BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

POKOK-POKOK DALAM PENGATURAN PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2017) Jakarta, 10 Februari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

SUMMARY REPORT SEMINAR TATA NIAGA GAS BUMI DAN BBM Forum Energizing Indonesia (FEI) Jakarta, 22 November 2017

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

PT LEYAND INTERNATIONAL Tbk PUBLIC EXPOSE. KAMIS, 25 Juni 2015 Hall B, Panin Building Lt. 4 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

PERAN INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI MELALUI PEMBANGUNAN KILANG MINI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

BAB II EKSPLORASI ISU BIS IS

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2016, No ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pe

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kebutuhan Energi Domestik (5) Sumatera 22,6% Jawa 56,9% Kalimantan 9% Sulawesi Bali & NT.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Press Release - PGN Jamin Pasokan Gas PLTGU Muara Tawar

MENlERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 30 Nop :28:04 Laporan Hasil Public Expose

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKSES ENERGI DAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DI DIY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berlakunya Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003 menyebabkan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SOSIALISASI KEBIJAKAN PENYESUAIAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

4. URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

PENDAHULUAN. setiap kegiatan baik di rumah tangga maupun industri. orang, didapatkan oleh perusahaan penyedia layanan jasa. Dalam pengertianya,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN I.1

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Konversi BBM ke BBG: Belajar dari Pengalaman Sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan swasta lainnya. Pergantian undang-undang tersebut telah mengubah

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah pembangkit listrik di Indonesia merupakan akibat langsung dari kebutuhan listrik yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, karena listrik merupakan energi vital untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Posisi strategis pembangkit listrik guna menunjang pertumbuhan ekonomi tersebut, terlihat langsung dari banyaknya pertumbuhan jumlah pembangkit listrik PT PLN Persero (PLN) dan pembangkit listrik industri lainnya yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan listrik setempat. Pembangkit listrik PLN dan pembangkit listrik industri lainnya kebanyakan masih menggunakan bahan bakar diesel (solar) sebagai bahan bakar dasar untuk menggerakkan pembangkit listrik. Penggunaan bahan bakar solar pada pembangkit listrik, pada dasarnya adalah penggunaan bahan bakar minyak yang tidak disubsidi oleh Pemerintah karena masuk dalam katagori pemakaian bahan bakar minyak (BBM) untuk industri. Dengan penggunaan solar non subsidi sebagai bahan bakar pembangkit listrik PLN, secara langsung menjadikan biaya produksi listrik per KWh menjadi tinggi, sehingga subsidi listrik dari Pemerintah meningkat. Pembengkakan subsidi listrik yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akibat penggunaan BBM non subsidi akan berkurang bila pembangkit listrik PLN dapat menggunakan gas yang harganya lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar solar tidak bersubsidi sebagai bahan bakarnya. 1

Manfaat lain pengalihan bahan bakar solar menjadi bahan bakar gas pada pembangkit listrik PLN adalah manfaat lingkungan, karena bahan bakar solar cenderung menghasilkan emisi udara yang lebih banyak dibanding bahan bakar gas. Dengan demikian, pemanfaatan gas sebagai bahan bakar pembangkit listrik PLN akan menghasilkan manfaat ganda, yaitu manfaat ekonomis dan manfaat lingkungan. 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Indonesia merupakan negara yang kaya akan gas alam. Gas alam yang berasal dari sumur gas dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Gas alam dapat dimanfaatkan secara langsung baik sebagai bahan bakar maupun sebagai bahan baku dari suatu proses produksi adalah apabila letak sumber gas berdekatan dengan lokasi pemakainya. Gas alam tersebut dapat langsung disalurkan menggunakan pipa. Akan tetapi apabila letak sumber gas jauh dari lokasi pemakainya, maka agar gas alam tersebut dapat disalurkan, terlebih dahulu harus diperkecil volumenya melalui suatu proses untuk mempermudah pengangkutan atau transportasinya. Proses yang dapat dilakukan untuk memperkecil volume ada dua cara, yaitu dengan mengkompresi (menekan gas alam) terebut hingga tekanan 200 sampai 300 bar (sehingga volumenya mengecil 200 sampai 300 kalinya) atau dengan menurunkan temperaturnya sampai dengan temperature minus 160 o C (merubah fasenya dari gas menjadi cair sehingga velumnya mengecil menjadi 1/600 kalinya), sehingga dengan volume yang mengecil 200 hingga 600 kalinya ini akan memudahkan gas alam terebut 2

