BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan di seputar dunia autistik semakin banyak dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh Center for Diesease Control and Prevention

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat. menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme.

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era modern ini, masyarakat khususnya kaum muda sedang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan aset bangsa yang berharga, generasi penerus yang kelak akan

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang muncul biasanya pada area sosial, emosi, kognisi, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode. dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM TERAPI PADA ANAK AUTISME. Oleh. Edi Purwanta

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Hormat saya, Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi wanita yang berada di bawah bayang-bayang pria, dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seri penyuluhan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan hal yang sangat kompleks, meliputi perkembangan motorik, perseptual, bahasa, kognitif, dan sosial. Selain itu, perkembangan seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata hanya untuk memudahkan pengamatan, diagnosis dan penanganan bila terjadi suatu penyimpangan. Berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak setiap orang tua menginginkan anaknya berkembang sempurna. Pada kenyataannya dapat terjadi anak memperlihatkan gejala masalah perkembangan sejak usia dini. Salah satu gangguan perkembangan yang dialami anak ialah AUTISTIC SPECTRUM DISORDER (ASD). Menurut kriteria diagnostik ICD-10 ataupun DSM-IV-R, anak autistik memiliki tiga ciri utama (Frances A, Pincus HA, First MB, Anderson NC, Barlow DH, Cambell M, 1994: 66-71), yaitu : 1. Interaksi sosial dan perkembangan sosial yang abnormal. 2. Tidak terjadinya perkembangan komunikasi yang normal. 3. Minat dan tingkah laku anak terpaku, berulang-ulang dan terbatas, tidak fleksibel dan tidak imajinatif. Tidak ada angka yang pasti untuk populasi penyandang autisme di Indonesia, mengingat lemahnya sistem pendataan di sini akan tetapi menurut dr. Ika Widyawati, Sp.KJ., psikiater Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada tahun 1989 (data

RSCM) menunjukkan hanya dua anak penyandang autistik datang berobat. Namun berdasarkan data pada tahun 2000, jumlah itu menjadi 103 pasien, dan ini baru data dari satu rumah sakit. (TRUST, Edisi 31 tahun 1, 7-14 Mei 2003). Data yang diperoleh tersebut bisa menjadi gambaran yang serius mengenai kondisi autisme di masyarakat, apabila para orangtua tidak waspada. Berdasarkan tingkat keparahan gangguannya anak penyandang autisme dapat dikelompokkan menjadi anak dengan autisme ringan dan autisme berat. Pada autisme ringan terdapat gangguan-gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang bersifat timbal balik, seperti kontak mata yang sangat kurang, ekspresi muka yang kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju, tidak bisa bermain dengan teman sebaya, tidak memiliki empati, kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik. Anak autistik berat umumnya disertai kelemahan fisik serta banyaknya respon yang muncul, dan memiliki kadar racun dalam tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak penyandang autistme ringan. Mereka yang tergolong penyandang autisme berat lebih sering mengalami tantrum, banyak melakukan gerakan yang berulang, sangat sensitif terhadap sentuhan, suara bahkan adapula yang sensitif terhadap cahaya sehingga apabila melihat cahaya mata mereka akan terpejam terus. Selain itu penyandang autisme berat sangat lemah pada motoriknya, mencakup motorik kasar dan halus. (Simposium Autis Masa Anak, Semarang 24-10-1998). Anak autistik memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dengan cara paling sederhana sekalipun, seperti kontak mata dengan orangtuanya. Hal ini seringkali menyebabkan orang tua merasa ditolak oleh anak atau merasa anak tidak menyayanginya, karena anak juga tidak mau dipeluk, menarik diri, dan sebagainya. Ketidaktahuan Univesitas Kristen Maranatha 2

orangtua mengenai perkembangan anak karena kesibukan mereka, ketidaktahuan orangtua mengenai gejala autisme dan cara penanggulangannya, dapat memperparah kondisi autisme yang berkaitan dengan kurangnya kedekatan emosional antara orangtua dengan anak (W, Ingrid Ariestanty, 1998). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua (khususnya ibu) memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan anak autistik. Dengan demikian, orang tua (khususnya ibu) dituntut untuk bisa mengatasi tekanan psikologis yang dirasakan. Orang tua terutama ibu sebagai caregiver utama harus senantiasa berusaha untuk mengajak anaknya berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal, agar anak dapat menjalin hubungan sosial. Dengan terjalinnya komunikasi yang antara ibu dan anak diharapkan ibu dapat memahami anak dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan anak autistik dengan tepat, menciptakan rasa aman bagi anak. Rasa aman sangat diperlukan oleh anak autistik maupun anak tipikal karena dengan terbentuknya rasa aman anak terhadap ibu (keluarga sebagai lingkungan terkecil) akan membuat anak mampu menggeneralisasikan rasa aman yang telah ia miliki kepada lingkungan sekitarnya (masyarakat). Rasa aman yang telah terbentuk ini juga akan membantu anak untuk dapat mengeksplorasi lingkungan guna menambah berbagai pengetahuan yang ia perlukan. Dalam proses pengasuhan (mothering) yang dilakukan oleh ibu kepada anak terjadi proses komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas (DeVito : 1996). Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku Univesitas Kristen Maranatha 3

