BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

KAJIAN PEMBIAYAAN SAMPAH DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN SAMPAH DI PASAR JOHAR KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: Andrik F. C. A.

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada pasar tradisional yang dikelola oleh UPT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BAB III STUDI LITERATUR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok. kemudian disempurnakan menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 2010), dengan laju pertumbuhan penduduk sebanyak 1,49%. Tingkat pertumbuhan

PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

dan bertambah kembali menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun Jika tingkat pertumbuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN TAHUN 2006

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN. kebersihan lingkungan perkotaan. Indonesia sebagai negara berkembang yang

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

V. PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN KOTA BANDAR LAMPUNG. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila tidak diimbangi dengan fasilitas lingkungan yang memadai, seperti penyediaan perumahan, air bersih yang sehat, pembuangan air limbah dan tinja, pengelolaan sampah dan lainnya, akan menimbulkan masalah lingkungan. Di kota-kota besar di Indonesia pertambahan penduduk akan diiringi dengan peningkatan jumlah sampah dan jika tidak diikuti dengan peningkatan pengelolaannya, akan dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, antara lain sebagai sumber penularan penyakit media perindukan vektor penyakit, gangguan kebersihan dan keindahan serta estetika juga dapat menimbulkan bau busuk. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat konsentrasi dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus meliputi: (a) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; (b) Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; (c) Sampah yang timbul

2 akibat bencana; (d) Puing bongkaran bangunan; (e) Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah dan/atau; ( f ) Sampah yang timbul secara tidak periodik (Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah). Salah satu kota yang saat ini mengalami kompleksitas berkaitan dengan masalah sampah adalah kota Bandar Lampung, yang merupakan ibu kota Provinsi Lampung, memiliki luas 197,22 km² dengan populasi penduduk sebanyak 879.651 jiwa dan kepadatan penduduk 4.460,253/km². Laju pertumbuhan penduduk per tahun selama sepuluh tahun terakhir, yakni tahun 2000-2011 sebesar 1,59%. Pada pada tanggal 17 September 2012 bertempat di Kelurahan Sukamaju, Walikota Bandar Lampung Drs. H. Herman HN, MM meresmikan Kecamatan dan Kelurahan baru di wilayah kota Bandar Lampung sebagai hasil pemekaran sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan wilayah kota Bandar Lampung telah dimekarkan menjadi 20 Kecamatan dari semula 13 Kecamatan serta 126 Kelurahan dari semula 98 Kelurahan. Adapun 7 kecamatan baru hasil pemekaran terdiri dari : Adapun 7 kecamatan baru hasil pemekaran terdiri dari: (1) Kecamatan Labuhan Ratu pemekaran dari Kecamatan Kedaton; (2) Kecamatan Way Halim merupakan penyesuaian dari sebagian wilayah Kecamatan Sukarame dan Kedaton yang dipisah menjadi suatu kecamatan; (3) Kecamatan Kemiling pemekaran dari Kecamatan Tanjung Karang Barat; (3) Kecamatan Langkapura pemekaran dari Kecamatan Kemiling; (4) Kecamatan Enggal pemekaran dari Kecamatan Tanjungkarang Pusat; (5) Kecamatan Kedamaian pemekaran dari

3 Kecamatan Tanjungkarang Timur;(6) Kecamatan Telukbetung Timur pemekaran dari Kecamatan Telukbetung Barat;(7) Kecamatan Bumi Waras pemekaran dari Kecamatan Telukbetung Selatan ((DISKOMINFO- Kota Bandar Lampung, 2012). Total produksi sampah di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 ± 708 m 3 /hari (566,4 ton). Sampah bersumber dari pemukiman, pasar induk sayuran dan pasar tradisional, pertokoan, restoran, hotel, jalan protokol, kawasan industri perkantoran, pusat perbelanjaan, terminal dan stasiun kereta api, yang di buang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung dengan menggunakan teknologi open dumping. Sampah di Kota Bandar Lampung dikelola oleh 3 instansi, yaitu: (1) Dinas Kebersihan dan Pertamanan menangani sampah di jalan protokol pertokoan restoran hotel, industri, perkantoran dan fasilitas umum sekitar 163 m 3 /hari (130,4 ton). (2) Dinas Pengelolaan Pasar, mengelola sampah di 10 pasar tradisional sekitar 120 m 3 /hari (96 ton). (3) Kecamatan melalui Sokli, menangani sampah pemukiman terminal bis antar kota dan dalam kota serta stasiun kreta api sekitar 425 m 3 /hari (340 ton) (DKP Kota Bandar Lampung, 2012). Target dan pendapatan daerah dari restribusi sampah pada 10 pasar tradisional di Kota Bandar Lampung selama tahun 2008, target Rp 642.064.500 dengan realisasi Rp 500.173.000 (77,9%); tahun 2009 dengan target Rp 516.840.000 dengan realisasi Rp 441.664.700 (85,45%); tahun 2010 target Rp 1.036.725.600 dengan realisasi Rp 737.285.400 (71,12%) dan tahun 2011 target Rp 1.631.867.840 dengan realisasi Rp 532.119.360 (32,61%) (Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung, 2012).

