dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

Foto 3.12 Lokasi Singkapan batulempung B (DRM 3)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Raden Ario Wicaksono/

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

// - Nikol X - Nikol 1mm

BAB IV ANALISIS FASIES ENDAPAN TURBIDIT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar Singkapan batulempung I (gambar kiri) dengan sisipan batupasir yang tersingkap pada dinding Sungai Cipaku (gambar kanan).

Ciri Litologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

Gambar 3.5 Klasifikasi Batugamping berdasarkan Dunham, 1964 ( Loucks et. Al, 2003)

BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR

Batulempung (Gambar 3.20), abu abu kehijauan, lapuk, karbonan, setempat terdapat sisipan karbon yang berwarna hitam, tebal ± 5 30 cm.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III-11. T.abc sekuen Bouma pada Satuan Batupasir-Batulempung (CKG 11) Foto III-12. T.abc sekuen Bouma pada Satuan Batupasir-Batulempung (CKG 12)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB V SEJARAH GEOLOGI

Batupasir. Batulanau. Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di Desa Sungapan

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Batupasir. Batugamping. Batupasir. Batugamping. Batupasir

Transkripsi:

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut (Walker, 1978). Untuk penjelasan lebih lanjutnya, maka akan dijelaskan deskripsi setiap Satuan Batuan pada daerah penelitian. 26

3.2.1 Satuan Breksi-Batupasir Penyebaran dan Ketebalan Satuan Breksi-Batupasir berada di utara daerah penelitian ditandai dengan warna coklat tua pada peta geologi terlampir, memanjang berarah barat-timur dengan luas sekitar +10% luas daerah penelitian. Singkapan ditemukan di anak Sungai Cidadap bagian utara. Satuan ini memiliki ketebalan +850 m berdasarkan rekonstruksi penampang. Ketebalan ini bukan merupakan ketebalan sebenarnya karena tidak ditemukan kontak stratigrafi dengan satuan yang lebih tua. Ciri Litologi Satuan ini terdiri dari perselingan breksi dan batupasir dengan sisipan batulempung dan batupasir tufaan. Breksi, abu-abu gelap, fragmen polimik berupa fragmen batuan beku andesit, basalt, batupasir, dan batugamping ukuran kerikil-bongkah, butir menyudut-menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilah buruk, porositas buruk, kompak, matriks berukuran pasir kasar, karbonatan. Batupasir, abu-abu keputihan, ukuran butir sedang-kasar, butir membundar, kemas terbuka, terpilah sedang, porositas sedang-baik, kompak, butir dan matriks karbonatan, struktur sedimen perlapisan bersusun, laminasi sejajar, terdapat fosil foraminifera. Batulempung, abu-abu gelap, karbonatan, terdapat fosil foraminifera, getas, masif. Batupasir tufaan, abu-abu keputihan, karbonatan, ukuran butir sedang-halus, butir menyudut-menyudut tanggung, kemas tertutup, terpilah baik, porositas baik, getas, struktur sedimen laminasi sejajar. Secara keseluruhan, satuan ini memiliki litologi yang bersifat karbonatan. Satuan ini menghalus dan menipis ke atas dengan berkurangnya tebal dan ukuran butir breksi ke arah atas yang digantikan dengan kehadiran batupasir dan batulempung. Berdasarkan analisis petrografi terlampir, matriks breksi dan juga batupasir pada satuan ini termasuk ke dalam lithic wacke (Gilbert, 1982). 27

a b c Foto 3.9 a. Singkapan kontak Satuan Breksi-Batupasir dengan Satuan Batupasir - Batulempung, breksi berukuran butir kerikil. b. Singkapan breksi dengan ukuran butir kerakal. c. Singkapan batupasir tufaan dengan struktur sedimen laminasi sejajar. Umur Hasil analisis mikropaleontologi (foraminifera planktonik) pada batulempung di lokasi D 4.7 (Lampiran B) menunjukkan bahwa satuan ini diendapkan pada umur N16 (Blow, 1969) yang setara dengan umur Kala Miosen Akhir. Lingkungan Pengendapan Hasil analisis mikropaleontologi (foraminifera bentonik) pada batulempung di lokasi D 4.7 (Lampiran B) menunjukkan bahwa satuan ini diendapkan pada lingkungan pengendapan Batial Atas (Tipsword, 1966 dalam Pringgoprawiro, dkk, 1994). Mekanisme pengendapan pada satuan Breksi-Batupasir ini memerlukan arus yang sangat cepat alirannya karena pada satuan ini dominan materialnya berukuran kasar berukuran kerikil - bongkah pada litologi breksi 28