untuk ditransportasikan. Kedua proses ini selain membutuhkan investasi yang cukup besar juga memiliki risiko yang cukup tinggi. Saat ini, sumber gas yang ada, khususnya sumber gas di Kalimantan Timur terletak di tempat yang terpencil serta jauh lokasinya dari kilang pencairan gas alam (kilang LNG) maupun dari pembangkit listrik PLN sebagai pemakainya. Oleh karena itu, untuk dapat memanfaatkan gas alam tersebut dibutuhkan usaha yang cukup besar. Sementara itu, kebutuhan PLN akan gas sebagai bahan bakar pengganti solar sangatlah nyata. Saat ini, sesuai rencana operasi PLN, untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kalimantan Timur dibutuhkan pasokan gas sebesar lebih kurang 21 BBTUD (juta BTU per hari), yang akan dialokasikan dalam beberapa lokasi pembangkit listrik sesuai kebutuhan listrik setempat (Surat PLN kepada SKK MIGAS Nomor 466/122/DIRUT/2013 tertanggal 11 Februari 2013). Walaupun terdapat peluang bisnis yang cukup besar, akan tetapi mengingat untuk mendapatkan peluang bisnis tersebut dibutuhkan investasi yang cukup besar dan risiko yang mungkin timbul cukup tinggi (akibat kemungkinan kendala yang akan timbul), maka dibutuhkan suatu perencanaan bisnis yang baik agar peluang bisnis tersebut dapat direalisasikan. 1.2. Lingkungan Internal Perusahan Perencanaan bisnis dalam memenuhi kebutuhan gas bagi pembangkit listrik PLN di Kalimantan Timur merupakan rencana pengembangan yang dilakukan secara bersama oleh PT Pertamina (Pertamina) dan PLN. Pertamina melalui PT Pertamina Gas (Pertagas) dan PLN melalui PT Indonesia Power (IP) 3

telah menunjuk PT Perta Daya Gas (PDG) untuk melakukan bisnis pemanfaatan gas dalam memenuhi kebutuhan pembangkit listrik PLN di Kalimantan Timur dari lapangan gas Sembakung Selatan Simenggaris (Surat Perjanjian Bersama antara Pertamina dan PLN Nomor 38/COOOOO/2010-SO tanggal 29 November 2010). PDG akan berperan sebagai penyedia jasa mulai dari pencairan gas alam menjadi LNG, pengangkutan LNG, hingga regasifikasi LNG menjadi gas yang siap dimanfaatkan oleh pembangkit listrik PLN di Tanjung Batu dan Batakan. Proyek penyediaan jasa pencairan gas alam menjadi LNG, pengangkutan LNG, hingga regasifikasi LNG menjadi gas di Kalimantan Timur (Proyek LNG Simenggaris) merupakan proyek Mini LNG pertama di Indonesia yang diharapkan pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik, lancar dan sukses sehingga dapat dijadikan contoh untuk proyek Mini LNG Indonesia lainnya. Mini LNG seperti halnya Proyek LNG Simenggaris diprediksi akan banyak di Indonesia pada masa mendatang mengingat lapangan-lapangan gas Indonesia yang belum dikembangkan pada umumnya berukuran relatif kecil dengan lokasi kebutuhan gas yang tersebar sehingga sesuai untuk dikembangkan sebagai Mini LNG. Kesuksesan proyek LNG Simenggaris sebagai contoh untuk proyek Mini LNG, sekaligus merupakan kesuksesan pengembangan bisnis yang dilakukan PDG. Lebih dari itu, kesuksesan pembangunan proyek LNG Simenggaris tidak hanya dalam skala temporer setelah selesainya pembangunan proyek LNG Simenggaris itu sendiri, tetapi keberlanjutan operasional proyek LNG 4

