudian menerapkan konsep dalam situasi baru, sehingga dapat meningkatkan hasil yang didapat dalam belajar (Fajaroh dan Dasna, 2008). Pada siklus I, rata-rata nilai prestasi belajar siswa yaitu 74,48 sedangkan ratarata prestasi belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E yaitu 72,32. Terjadi peningkat rata-rata nilai prestasi belajar siswa setelah penerapan model Learning Cycle 5E, ini disebabkan meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan, siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bersungguh-sungguh dalam kerja kelompok. Penerapan model pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan mengerjakan latihan secara mandiri tanpa bantuan langsung dari guru sehingga siswa memiliki pengalaman dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Learning Cycle 5E merupakan salah satu pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar atau melakukan aktivitas sendiri. Ates dalam Lisminingsih (2008), menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat membantu siswa memahami 8

konsep dalam berbagai aspek karena didukung dengan adanya tahap-tahap pembelajaran pada model pembelajaran Learning Cycle 5E. Pada Siklus II, siswa yang mencapai nilai 75/KKM mengalami peningkatan yaitu menjadi 80,65% dan rata-rata nilai prestasi belajar juga meningkat menjadi 78,99. Terjadinya peningkat ini disebabkan pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan meningkat, siswa aktif dalam pembelajaran serta mengekplor pengetahuan yang dimilikinya, siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru, siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya membagi tugas serta bertoleransi terhadap teman sekelompoknya. Dorlince (2008), menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Learning Cycle dapat mempermudah siswa dalam belajar karena siswa secara langsung berinteraksi dengan lingkungan untuk menganalisa/ menghormati fenomena-fenomena perilaku sosial sehingga siswa memahami konsep-konsep materi ajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam mengerjakan permasalahan pada tahap elaboration, siswa sudah serius dan berdasarkan hasil pemikiran sendiri. Siswa telah mampu mengaitkan pengetahuan awalnya dengan informasi yang diterimanya selama proses pembelajaran baik itu dari buku, pengalaman belajar maupun hasil diskusi kelas, sehingga siswa sudah mulai mampu mengkontruksikan pemahamannya sendiri dan mampu merefleksi sendiri materi yang dipelajari. Fajaroh dan Dasna (2008), penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam pembelajaran menjadikan siswa lebih mudah memahami suatu konsep sehingga hasil belajar siswa lebih baik. Meningkatnya prestasi belajar pada siklus II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk. Indikator prestasi belajar telah tercapai, karena jumlah siswa yang mencapai ketuntasan prestasi belajar 75%. Kelas tersebut secara keseluruhan telah memahami materi yang dibelajarkan dengan baik. PENUTUP Kesimpulan Model pembelajaran Learning Cycle 5E di kelas VIII-A SMP Negeri 1 Baron Kabupaten Nganjuk dapat meningkatkan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa. Pada tahap-tahap dalam model pembelajaran Learning Cycle 5E, siswa terlibat langsung dalam pembelajaran untuk menyelesaikan masalah yang dipelajari. Keterlibatan siswa 9

dalam pembelajaran khususnya pada tahap exploration dan explanation melatih kerja ilmiah siswa dalam hal melakukan pengamatan, menggunakan alat praktikum, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, mengumpulkan dan melaporkan hasil praktikum dan diskusi. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran juga membuat siswa terampil untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan materi yang dipelajari dan dapat memberikan dampak terhadap prestasi belajar. Persentase keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I yaitu 64,48% meningkat pada siklus II menjadi 79,02%. Jumlah siswa yang tuntas melakukan kerja ilmiah siswa pada siklus I yaitu 67,74% meningkat pada siklus II menjadi 83,87%. Peningkatan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajar siswa pada siklus I yaitu 61,29% meningkat pada siklus II 80,65%. Saran Penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran pada kondisi yang sama persis dengan kelas yang dilakukan penelitian. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Azizah, K. 2008. Penerapan Biologi Berbasis Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Kemampuan Bekerja Ilmiah Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 Ma Al-Ittihad. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Dorlince. 2008. Pembelajaran model siklus belajar (Learning Cycle). Jurnal Kewarganegaraan 10 (1): 62, (Online), (http://jurnal.pdii.lipi.go.id, diakses 18 April 2014). Fajaroh, F. dan Dasna, I.W. 2003. Penggunaan Model Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif Dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas Ii SMU Negeri 1 Tumpang-Malang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran vol II (2) Oktober 2004. Fajaroh, F dan Dasna, I.W. 2008. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). (Online), (http ://massofa.wordpress.com, diakses 18 April 2014). Lisminingsih, R.D. 2008. Peningkatan Kemampuan Berpikir Ilmiah Mahasiswa Melalui Penerapan Siklus Belajar Enam Fase Perkuliahan Biologi Sel. (Online), (http://isjd.pdii.lipi.go.id, diakses 18 April 2014). 10