BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baja. Pilihan menggunakan beton sebagai bahan konstruksi ini dikarenakan beton

STUDI PERBANDINGAN BIAYA PER 1 M 2 PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA RINGAN DENGAN PASANGAN BATA MERAH

PERBANDINGAN METODE KONSTRUKSI DINDING BATA MERAH DENGAN DINDING BATA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

BAB I PEDAHULUAN. dan bahkan karena bobotnya yang ringan, bisa digunakan melebihi

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Universitas Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini

KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan bangunan semakin meningkat. Hal

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si.

BAB III LANDASAN TEORI

REKAYASA BESI COR CIL SEBAGAI DASAR PEMBUATAN CYLPERB

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

BAB I PENDAHULUAN. lama digunakan di seluruh dunia. Penggunaan batu bata di Indonesia sudah banyak

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terpenting. Pemilihan material yang baik sesuai waktu dan biaya serta tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Kira-kira dimulai pada 8000 SM di Mesopotamia, manusia pertama kali. menemukan bahwa tanah liat dapat dibentuk dan di jemur untuk

EBOOK PROPERTI POPULER

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

STUDI KASUS PERBANDINGAN BERBAGAI BATA RINGAN DARI SEGI MATERIAL, BIAYA, DAN PRODUKTIVITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

DINDING DINDING BATU BUATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN DAN PEMBUATAN PRODUK CYLPERB SKALA LABORATORIUM

BAB II STUDI PUSTAKA. Batu bata adalah bahan bangunan yang digunakan untuk membuat dinding atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN TEGANGAN-REGANGAN BATA BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN MINERAL ALAMI ZEOLIT ALAM TERTAHAN SARINGAN NO.

Abstrak Material penyusun beton ringan terdiri air, semen dan agregat. Agregat yang digunakan untuk memproduksi

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKTIVITAS MATERIAL BETON RINGAN DALAM PEMAKAIAN SEBAGAI KONSTRUKSI DINDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu mengalami perkembangan yang lebih dinamis. Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari

Propylene (PP), yang diolah kembali untuk dijadikan agregat pada campuran beton, dan Susanto, dkk (2012) yang meneliti foam concrete (beton busa)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. 1.2 Rumusan masalah. 1.3 Tujuan

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun Karakteristik Fisik Bata Merah dan Kaitannya dengan Analisa Harga Satuan Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: NIM :

PEMBUATAN BATA RINGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PENGGERGAJIAN BATU ANDESIT ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pembangunan infrastruktur dan properti yang membutuhkan material salah

Aerated Lightweight Concrete

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci :Biaya, waktu, bata ringan Hebel, Kalsiboard.

KARAKTERISTIK FISIK CAMPURAN BATU BATA DENGAN MEMANFAATKAN ABU SISA PEMBAKARAN LIMBAH KAYU Oleh : I Made Nada. Ida Bagus Suryatmaja.

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK PEREKAT BATA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, lebih tahan korosi dan lebih murah. karena gaya inersia yang terjadi menjadi lebih kecil.

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

MM-100 PEREKAT PASANGAN BATA RINGAN THIN BED

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. efisien, ekonomis, mudah didapat dan bahan dasar yang melimpah.

MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGUJIAN KEKUATAN LENTUR, KETAHANAN TERHADAP AIR DAN PANAS MATAHARI SERTA KEMAMPUAN REDUKSI BUNYI TERHADAP BEBERAPA MACAM CALCIUM SILICATE BOARD

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

KATALOG PRODUK. residential low-rise & high-rise building commercial industrial renovations & extensions

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

BAB I PENDAHULUAN. murah maka kebutuhan akan perumahan atau tempat tinggal, gedung

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan kertas sebagai bahan campuran lebih praktis dan efektif,

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

PERKERASAN LAPISAN JALAN, TEMPAT PARKIR DAN HALAMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI PERBANDINGAN BIAYA MATERIAL PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA RINGAN DENGAN BATA MERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako:

Laporan Praktikum. A. Judul : Pengujian Paving Block. B. Jenis Pengujian : 1. Pengujian Visual Paving Block. 2. Pengujian Kuat Tekan Paving Block

FAQ. Pengisi Nat (Tile Grout):

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6 a) Kelebihan 1) Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap api/kebakaran. 2) Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