(Koesoemadinata, 1985). Berdasarkan kehadiran struktur sedimen laminasi sejajar dan perlapisan bersusun (Foto 3.9 A,B,C) yang ada pada interval Tab sekuen Bouma (1962), dan jenis batupasir yang bersifat wacke atau kotor menandakan mekanisme pengendapan arus gravitasi. Ciri lainnya adalah sekuennya yang membentuk siklus menghalus ke atas (Foto 3.9 A dan B) dan breksi yang dapat digolongkan ke dalam fasies debris dan slump endapan turbidit (Walker, 1978) merupakan ciri dari mekanisme arus turbidit pada lingkungan kipas bawah laut bagian kipas atas (Gambar 3.8). Selain itu, satuan ini kemungkinan diendapkan dekat dengan sumber material gunungapi karena ditemukan material gunungapi berupa batupasir tufaan. Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri litologi, pola penyebaran, lingkungan pengendapan, dan umur satuan, maka satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Cantayan Unit Breksi (Martodjojo, 1984). Hubungan Stratigrafi Hubungan satuan ini dengan satuan yang lebih tua tidak diketahui, karena tidak tersingkap pada daerah penelitian. 3.2.2 Satuan Batupasir-Batulempung Penyebaran dan Ketebalan Satuan Batupasir-Batulempung terdapat di tengah daerah penelitian, melampar sepanjang barat-timur. Satuan ini menempati sekitar +25% luas daerah penelitian dan ditandai dengan warna kuning pada peta geologi terlampir. Singkapan ditemukan di sepanjang Sungai Cidadap dengan jurus lapisan berarah barat-timur. 29

Satuan ini memiliki ketebalan +600 m berdasarkan rekonstruksi penampang. Ketebalan ini bukan merupakan ketebalan sebenarnya karena pengaruh keterdapatan sesar naik pada satuan ini. Ciri Litologi Satuan ini terdiri dari dominasi batupasir gampingan dengan sisipan konglomerat dan batulempung. Batupasir gampingan memiliki ciri berwarna abu-abu keputihan, ukuran butir sedang-kasar, butir membundar, kemas tertutup, porositas sedang-baik, kompak, butir dan matriks karbonatan, struktur sedimen perlapisan bersusun, laminasi sejajar, konvolut, ripped up mud clasts, load cast dan flute cast. Struktur ripped up mud clast menunjukkan erosivitas pengendapan sedimen akibat arus turbidit. Konglomerat memiliki ciri berwarna abu-abu kecoklatan, ukuran butir kerikil-kerakal berupa fragmen batuan beku andesit, basalt, batugamping, bentuk butir membundar-membundar tanggung, kemas terbuka, terpilah buruk, kompak, matriks batupasir kasar, karbonatan, struktur sedimen perlapisan bersusun. Batulempung memiliki ciri berwarna abuabu gelap, karbonatan, terdapat fosil foraminifera, getas, masif. Ketebalan batupasir berkisar antara 10-100 cm dengan sisipan konglomerat dan batulempung setebal berkisar antara 10-50 cm. Pengamatan terhadap sayatan tipis (Lampiran A) menunjukkan bahwa batupasir pada satuan ini termasuk ke dalam lithic wacke (Gilbert, 1982) dan memiliki komponen butir menyudut tanggung- membulat tanggung. Dari contoh batupasir pada satuan ini, komponen butir didominasi oleh fragmen litik (40%), K-Feldspar (5%), kuarsa (5%), cangkang foraminifera (5%), dan opak (5%) dengan matriks (35%) berupa lumpur karbonat dan mineral lempung dan semen (3%) berupa kalsit. 30

