FUNGSI LEGISLASI: PEmbENtUkAN dan PELAkSANAAN beberapa UNdANG-UNdANG republik INdoNESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Penyunting: DR. Harsanto Nursadi, S.H., M.Si. PUTUSAN PENGADILAN TERKAIT SENGKETA TANAH DI INDONESIA

Dr.jur Udin Silalahi, SH., LL.M. KAJIAN SEPUTAR PROBLEMATIKA KEUANGAN NEGARA, ASET NEGARA, DAN KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PNPM-MANDIRI PERKOTAAN DI KOTA BATAM (Sebuah Perspektif Intervensi Sosial)

POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG: Analisis Terhadap Beberapa Undang-Undang Tahun

Bunga Rampai Model Penyelenggaraan

MASALAH NEGARA KEPULAUAN Di ERA GLOBALISASI

INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21

SINKRONISASI DAN HARMONISASI HUKUM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH: STUDI DI PROVINSI BALI

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

TENAGA KERJA INDONESIA: ANTARA KESEMPATAN KERJA, KUALITAS, DAN PERLINDUNGAN. Penyunting: Sali Susiana

HUKUM EKONOMI AGUNG EKO PURWANA, SE, MSI.

PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Dinamika Politik Pemekaran Daerah

POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG: Analisis Terhadap Beberapa Undang-Undang Tahun

POLITIK PEMILUKADA 2010: Sebuah Kajian Terhadap Penyelenggaraan Pemilukada di Dumai dan Indragiri Hulu

ESAI-ESAI HUKUM. Sekumpulan Karangan Bidang Hukum

POTENSI DAN MASALAH PULAU PERBATASAN: KABUPATEN PULAU MOROTAI DAN KABUPATEN PULAU RAJA AMPAT

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA

PEMBANGUNAN SOSIAL: WACANA, IMPLEMENTASI DAN PENGALAMAN EMPIRIK. Penyunting: Dr. Ujianto Singgih Prayitno, M.Si

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM. Penyunting Poltak Partogi Nainggolan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Editor: DR. Lili Romli DPR RI PERIODE : Catatan Akhir Masa Bakti

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

PENGENTASAN KEMISKINAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN KONSERVASI: Studi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Model Desa Konservasi. Sri Nurhayati Qodriyatun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Judul: Perlindungan TKI Perempuan Sektor Informal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENAGA KERJA: PERSPEKTIF HUKUM, EKONOMI, DAN SOSIAL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Muchamad Ali Safa at

Penyunting: Dr. Ronny Sautma Hotma Bako, S.H., M.H. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI LAUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR REVISI UNDANG-UNDANG. Revisi UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG ASPIRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

*13595 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2002 (31/2002) TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

Pokok Pokok Pikiran Universitas Andalas

Ujianto Singgih Prayitno KONTEKSTUALISASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PELAYANAN RISET DI BIDANG LEGISLATIF DALAM KERANGKA PENINGKATAN KINERJA LEMBAGA HUKUM* Oleh: Prof. Dr. Mohamad Askin, S.H.**

Upaya Peningkatan Kerjasama INDONESIA - AS DI SEKTOR PERTAMBANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DARI MASA KE MASA. A. Ahmad Saefuloh

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

URGENSI PARTISIPASI PUBLIK DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (#4) Teori Perundang-undangan (Pembentukan Peraturan Perundangundangan)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

BAB XIII AMANDEMEN UNDANG UNDANG DASAR 1945

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4


JANGAN DIBACA! MATERI BERBAHAYA!

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16

PERPU ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM PERSPEKTIF ASAS DAN TEORI HUKUM PIDANA OLEH DR. MUDZAKKIR, S.H., M.H

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Sanksi Pelanggaran Pasal 72: Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Transkripsi:

FUNGSI LEGISLASI: Pembentukan dan Pelaksanaan Beberapa Undang-Undang Republik Indonesia

FUNGSI LEGISLASI: Pembentukan dan Pelaksanaan Beberapa Undang-Undang Republik Indonesia Penyunting: DR. Harsanto Nursadi, S.H., M.Si. Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Penulis: DR Ronny Sautma Hotma Bako, SH, MH. Marfuatul Latifah, S.HI., LL.M. Trias Palupi Kurnianingrum, S.H., M.H. Monika Suhayati, S.H., M.H. Shanti Dwi Kartika, S.H., M.Kn. Prianter Jaya Hairi, S.H., LL.M. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data Dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR Republik Indonesia 2011

