BAB I PENDAHULUAN. kematian akibat kanker yang sangat tinggi. Berdasarkan laporan World Health

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. angka morbiditas, namun angka mortalitas leukemia juga dilaporkan di Amerika. Sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino

BAB I PENDAHULUAN. keluarga tapi juga bagi kehidupan secara lebih luas. Pada dasarnya, anakanak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker adalah salah satu penyakit yang dapat terjadi pada anak. Kejadian

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

Study Deskriptif Children Well Being Anak Penderita Leukimia All di Rumah Cinta Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. orang dan menjadi penyebab kematian sekitar 14% pada anak berusia antara 1-15

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. umum kanker pada anak-anak dibawah usia 15 tahun dengan mayoritas

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Tim Cancer Helps, 2010). Data di Eropa pada tahun 1988 dan 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh melampaui batas normal yang kemudian dapat menyerang semua

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker menurut American Cancer Society (2012) merupakan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan payudara

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006).Insidensi LLA di Indonesia 2,5-4 kasus baru per anak sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanker payudara terjadi karena perubahan sel-sel kelenjar dan saluran air susu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Transisi epidemiologis di bidang kesehatan mengakibatkan beban ganda

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

ABSTRAK GAMBARAN KOMPLIKASI PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER PASCA RADIOTERAPI/KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh sebab vaskular (WHO, 2004). Insiden stroke di Amerika Serikat

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskuler. Insiden dan mortalitas kanker terus meningkat. Jumlah penderita

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute,

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

PALLIATIVE CARE HENDRA

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pasien kanker di dunia setiap tahun selalu meningkat. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), kematian akibat kanker di

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker menjadi momok bagi semua orang, hal ini karena angka kematian akibat kanker yang sangat tinggi. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2003 setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20 %. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta orang. Penyakit kanker dirasakan semakin mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan zaman yang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya laporan bahwa penyakit kanker cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif. Penyakit jantung dan kanker merupakan masalah utama kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang (WHO, 2000). Setiap tahun terdapat 9 juta penderita kanker dan 5 juta orang akan meninggal dunia. Pada tahun 2005 di dunia, terdapat 7,6 juta orang meninggal akibat kanker dan 84 juta orang akan meninggal hingga 10 tahun kedepan (WHO, 2007). Data Departemen Kesehatan tahun 2003 menyebutkan, kanker merupakan penyebab utama kematian nomor 6 di Indonesia dan diperkirakan terdapat insiden kanker sebesar 100 kasus dari 100.000 penduduk setiap tahunnya. Maka dengan jumlah penduduk 200 juta, diperkirakan setiap tahun 1

2 ada 200.000 penderita kanker baru di Indonesia. Dari jumlah 200.00 penderita tersebut, 4.000 diantaranya adalah anak anak. Pada anak anak, jenis kanker yang cukup sering terjadi adalah leukemia (kanker darah), tumor otak, retinoblastoma (kanker mata), kanker kelenjar getah bening, tumor Wilms (kanker ginjal), rabdiosarkoma (kanker jaringan otot), dan osteosarkoma (kanker tulang). Dari jenis jenis kanker ini, ternyata leukemia merupakan kanker yang paling banyak dijumpai (Siswono, 2004). Di Indonesia, prediksi tiap tahun ada seratus penderita kanker baru dari 100.000 penduduk, 2 persen diantaranya atau 4.100 kasus merupakan kanker anak. Angka ini terus meningkat lantaran kurangnya pemahaman orangtua mengenai penyakit kanker dan bahayanya (Tehuteru, 2006). Insiden leukemia rata rata 4 4,5 kasus / tahun / 100.000 anak dibawah 15 tahun. Di Jakarta pada tahun 1994, insiden leukemia mencapai 2,76 / 100.000 anak dengan usia 1 4 tahun, dan sepanjang tahun 2002, berdasarkan data RSU Dr. Soetomo dijumpai 70 kasus leukemia baru (Permono 2006 cit Miftahullaila 2010). RSUP DR Sardjito (2009) melaporkan bahwa selama tahun 2009 terdapat 69 penderita kanker anak baru yang berobat. Penyakit kanker darah (Leukemia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Sehingga, lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut (Abdulsalam, 2004)