1. Pendahuluan. INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( )

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bata Merah 2.1.1 Definisi bata merah Suatu unsur bangunan, yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi, bila direndam air (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, 1978). 2.1.2 Pembuatan bata merah Proses pembuatan, dari penggalian tanahnya, pencampurannya dengan air dan bahan-bahan lain, jika perlu, hingga pemberian bentuknya dapat dilakukan seluruhnya dengan tangan dengan mempergunakan cetakan-cetakan kayu, atau pada prosesnya dipergunakan mesin-mesin (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, 1978). Pembuatan bata merah ini umumnya dilakukan secara manual, sehingga ukurannya tidak benar-benar sama persis, tergantung pembuatnya (Susanta, 2007). 2.1.3 Syarat-syarat bata merah Bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidangbidang sisi datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan bentuk yang berlebihan. Bentuk lain yang disengaja karena pencetakan, diperbolehkan. 4

5 Disamping syarat-syarat tersebut diatas pembeli dan penjual dapat mengadakan perjanjian tersendiri (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, 1978). 2.1.4 Ukuran-ukuran bata merah Ukuran-ukuran panjang, lebar dan tebal dari bata merah ditentukan dan dinyatakan dalam perjanjian antara pembeli dan penjual (pembuat). Ukuran bata merah standar ialah: panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm. penyimpangan terbesar, dari ukuran-ukuran seperti tersebut diatas ialah: untuk panjang maksimum 3%; lebar maksimum 4%; tebal maksimum 5%. Jumlah benda-benda percobaan yang boleh menunjukkan penyimpangan dalam ukuranukuran lebih dari penyimpangan maksimum yang telah ditentukan ialah : a) Bata merah mutu tingkat I (satu) : tidak ada yang menyimpang b) Bata merah mutu tingkat II (dua) : satu buah dari sepuluh percobaan c) Bata merah mutu tingkat III (tiga) : dua buah dari sepuluh percobaan (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, 1978). Bata merah yang biasa diperjualbelikan umumnya memiliki ketebalan 3-5 cm, lebar 7-11 cm, panjang 17-22 cm dan berat 3 kg/biji (tergantung merek dan daerah asap pembuatan bata) (Susanta, 2007). 2.1.5 Kuat tekan bata merah

6 Tabel 2.1. Kuat Tekan Bata Merah Mutu bata merah Kuat tekan rata-rata kg/cm 2 Tingkat I (satu) Tingkat II (dua) Tingkat III (tiga) Lebih besar dari 100 100-80 80-60 Dari tiap-tiap benda percobaan, kuat tekannya tidak diperbolehkan 20% lebih rendah dari harga rata-rata terendah untuk tingkat mutunya (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, 1978). 2.2. Bata Ringan Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete, Porous Concrete, di Inggris disebut Aircrete and Thermalite. Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman di tahun 1943. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat. Adonannya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan aluminium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam.

7 Aluminium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan. Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran. Adonan beton aerasi yang masih mentah ini, kemudian dimasukkan ke autoclave chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu didalam autoclave chamber sekitar 183 derajat celcius. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau pematangan. Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, air, dan aluminium pasta, terjadi reaksi kimia. Bubuk aluminium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Nah, rongga-rongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi ringan (hakikigavrila.wordpress.com) Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki tingkat kerataan yang baik sehingga bisa langsung diberi aci tanpa harus diplester terlebih dahulu. Bahan untuk acian biasanya menggunakan semen instan atau semen khusus. Semen ini berbahan dasar pasir silika, semen, filler, dan zat aditif. Penggunaanya hanya dicampur dengan air, tetapi dapat juga menggunakan bahan seperti pemasangan batako. Bata Celcon memiliki ukuran 60 cm 20 cm dengan ketebalan 8-10 cm.

8 Tabel 2.2. Kebutuhan Bahan untuk Pemasangan Bata Ringan per m 2 Semen instan Hebel/Celcon Air 11, 43 kg 8 buah 0,15-0,16 liter (Susanta, 2007). 2.3. Dinding Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruanganruangan, atau melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta dinding penahan (retaining). Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan (Wikipedia, 2011). 2.3.1 Fungsi dinding Dinding memiliki peran yang vital pada sebuah bangunan. Tidak sekedar berfungsi sebagai pembatas, tetapi lebih dari itu, dinding memberikan nilai

9 privasi, nilai kenyamanan, dan nilai kesehatan. Dinding juga bisa memberikan nilai khusus untuk bangunan-bangunan tertentu, misalnya laboratorium uji, ruang operasi, dan studio-studio yang menghendaki ambang kebisingan tertentu. Jadi fungsi dinding disini adalah: a) Pemisah antar ruang yang mempunyai fungsi berbeda b) Pemisah ruang yang bersifat pribadi dan ruang yang bersifat umum c) Penahan cahaya, angin, hujan, banjir, dan lain-lain yang bersumber dari alam d) Pembatas fisik ruang e) Penahan struktur (untuk fungsi tertentu misal dinding lift, reservoir, dan lain-lain) f) Penahan kebisingan untuk ruang yang memerlukan ambang kekedapan suara tertentu, seperti studio rekaman atau studio siaran g) Penahan radiasi sinar atau zat-zat tertentu, seperti ruang radiologi, ruang operasi, laboratorium, dan lain-lain h) Elemen statis yang memiliki fungsi artistik tertentu i) Pelindung, misalnya pada penyimpanan surat-surat berharga, seperti brankas di bank, dan sebagainya (Susanta, 2007). 2.3.2 Macam dinding Dilihat dari fungsinya, dinding digolongkan dalam tiga macam, yaitu dinding eksterior, dinding interior, dan dinding khusus. Dinding eksterior, selain harus kuat juga harus indah dan tahan cuaca daerah sekitar. Pemilihan jenis material dinding untuk daerah yang sering dilanda gempa, daerah yang sering