a b c d Foto 3.10 a. Singkapan konglomerat dan batupasir dengan struktur channel fill yang memperlihatkan penyebaran lateral yang terbatas. b. Singkapan batupasir dengan struktur sedimen ripped up mud clasts yang mengindikasikan pola pengendapan mekanisme turbidit dengan tingkat erosivitas yang relatif tinggi c. Singkapan batupasir dengan struktur sedimen perlapisan bersusun, laminasi sejajar dan konvolut d. Singkapan batupasir dengan strukutur sedimen load cast dan flute cast. Umur Hasil analisis mikropaleontologi (foraminifera planktonik) pada batulempung di lokasi D 2.1 (Lampiran B) menunjukkan bahwa satuan ini diendapkan pada umur N17 (Blow, 1969) yang setara dengan umur Kala Miosen Akhir. Lingkungan Pengendapan Hasil analisis mikropaleontologi (foraminifera bentonik) pada batulempung di lokasi D 2.1 (Lampiran B) menunjukkan bahwa satuan ini 31

diendapkan pada lingkungan pengendapan Neritik Luar-Batial Atas (Tipsword, 1966 dalam Pringgoprawiro, dkk, 1994). Mekanisme pengendapan pada satuan Batupasir-Batulempung ini memerlukan arus yang sangat cepat alirannya karena pada satuan ini dominan materialnya berukuran kasar pada litologi konglomerat (Koesoemadinata, 1985). Dari kenampakan sekuen vertikal dan asosiasi struktur sedimen dan komposisi batupasir yang bersifat wacke, satuan ini diendapkan pada mekanisme pengendapan arus gravitasi. Pada satuan ini, bagian bawah dicirikan dengan hadirnya fasies konglomerat dan bagian atas dicirikan dengan hadirnya fasies classic turbidite (Walker, 1978). Fasies konglomerat memiliki kenampakan konglomerat yang terpilah buruk dan memiliki penyebaran lateral yang terbatas yang dicirikan struktur channel fill (Foto 3.10 a). Fasies classic turbidite dicirikan oleh perselingan batupasir dan batulempung yang menghalus ke atas dan menunjukkan adanya sekuen Bouma (1962) Tabc (Foto 3.10 b,c) serta struktur flute cast dan load cast yang ditemukan pada batupasir (Foto 3.10 d). Perubahan fasies turbidit yang ada pada satuan ini mencerminkan perubahan lingkungan kipas bawah laut (Gambar 3.6) bagian kipas atas (fasies konglomerat) menjadi bagian kipas tengah (fasies classic turbidite). Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri litologi, pola penyebaran, lingkungan pengendapan, dan umur satuan, maka satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Cantayan Unit Batupasir (Martodjojo, 1984). Hubungan Stratigrafi Pada satuan ini, hubungan dengan satuan yang lebih tua (Satuan Breksi- Batupasir) adalah hubungan selaras. Hubungan ini disimpulkan dari pengamatan singkapan di anak Sungai Cidadap (D 4.5) yang menunjukkan kontak tegas. Kontak antara satuan ini ditandai oleh kemunculan terakhir litologi breksi Satuan Breksi-Batupasir. 32

3.2.3 Satuan Batulempung Penyebaran dan Ketebalan Satuan Batulempung terdapat di tengah sampai selatan daerah penelitian melampar sepanjang barat-timur. Satuan ini menempati sekitar +33% luas daerah penelitian dan ditandai warna hijau muda pada peta geologi terlampir. Singkapan ditemukan di anak Sungai Cidadap, Sungai Cigedogan, dan Sungai Cipari dengan jurus lapisan berarah barat-timur. Satuan ini memiliki ketebalan +1200 m berdasarkan rekonstruksi penampang. Ketebalan ini bukan merupakan ketebalan sebenarnya karena tidak ditemukan kontak stratigrafi dengan satuan yang lebih muda, selain itu juga sulit untuk menentukan tebal satuan ini dikarenakan pengaruh sesar sesar yang ada di satuan ini. Ciri Litologi Satuan ini terdiri dari dominasi batulempung dengan sisipan batupasir. Batulempung memiliki ciri berwarna abu-abu gelap, karbonatan, terdapat fosil foraminifera, getas, masif. Batupasir memiliki ciri berwarna abu-abu, ukuran butir pasir halus-sedang, butir membundar, kemas tertutup, terpilah baik, porositas sedang, getas, matriks karbonatan, struktur sedimen laminasi sejajar (Foto 3.11). Ketebalan batupasir pada satuan ini berkisar antara 10-30 cm. Pengamatan terhadap sayatan tipis (Lampiran A) menunjukkan bahwa batupasir pada satuan ini termasuk ke dalam feldspathic wacke (Gilbert, 1982) dan memiliki komponen butir menyudut tanggung- membulat tanggung. Dari contoh batupasir pada satuan ini, komponen butir didominasi oleh K-Feldspar (15%), kuarsa (15%), dan opak (10%) dengan matriks (45%) berupa gelas dan mineral lempung dan semen (10%) berupa oksida besi. 33