3 Pada populasi anak, leukemia yang terjadi pada umumnya adalah leukemia akut yaitu Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) dan Acute Myeloid Leukemia (AML) dimana ALL pada anak 5 kali lebih sering tearjadi dibandingkan AML. Dari seluruh kejadian terdapat 32 % yang terjadi pada usia dibawah 15 tahun. Sekitar 74% dari kelompok umur yang sama adalah kanker darah atau leukemia (Belson, 2007). Mostert (2006) menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 80 juta anak dengan umur dibawah 15 tahun. Insiden leukemia 2,5 4,0 per 100.000 anak dengan estimasi 2000 3200 kasus baru jenis ALL tiap tahunnya. Dari penelitian yang dilakukan di RS. Dr Sardjito Universitas Gajah Mada Yogyakarta 30 40 leukemia anak jenis ALL didiagnosa setiap tahunnya. Leukemia menjadi begitu menakutkan bagi siapa saja yang mendengarnya. Leukemia menjadi kanker penyebab utama kematian, mengancam aspek fisik dan psikologis penderitanya (Lertwongpaopun, 2003). Pasien yang telah didiagnosa penyakit leukemia ini harus sesegera mungkin ditangani. Penanganan leukemia meliputi suportif dan kuratif. Penanganan suportif meliputi pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia dan pengobatan komplikasi. Terapi kuratif bertujuan untuk menyembuhkan leukemia itu sendiri yaitu berupa perawatan dengan kemoterapi (Permono, 2006). Kemoterapi ternyata tidak hanya memberikan dampak yang baik, namun memberikan efek samping yang merugikan pula bagi pasien. Efek

4 samping yang terjadi tergantung dari jenis dan dosis obat kemoterapi yang digunakan. Kemoterapi menyebabkan pasien mudah mengalami infeksi, mudah mengalami perdarahan, lemah, lesu, rambut rontok, luka di bibir dan mulut, mual, muntah, diare, nafsu makan menurun serta berpengaruh terhadap kesuburan pasien dewasa (National Cancer Institute, 2002). Obat obat kemoterapi dapat menimbulkan masalah pada rongga mulut (Gravina, 2007 cit Miftahullaila, 2010). Rongga mulut menjadi salah satu tempat yang terkena efek samping dari kemoterapi terutama berupa mukositis oral atau sering disebut dengan stomatitis (Navidjon, 2000). Komplikasi oral sering ditemui pada pasien yang menerima terapi anti kanker dan komplikasi ini dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan, penundaan perawatan, pengurangan dosis obat, serta defisiensi nutrisi (Scardina, 2007 cit Miftahullaila, 2010). Beberapa studi telah menunjukkan bahwa insiden komplikasi oral pada pasien yang mendapat kemoterapi adalah sebanyak 42 % dan insidensi tertinggi diderita oleh pasien dengan Luekemia akut dan non Hod lymphoma (Tunc, Hale & Kamer, 2001). Hasil Penelitian Monica (2005) menyebutkan bahwa ditemukan berbagai manifestasi oral pada anak berumur 14 tahun yang menjalani perawatan kemoterapi sejak lima tahun lalu karena penyakit leukemia limpoblastik akut (Monica, Katya, Plens, Marcelo, Eliania & Joao Carlos, 2005). Toowicharanon (2000) meneliti efek kemoterapi dan menghubungkannya dengan intervensi perawat terhadap pasien leukemia

5 dengan stomatitis. Stomatitis meningkat setelah kemoterapi beralangsung selama 21 hari. Stomatitis menyebabkan beberapa permasalahan seperti ulkus, nyeri dan penurunan kemampuan intake cairan dan makanan, kemampuan mengunyah, kemampuan menelan, serta kesulitan dalam mengenali rasa. Lebih jauh, stomatitis dapat menjadi situasi yang mengancam hidup, menunda pengobatan yang berkelanjutan, dan peningkatan biaya perawatan (McGuire, 1998). Stomatitis menyebabkan pasien leukemia memerlukan perawatan total nutrisi total secara parenteral, menambah biaya perawatan selama di Rumah Sakit dan meningkatkan resiko kematian dalam 100 hari (Sonis, 2004 cit Hogan, 2009). Hingga saat ini sangat disayangkan bahwa pendekatan farmakaologi belum bisa memberikan hasil treatment yang efektif dalam penanganan stomatitis (Hogan, 2009). Intervensi yang kerap diberikan selama ini masih tidak stabil dan berada dibawah standar yang diharapkan (Eilers, 2004). Terdapat sebuah intervensi efektif yang dapat mengurangi durasi dan keparahan stomatitis yaitu dengan menerapakan secara sistematis oral hygiene protocal care ( Mc Guire, Correa, Johnson & Wienandts, 2006). Oral program care efektif dalam mencegah, menunda onset, memperpendek durasi dan menurunkan keparahan stomatitis pada pasien Leukemia yang mendapat kemoterapi (Lertwongpaopun, 2003). Oral management pada pasien anak dengan leukemia dapat meningkatkan kualitas hidupnya selama menjalani terapi (Miller & Kearney, 2001).