Judul: FUNGSI LEGISLASI: Pembentukan dan Pelaksanaan Beberapa Undang-Undang Republik Indonesia Penyunting: DR. Harsanto Nursadi, S.H., M.Si. Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tata Letak Sony Arifin Desain Sampul Ahans Mahabie Cetakan Pertama, November 2011 ISBN: XXX Diterbitkan oleh Pusat Pengkajian, Pengolahan Data Dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR Republik Indonesia Alamat Penerbit Gedung Nusantara I Lt. 2 Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta Pusat 10270 Telp. (021) 5715409 Fax. (021) 5715245 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidanan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

KATA PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL DPR RI Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., yang atas perkenan-nya, para peneliti bidang hukum Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI dapat menyelesaikan tulisan ilmiahnya. Oleh karena itu, saya menyambut baik diterbitkannya Buku tentang FUNGSI LEGISLASI: Pembentukan dan Pelaksanaan Beberapa Produk Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Buku ini merupakan hasil kajian para peneliti mengenai beberapa undang-undang, baik yang sedang dalam tahap pembentukan maupun yang telah diundangkan. Secara khusus, buku ini dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi tim yang terlibat dalam perancangan undang-undang dan juga anggota DPR saat membahas pembentukan undang-undang terkait, diantaranya revisi Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung, penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, serta penggantian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Selain itu juga bagi masyarakat pada umumnya agar dapat memahami beberapa undang-undang yang telah diundangkan, diantaranya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, serta Undang-Undang Intelijen Negara yang saat penulisan buku ini baru saja disahkan oleh DPR RI. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada para peneliti bidang hukum yang telah berupaya menuangkan pemikirannya dalam buku ini dan mendorong agar di masa mendatang dapat menghasilkan buku-buku lain. Jakarta, November 2011 Dra. Hj. NINING INDRA SALEH, M.Si. v

KATA PENGANTAR PENYUNTING Era reformasi telah membawa perubahan besar dalam kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Pergeseran bandul kekuasaan dari Presiden ke DPR dalam soal legislasi menjadi ciri yang menonjol dari wajah baru DPR. Salah satu perubahan substantif yang telah dilakukan dalam rangka Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) bulan November 1999 adalah soal cabang kekuasaan legislatif yang secara tegas dipindahkan dari Presiden ke DPR. Dalam Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 sebelum amandemen, ditegaskan bahwa Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan DPR. Sedangkan dalam Pasal 5 ayat (1) UUD Tahun 1945 setelah amandemen berdasarkan Perubahan Pertama tersebut ditegaskan: Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Lebih lanjut dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Tahun 1945 setelah amandemen, dinyatakan: Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Dengan adanya perubahan tersebut maka kedudukan DPR jelas merupakan lembaga pemegang kekuasaan legislatif, sedangkan fungsi inisiatif di bidang legislasi yang dimiliki oleh Presiden tidak menempatkan Presiden sebagai pemegang kekuasaan utama di bidang ini. Dengan fungsi legislasi yang dimiliki DPR tersebut, berbagai undangundang dengan jumlah cukup banyak telah dihasilkan. Berdasarkan data produk legislasi yang dihasilkan DPR sepanjang kurun waktu 62 tahun ini kurang lebih mencapai 1213 undang-undang. DPR Periode 1999-2004 menghasilkan 169 produk undang-undang. Sedangkan untuk DPR Periode 2004-2009 sudah mencapai 77 undang-undang yang dihasilkan. Dalam buku yang berjudul FUNGSI LEGISLASI: Pembentukan dan Pelaksanaan Beberapa Produk Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Republik vii

