KADAR VITAMIN C, MUTU FISIK, ph DAN MUTU ORGANOLEPTIK SIRUP ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa, L) BERDASARKAN CARA EKSTRAKSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

BAB III METODE PENELITIAN

VARIASI JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU INGIN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN DAYA TERIMA JAM ROSELLA (Hibiscus sabdariffa)

PENGARUH PROPORSI EKSTRAK ROSELA DAN STRAWBERRY TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP ROSELA-STRAWBERRY SKRIPSI OLEH: ELVANA_

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan.

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

PENINGKATAN NILAI GUNA BUAH MANGROVE SONNERATIA CASEOLARIS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DALAM SIRUP BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) DENGAN VARIASI WAKTU PENYIMPANAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimen. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Universitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU ROSELLA KERING (Hibiscus sabdariffa) Rita Hayati, Nurhayati, dan Nova Annisa

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

YUWIDA KUSUMAWATI A

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Prosedur Penelitian

BAB III METODE I II III BKK1 U1 U2 U3 BKH2 U1 U2 U3 BKK3 U1 U2 U3 BKH4 U1 U2 U3 BKK5 U1 U2 U3 BKH6 U1 U2 U3 BKHKK7 U1 U2 U3 BKHKK8 U1 U2 U3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

Kata kunci: Sorbet, terong belanda, buah bit, carboxy methyl cellulose, antioksidan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

KARAKTERISTIK MANISAN NANGKA KERING DENGAN PERENDAMAN GULA BERTINGKAT

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN OPTIMASI PEMBUATAN KURTO (KURMA TOMAT)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI BUAH KAWIS DAN MARKISA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: PENGARUH PEMANASAN SARI BUAH JERUK TERHADAP TINGKAT KEHILANGAN VITAMIN C

PENGARUH PREPARASI BAHAN BAKU ROSELLA DAN WAKTU PEMASAKAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SIRUP BUNGA ROSELLA (Hisbiscus sabdariffa L.

Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)

PENGARUH GRADE TEH HIJAU DAN KONSENTRASI GULA STEVIA (Stevia rebaudiana bertoni M.) TERHADAP KARAKTERISTIK SIRUP TEH HIJAU (GREEN TEA)

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

ABSTRACT ABSTRAK. J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 2, P , Th. 2016

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

KADAR VITAMIN C, MUTU FISIK, ph DAN MUTU ORGANOLEPTIK SIRUP ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa, L) BERDASARKAN CARA EKSTRAKSI (Vitamin C, Physical Characteristics, ph, and Organoleptic Characteristic Rosella Syrup Based Extractio Method) Ummu Mukaromah 1), Sri Hetty Susetyorini 2), Siti Aminah 1) 1) Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang, 2) Politeknik Kesehatan Semarang Penulis korespondensi, email: saminah92@yahoo.com ABSTRACT Rosella flower contains vitamin C that is 260-280 mg in 100 grams. Rosella can be processed into syrup, extracts of roselle can be done by heating or without heating. The purpose of this study was to determine the effect of extraction of the vitamin C content, physical quality, ph and organoleptic quality of roselle syrup. This research using completely randomized design with 2 treatment by extraction and 13 replicates. Analysis of vitamin C oksidimetri method, measurement of total dissolved solids using handrefraktometer, measurement of viscosity using viskosimeter, measurement of ph using a ph indicator. Results showed that vitamin C in fresh rosella flowers as much as 144 mg/100 grams, moisture content and ph of 73.415% fresh roselle 2. Extraction effect on vitamin C content rosella syrup because, but did not affect the physical quality of rosella syrup. Panelists favored from the extraction of roselle syrup by heating. Key words: roselle syrup, extract, vitamin C. PENDAHULUAN Hidayat (2008) menyatakan bahwa dalam kelopak bunga rosella juga mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino termasuk arginin dan lignin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Kandungan vitamin C pada kelopak rosella tiap 100 gram adalah 260 280 mg vitamin C. Kelopak rosella berpotensi diolah menjadi sirup. Sirup merupakan produk yang dibuat dari larutan gula kental rasa dan aroma yang ditentukan oleh buah segarnya (Satuhu,2004). Berdasarkan SNI 01-3544-1994, sirup adalah produk kadar gula yang tinggi yaitu antara 55%-65%. Proses pembuatan sirup rosella dapat dilakukan 2 cara, yaitu dan. merupakan pemisahan komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponen bahan seperti vitamin, zat warna, protein komponen tersebut akan mudah larut (Suyitno, 1989). Cara akan mempengaruhi kadar vitamin C sirup rosella karena sifat-sifat vitamin C yaitu mudah larut dalam air dan rusak oleh. Stabilitas vitamin C di pengaruhi udara dan faktor-faktor lain seperti pemasakan (Almatsier 2002, dan Winarno, 2004). Cara yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda terhadap rasa, 43