seseorang. Komunikasi interpersonal bersifat dialogis artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. Menurut Kumar (2000:; 121-122) komunikasi interpersonal yang efektif mempunyai lima ciri, sebagai berikut : 1. Keterbukaan (openess). Kesediaan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal. 2. Empati (empathy). Merasakan apa yang dirasakan orang lain. 3. Dukungan (supportiveness). Situasi yang menyenangkan sehingga terjalin komunikasi interpersonal yang efektif dengan anak. 4. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki memiliki perasaaan positif terhadap diri, mendorong anak lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi yang kondusif untuk melakukan komunikasi interpersonal yang efektif.kesetaraan (equality). 5. Kesetaraan (Equality) Pengakuan dalam diri ibu bahwa ibu menghargai kondisi anak autistik dan menghayati bahwa komunikasi yang terjalin akan berguna bagi ibu dan anak autistiknya. Univesitas Kristen Maranatha 4

Namun disebabkan adanya kesulitan anak untuk mampu melakukan komunikasi terutama menyampaikan apa yang ia rasakan maupun apa yang ia butuhkan sehingga arus komunikasi diantara ibu dan anak mengalami hambatan dan menjadi tidak efektif. Komunikasi yang efektif diantara ibu dan anak autistik diharapkan dapat terjalin agar ibu mampu memenuhi kebutuhan anak dengan sesuai. Ibu merupakan orang pertama dan terpenting dalam kehidupan anak karena ibu yang melahirkan anak sehingga diharapkan dapat lebih mudah untuk dapat menjalin kedekatan secara emosional dengan anak. Namun, pada saat ini dengan semakin banyaknya tuntutan dalam kehidupan sehari-hari seperti kebutuhan ekonomi keluarga, eksistensi diri sebagai wanita modern, banyak kaum ibu yang juga berperan sebagai wanita karir (bekerja). Dengan demikian, tidak sedikit ibu yang mengalihkan tanggung jawab pengasuhan anak kepada baby sitter atau anggota keluarga lainnya. Namun demikian, diharapkan kurangnya waktu interaksi antara ibu dan anak tidak dengan sendirinya menyebabkan kurangnya perangsangan yang diberikan ibu kepada anak. Diharapkan ibu senantiasa berusaha menciptakan interaksi yang berkualitas ketika bersama-sama anak. Ibu yang bekerja juga dapat menunjukkan kepeduliannya melalui kualitas interaksi yang baik dengan anak-anaknya karena inti dari interaksi yang berkualitas adalah mampu memahami kebutuhan anak dan mengintegrasikannya sesuai dengan pendidikan/pengasuhan yang direncanakan oleh orangtua untuk anaknya. Interaksi yang berkualitas juga dapat membantu anak mengembangkan potensi yang dimilikinya. Univesitas Kristen Maranatha 5