Indonesia ini, para penulis melakukan kajian terhadap beberapa produk hukum DPR RI berupa undang-undang, baik yang sedang dalam tahap pembentukan maupun yang telah berhasil dirampungkan oleh DPR RI berdasarkan kewenangan legislasi yang dimilikinya tersebut. Para penulis dalam buku ini merupakan orang-orang yang secara langsung berkecimpung dalam perancangan draft undang-undang di DPR RI, sehingga hasil penulisan merupakan analisa yang didasarkan pada berbagai pengalaman dan penelitian saat membantu dalam tim perancangan undang-undang di DPR RI. Selain itu juga merupakan kajian atas pelaksanaan undang-undang yang telah diundangkan. Sebagai bentuk tulisan ilmiah, maka ruang dari fungsi legislasi dalam buku ini diartikan sebagai: pertama, pembentukan Rancangan Undang-Undang (RUU) dan kedua, pelaksanaan Undang-Undang yang telah diundangkan. Maka dari itu, terdapat dua bagian dalam buku ini, buku bagian pertama tentang Pembentukan Undang-Undang Republik Indonesia ditulis oleh Prianter Jaya Hairi, Marfuatul Latifah, Monika Suhayati, dan Trias Palupi Kurnianingrum. Sedangkan buku bagian kedua tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia ditulis oleh Ronny Sautma Bako dan Shanti Dwi Kartika. Penulis pertama dalam buku bagian pertama Prianter Jaya Hairi, menulis tentang Urgensi Pembentukan Sistem Kamar Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dalam tulisannya, penulis membahas berkenaan dengan arti penting dari pembentukan sistem kamar di Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI). Dari pembahasan yang dilakukannya disimpulkan bahwa urgensi dari pembentukan sistem kamar pada Mahkamah Agung Republik Indonesia meliputi 3 (tiga) hal: Pertama, pembaharuan hukum berupa pembentukan sistem kamar diperlukan sebagai pengganti sistem majelis yang selama ini ternyata membawa dampak ketidakpuasan bagi masyarakat karena menghasilkan inkonsistensi dan kurangnya kualitas putusan. Kedua, pembentukan sistem kamar memiliki tujuan untuk mewujudkan profesionalitas hakim dan juga MA sebagai lembaga pengadilan tertinggi. Ketiga, hasil pencapaian (output) berupa putusan yang berkualitas dari pembaharuan sistem kamar barulah dapat secara maksimal dirasakan apabila telah memenuhi ketiga unsur sistem hukum, yaitu struktur hukum, substansi hukum, dan kultur hukum. Pembentukan sistem kamar dalam arti peraturan (substansi) merupakan salah satu dari ketiga unsur tersebut. Penulis kedua dalam buku bagian pertama yaitu Marfuatul Latifah, dengan judul Fungsi Legislasi Dan Penggantian Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 viii

Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Penulis menguraikan, bahwa kebebasan berserikat dan berkumpul di Indonesia sebenarnya telah diwujudkan melalui Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang diatur melalui UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Kemudian pasca reformasi pada tahun 1998 terjadi perubahan bagi bangsa Indonesia antara lain amandemen terhadap UUD 1945. Ketika terjadi perubahan terhadap UUD 1945 maka pengaturan yang menjadi turunan dari UUD 1945 sudah seharusnya ikut mengalami perubahan. hal tersebut juga berlaku terhadap UU Ormas yang merupakan pengaturan terhadap perlindungan kebebasan berserikat dan berkumpul di Indonesia. Setelah reformasi terjadi pengaturan yang terdapat dalam UU Ormas dianggap tidak lagi dapat memberikan perlindungan untuk situasi yang kondusif bagi kebebasan berserikat dan berkumpul yang diwujudkan melalui Ormas. Setelah melakukan pembahasan dalam tulisan ini diketahui bahwa RUU Ormas membawa beberapa prinsip pengaturan baru, yaitu memperkuat jaminan hak berserikat dan berkumpul, mekanisme penyelesaian konflik internal sebuah organisasi, upaya menciptakan tertib hukum dalam bidang Ormas, dan adanya upaya memperkuat jaminan perlindungan kepentingan umum. Selanjutnya penulis ketiga pada buku bagian pertama, Monika Suhayati dengan judul tulisan Pembentukan Rancangan Undang-Undang Intelijen Negara: Urgensi Pengaturan Koordinasi Antar Badan Intelijen. Intelijen Negara merupakan lini pertama dalam sistem keamanan nasional untuk melakukan segala upaya untuk deteksi awal dan mengembangkan sistem peringatan dini dalam rangka pencegahan dan penanggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional. Pengaturan dan keberadaan berbagai badan intelijen di Indonesia belum menunjukan adanya koordinasi yang baik dalam melaksanakan fungsi intelijen. Akibatnya terjadi berbagai kasus dikarenakan kurangnya koordinasi antarbadan intelijen. Oleh karena itu, dalam rangka penguatan penyelenggaraan intelijen negara, RUU Intelijen Negara urgen untuk mengatur mengenai lembaga atau badan yang memiliki fungsi koordinasi dan mekanisme dalam melakukan koordinasi. Penulis keempat pada buku bagian pertama yaitu Trias Palupi Kurnianingrum, dengan judul Pentingnya Prinsip Diversity of Ownership untuk Mencegah Kepemilikan Media Massa di Indonesia. Penulis mengemukakan bahwa di era globalisasi, kebutuhan informasi yang cepat sangat diperlukan oleh masyarakat. Penyiaran sebagai media komunikasi massa memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan. Peran yang sangat penting itulah ix