a Foto 3.11 a. Singkapan batupasir dengan struktur sedimen laminasi sejajar. b. Singkapan Batulempung pada Satuan Batulempung. b Umur Hasil analisis mikropaleontologi (foraminifera planktonik) pada batulempung di lokasi D 1.4 dan D 6.1 (Lampiran B) menunjukkan bahwa satuan ini diendapkan pada umur N18 (Blow, 1969) yang setara dengan umur Kala Miosen Akhir. Lingkungan Pengendapan Hasil analisis mikropaleontologi (foraminifera bentonik) pada batulempung di lokasi D 1.4 dan D 6.1 (Lampiran B) menunjukkan bahwa satuan ini diendapkan pada lingkungan pengendapan Neritik Tengah-Neritik Luar (Tipsword, 1966 op.cit. Pringgoprawiro, dkk, 1994). Mekanisme pengendapan pada satuan Batulempung-Batupasir A ini memerlukan arus yang sangat tenang alirannya (arus suspensi) karena pada satuan ini dominan materialnya berukuran halus atau lempung (Koesoemadinata, 1985). Pada satuan ini ciri-ciri turbidit masih terlihat dengan adanya batupasir yang bersifat wacke dan sekuen Bouma (1962) Tbc (Foto 3.11 A&B). Dari suksesi vertikal satuan ini terlihat semakin ke atas ketebalan batulempung meningkat dan kehadiran struktur sedimen semakin sedikit. Ciriciri tersebut menandakan energi yang semakin berkurang dari pengendapan kipas bawah laut di daerah penelitian atau dapat diartikan sebagai lingkungan 34

kipas bawah laut yang semakin menjauhi sumber sedimennya atau kipas bawah laut bagian kipas bawah (Gambar 3.6). Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri litologi, pola penyebaran, lingkungan pengendapan, dan umur satuan, maka satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Cantayan Unit Batulempung (Martodjojo, 1984). Hubungan Stratigrafi Pada satuan ini, hubungan dengan satuan yang lebih tua (Satuan Batupasir-Batulempung) adalah hubungan selaras. Hubungan ini disimpulkan dari pengamatan Satuan Batupasir-Batulempung berangsur-angsur berubah menjadi Satuan Batulempung dengan meningkatnya dominasi batulempung. 3.2.4 Satuan Intrusi Basalt Penyebaran dan Ketebalan Satuan Intrusi Basalt terletak di sebelah selatan dan utara peta geologi terlampir ditandai warna merah tua dengan luas daerah cakupan mencapai +7% luas daerah penelitian. Satuan ini berupa gunung yang terisolir bernama Gunung Gedogan dan Gunung Kuta. Foto 3.12 Singkapan batuan beku basalt di Gunung Gedogan. 35

Ciri Litologi Satuan ini berupa batuan beku basalt yang ditemukan di Gunung Gedogan dengan kondisi segar- agak lapuk (Foto 3.12) dan juga di Gunung Kuta () Gambar (3.13). Batuan beku basalt ini memiliki ciri litologi berwarna hitam keabuan, ukuran kristal halus (afanitik), masif. Sayatan tipis (Lampiran A) menunjukkan bahwa batuan bersifat hipokristalin, porfiritik dengan komposisi mineral plagioklas, hornblende, biotit, opak, olivin, piroksen, dan gelas. Berdasarkan komposisi plagioklas (oligoklas) dan kehadiran mineral olivin dari Deret Bowen, maka batuan beku ini digolongkan ke dalam batuan beku basalt. Foto 3.13 Singkapan batuan beku basalt di Gunung Kuta. Umur Satuan ini diinterpretasikan berumur lebih muda daripada satuan yang ditembusnya (Satuan Batulempung) dan lebih tua daripada pembentukan struktur regional di daerah ini, yaitu pada Kala Plio-Pleistosen. Penulis berkesimpulan bahwa satuan ini berumur Miosen Akhir setelah pengendapan satuan Batulempung karena batuan beku ini menembus satuan tersebut. Hubungan Stratigrafi Satuan Intrusi Basalt diperkirakan memiliki hubungan yang tidak selaras dengan Satuan Batulempung dan Satuan di bawahnya yang lebih tua. Penamaan 36