4 Untuk mencapai target pendapatan dari restribusi sampah maka dibutuhkan partisipasi aktif para pedagang yang menempatkannya sebagai subjek dalam sistem pengelolaan sampah pasar tradisional. Dinas Pengelolan Pasar Kota Bandar Lampung sebagai instansi yang bertanggung jawab atas kebersihan pasar, belum dapat secara maksimal menangani sampah yang ada dikarenakan dukungan dana sarana dan prasarana yang kurang memadai sebagai akibat belum tercapainya target pendapatan dari restribusi sampah pasar di pasar tradisional. Oleh sebab itu peningkatan upaya pengelolaan sampah diarahkan pada sistem yang mampu membiayai sendiri, dengan sasaran sumber dana melalui penarikan restribusi sebagai bentuk peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dalam pengelolaan sampah agar tercipta lingkungan yang bersih dan sehat dengan mengedepankan partisipasi masyarakat, maka untuk pengelolaan sampah pada pasar tradisional sangat dibutuhkan partisipasi para pedagang dengan mewujudkan ketaatan membayar restribusi kebersihan. Dengan partisipasi tersebut, diharapkan akan mendorong pedagang pasar turut memelihara, mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat sampah. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas yang berkaitan pada pengelolaan sampah maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bahwa masih rendahnya ketaatan para pedagang pasar untuk membayar restribusi sampah di Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung.

5 Atas dasar hal tersebut, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah upaya yang telah dilakukan dalam peningkatan pengelolaan sampah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung?. (2) Bagaimanakah ketaatan pedagang pasar tradisional di Kota Bandar Lampung dalam membayar restribusi sampah?. (3) Faktor- faktor apa saja yang berpengaruh terhadap ketaatan membayar restribusi sampah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung?. (4) Berapa besar kesediaan para pedagang membayar restribusi kebersihan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung?. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengelolaan sampah di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengkaji upaya yang telah dilakukan dalam peningkatan pengelolaan sampah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung. (2) Mempelajari ketaatan para pedagang pasar tradisional di Kota Bandar Lampung dalam membayar restribusi sampah. (3) Mengidentifikasi faktor - faktor yang berpengaruh terhadap ketaatan membayar restribusi sampah dalam mengoptimalkan pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung.

6 (4) Mengalisis besarnya kesediaan membayar restribusi sampah para pedagang pasar tradisional di Kota Bandar Lampung. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan serta memberikan kontribusi pemikiran dalam pelaksanaan pengelolaan sampah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dipakai sebagai masukan dalam penerapan program peningkatan partisipasi pedagang pasar tradisional dalam kesediaan membayar restribusi pengelolaan sampah. 1.4 Kerangka Pemikiran Pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung tidak jauh beda dengan kota- kota lain di Indonesia. Sampah yang dihasilkan dikumpulkan di tempat pebuangan sementara ( TPS) lalu diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) dengan menggunakan truk sampah yang di biayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan restribusi masyarakat. Dengan jumlah pasar tradisional 10 pasar menghasilkan sampah sekitar 120 m 3 /hari (96 ton). Akibat keterbatasan dana dan sarana lainnya, maka tidak seluruh sampah dapat terangkut ke TPA yang hal ini dapat menimbulkan pencemaran air tanah, udara dan mengganggu estetika lingkungan serta kesehatan. Maka sangat diharapkan peranserta secara aktif dari masyarakat/ pedagang pasar tradisional untuk membayar restribusi sampah dalam rangka membantu Pemda Kota Bandar Lampung dalam pendaan pengelolaan sampah.

7 membayar Untuk mengetahui besarnya kesediaan pedagang pasar tradisional restribusi dalam peningkatan pengelolaan sampah pasar, maka digunakan Metoda Valuasi Kontingensi (Contingenty Valuation Method/CVM) melalui survey untuk mewawancarai para pedagang tentang nilai harga yang dibayarkan untuk peningkatan pengelolaan sampah. Informasi tentang persepsi pedagang terhadap sampah serta kesediaan membayar restribusi, selanjutnya di analisis sebagai bahan pertimbangan untuk menghasilkan rekomendasi dalam peningkatan pengelolaan sampah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung. Pengurangan sampah dititik beratkan pada manusia sebagai individu penghasil sampah dan produsen barang produk, meliputi antara lain mengurangi konsumsi barang penghasil sampah secara berlebihan dan menggunakan produk yang dapat digunakan kembali/didaur ulang, seiring dengan promosi perusahaan produk kemasan dalam meningkatkan motivasi konsumen dengan membeli kembali kemasannya. Dari segi komposisinya, penyumbang terbesar sampah organik berasal dari pasar tradisional. Maka dengan melakukan pengelolaan dan pengolahan yang baik akan dapat mengurangi jumlah sampah perkotaan. Jika sampah organik yang telah dikumpulkan di TPS sebelum diangkut ke TPA lalu dibawa ketempat pengomposan dan dilakukan pemisahan sampah dan sampah yang sulit terdaur ulang selanjutnya di buang ke TPA. Secara umum kerangka pemikiran penelitian terlihat pada Gambar 1.