Simenggaris dalam menyediakan bahan bakar gas untuk pembangkit listrik PLN di Tanjung Batu dan Batakan. Karena itu PDG tidak hanya memerlukan informasi mengenai berbagai aspek teknis dan ekonomi proyek dalam bentuk studi kelayakan bisnis, namun juga memerlukan studi lanjut yang dirumuskan sebagai rencana bisnis (business plan) tentang proyek LNG Simenggaris secara keseluruhan yang dapat memberikan secara utuh tentang kondisi bisnis proyek LNG Simenggaris itu sendiri. Rencana bisnis proyek LNG Simenggaris merupakan suatu pendalaman total tentang berbagai aspek bisnis LNG Simenggaris yang dirancang PDG berdasarkan kondisi saat ini untuk dilaksanakan pada masa mendatang guna pencapaian sasaran bisnis proyek LNG Simenggaris. Aspek bisnis LNG Simenggaris sesuai dengan kerangka bisnis yang dirancang PDG terdiri dari aktivitas bisnis mulai dari pencairan gas di Kilang Mini LNG Simenggaris sampai dengan didistribusikan dan diregasifikasi kembali menjadi gas di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan. Dengan demikian, kerangka bisnis PDG merupakan aktivitas bisnis yang merupakan jaringan bisnis yang berkelanjutan. Sebagai aktivitas bisnis yang merupakan jaringan bisnis, maka runtutan jaringan bisnis PDG akan terdiri dari 1) pencairan gas alam di Kilang Mini LNG Simenggaris, 2) pendistribusian LNG dari Kilang Mini LNG Simenggaris sampai ke Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan, serta 3) penyimpanan dan regasifikasi LNG menjadi gas di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan. Kondisi ini karena aktivitas bisnis pencairan LNG di Kilang Mini LNG Simenggaris menjadi 5

aktivitas pendahulu dari aktivitas pendistribusian LNG dari Kilang Mini LNG Simenggaris sampai ke Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan dan aktivitas pendistribusian LNG dari Kilang Mini LNG Simenggaris sampai ke Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan merupakan aktivitas pendahulu dari penyimpanan dan regasifikasi LNG menjadi gas di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan. Masing-masing aktivitas bisnis tersebut merupakan satu kesatuan bisnis secara berurutan, yang terdiri dari aktivitas 1) pencairan LNG di Kilang Mini LNG Simenggaris, 2) pendistribusian LNG dari Kilang Mini LNG Simenggaris samrpai ke Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan, serta 3) penyimpanan dan regasifikasi LNG menjadi gas di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan. Dengan demikian, berbagai aktivitas bisnis PDG tersebut membutuhkan rencana bisnis yang prospektif untuk menjamin keberlanjutan bisnis tersebut. Karena itu, rencana bisnis pencairan gas di Kilang Mini LNG Simenggaris sampai dengan didistribusikan dan diregasifikasi kembali menjadi gas di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan, dapat dianalisis dari berbagai komponen baik komponen internal maupun komponen eklsternal PDG sebagai pelaku bisnis. Komponen internal PDG yang layak untuk dipertimbangkan dalam rencana bisnis PDG antara lain dukungan dari Manajemen PDG untuk melaksanakan proyek ini terutama komponen organisasi pendukung bisnis dan kemampuan dukungan keuangan dari PDG itu sendiri. Sedangkan komponen eksternal PDG yang layak untuk dipertimbangkan dalam rencana bisnis PDG adalah komponen dukungan industri serta pemasaran dalam hal kemampuan penyerapam gas hasil regasifikasi LNG sebagai justifikasi bisnis PDG dalam 6