intrusi didasarkan berdasarkan tekstur dari sayatan tipis berupa tekstur hialofilitik (Lampiran A). Satuan ini kemungkinan memotong satuan yang lebih tua (Satuan Batulempung) secara diskordan berupa intrusi dyke. 3.2.5 Satuan Lava Andesit Penyebaran dan Ketebalan Satuan Lava Andesit terletak di sebelah tenggara peta geologi terlampir ditandai warna merah muda dengan luas daerah cakupan mencapai +10% luas daerah penelitian. Satuan ini berupa gunung yang terisolir bernama Gunung Seureuh. Satuan ini menimpa Satuan Batulempung dan diinterpretasikan pusat erupsinya berada pada puncak Gunung Seureuh. Ciri Litologi Satuan ini berupa batuan beku andesit yang ditemukan di Anak Sungai Cidadap (Foto 3.14 A) dengan kondisi segar-lapuk. Batuan beku andesit di daerah ini memiliki ciri litologi berwarna abu abu gelap, ukuran kristal halus (afanitik) dengan struktur batuan kekar berlembar. Sayatan tipis (Lampiran A) menunjukkan bahwa batuan bersifat intergranular, hipokristalin dengan komposisi mineral plagioklas, piroksen, opak, gelas dan kalsit sebagai mineral terubahkan. Berdasarkan komposisi plagioklas (andesin), maka batuan beku ini digolongkan ke dalam batuan beku andesit. a b Foto 3.14 a. Singkapan lava andesit dan batulempung Satuan Batulempung dengan kedudukan bidang kontak N115 0 E/45 0 berupa efek bakar. b. Singkapan lava andesit di Sungai Cisero dengan struktur kekar berlembar. 37

Umur Satuan ini diinterpretasikan berumur lebih muda daripada satuan yang ditimpanya (Satuan Batulempung), dan juga lebih muda daripada pembentukan struktur regional di daerah ini yaitu pada Kala Plio-Pleistosen. Penulis berkesimpulan bahwa satuan ini berumur Miosen Akhir karena batuan beku ini menembus Satuan Batulempung. Hubungan Stratigrafi Satuan Lava Andesit Gunung Seureuh diperkirakan memiliki hubungan yang tidak selaras dengan Satuan Batulempung. Satuan ini diinterpretasikan sebagai aliran lava karena tekstur aliran yang terlihat di sayatan tipis dan juga posisi kedudukan batuan beku andesit yang berada di atas lapisan batuan sedimen batulempung pada Satuan Batulempung dengan kedudukan yang sejajar arah umum jurus lapisan. 3.2.6 Satuan Breksi Vulkanik Penyebaran dan Ketebalan Satuan Breksi Vulkanik terdapat di baratdaya daerah penelitian. Satuan ini menempati +10% luas daerah penelitian dan ditandai warna coklat muda pada peta geologi terlampir. Singkapan ditemukan di Sungai Cipari dan di punggungan dekat Desa Tipar dalam keadaan segar- agak lapuk. Ketebalan satuan tidak diketahui karena kehadirannya yang menutupi satuan batuan yang terdapat di bawahnya. Ciri Litologi Satuan ini merupakan endapan vulkanik yang terdiri dari breksi vulkanik. Breksi vulkanik memiliki ciri berwarna abu terang, ukuran butir 1-20 cm, menyudut hingga menyudut tanggung. Matriks berupa tuf, abu-abu gelap sampai terang dengan warna pelapukan coklat kemerahan, ukuran butir pasir sedang-halus, menyudut-menyudut tanggung, pemilahan sedang-buruk. 38