10 hujan, atau daerah yang tingkat panasnya tinggi, tentu memiliki kebutuhan karakter material. Jika dinding eksterior biasanya permanen, pada dinding interior adapula pemilik yang menginginkan pembatas ruang yang sifatnya kontemporer supaya mudah diubah, misalnya dengan menggunakan partisi, sekat pembatas yang bisa diangkat, atau jenis lainnya. Karena terletak dibagian dalam maka pertimbangan dalam pemilihan bahan cenderung disesuaikan dengan selera secara dominan dan sedikit mengabaikan faktor ketahanan terhadap cuaca. Pada dinding yang mempunyai fungsi khusus, tentu jenis materialnya harus disesuaikan dengan fungsi yang harus diembannya. Misalnya, dinding laboratorium uji petir harus terbuat dari beton yang siap menahan tekanan tertentu, serta dinding kedap suara harus terbuat dari bahan akustik sesuai tingkat kebisingan yang dapat ditoleransi. Begitu juga untuk dinding penahan ombak, dinding penahan tanah, benteng perang, ruang penyimpan brankas uang/surat berharga, harus digunakan dinding yang kukuh beton atau pasangan batu (Susanta, 2007). 2.3.3 Kelebihan dan kekurangan dinding bata merah dan bata ringan a) Dinding bata merah

11 Tabel 2.3.a Kelebihan dan Kekurangan Dinding Bata Merah Kelebihan kedap air, sehingga jarang terjadi rembesan pada tembok akibat air hujan Keretakan relatif jarang Kekurangan Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan batako dan bahan dinding lainnya Biaya lebih tinggi Kuat dan tahan lama Penggunaan rangka beton pengakunya lebih luas, antara 9-12 m 2 (Susanta, 2007). b) Dinding bata ringan

12 Tabel 2.3.b Kelebihan dan Kekurangan Dinding Bata Ringan Kelebihan Kekurangan kedap air, sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan Harga relatif lebih mahal air. Pemasangan lebih cepat. Penggunaan rangka beton pengakunya lebih luas, antara 9-12 m 2 Tidak semua tukang pernah memasang bata jenis ini. Hanya toko material besar yang menjual dan penjualannya dalam jumlah 1 m 3 Ringan, tahan api dan mempunyai kekedapan suara yang baik. (Susanta, 2007). 2.4. Bangunan bertingkat Bangunan bertingkat adalah suatu sistem struktur yang mempunyai lapis lantai lebih dari satu, umumnya bertingkat ke atas walaupun ada juga yang bertingkat kedalam tanah. Bangunan tinggi yang hanya mempunyai satu lapis lantai tidak dapat disebut sebagai bangunan bertingkat. Sebaliknya, bangunan rendah yang lapis lantainya bersusun lebih dari satu, disebut bertingkat (Benny, 1996). Untuk mengetahui jumlah lantai tingkat dan nomor urut tingkatnya, maka pada masing-masing lantai diberi nomor urut sebagai berikut:

13 Lantai-1 (ground floor) : lantai dasar, terletak di atas tanah dan langsung berhubungan dengan halaman, diberi peil 0,00. Lantai-2 (first floor) Lantai-3 (second floor) : lantai tingkat di atas lantai-1. : Lantai tingkat di atas lantai-2. Dan seterusnya. Atap (roof) : puncak bangunan, berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dan penghuninya. Besmen (basement) : Ruang di bawah lantai-1 dalam tanah, umumnya digunakan sebagai: tempat parkir, gudang, ruang mesin (Benny, 1996). Ditinjau dari ketinggian gedung dan spesifikasi perancangan dan syaratsyarat, bangunan bertingkat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Bangunan Bertingkat Rendah ( Low Rise Building) : mempunyai 3 4 lapis lantai atau ketinggian 10 m. 2. Bangunan Bertingkat Tinggi (High Rise building) : mempunyai lapis lantai lebih dari 4 dan ketinggian lebih dari 10 m (Benny, 1996).