BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei awal yang dilakukan di MIN Bawu Batealit Jepara terdapat sekitar delapan orang penjual makanan jajanan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manfaat Ikan Mas Untuk Kesehatan

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SANTRIWATI KELAS 2 SMA PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jaringan tubuh dan mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh.

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Pondok Pesantren

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hasil peternakan yang sering kita jumpai dengan sangat mudah adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010).

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Menumbuhkan Minat Baca Anak. Mendidik Anak Di Era Digital

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode kehidupan antara anakanak menuju dewasa, yang berawal pada usia 9 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun (Arisman, 2004). Remaja kelak akan menjadi sumber daya manusia yang melanjutkan pembangunan, sehingga perlu dipersiapkan untuk menjadi tenaga berdaya kerja tinggi serta produktif. Masa remaja merupakan masa yang rentang terhadap perubahan-perubahan yang ada di lingkungan sekitarnya, khususnya pengaruh pada masalah konsumsi makanan. Adapun kebiasaan remaja terhadap makanan sangat beragam seperti bersifat acuh terhadap makanan, lupa waktu makan karena padatnya aktivitas, makan berlebih, dan makan makanan cepat saji seperti mie instan. tanpa memperhatikan kebutuhan gizi yang dibutuhkan (Moehji, 2003). 2. Gizi Remaja Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, mental maupun aktivitas yang semakin meningkat, maka kebutuhan akan makanan yang mengandung zat-zat gizi pun menjadi cukup besar. Dibangingkan dengan fase-fase lainnya (bayi, balita, anak-anak, dewasa dan manula), total kebutuhan zat gizi selama masa remaja relative lebih besar. Agar tubuh tetap sehat serta tumbuh dan berkembang dengan baik, sebaiknya remaja mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kecukupan gizi sesuai dengan yang dianjurkan (Sumanto, 2009). Kelompok usia remaja merupakan kelompok pada masa pertumbuhan fisik secara emosional yang sangat tinggi. Selain itu, tingkat aktivitas fisik dan mentalnya pun sangat tinggi sehingga perlu diimbangi dengan makanan 4

5 proposional, yaitu jumlahnya cukup dan mutunya baik. Kebutuhan gizi remaja relative besar karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Umumnya, remaja dapat berfikir dengan baik dan menghindari hipolikemia (suatu keadaan di manan kadar gula darah/ glukosa secara abnormal rendah). Kebersihan jajanan mereka juga harus diperhatikan agar tidak terkena penyakit tipoid (Wirakusumah, 2010). Penentuan kebutuhan akan zat gizi pada remaja secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebetuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial (Ariman,2004). Makanan harus seimbang yaitu memenuhi menu seimbang. Menu seimbang adalah susunan hidangan sehari yang mengandung zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat hidup sehat secara optimal. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk hidup sehat adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Restianti, 2009). Kebutuhan energi remaja putra 3.470 kkal perhari (usia 16 tahun) dan putri 2.550 kkal (usia 12 tahun) Kebutuhan protein remaja putra 0.29-0.32 g/cm, putri 0.27-0.29 g/cm (usia 11-18 tahun) Mineral terutama zat besi dan kalsium (800-1200mg) (Arisman, 2004). Sebaiknya makanan yang dikonsumsi oleh para remaja disesuaikan dengan konsep menu seimbang (Sumanto, 2009). Selain bergizi lengkap dan seimbang, makanan juga harus layak konsumsi (aman untuk kesehatan). Syarat makanan aman adalah wholesome yaitu zat-zat gizi tidak banyak yang hilang dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali, bila makanan sengaja akan diolah dan diubah bentuk fisiknya (Iriyanto dan Waluyo, 2004).

6 3. Masalah Gizi pada Remaja Cukup banyak masalah yang berdampak negatif bagi kesehatan dan gizi remaja. Selain penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalah gunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok. Masalah yang saat ini banyak ditemuni saat ini adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi secara berlebihan. Meski dalam iklan makanan ini di klaim kaya akan vitamin dan mineral, makanan ini juga banyak mengandung gula serta lemak dan zat adiktif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyababkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini (Arisman, 2004). Masalah gizi pada remaja yang saat ini menjadi trend adalah obesitas atau kegemukan, namun disisi lain remaja tidak menyadari adanya masalah klasik yang masih selalu menghantui yaitu kurang gizi atau mal nutrisi. Kedua masalah ini bisa berakibat fatal bagi fase kehidupan remaja selanjutnya. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa obesitas pada remaja akan berlanjut sampai dewasa. Remaja yang menderita obesitas mempunyai resiko yang jauh lebih tinggi untuk menderita penyakit kardiovaskuler. Sementara itu, banyak remaja yang menderita anemia akibat kekurangan zat besi, yang akan mengakibatkan hambatan dalam belajar (Freitag dan oktaviani, 2010). 4. Menu Seimbang Bagi Remaja Menu seimbang adalah jumlah porsi makanan cukup, jenis makanan bervariasi (lengkap zat gizi), dan makanan disesuaikan dengan kebutuhan gizi (berdasarkan umur, dalam keadaan sakit atau sehat, dan kegiatan apa yang dilakuan). Menu Seimbang tersebut dapat diwujudkan dalam komposisi makanan yang sesuai dengan syarat 4 sehat 5 sempurma, yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Makanan tersebut mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh, yaitu karbohidrat dapat