6 Stomatitis perlu mendapatkan perhatian khusus untuk dapat dicegah, atau paling tidak menunda onset, memperpendek durasi dan mengurangi keparahan serta komplikasi yang mungkin terjadi. Perawat memiliki peranan penting dan bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya pencegahan terjadinya stomatitis. Perawat memiliki posisi pendukung dan stimulator pasien melalui pemberian pendidikan dan berbagi pengalaman. Sebuah program perawatan oral / oral hygiene telah dikembangkan untuk mendukung proses keperawatan. Program tersebut merupakan aplikasi teori self care Orem, standard keperawatan, penelitian penelitian, dan pandangan baru terhadap stomatitis sebagai efek dari kemoterapi (Lertwongpaopun, 2003). RSUP DR. Sardjito merupakan satu satunya rumah sakit di Yogyakarta yang memiliki instalasi khusus untuk merawat pasien anak dengan leukemia. Hasil studi pendahuluan di bangsal Kartika 2 INSKA RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta peneliti mendapatkan data bahwa dari 21 pasien ALL 5 diantaranya menderita stomatitis dan telah memiliki Prosedur Tetap (Protap) untuk treatment oral hygiene. Berdasarkan penyampaian diatas maka peneliti memandang perlu untuk dilakukannya penelitian untuk melakukan komparasi efektivitas oral hygiene dengan NaCl 0,9 % dan NaCl % + Betadine 0,1 % terhadap kejadian stomatis pada pasien Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) yang menjalani Kemoterapi Fase Induksi di Bangsal Kartika 2 INSKA RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh komparasi efektivitas oral hygiene dengan NaCl 0,9 % dan NaCl % + Betadine 0,1 % terhadap kejadian stomatis pada pasien Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) yang menjalani Kemoterapi Fase Induksi di Bangsal Kartika 2 INSKA RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh komparasi efektifitas oral hygiene dengan NaCl 0,9 % dan NaCl % + Betadine 0,1 % terhadap kejadian stomatitis. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kejadian stomatitis pada pasien anak dengan ALL yang melakukan oral hygiene. b. Mengetahui pengaruh oral hygiene terhadap onset stomatitis. D. Manfaat Penelitian 1. Praktek Keperawatan Sebagai salah satu bentuk perawatan untuk mengurangi kejadian stomatitis pada penderita leukemia pada anak. 2. Rumah Sakit Sebagai rujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan professional.

8 3. Mahasiswa Keperawatan Sebagai rujukan untuk melakukan penelitian penelitian lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang terkait dilakukan oleh Wimonwan Lertwongpaopun Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi eksperimen dengan desain two group pre and post test. Hasil penelitaian ini menyatakan bahwa oral care program efektif untuk pencegahan stomatitis, menunda onset, memperpendek durasi dan menghilangkan keparahannya pada pasien AML (Acute Myeloid Leukemia) yang menjalani kemoterapi. Carin MJ Potting, R. Vitterhoue, W. Scholte op Reimer dan Theo van ctiveness of Commonly Used Mouthwashes for The Prevention of Chemotherapy Induced systematic review dari berbagai penelitian perlakuan kumur - kumur terhadap pencegahan mucositis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan povidone-iodine untuk kumur kumur dapat menurunkan keparahan mucositis sebesar 30 % dibandingkan penggunaan air steril. Clarkson JE, Worthington HV, Furness, Mc Cabe M, Khalid T dan Meeyer S, (2010) mel

9 Treating Oral Mucositis for Patients with Cancer Receiving Treatment penelitian tentang intervensi terhadap mucositis. Penilitian ini menunjukan penggunaan laser level rendah dapat mengurangi keparahan ulkus akibat kanker terapi. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya adalah pada karakteristik kasus, populasi dan lokasi penelitian. Peneliti pada penelitian ini mengambil judul Berdasarkan penyampaian diatas maka peneliti memandang perlu untuk dilakukannya penelitian untuk melakukan komparasi efektivitas oral hygiene dengan NaCl 0,9 % dan NaCl % + Betadine 0,1 % terhadap kejadian stomatis pada pasien Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) yang menjalani Kemoterapi Fase Induksi di Bangsal Kartika 2 INSKA RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode Quasi eksperimen dengan desain two group post test.