Berdasarkan survei dan penelitian (Oktober, 1996) di Yayasan Nirmala Nugraha- Cilandak Jakarta Selatan, sebuah sekolah yang dikhususkan untuk penyandang autistik, diketahui bahwa sebagian besar orangtua dari penyandang autistik yang bersekolah di yayasan tersebut adalah orangtua yang sibuk bekerja. Menurut Bapak Saragih (1996), salah seorang pendiri yayasan tersebut, kedekatan emosional antara orangtua, terutama ibu dengan anak memegang peranan penting bagi kondisi autisme. Kenyataan ini didasari oleh pengamatan bahwa sebagian besar anak yang sebelumnya hanya diasuh oleh baby sitter karena kesibukan ibu, mulai menunjukkan perubahan tingkah laku yang positif atau berkurang gejala-gejala autistiknya ketika ibu berhenti bekerja. Ibu yang berhenti bekerja mulai mengambil alih sebagian besar tanggungjawab pengasuhan anak, dan juga memberikan kasih sayang kepada anak dalam porsi yang tepat. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan lima orang ibu yang anaknya adalah penyandang autistik, tiga orang dari ibi-ibu tersebut pada mulanya adalah ibu yang bekerja di luar rumah. Namun setelah mengetahui anaknya adalah penyandang autistik mereka kemudian berhenti bekerja dengan pertimbangan agar dapat lebih dekat dengan anak, memahami kondisi anak dan dapat memantau sejauhmana perkembangan yang terjadi pada anaknya. Sedangkan ibu-ibu lainnya mengatakan bahwa meskipun mereka ibu rumah tangga namun seringkali merasa kurang peka terhadap kebutuhan anak sehingga tidak sering memberikan stimulasi kepada anak seperti mengajak anak mengobrol, menggendong anak ketika menangis atau bentuk kedekatan lainnya. Hal ini selain disebabkan keengganan ibu untuk berinteraksi dengan anak autistik (karena adanya hambatan dalam menjalin komunikasi) juga karena sibuk dengan pekerjaan rumah tangga seperti mengurus suami dan anak yang lainnya atau karena adanya baby sitter yang biasa Univesitas Kristen Maranatha 6

memenuhi kebutuhan anak sehingga ibu merasa dapat mengalihkan tanggung jawab mengasuh anak kepada baby sitter/pengasuh anak. Selain dari itu, hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di tempat terapi autisme di Bandung terhadap 20 orang ibu yang memiliki anak autistik, 75 % ibu mengatakan bahwa mereka kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi ketika mengasuh anak autistik, yaitu kesulitan untuk memahami kebutuhan anak karena adanya keterbatasan dalam melakukan komunikasi dan mengelola emosi ketika berinteraksi dengan anak autistik. Selain kesulitan tersebut juga terdapat beberapa kesulitan lain seperti memenuhi mahalnya biaya perawatan (terapi) anak autis, bekerjasama dengan anggota keluarga lainnya maupun lingkungan sekitar. Sedangkan 25% ibu mengatakan bahwa mereka kurang merasakan adanya kesulitan ketika mengasuh anaknya karena sibuk bekerja dan ketika di rumah anak lebih banyak diurus oleh pengasuhnya. Namun demikian, terdapat persamaan pendapat (diantara ibu yang bekerja dan tidak bekerja) yaitu mereka mengatakan kesulitan yang seringkali dialami adalah kurangnya kesabaran ketika harus berinteraksi dengan anak autistik karena tidak mampu memahami apa yang anak inginkan sehubungan dengan keterbatasan anak dalam berkomunikasi. Mendukung hasil wawancara di atas, hasil penelitian (Cut Aida R, 2003) di beberapa tempat terapi anak autistik yang juga telah dilakukan, diketahui bahwa dari 20 orang responden hanya terdapat 25% ibu (5 orang) yang memiliki skor total Mother s Caretaking yang tergolong dalam kategori tinggi, dibandingkan dengan populasi ibu yang memiliki skor total Mother s Caretaking yang tergolong dalam kategori cenderung tinggi (15 orang). Hal ini menunjukkan bahwa hanya lima orang ibu yang tergolong sering melakukan interaksi antara ibu dengan anak, yang meliputi usaha untuk memenuhi Univesitas Kristen Maranatha 7

kebutuhan anak dan cukup mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan anak autistik. Timbulnya perasaan-perasaan negatif pada diri ibu baik pada dirinya sendiri maupun kepada anak (perasaan bersalah, frustasi dan menolak untuk berinteraksi dengan anak) yang disebabkan oleh sulitnya melakukan komunikasi yang efektif dengan anak autistik akan menghambat pemenuhan kebutuhan anak dan menyebabkan ibu mengalami kesulitan untuk dapat menumbuhkan perasaan love dan acceptance kepada anak. Love dan acceptance pada diri ibu kepada anak berfungsi untuk dapat terbinanya attachment dengan anak. Attachment (keterikatan/kelekatan) berfungsi sebagai media bagi anak untuk dapat merasa aman, yang diperlukan anak untuk dapat mengeksplorasi lingkungannya (Bowbly,1970). Orangtua terutama ibu adalah kunci utama bagaimana sebuah keluarga dapat beradaptasi dengan kondisi anak autistik. anak-anak yang lain, suami, tetangga, teman-teman akan menyesuaikan sikap mereka terhadap anak autistik dengan meniru sikap dan petunjuk yang diberikan oleh ibu sebagai individu yang (idealnya) paling dekat dengan anak. Maka dari itu, ibu harus mampu untuk memperlakukan anak autis tersebut dengan penuh kasih sayang (love) dan penerimaan (acceptance) untuk dapat menentukan tujuan (goals) yang setinggi-tingginya namun masuk akal dan juga untuk membesarkan hati anak autistik bahwa ia mampu melakukan apa pun sama halnya dengan orang-orang pada umumnya, sesuai dengan kemampuannya. (Powers, 1989). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Love dan Acceptance memiliki peran yang sangat penting dalam pola pengasuhan orang tua terutama ibu yang memiliki anak autistik. Univesitas Kristen Maranatha 8