warna, aroma, dan kekentalan yang berbeda oleh karena itu perlu dicari proses pengolahan dan yang tepat sehingga menghasilkan produk sirup rosella yang disukai panelis kandungan vitamin C tetap tinggi dan mutu fisik yang sesuai mutu dari sirup. Menurut Afrianti (2008). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh cara terhadap kadar vitamin C, mutu fisik (total padatan terlarut, kekentalan dan warna), ph dan mutu organoleptik sirup rosella. METODOLOGI Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Bahan yang digunakan adalah sirup rosella yang dibuat berdasarkan 2 cara, larautan standar vitamin C, larutan Dye, asam oksalat. Bahan baku pembuatan sirup rosella adalah kelopak rosella kriteria kelopak yang masih segar, berwarna merah, umur panen 6 bulan dan sudah dibuang bijinya. Rosella diperoleh dari petani rosella di Desa Dukuhan Rt 05 Rw 3 kelurahan kalisari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat titrasi, hand refraktometer, ph indikator, viskosimeter, dan timbangan. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap 2 perlakuan yaitu cara ( yang dilakukan dan yang dilakukan ). Ulangan dilakukan sebanyak 13 kali. Prosedur Penelitian 1. Analisa bahan baku yang meliputi kadar air (metode gravimetri), kadar vitamin C (metode oksidimetri) dan ph 2. Pembuatan sirup rosella 2 cara yaitu dan. prosedur pembuatan sirup rosella adalah rosella disortasi, dicuci, dihancurkan penambahan air (250 ml) dan gula (100 gram) kemudian disaring dan dipanaskan selama 15 menit kemudian diangkat dan dibotolkan sedangkan pembuatan sirup rosella yaitu rosella disortasi, dicuci, dipotong-potong, gula (100 gram) dan air (250 ml) direbus setelah mendidih rosella dimasukkan. Pemasakan dilakukan selama 15 menit kemudian disaring dan pengepresan dan pembotolan. 3. Analisa kadar vitamin C (metode oksidi metri), sampel diambil 5 mg kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml diencerkan asam oksalat 2 % kocok hingga homogen kemudian disaring. Filtrat diambil 5ml dan diambil 2 ml larutan dye sampai titik akhir titrasi warna merah muda bertahan 5 detik. 4. Uji mutu fisik meliputi total padatan terlarut, warna dan kekentalan. Uji total padatan terlarut menggunakan hand refraktometer prosedurnya produk sirup diteteskan pada kaca sensor yang ada pada hand refraktometer dan angka brix dapat segera dibaca. Uji warna prosedurnya produk sirup difoto menggunakan kamera digital dan hasilnya dimasukan dalam program korel pada komputer komposisi warna akan segera terlihat. Uji kekentalan menggunakan viskosimeter, cara pengukuran sirup dimasukkan dalam viskosimeter kemudian sirup akan mengalir pada viskosimeter terdapat 2 tanda batas yaitu tanda batas atas dan tanda batas bawah, sirup pada tanda batas 44