membangun fasilitas yang diperlukan, serta kemungkinan adanya ketertarikan investor untuk berinvestasi pada bisnis ini. Komponen organisasi pendukung bisnis dan kemampuan dukungan keuangan sebagai komponen internal PDG merupakan komponen penting dalam pelaksanaan aktivitas bisnis yang berkelanjutan tersebut. Jelasnya organisasi pendukung bisnis termasuk sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk satu kesatuan aktivitas bisnis tersebut di atas. Dikaitkan langsung dengan rencana bisnis PDG, maka diperlukan analisis tentang prospek dukungan organisasi pada bisnis pencairan gas di Kilang Mini LNG Simenggaris, pendistribusian dan regasifikasi kembali menjadi gas di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan. Kondisi yang sama pada komponen keuangan juga dibutuhkan oleh PDG untuk melaksanakan satu kesatuan aktivitas bisnis tersebut di atas. Dikaitkan langsung dengan rencana bisnis PDG, maka diperlukan analisis tentang prospek dukungan keuangan pada bisnis pencairan gas di Kilang Mini LNG Simenggaris, pendistribusian dan regasifikasi kembali menjadi gas di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan. Komponen eksternal PDG yang terdiri dari komponen dukungan industri serta dukungan pemasaran untuk bisnis PDG, serta kemungkinan adanya ketertarikan investor untuk berinvestasi pada bisnis ini merupakan komponen penting dalam pelaksanaan aktivitas bisnis yang berkelanjutan tersebut, sehingga kejelasan dukungan industri pada proyek LNG Simenggaris, memerlukan analisis sebagai bagian dari analisis rencana bisnis PDG. 7

Dukungan pemasaran dalam hal kemampuan penyerapan gas sebagai produk bisnis yang dilayani oleh PDG dipastikan merupakan komponen eksternal PDG yang menentukan kesuksesan bisnis PDG tersebut. Dengan mencermati runtutan aktivitas bisnis yang dilakukan PDG maka hampir dapat dipastikan bahwa pemasaran produk bisnis yang dilayani oleh PDG terutama dalam memasok kebutuhan gas PLN di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan sangatlah penting, karena PLN adalah konsumen dari produk gas yang dilayani oleh PDG, maka besaran kebutuhan dan pasokan produk gas yang menentukan besaran keuntungan PDG sangat ditentukan oleh kemampuan PLN dalam menyerap pasokan produk gas untuk pembangkit listrik di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan. Bila pasokan dan kebutuhan produk gas oleh PLN sebagai konsumen meningkat, maka prospek pelayanan bisnis pemasaran produk gas oleh PDG tentu akan lebih baik dan bila pemasaran produk gas tersebut meyakinkan banyak pihak maka tidak tertutup kemungkinan adanya ketertarikan investor untuk berinvestasi pada aktivitas bisnis PDG ini. Dengan memperhatikan komponen internal dan komponen eksternal PDG dalam melaksanakan bisnis pencairan gas di Kilang Mini LNG Simenggaris, pendistribusian dan regasifikasi kembali menjadi gas di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan, maka rencana bisnis PDG tersebut akan menjamin keberlanjutan bisnis dengan prospek yang menggembirakan bagi PDG dan stakeholder lainnya. 8

Karena itu, rencana bisnis PDG membutuhkan analisis pemasaran, analisis industri, analisis organisasi serta analisis keuangan agar rencana bisnis PDG tersebut merupakan rencana bisnis yang prospektif. 1.3. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam perencanaan bisnis untuk pemanfaatan gas Simenggaris adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan mempunyai peluang bisnis yang cukup besar dengan adanya kebutuhan PLN akan gas sebagai bahan bakar pengganti solar di pembangkit listrik PLN. 2. Meskipun terdapat peluang bisnis yang cukup besar, perusahaan menghadapi risiko yang cukup besar mengingat sumber gas yang ada terletak di daerah terpencil, jauh dari pembangkit listrik PLN, sehingga gas yang dibutuhkan tersebut memerlukan proses sebelum dapat dipasok dan digunakan. Selain itu, faktor non teknis, seperti perijinan, merupakan komponen risiko yang sangat signifikan dan berpengaruh pada pelaksanaan perencanaan bisnis pemanfaatan gas blok Simenggaris. 3. Perusahaan perlu melakukan investasi yang cukup besar terkait dengan pemrosesan dan pengadaan sarana transportasi LNG. 4. Memperhatikan peluang, resiko dan kebutuhan investasi, maka kebutuhan penyusunan perencanaan bisnis sangatlah mutlak diperlukan. Dalam memformulasikan perencanaan bisnis diperlukan beberapa analisis, yaitu analisis terhadap komponen dukungan industri, komponen pemasaran, komponen organisasi dan sumber daya manusia, serta komponen keuangan. 9