Diketahui bahwa perlakuan orangtua terutama ibu terhadap anaklah yang lebih memberikan sumbangan pada perkembangan kondisi Early Infantile Autism (Bruno, Bettleheim, dalam Niko & Elisabeth Tinbergen, 1983). Perlakuan ini dapat berupa meningkatkan kualitas diri melalui pendidikan, pelatihan-pelatihan, dan mencari informasi-informasi seputar autisme, mendiskusikan dan mengantisipasi kebutuhankebutuhan penting anak autistik dan mencari terapi yang cocok bagi anaknya. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup anak penyandang autistik agar dapat hidup mandiri di masyarakat. Dengan demikian peneliti tertarik untuk menyusun sebuah modul penyuluhan komunikasi interpersonal bagi ibu yang memiliki anak autistik dalam rangka melakukan Mothering untuk dapat membina attachment. Dengan penyuluhan ini diharapkan ibu dapat meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi interpersonal ibu agar dapat melakukan komunikasi yang efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan anak dengan tepat Penyuluhan merupakan salah satu metode pembelajaran bagi orang dewasa untuk area kognisi. Pembelajaran di area kognisi meliputi mengingat dan mengenal pengetahuan dalam bidang tertentu dan perkembangan kemampuan intelektual dan keahlian. Tujuan pembelajaran pada area Knowledge adalah mengingat; termasuk memahami, memperoleh insight atau mengetahui suatu informasi atau pengetahuan dengan jelas (Bloom, 1956) 1.2 Rumusan Masalah Univesitas Kristen Maranatha 9

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka pada penelitian perumusan masalahnya adalah : 1. Apakah rancangan modul penyuluhan yang dibuat ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal ibu yang memiliki anak autistik di Lembaga Studi Autis X dalam melakukan kegiatan Mothering untuk dapat membina attachment? 2. Bagaimana efektivitas dari penyuluhan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal ibu yang memiliki anak autistik di Lembaga Studi Autis X dalam melakukan kegiatan Mothering untuk dapat membina attachment.? 1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah membuat rancangan modul komunikasi interpersonal yang diberikan kepada para ibu yang memiliki anak autistik di Lembaga Studi Autis X sebagai alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan kesulitan ibu untuk dapat melakukan komunikasi interpersonal yang efektif. Hal ini dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan. 1.3.2 Tujuan Penelitian Memberikan suatu sumbangan pemikiran berupa rancangan modul penyuluhan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal para ibu yang memiliki anak Univesitas Kristen Maranatha 10

autistik di Lembaga Studi Autis X dalam rangka kegiatan Mothering untuk dapat membina attachment. 1.3.3 Kegunaan Penelitian 1.3.3.1 Kegunaan Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1. Memberikan informasi empiris bagi Psikologi Klinis dan Psikologi Perkembangan khususnya yang berkaitan dengan penanganan bagi individu autistic spectrum disorder (ASD) dalam aspek kegiatan Mothering untuk dapat membina attachment. 2. Digunakan sebagai informasi oleh peneliti lain, jika ingin melakukan penelitian serupa. 1.3.3.2 Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat : 1. Memberikan pemahaman dan masukan informasi bagi lembaga studi autisme X berkaitan dengan pemberian pelatihan mengenai upaya meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal para ibu dalam rangka melakukan Mothering untuk dapat membina attachment, pada penanganan individu autistic spectrum disorder (ASD). 2. Informasi bagi para praktisi yang bergerak dalam bidang Psikologi Klinis Anak dalam memberikan saran maupun konsultasi mengenai peran (khususnya) ibu dalam proses Mothering untuk menangani individu autistic spectrum disorder (ASD). Univesitas Kristen Maranatha 11

3. Membantu orang tua yang mengalami kesulitan dalam menjalankan rutinitas dan aktivitas-aktivitas yang bermakna bagi anak dan mengalami kesulitan untuk membina dan mengembangkan relasi-relasi yang penting dalam proses pendidikan anak mereka di tengah masyarakat luas. Univesitas Kristen Maranatha 12