7 diperoleh dari makanan pokok, lemak dan protein (hewani dan nabati) dari lauk-pauk, vitamin dan mineral dari buah dan sayuran. Susu sebagai pelengkap dapat menambahkan vitamin, mineral, protein dan karbohidrat (Sumanto, 2009). 5. Kebiasaan Makan pada Remaja Kebiasaan makan yang kurang pada remaja berawal pada kebiasaan makan keluarga yang tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil dan akan terus terjadi pada usia remaja. Kondisi tersebut mengakibatkan remaja makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan zat-zat gizi dan dampak tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu dapat menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi. Keadaan ini berkaitan dengan mode yang tengah marak di kalangan remaja seperti makanan siap saji dan mie instan. Usia remaja merupakan usia yang sangat mudah terpengaruh oleh teman pergaulan dan media masa terutama iklan yang menarik perhatian remaja tentang makanan yang baru dan harga yang terjangkau (Moehji, 2003). Berikut ini adalah anjuran untuk menciptakan pola kebiasaan makan yang baik pada remaja: a. Mendorong para remaja untuk menikmati makanan, mencoba makanan baru, mengonsumsi beberapa makanan di pagi hari, menyeleksi makanan jajanan yang bergizi. b. Menggariskan tujuan untuk setidaknya sekali dalam sehari menbuat waktu makan menjadi sangat menyenangkan untuk berbagi pengalaman. c. Mengetahui jadwal kegiatan kegiatan remaja sehingga waktu makan tidak berbentutan dengan kegiatanya. d. Menyiapkan data dasar atau memberi pengetahuan tentang pangan dan gizi sehingga remaja dapat menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi berdasarkan informasi tersebut.

8 e. Memberikan contoh makanan yang seimbang untuk remaja. f. Memberi informasi tentang manfaat makanan tersebut. g. Membenarkan pilihan pada makanan camilan bergizi, dan secara berkesinambungan menjelaskan kekeliruan mereka yang masih memilih makanan yang tidak bergizi. h. Menyiapkan hanya kudapan yang bergizi di lemari es. i. Melatih tanggung jawab remaja dalam hal membeli makanan jajanan yang bergizi (Arisman, 2004). B. Pengetahuan Gizi Gizi merupakan dialek bahasa Mesir yang berarti makanan. Gizi merupakan hasil terjemahan dari bahasa Inggris nutrition juga di terjemahkan menjadi nutrisi (Devi, 2010). Ilmu gizi (Nutritional Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dengan kesehatan optimal. Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan disisi lain dengan tubuh manusia (Almatsier. 2009). Sedangkan menurut (Devi, 2010) Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari zat gizi dalam makanan dan penggunaannya dalam tubuh, meliputi pemasukan, pencernaan, penyerapan, pengangkutan (transpor), metabolism, interaksi, penyimpanan, dan pengeluaran, semuanya termasuk proses pengolahan zat gizi dalam tubuh. Zat gizi atau nutrient merupakan substansi yang diperoleh dari makanan dan digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh. Ada enam zat gizi yaitu : karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Devi, 2010). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu melalui indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Sebagian besar

9 pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap. Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak atau berperilaku yang mengandung aspek kognitif, afektif, dan konatif. Sikap merupakan kecenderungan yang bersifat positif dan negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Sikap positif adalah sikap suka atau senang sedangkan sikap negatif adalah sikap tidak suka atau tidak menyenangkan (sarkim et,al, 2010). Pengetahuan, sikap yang positif atau negative, dan kepercayaan personal tentang norma-normal sosial dapat digunakan dalam pendekatan perorangan untuk menerangkan perilaku gizi (Gibney, et.al, 2008). Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber zat gizi yang terdapat pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmojo, 2003). Menurut Sediaoetama (2000), tingkat pengetahuan gizi seseorang dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. C. Keamanan Pangan Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan terjadi cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan keselamatan manusia. Pangan yang aman serta bermutu dan bergizi tinggi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat (Saparinto dan Hidayati, 2006).