secara tidak langsung membuat industri penyiaran berkembang dengan pesat dan membuat media massa tidak hanya sebagai sebuah institusi yang idealis, seperti alat sosial, politik dan budaya, namun juga telah merubahnya menjadi suatu institusi yang sangat mementingkan keuntungan ekonomi. Hal inilah yang perlu untuk dicegah karena secara tidak langsung menyebabkan adanya konsentrasi kepemilikan media. Oleh karena itu diperlukan adanya regulasi yang komprehensif, mengingat hal ini tidak sesuai dengan prinsip diversity of ownership, dimana seharusnya prinsip tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa kepemilikan media massa dalam industri penyiaran di Indonesia tidak terpusat oleh segelintir orang atau lembaga tertentu saja karena hal tersebut tidak hanya berdampak pada perkembangan kelangsungan sistem media massa di Indonesia melainkan juga berdampak pada isi siaran atau content yang disampaikan kepada masyarakat. Pada buku bagian kedua dibahas mengenai Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia. Salah satu penulisnya ialah Ronny Sautma Bako, dengan judul tulisan Problematika Pelaksanaan UU No 9 Tahun 2010 Tentang Keprotokolan. Dalam tulisannya itu beliau menyampaikan bahwa UU No 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan telah diundangkan sejak 19 November 2010. UU No 9 Tahun 2010 tersebut menggantikan UU No 8 Tahun 1987 tentang Protokol yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi ketatanegaan saat ini. Pentingnya UU Keprotokolan terkait dengan hasil amandemen UUD 1945 yang telah menghasilkan sejumlah lembaga baru, baik lembaga negara ataupun lembaga negara bantu. Selain itu di era otonomi daerah juga membuat munculnya sejumlah pejabat daerah baru di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Pengaturan keprotokolan dalam UU No 9 Tahun 2010 diperuntukkan bagi pejabat negara, pejabat pemerintah atau pejabat lainnya yang diatur dalam UU ini. Adapun bentuk penghormatan dalam sistem keprotokolan ini diperuntukkan dalam tata tempat, tata upacara dan tata bendera. UU Keprotokolan ini menjadi penting karena penghormatan kepada pejabat tersebut tidak lagi hanya bertumpu kepada acara di ibukota negara juga bisa terjadi di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Problematik keprotokolan akan muncul karena begitu beragamnya pejabat negara dan begitu beragamnya acara dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Penulis lainnya dari buku bagian kedua yaitu Shanti Dwi Kartika, dengan judul Kelembagaan Gerakan Pramuka dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Penulis mengungkapkan bahwa Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka (UU Gerakan x