atas stopwatch on dan pada tanda batas bawah stopwatch off waktu yang diperlukan dicatat. 5. Uji ph diukur ph indikator cara diambil sedikit sirup kemudian kertas ph dimasukkan dalam sirup setelah terjadi perubahn warna pada kertas kemudian dicocokkan angka yang terdapat pada ph indikator 6. Uji mutu organolpetik dilakukan cara meyajikan sampel sirup rosella yang diencerkan dan yang belum diencerkan pada setiap sampel diberi kode. Paneis diberi air putih untuk menetralkan rasa kemudian mencicipi sampel berikutnya. Pengolahan data dan analisa 1. Analisis statistik diperlukan untuk mengetahui pengarah perlakuan terhadap kadar vitamin C, total padatan terlarut, kekentalan, dan ph. Analisis menggunakan T-TEST bantuan program SPSS versi 15 for windows 2. Data mutu organoleptik, diolah untuk mengetahui tingkat kesukaan, dilakukan dilakukan uji Mann Whitney. Data mutu hedonik diskoring kemudian ditabulasi dicari rata-rata dan presentase penilaian tertinggi kemudian dideskripsikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Bahan Baku Hasil analisa bahan baku adalah sebagai berikut: kadar vitamin C rosella segar adalah 144 mg/100 gram, kadar air 73,415 % dan ph rosella segar yaitu 2. Kadar Vitamin C Sirup Rosella Analisa kadar vitamin C dilakukan secara kuantitatif metode oksidimetri. Hasil 45 analisa kadar vitamin C sirup rosella dapat dilihat pada Gambar 1 Kadar Vitamin C (mg/100gram) Kadar Vitamin C Sirup Rosella 120 100 80 60 40 20 0 75,14 pem anasan 102 pem anasan Gambar 1. Kadar vitamin C sirup rosella berdasarkan cara Gambar 1 menunjukkan kadar vitamin C sirup rosella adalah 75,14mg/100gram sedangkan kadar vitamin C sirup rosella yaitu 102mg/100 gram. Berdasarkan SNI (1995) bahwa standar vitamin C yang terdapat pada sirup adalah 3 mg/100g. Penelitian awal terhadap bahan menghasilkan kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella segar yaitu 144 mg/100gram ternyata sirup rosella memiliki kadar vitamin C yang lebih rendah. hal ini disebabkan karena pada proses pengolahan terjadi penurunan kadar vitamin C. Penurunan kadar vitamin C sirup rosella 47,81% dan pada sirup rosella mengalami penurunan 29,16 %. Penurunan kadar vitamin C dimungkinkan karena akibat dari penambahan air dan, sesuai pendapat Andarwulan dan Koswara (1992) bahwa pengaruh cara memasak (pengukusan dan perebusan) termasuk cara pemotongan dan volume air yang digunakan serta suhu berpengaruh terhadap kerusakan vitamin C.

Untuk mengetahui pengaruh cara terhadap kadar vitamin C sirup rosella maka data kadar vitamin C sample dianalisis statistik uji T-test α = 0,05 didapatkan hasil yaitu ada pengaruh cara pada pembuatan sirup rosella terhadap kadar vitamin C sirup rosella karena p-value adalah 0,00. adanya pengaruh cara terhadap kadar vitamin C disebabkan karena pada proses dimungkinkan vitamin C yang terdapat pada kelopak bunga rosella tidak seluruhnya larut dan sebagian masih tertinggal pada ampasnya sesuai penelitian Marta (2007). Vitamin yang terdapat dalam bahan akan lebih mudah larut, sebagian dari vitamin masih tertinggal dalam ampas. Kandungan vitamin C yang sedikit kemudian dilakukan maka kadar vitamin C yang dihasilkan akan semakin kecil. Pada proses pembuatan sirup rosella, vitamin C seluruhnya ikut larut dan vitamin C yang terdapat dalam bahan dilindungi oleh gula pada waktu proses pengolahan sehingga vitamin C yang hilang pada saat proses pengolahan berlangsung hanya sedikit, sesuai pendapat Winarno ( 2004) vitamin C merupakan senyawa reduktor, asamasam askorbat berada dalam keseimbangan asam dehidroaskorbat. Dalam suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai membentuk senyawa diketogulonat sehingga vitamin C terlindung adanya gula dan terjadi reaksi pencoklatan. Pada proses pembuatan sirup rosella dilakukan pencucian, pemasakan suhu 100 o C maka vitamin C yang hilang dikarenakan faktor-faktor pencucian dan pemasakan sesuai pendapat Almatsier (2004) bahwa keadaan yang menyebabkan kehilangan vitamin C adalah pencucian, memasak suhu tinggi untuk waktu yang lama, memasak dalam panci besi atau tembaga. Mutu Fisik Sirup Rosella Total Padatan Terlarut Sirup Rosella Hasil pengkuran total padatan terlarut dapat dilihat pada Gambar 2. Total Padatan Total Padatan Terlarut Sirup Rosella Terlarut (%brix) 62,2 62 61,8 61,6 61,4 61,2 61 62 Gambar 2. Total Padatan Terlarut Sirup Rosela berdasar Cara Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada pengaruh cara pada pembuatan sirup rosella terhadap total padatan terlarut sirup rosella. Menurut Suyitno ( 1989) bahwa menggunakan pelarut air komponen lain yang terdapat dalam bahan ikut terekstrak. Proses tidak mempengaruhi total padatan yang dihasilkan sirup. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3544-1994, yaitu kadar gula minimum pada sirup yaitu mutu I 65 % dan mutu II 55%, demikian padatan terlarut sirup rosela sudah memenuhi persyaratan SNI. Kekentalan Sirup Rosella 62,15 Hasil pengukuran kekentalan sirup rosella dapat dilihat pada Gambar 3. 46