10 Makanan harus layak konsumsi (aman untuk kesehatan). Syarat makanan aman adalah wholesome (zat-zat gizi tidak banyak yang hilang dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali, bila makanan sengaja akan diolah dan diubah bentuk fisiknya). Ciri makanan yang tidak sehat adalah berlendir, berjamur, aroma dan rasa berubah; lewat tanggal kadaluwarsa dan rusak pada kemasan; terdapat zat/ bahan pengawet; cara pengolahan yang tidak benar (Iriyanto dan Waluyo, 2004). Kebersihan makanan juga harus diperhatikan agar tidak terkena penyakit tipoid (Wirakusumah, 2010). D. Mie Instan Jenis mie yang paling disukai oleh semua orang dari anak-anak sampai orang tua adalah jenis mie instan yang ditawarkan oleh banyak perusahaan dalam aneka rasa, seperti : ayam bawang, soto mie, bakso daging dan mie goreng. Mie instan sendiri asalnya adalah penemuan dari Jepang, tetapi saat ini mie instan sudah di produksi oleh banyak perusahaan di seluruh dunia, dan di Indonesia juga terdapat banyak pabrik mie dengan merek-merek tersendiri (Ganie dan Sidharta, 2008). E. Kandungan Dalam Mie Instan a. Minyak Satu mangkuk porsi mie instan mengandung lemak yang sama dengan semangkuk kripik kentang atau seperempat loyang pizza ukuran sedang. Dalam proses pembuatannya, mie basah disemprot minyak panas agar mie kering. Minyak panas ini adalah minyak trans yang mengandung akrilamida penyebab kangker. b. Garam dan MSG Satu porsi mie instan memiliki kandungan garam yang sangat tinggi, yaitu hamper 75% dari ambang batas konsumsi garam per hari bagi orang dewasa dan 100% pada ambang batas konsumsi bagi anak-anak. Seporisi mie instan

11 memiliki kandungan garam yang sangat tinggi, yaitu hamper 75% dari ambang batas konsumsi garam per hari bagi orang dewasa dan 100% pada ambang batas konsumsi bagi anak-anak. c. Bahan Pengawet Bumbu masak pada mie instan mengandung bahan pengawet untuk memperpanjang masa simpan dan melawan bakteri. Jadi semangkuk mie instan tidak lebih dari makanan dengan nol protein, penuh karbohidrat, lemak, garam, serta bahan penyedap rasa dan pengawet (Chen, 2012). Kandungan yang paling berbahaya dalam mie instan adalah pengawet, MSG (Monosodium Gluamat), dan bahan pewarna makanan yang ada didalamnya. Selain itu mie instan tidak memenuhi gizi seimbang di dalam tubuh, walaupun didalam makanan instan mengandung karbohidrat dalam jumlah besar tetapi kandungan vitamin, protein dan mineral sangat sedikit (Khomsan, 2006). F. Bahaya Mie Instan Mie instan tidak bisa dijadikan sebagai menggantikan makanan penuh (wholesome food) dan hanya bisa dijadikan makanan selingan dan tidak boleh dikonsumsi terus menerus karena dapat berakibat sangat buruk bagi kesehatan, hal itu disebabkan oleh zat campuran yang digunakan dalam proses pembuatan makanan instan. Mie instan dapat menyebabkan timbulnya kangker, hal tersebut disebabkan oleh zat lilin (Khomsan, 2006). Menurut penelitian Ratnasari dan Wirawati (2012) mengonsumsi mie instan dapat mengakibatkan kegemukan. Hal ini dikarenakan mie mengandung karbohidrat sederhana, lemak dan natrium tinggi. Sehingga jika dikonsumsi secara terus menerus akan mengakibatkan obesitas, kenaikan kadar gula darah dan kenaikan tekanan darah.

12 G. Kerangka Teori Faktor Predisprosisi Pengetahuan gizi dan keamanan pangan Jenis Kelamin Umur Kebutuhan zat gizi Budaya dan tata nilai yang ditaati atau di pegang Faktor Pemungkin Daya beli Ketersediaan bahan makanan Kemudahan mendapatkan bahan makanan Konsumsi Mie Instan Faktor Pendukung Teman Keluarga Lingkungan sosial Kebiasaan/ budaya (L. Green, 1980)

13 H. Kerangka Konsep Variabel Independen Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Variabel Dependen Konsumsi Mie Instan I. Hipotesis Ada hubungan antara pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan konsumsi mie instan pada santriwati SMA Pondok Pesantren Asy-Syarifah Mranggen Demak.