Foto 3.15 Singkapan breksi vulkanik di Sungai Cipari. Pengamatan terhadap sayatan tipis (Lampiran A) pada fragmen batuan beku menunjukkan jenis batuan beku andesit. Andesit pada satuan ini memiliki 75% fenokris yang terdiri dari plagioklas (30%), kuarsa (15%), hornblende (20%), opak (5%), dan serisit (5%). Umur Dari kesamaan penyebaran satuan ini dengan penyebaran batuan vulkanik pada Peta Geologi Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972) maka satuan ini kemungkinan merupakan bagian dari Breksi dan Lava Gunungapi Tua (Qot) yang berumur Pleistosen dan diendapkan secara tidak selaras di atas satuansatuan sebelumnya. Selain itu, satuan ini juga tidak terpengaruh oleh pembentukan struktur yang diinterpretasikan berumur Plio-Pleistosen sehingga kemungkinan satuan ini berumur lebih muda daripada pembentukan struktur. Lingkungan Pengendapan Satuan ini diinterpretasikan terendapkan di lingkungan darat karena pada umur yang lebih muda dari Plio-Pleistosen daerah ini sudah merupakan darat secara regional (Martodjojo, 1984). 39

3.2.7 Satuan Aluvial Penyebaran dan Ketebalan Satuan aluvial terdapat di hilir Sungai Cidadap. Satuan ini menempati +2% luas daerah penelitian dan ditandai warna abu-abu pada peta geologi terlampir. Ketebalan satuan tidak diketahui karena kehadirannya yang menutupi satuan batuan yang terdapat di bawahnya. Ciri Litologi Satuan ini tersusun atas material lepas berupa breksi, batugamping, batupasir, batulempung, basalt, andesit. Berukuran lempung-bongkah, menyudut sampai membundar. Material-material tersebut merupakan hasil erosi dari satuan-satuan batuan yang lebih tua. Foto 3.15 Endapan material lepas hasil erosi batuan yang lebih tua di Sungai Cidadap. Umur Satuan ini berumur Resen karena pembentukannya masih berlangsung hingga sekarang dan diendapkan secara tidak selaras di atas satuan batuan yang lebih tua. 40

Lingkungan Pengendapan Satuan ini diinterpretasikan terendapkan di lingkungan darat karena pada umur yang lebih muda dari Plio-Pleistosen daerah ini sudah merupakan darat secara regional (Martodjojo, 1984). 3.3 Struktur Geologi Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar naik berarah relatif barat-timur dan sesar-sesar mendatar berarah relatif baratlaut-tenggara. Bukti-bukti lapangan yang mendukung kehadiran struktur geologi tersebut berupa kekar gerus, kekar tarik, breksiasi, cermin sesar, dan kedudukan batuan. a b Foto 3.16 a. Lapisan tegak berupa air terjun di anak Sungai Cidadap. b. Contoh kekar gerus dan kekar tarik pada daerah penelitian Sesar naik yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Mengiri Cidadap, sesar naik tersebut memiliki arah umum relatif barat-timur degan arah kemiringan bidang sesar ke selatan. Jenis pergerakan sesar didapatkan melalui analisis stereonet dengan data shear fracture pada lokasi D 3.12 dan D 4.2. 41

Sesar-sesar mendatar di daerah penelitian adalah Sesar Mendatar Menganan Kebonjagung yang diinterpretasikan berdasarkan intensifitas rekahan yang ada pada lokasi D 5.7 dan D 5.9. Sesar Mendatar Menganan Cidadap yang diinterpretasikan berdasarkan intensifitas rekahan pada lokasi D 5.2 dan D 8.1. Sesar Mendatar Menganan Gedogan yang diinterpretasikan berdasarkan intensifitas rekahan pada lokasi D 2.7 dan D 2.13. Sesar-sesar mendatar tersebut berarah relatif baratlaut-tenggara. Sesar-sesar ini memotong perlipatan dan sesar naik dengan arah menganan. Struktur lipatan di daerah penelitian berupa sayap lipatan yang memiliki sumbu searah dengan jurus sesar anjak yaitu relatif barat-timur. Berdasarkan arah sumbu lipatan tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa arah tegasan utama yang bekerja di daerah penelitian memiliki arah relatif utara-selatan. Arah-arah umum struktur geologi tersebut juga diinterpretasikan dari polapola umum kelurusan dari citra SRTM. Pola kelurusan dan pembelokan tajam dari lembahan atau punggungan ditafsirkan sebagai akibat dari pergerakan sesar-sesar yang terbentuk. 42