Gambar 3. Kekentalan Sirup Rosela Beradar Cara Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa masingmasing perlakuan memiliki nilai kekentalan yang berbeda. Rata-rata nilai kekentalan sirup rosella memiliki adalah 0,11 memiliki nilai kekentalan 0,12 poiseuille. Hal analisis statistik didapatkan hasil yaitu tidak ada pengaruh cara pada pembuatan sirup rosella terhadap kekentalan sirup rosella p-value adalah 0,458. Menurut Buckle (1985) daya larut dari gula yang tinggi akan mengurangi keseimbangan kelembaban relatif (ERH) dan mengikat air, jika terlalu lama proses pemasanasan akan terjadi karamelisasi. Semakin tinggi suhu semakin tinggi daya larut dari gula. Pada penelitian ini suhu yang digunakan adalah 100 o C maka daya larut dari air adalah 84,1 %. Warna Kekentalan (poiseuille) Kekentalan Sirup Rosella 0,19 0,17 0,15 0,13 0,11 0,09 0,11 0,12 Warna pada sirup rosella terbentuk adanya pigmen warna merah pada kelopak rosella yaitu antosianin. Warna yang dihasilkan dari suatu produk makanan sangat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsinya. Hasil pengujian warna pada sirup rosella dapat dilihat pada gambar 4 persentase warna (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 hasil uji obyektif warna 0 65 13 100 Gambar 4. Hasil Pengujian Warna Sirup Gambar 4 dapat dilihat bahwa warna sirup rosella memiliki warna merah tua karena persentase warna hitamnya sangat tinggi sedangkan warna pada sirup rosella memiliki warna merah yang lebih cerah karena persentase dari warna hitam lebih kecil akan tetapi persentase warna kuning dan merah lebih besar. Berdasarkan hasil pengujian warna program korel, sesuai pendapat deman ( 1997 ) bahwa pigmen antosianin mudah rusak jika dilakukan pengolahan pada suhu tinggi, kandungan gula yang meningkat, ph dan asam askorbat dapat mempengaruhi kerusakan. Berdasarkan penelitian pada perubahan pigmen antosianin selama proses pengolahan dan penyimpanan buah rospberi (Rubus sp). Selama penyimpanan, maksimum serapan pigmen bergeser menunjukkan perubahan. Konsentrasi gula yang tinggi dan adanya oksigen menyebabkan kerusakan pigmen yang lebih besar. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) bahwa pengaruh ph pada antosianin sangat besar terutama pada penentuan warnanya, pada ph rendah (asam) antosianin memiliki warna merah. Antosianin akan mengalami kerusakan adanya. (Astawan dan Kasih, 2008). 49 100 98 cyan magenta kuning hitam merah warna 35 51 79 47