1.4. Pertanyaan Penelitian Dengan mencermati latar belakang dan perumusan masalah penelitian, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana prospek pemasaran proyek LNG Simenggaris? 2. Bagaimana prospek dukungan industri pada proyek LNG Simenggaris? 3. Bagaimana prospek dukungan organisasi dan sumber daya manusia proyek LNG Simenggaris? 4. Bagaimana prospek keuangan proyek LNG Simenggaris? 1.5. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan perumusan masalah, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk menyusun rencana bisnis dari bisnis pencairan gas di Kilang Mini LNG Simenggaris, pendistribusian dan regasifikasi kembali LNG menjadi gas di Pusat Listrik Tanjung Batu dan Batakan yang dilaksanakan oleh PDG. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisa dan mengevaluasi prospek pemasaran proyek LNG Simenggaris. 2. Menganalisa dan mengevaluasi prospek dukungan industri proyek LNG Simenggaris. 3. Menganalisa dan mengevaluasi prospek dukungan organisasi dan sumber daya manusia proyek LNG Simenggaris. 4. Menganalisa dan mengevaluasi prospek keuangan pada proyek LNG Simenggaris. 5. Menyusun dan merumuskan rencana bisnis pemanfaatan gas blok Simenggaris, Kalimantan Timur. 10

1.6. Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian, diharapkan hasil penelitian yang dilakukan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Praktisi PDG mengetahui prospek pemasaran, dukungan industri, dukungan organisasi dan prospek keuangan dari proyek LNG Simenggaris. Dengan analisa prospek pemasaran, dukungan industri, dukungan organisasi dan prospek keuangan tersebut diharapkan diperoleh gambaran secara nyata mengenai kadar prospektif dari rencana bisnis yang selayaknya dijalankan oleh PDG dalam mengelola proyek LNG Simenggaris. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perkembangan ilmu manajemen khususnya manajemen strategis dan perencanaan bisnis terkait proyek pemanfaatan gas alam cair pada pembangkit tenaga listrik.. 1.7. Batasan Penelitian Pembatasan masalah bertujuan agar masalah yang dikedepankan memiliki fokus yang terarah. Oleh karena itu, dari masalah seperti tersebut diatas, dibatasi pada analisis prospek pemasaran, dukungan industri, dukungan organisasi dan prospek keuangan dalam mengelola pembangunan kilang mini LNG, penyediaan transportasi LNG dari kilang mini LNG ke lokasi penyimpanan dan regasifikasi LNG, serta pembangunan terminal penyimpanan dan regasifikasi LNG di lokasi gas hasil regasifikasi tersebut akan digunakan oleh PLN untuk bahan bakar pembangkit listrik di Batakan dan Tanjung Batu. 11

1.8. Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini dikelompokkan pada lima bab, dan setiap bab akan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bab yang lainnya. Setiap bab memeiliki kekhususan tersendiri dimana pada masing-masing bab dibahas tentang bagian yang sesuai dengan judul masing-masing bab. Bab Pertama adalah Pendahuluan, yang berisikan tentang lingkungan eksternal perusahaan, lingkungan internal perusahaan, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. Bab Kedua adalah Tinjauan Pustaka yang berisi penjelasan tentang landasan teori dan model teoritikal. Bab Ketiga adalah Metoda Penelitian yang berisi penjelasan mengenai desain penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bab Keempat adalah Analisis dan Pembahasan yang berisi analisis terhadap semua aspek dalam perencanaan bisnis serta perencanaan dalam penyusunan rencana bisnis. Bab Kelima adalah penutup yang merupakan bagian akhir dari penulisan yang berisi simpulan dan keterbatasan serta saran yang diperoleh dari analisis dan pembahasan yang dilakukan pada bab keempat. 12