Pramuka) merupakan payung hukum bagi gerakan pramuka. UU Gerakan Pramuka lahir sebagai respon dari Pemerintah dan DPR untuk merevitalisasi gerakan pramuka. Revitalisasi dilakukan karena kondisi gerakan pramuka yang memprihatinkan, salah satunya keberagaman organisasi kepanduan yang lahir dari partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Atas dasar itu dilakukan pengkajian terhadap kelembagaan gerakan pramuka, untuk mengetahui kelembagaan gerakan pramuka pasca-diundangkannya UU Gerakan Pramuka dan undang-undang itu diperlukan bagi kelembagaan gerakan pramuka. Kelembagaan gerakan pramuka berprinsip pada satu pramuka untuk satu Indonesia, dengan bentuk kelembagaan plural di bawah tunggal di atas yang berakar pada falsafah bangsa Bhineka Tunggal Ika. Keberagaman organisasi kepanduan berada di tingkat gugus depan dan gugus komunitas, namun bergabung menjadi satu sebagai gerakan pramuka di tingkat kwartir nasional dan membawa nama Indonesia di tingkat regional maupun internasional. Bentuk kelembagaan ini berimplikasi pada organisasi kepanduan yang berbasis partai politik. Organisasi kepanduan tersebut harus keluar dari partai politik dan berdiri sendiri sebagai organisasi kepanduan karena gerakan pramuka bersifat mandiri, sukarela dan nonpolitis. Dari berbagai analisa hukum yang telah dilakukan para penulis terkait beberapa undang-undang, maka buku ini sebenarnya dapat dikatakan merupakan referensi yang baik bagi bagi anggota DPR pada khususnya, untuk menjadi bahan-bahan pertimbangan dan pemikiran saat membahas pembentukan undang-undang terkait. Diantaranya revisi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung, penggantian Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, serta penggantian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Buku ini juga penting bagi masyarakat pada umumnya, yaitu agar dapat memahami beberapa undang-undang yang telah diundangkan, diantaranya Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, serta Undang- Undang Intelijen Negara yang saat penulisan buku ini belum secara resmi diberi nomor undang-undang. Jakarta, November 2011 DR. Harsanto Nursadi, S.H., M.Si. xi

FUNGSI LEGISLASI: Pembentukan dan Pelaksanaan Beberapa Undang-Undang Republik Indonesia Buku Bagian Pertama tentang Pembentukan Undang-Undang Republik Indonesia: Urgensi Pembentukan Sistem Kamar Mahkamah Agung Republik Indonesia (Prianter Jaya Hairi) Fungsi Legislasi Dalam Penggantian Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Marfuatul Latifah) Pembentukan Rancangan Undang-Undang Intelijen Negara: Urgensi Pengaturan Koordinasi Antar Badan Intelijen (Monika Suhayati) Pentingnya Prinsip Diversity of Ownership untuk Mencegah Kepemilikan Media Massa di Indonesia (Trias Palupi Kurnianingrum) Buku Bagian Kedua tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia: Problematika Pelaksanaan UU No 9 Tahun 2010 Tentang Keprotokolan (Ronny Sautma Hotma Bako) Kelembagaan Gerakan Pramuka dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka (Shanti Dwi Kartika) xiii

DAFTAR ISI Kata Pengantar Sekretaris Jenderal DPR RI... v Kata Pengantar Penyunting... vii Daftar Isi...xv Buku Bagian Pertama: Pembentukan Undang-Undang Republik Indonesia Urgensi Pembentukan Sistem Kamar Mahkamah Agung Republik Indonesia Prianter Jaya Hairi...1 BAB I Pendahuluan...3 BAB II Kerangka Pemikiran...7 BAB III Analisis...15 BAB IV Penutup...23 Daftar Pustaka...25 Fungsi Legislasi Dalam Penggantian Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan Marfuatul Latifah...27 BAB I Pendahuluan...29 BAB II Kerangka Pemikiran...33 BAB III Analisis...39 BAB IV Penutup...53 Daftar Pustaka...55 Pembentukan Rancangan Undang-Undang Intelijen Negara: Urgensi Pengaturan Koordinasi Antar Badan Intelijen Monika Suhayati...57 xv

BAB I Pendahuluan...59 BAB II Kerangka Pemikiran...65 BAB III Analisis... 71 BAB IV Penutup... 81 Daftar Pustaka...83 Pentingnya Prinsip Diversity of Ownership Untuk Mencegah Kepemilikan Media Massa di Indonesia Trias Palupi Kurnianingrum...85 BAB I Pendahuluan...87 BAB II Kerangka Pemikiran... 91 BAB III Analisis...97 BAB IV Penutup...109 Daftar Pustaka... 111 Buku Bagian Kedua: Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Problematika Pelaksanaan UU No 9 Tahun 2010 Tentang Keprotokolan Ronny Sautma Hotma Bako... 113 BAB I Pendahuluan... 115 BAB II Kerangka Pemikiran... 121 BAB III Analisis...125 BAB IV Penutup...133 Daftar Pustaka...135 Kelembagaan Gerakan Pramuka dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka Shanti Dwi Kartika... 137 BAB I Pendahuluan...139 BAB II Kerangka Pemikiran... 143 BAB III Analisis... 147 BAB IV Penutup...153 Daftar Pustaka...155 Sekilas Tentang Penulis... 157 xvi