ph Hasil pengujian ph dapat dilihat pada Gambar 5 ph 2 1,5 1 0,5 0 ph Sirup Rosella Tanpa 2 2 Dengan Gambar 5. ph Sirup rosella berdasarkan cara Gambar 8 menunjukkan sirup Rosella memiliki sifat asam. Berdasarkan analisa bahan baku ph kelopak bunga rosella yaitu 2 setelah dilakukan pengolahan menjadi sirup, ph sirup rosella tidak ada perbedaan berarti pross pengolahan ph rosella tidak mengalami penurunan atau kenaikan. Kadar asam yang tinggi (ph rendah) disertai total padatan terlarut yang tinggi pada sirup rosella maka dapat dikatakan bahwa hal ini merupakan teknik pengawetan pangan. Apabila gula ditambahkan dalam bahan pangan konsentrasi tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (A w ) dari bahan pangan berkurang ( Buckle, 1985 ). Menurut Muctadi dan sugiyono (1992) pengaruh ph pada antosianin sangat besar terutama pada penetuan warnanya, pada ph rendah antosianin memiliki warna merah. berdasarkan hasil pengujian ph sirup rosella bahwa sirup rosella memiliki ph rendah karena rosella memiliki pigmen antosianin warna merah. Mutu Organoleptik Sirup Rosella Warna Hasil uji kesukaan warna sirup rosella dapat dilihat pada Gambar 6 Uji Hedonik Terhadap Warna Sirup Rosella Nilai Uji Hedonik 3,8 3,7 3,6 3,5 3,4 3,3 3,5 Gambar 6. Hasil Uji hedonik terhadap Warna Sirup Rosella berdasarkan Cara Gambar 6 menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai sirup rosella sedangkan sirup rosella dinyatakan agak disukai panelis. Hasil analisis statistik menunjukkan p- value 0,021 yang berarti ada pengaruh cara terhadap warna sirup rosella. Pengaruh adanya perbedaan yang nyata dari sirup rosella disebabkan karena pigmen warna merah yang terdapat pada kelopak bunga rosella tidak seluruhnya larut dan sebagian tertinggal pada ampasnya sehingga ketika dilakukan pengolahan gula terjadi interaksi antara antosianin dan gula dan terbentuk warna kehitaman akibat dari karamelisasai gula. Hal ini sesuai pendapat Suyitno (1989) bahwa komponen yang terdapat dalam bahan yang akan diekstrak akan mudah larut. 3,8 : 48

Sirup rosella yang di memiliki warna yang lebih gelap hal ini dimungkinkan karena pigmen warna tidak seluruhnya larut pada waktu proses berlangsung menurut Astawan dan Kasih (2008) pigmen antosianin akan mengalami kerusakan pada waktu proses. kandungan antosianin yang sedikit kemudian bereaksi gula maka yang warna yang dithasilkan lebih gelap akibat dari reksi pencoklatan gula dalam ( Bucke, 1985 ). Aroma Hasil uji warna dapat dilihat pada gambar 7 Gambar 7. Hasil uji hedonik terhadap aroma sirup rosella berdasarkan cara Gambar 7 menunjukkan panelis tidak menyukai aroma sirup rosella dan. Analisis statistik diperoleh p-value 0.698 yang berarti tidak ada pengaruh cara terhadap aroma sirup Rosella. Aroma pada sirup rosella berdasarkan cara disebabkan karena rosella tidak memiliki aroma yang khas seperti buah dan bunga lainya seperti awar, melati dan lain sebagainya yang memiliki aroma yang tajam sehingga ketika dilakukan pengolahan menghasilkan aroma yang harum dan disukai panelis. Rasa Uji Hedonik Terhadap aroma Sirup Rosella Nilai Uji Hedonik 1,95 1,94 1,93 1,92 1,91 1,9 1,89 1,88 1,87 1,9 1,95 Hasil pengujian terhadap rasa sirup rosella dapat dilihat pada gambar 8 Uji Hedonik Terhadap Rasa Sirup Rosella Nilai Uji Hedonik 1 = 3,8 3,6 3,4 3,2 3 2,8 3,15 3,65 Gambar 8. Hasil uji hedonik terhadap rasa sirup rosella berdasarkan cara Berdasarkan gambar 8 dapat dilihat bahwa panelis lebih menyukai rasa sirup rosella cara sedangkan rasa sirup rosella dinyatakan agak disukai panelis. Berdasarkan analisis statistik Mann- Whitney Test α = 0.05 terhadap tingkat kesukaan rasa sirup rosella didapatka p-value 0.204 yang menunjukkan tidak adanya pengaruh cara terhadap rasa sirup rosella. Pengujian rasa pada sirup rosella diencerkan, rasa manis pada sirup rosella ditimbulkan dari gula dan rasa asam pada sirup rosella ditimbulkan dari kandungan asam yang terdapat pada kelopak bunga rosella. Hasil penilain uji mutu hedonic panelis menyatakan bahwa sirup rosella mempunyai rasa manis agak asam sedangkan sirup rosella mempunyai rasa manis. Pada sirup rosella pemansan lebih disukai panelis karena memeliki rasa yang manis sedangkan pada sirup rosella dinyatakan agak disukai karena memilik rasa manis agak asam. 49