8 Hukum, lembaga, PSM dana dan teknologi APBD & restribusi Kota Bandar Lampung Pasar Tradisional Pencemaran Lingkungan Dikelola Sampah Tidak dikelola Pewadahan Pengangkutan, Pengolahan,TPS Analisis CVM Pengangkutan dengan truk TPA Nilai WTP Sampah tak terdaur ulang Daur Ulang Pemisahan Sampah Kertas, kardus, Botol,beling, kaca Persepsi Pedagang Plastik Kompos Pelet plastik Produk Komersil Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Rekomendasi Untuk sampah plastik dapat dibuat menjadi pelet plastik, untuk kertas kardus botol, beling, kaca dan kotak buah yang masih dapat didaur ulang akan ditampung ke pengumpul barang bekas. Sampah organik berupa limbah sayuran dilakukan pengolahan dengan cara pengomposan. Untuk menangani masalah sampah

9 diperlukan beberapa aspek pendukung seperti aspek hukum kelembagaan, peranserta masyarakat, dana dan teknologi. 1.5 Kerangka Penelitian Pasar Tradisional(Kios,Los,PKL) Kota Bandar Lampung Restribusi Sampah Sistem pengelolaan sampah di pasar tradisional Analisis WTP CVM Umur Nilai kesediaan membayar restribusi Jumlah sampah Pendidikan Pendapatan Lama berdagang Status tempat berdagang Ketaatan (ketidak taatan) membayar restribusi Gambar 2. Kerangka penelitian Katagori pedagang Perlakuan terhadap sampah Pelayanan UPT Dinas Pasar 1.6 Definisi Operasional

10 (1) Pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa ruko, toko, kios dan amparan, yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah dan koperasi, dalam skala usaha dan modal kecil dengan proses jual beli melalui sistim tawar menawar (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 420/MPP/10/1997). (2) Pasar yang ada diklasifikasikan berdasarkan jumlah kios, los dan PKL atas pasar besar, pasar sedang dan pasar kecil. Pasar besar merupakan pasar dengan jumlah kios, los dan PKL diatas 600 buah. Pasar sedang merupakan pasar dengan jumlah kios, los dan PKL antara 500 sampai 599. Untuk pasar kecil dengan jumlah kios, los dan PKL di bawah 500 buah. Selanjutnya digunakan istilah pasar besar, pasar sedang dan pasar kecil. (3) Sampah adalah segala zat padat atau semi padat yang terbuang atau yang sudah tidak berguna, baik yang dapat membusuk atau yang tidak dapat membusuk sebagai hasil dari kegiatan di pasar tradisional. (4) Sistem pengelolaan sampah di pasar tradisional adalah pelaksanaan pengelolaan sampah pasar dalam wewenang Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Dinas Pengelolan Pasar, yang meliputi: Pewadahan dan pengumpulan sampah dari sumbernya ke tempat pembuangan sementara (TPS), serta pemindahan pengangkutan, dan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).

11 (5) Restribusi adalah restribusi jasa umum atas pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan berupa pelayanan persampahan/kebersihan pasar tradisional yang dikelola oleh UPT Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung, sesui Peraturan Walikota Bandar Lampung, Nomor 99 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Restribusi Pelayanan Pasar ( BAB IV, Struktur Dan Besarnya Tarif Restribusi, Pasal 6, ayat 1) dengan beban restribusi sampah masing-masing Rp 2.000/hari untuk kios; Rp 1.500/hari untuk los dan Rp 1.000/hari untuk PKL. (6) Responden adalah pedagang yang berjualan di pasar tradisional Kota Bandar Lampung yang dibagi dalam pedagang di kios, los, dan pedagang kaki lima (PKL). Kios yaitu bagian dari bangunan pasar yang satu sama lain dibatasi dengan dinding serta dapat ditutup. Los merupakan bagian dari bangunan tetap di dalam pasar yang sifatnya terbuka dan tanpa dinding keliling. PKL adalah pedagang yang tidak mempunyai tempat khusus untuk berjualan atau berjualan di pelataran pasar tradisional yang terkena. (7) ContingentvValuation Method (CVM) digunakan untuk menampung preferensi responden pada kondisi tertentu guna mengetahui keinginan membayar restribusi.

12 (8) Nilai kesediaan membayar restribusi merupakan sejumlah uang yang ingin diberikan pedagang pasar untuk memperoleh suatu peningkatan kondisi lingkungan dan akan lebih baik dari kondisi sebelumnya. (9) Ketaatan membayar restribusi adalah tingkat kesadaran, kemampuan dan kemauan pedagang pasar dalam membayar restribusi kebersihan pasar. (10) Faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan membayar restribusi para pedagang pasar adalah umur, pendidikan, pendapatan, status tempat berdagang, lama berdagang, jumlah sampah, katagori pedagang, perlakuan terhadap sampah dan pelayanan UPT Dinas Pasar Kota Bandar Lampung. Faktor lainnya dianggap tetap (ceteris paribus).