Rasa asam yang terdapat pada sirup rosella hilang, hal ini disebabkan karena zat asam oraganik yang terdapat pada rosella hilang akibat dari dan zat asam sebagian masih terdapat dalam bahan karena bahan tidak dihancurkan yang mengakibatkan penambahan gula rasa asam yang terdapat pada sirup menjadi hilang. Kekentalan Hasil uji hedonic sirup rosella dapat dilihat pada gambar 9 Uji Hedonik Terhadap kekentalan Sirup Rosella 3,5 Nilai Uji Hedonik 3,5 3,4 3,3 3,2 Gambar 9. Hasil Uji Hedonik Terhadap kekentalan Sirup Rosella Berdasarkan Cara Gambar 9 memperlihatkan panelis menuyukai tekstur atau kekentalan sirup rosella yang di sedangkan untuk cara dinyatakan agak suka. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada pengaruh cara terhadap kekentalan sirup rosella. Menurut Soekarto (1990) kekentalan disebabkan oleh gaya kohesi antar partikel atau antar molekul yang saling mengikat. Pengolahan gula dan air mengakibatkan molekulmolekul gula dan air saling mengikat dan bersatu. Semakin lama proses maka sirup rosella yang dihasilkan akan semakin kental. Penilaian panelis terhadap kriteria kekentalan dari 3,3 kedua perlakuan tidak berbeda dan menyatakan kental. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kadar vitamin C pada sirup rosella lebih tinggi yaitu 102 mg/100 gram, sedangkan sirup rosella memiliki kadar vitamin C lebih rendah yaitu 75,14 mg/100 gram. Ada pengaruh cara terhadap kadar vitamin C sirup rosella. Mutu fisik (total padatan terlarut dan kekentalan) pada sirup rosella lebih baik jika dibandingkan mutu fisik pada sirup rosella. Tidak ada pengaruh cara terhadap mutu fisik sirup rosella. ph sirup rosella berdasarkan cara adalah 2 Sirup rosella dinyatakan agak disukai panelis kriteria mutu organoleptik merah tua, agak harum, manis agak asam dan kental, sedangkan sirup rosella lebih disukai panelis karena memiliki kriteria mutu organoleptik merah cerah, agak harum, manis dan kental. Ada pengaruh cara terhadap warna sirup rosella dan tidak ada pengaruh cara terhadap aroma, rasa dan kekentalan sirup rosella. Saran Agar menghasilkan sirup rosella kadar vitamin C yang lebih tinggi, mutu fisik yang baik dan mutu organoleptik yang lebih disukai konsumen maka sebaiknya pada proses 50

pembuatan sirup rosella dilakukan Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010 DAFTAR PUSTAKA Afrianti, L. H. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Alfabeta. Bandung Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Astawan M. Dan Andreas L.K. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Buckle, K.A, R.A. Edwars. G.H. Fleet dan Wooton. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono.1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta. DeMan, J. M. 1997. Kimia Makanan. ITB. Bandung. Hidayat, S. 2008. Khasiat Herbal Berdasarkan Warna, Bentuk, Rasa, Aroma dan Sifat. PT Gramedia. Jakarta. Muchtadi, T. R dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. IPB. Bogor Satuhu, S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. jakarta Suryaatmaja, P dan Nelistya, A. 2008. Rosella Aneka Olahan, Khasiat dan Ramuan. Penebar Swadaya. Jakarta. Suyitno. Haryadi dan Supriyanto. 1989. Rekayasa Pangan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta 51